Sang Buddha pernah menyatakan bahwa era-Nya hanya mampu bertahan selama 10.000 tahun. Namun karena Sang Buddha mengizinkan wanita untuk masuk dalam persamuhan Sangha (menjadi bhikkhuni), maka era Buddha Sasana ini hanya mampu bertahan selama 5.000 tahun.
Pada masa akhir dari era ini, Sang Buddha menyatakan akan ada 5 proses kelenyapan, yaitu :
1) Lenyapanya pencapaian tingkat kesucian.
Artinya secara perlahan di dunia ini akan kekurangan dari orang yang mencapai tingkat Arahat, tingkat Anagami, tingkat Sakadagami, tingkat Sotapanna; hingga tidak ada orang yang bisa mencapai tingkat kesucian apa pun.
2) Lenyapnya Ajaran.
Artinya lenyapnya skrip (Tipitaka), metodologi, konsep bahkan termasuk doktrin dasar Ajaran Sang Buddha. Lenyapnya hal ini merupakan hilangnya teks-teks Dhamma dan tidak ada satu orang pun yang masih mengingat akan kosep Buddhisme, bahkan termasuk pada syair 4 baris ajaran Para Buddha. Atau jika masih ada ajaran yang 'berkedok' Buddhisme, maka ajaran itu bukanlah Buddhisme yang sesuai dengan wejangan Sang Buddha.
3) Lenyapnya pelaksanaan benar.
Artinya vinaya dan moralitas (sila) Buddhisme mulai kendor. Sehingga pada akhirnya tidak ada lagi orang yang mampu berjalan sepenuhnya sesuai dengan pelaksanaan benar di dalam Dhamma.
4) Lenyapnya simbol luar.
Artinya segala hal dan benda simbolik Buddhisme akan hancur dan hilang dari muka bumi. Tidak akan ada lagi rupam (patung) Sang Buddha, tidak ada lagi vihara, tidak ada lagi jubah yang layak untuk sangha; tidak ada lagi bentuk luar Buddhisme yang tetap bertahan pada masa itu.
5) Lenyapnya relik.
Artinya tidak dapat ditemukan lagi relik dari para suciwan nan bijaksana di dunia ini. Tidak ada lagi bukti peninggalan dari tubuh orang-orang yang sudah mencapai kesucian. Sehingga dengan demikian, lenyap dan habislah era Sang Buddha Gotama pada masa itu. Tidak ada satu jejak pun yang bisa ditemukan akan pernah lahirnya Buddhisme di Planet Bumi ini. Inilah lenyapnya Dhamma.
Ketika Buddha Sasana benar lenyap dari Alam Manussa (alam manusia adalah alam yang kondusif untuk dibabarkannya Dhamma oleh Sammasambuddha), maka era ini disebut dengan 'masa kekosongan ajaran'. Peradaban manusia dan semua makhluk di Planet Bumi sangat riskan dan berada dalam kondisi kritis. Kejahatan meningkat dengan pesat, sehingga kejahatan dan amoral dipandang sebagai hal yang sangat wajar...
Namun di Alam Brahma dan Deva tidak demikian. Makhluk Brahma dan Deva adalah makhluk suci yang di kehidupan sebelumnya sudah mengembangkan sila, samadhi dan panna. Watak makhluk Deva dan Brahma memiliki kecenderungan untuk menjaga moralitas, mengembangkan batin dan bijak. Namun karena Dhamma tidak lagi eksis di alam manusia, para Deva dan Brahma pun secara tidak langsung mendapat pengaruh negatifnya...