//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: case 1 vs case 2  (Read 22791 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: case 1 vs case 2
« Reply #60 on: 12 January 2009, 04:17:18 PM »
Dearest Bros & Sis,

Case 1:

"Bagaimana Buddha menjaga kebugaran tubuh padahal Beliau terus-menerus membabarkan Abhidhamma di Surga Tavatimsa sepanjang masa vassa selama tiga bulan" ?

Jawabnya :

Semua Buddha telah mempertimbangkan masalah ini; Mereka biasanya mengikuti waktu alam manusia sewaktu membabarkan Abhidhamma. Saat tiba waktunya untuk mengumpulkan dana makanan, Beliau menciptakan sesosok Buddha tiruan yang sama persis dengannya dalam segala hal. Tiruan Buddha itu akan menggantikanNya membabarkan Abhidhamma kepada para hadirinNya.
Sementara Buddha asli "turun ke alam manusia" untuk melakukan kegiatan lazimNya spt, sikat gigi, mandi, dsb dan makan.
Buddha kembali ke Surga Tavatimsa setelah tengah hari untuk melanjutkan pembabaran Abhidhamma disana (!!!).

Case 2:

Sehubungan dengan Jhana, anjuran yang seringkali diberikan oleh Buddha kepada para muridNya adalah "untuk membiasakan diri "keluar-masuk" kondisi Jhana (mulai dari yang terendah sampai yang tertinggi).

Buddha sendiripun sering dikisahkan melakukan yang sama dengan "berlama-lama berdiam di Jhana (tertinggi) menikmati kebahagiaan uniknya".

Pertanyaan:

Kata "keluar-masuk" mengindikasikan bahwa Jhana masih bersifat relatif.

Kata "kebahagiaan" pada kondisi Jhana mengindikasikan "rasa bahagia-relatif" yang timbul relatif saat/selama kondisi Jhana tercapai saja.

Tetapi pada case 1 terlihat bahwa tubuh fisik mempunyai "tata cara" sendiri yang juga harus dipenuhi, dalam hal ini adalah "rasa lapar fisikal".

Dari kenyataan dua case di atas, bukankah anjuran praktikum penembusan kondisi Jhana (jika tidak disiasati dgn bijak) malah akan "menghancurkan" kondisi/tingkat kebugaran tubuh yang pada gilirannya (jika tetap tidak disadari) akan mengulangi praktek "6 tahun penyiksaan diri"  pangeran sidharta pertama kali masuk hutan (???).

ika.

Didalam 32 tanda besar yang ada pada seorang calon BUDDHA, pada tanda ke-21 dikatakan :
21. Tujuh ribu pembuluh darah yang ujungnya saling bersentuhan di tenggorokan dan menyebar ke seluruh tubuh, sehingga tubuhnya dapat merasakan makanan yang masuk meskipun sekecil biji wijen. Tujuh ribu pembuluh darah yang ujungnya bertemu dan membentuk satu kelompok di leher. Mereka di sana seolah-olah menunggu untuk mengirimkan rasa semua makanan yang ditelan ke seluruh tubuh. Ketika makanan bahkan yang sekecil biji wijen diletakkan di ujung lidah kemudian dimakan, rasanya segera menyebar ke seluruh tubuh. Oleh karena itu Bodhisatta mampu mempertahankan kondisi tubuhnya hanya dengan memakan nasi putih atau hanya dengan segenggam sup kacang, dan lain-lain selama enam tahun mempraktikkan penyiksaan diri (dukkaracariya).

Karena keistimewaan ini tidak terdapat pada orang-orang biasa, sehingga sari makanan yang mereka makan tidak dapat menyebar ke seluruh tubuh, oleh karena itulah mereka menjadi mudah terserang penyakit.

Note : Untuk itulah, mungkin seorang biasa tidak akan bisa mengikuti pola penyiksaan diri (dukkaracariya) seperti yang diceritakan pada kisah 6 tahun bertapa pangeran siddharta dimana pernah hanya memakain 1 biji beras/wijen saja setiap hari.

Mengenai pertanyaan sdr.Ika tentang berlama lama di dalam kebahagiaan jhana... Saya kira tentang berapa lama BERLAMA LAMA di dalam JHANA tidak dalam hitungan minggu, bulan ataupun tahun... Apakah ada referensi tentang BUDDHA maupun para ARAHAT itu berdiam LAMA sekali (dalam jangka waktu seminggu, sebulan ataupun setahun) ? Saya rasa tidak ada. Dan cerita cerita legenda tentang MAHAKASAPPA yang menunda parinibbana-nya di dalam meditasi yang mendalam di dalam gunung kaki ayam, saya rasa juga tidak dapat kita buktikan dengan mata kepala sendiri.

Jadi memang menurut saya, apa yang diperbuat oleh BUDDHA dengan tiap hari kembali ke bumi sewaktu pembabaran Abhidhamma di Surga Tavatimsa adalah memang benar bahwa tubuh fisik BUDDHA harus setiap hari bermetabolisme.

Hanya saja para praktisi meditasi yang mahir dalam keadaan meditatif yang dalam terbukti bisa menurunkan tingkat metabolisme tubuh, seperti proses hibernasi pada beruang kutub di musim dingin untuk menghemat energi dan pembuangan panas yang berlebih dimusim dingin.
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: case 1 vs case 2
« Reply #61 on: 12 January 2009, 04:26:27 PM »
minimal kisah tsb mengindikasikan bahwa "apapun itu" sepanjang "si orgnya" mampu membawanya dgn baik dan benar, malah akan memberikan manfaat bagi "semua mahkluk" bukan ?

krn pada dasarnya "apapun itu" adalah "netral-netral saja" !

ika.

"apapun itu", bagaimana bisa dibawa dg baik & benar?

dgn sering2 "membedah otak nalar logis" diri sendiri!

ika.
singkat kata, dg "berpikir/merenung"?
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline ika_polim

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 323
  • Reputasi: -16
Re: case 1 vs case 2
« Reply #62 on: 04 February 2009, 01:01:43 PM »
minimal kisah tsb mengindikasikan bahwa "apapun itu" sepanjang "si orgnya" mampu membawanya dgn baik dan benar, malah akan memberikan manfaat bagi "semua mahkluk" bukan ?

krn pada dasarnya "apapun itu" adalah "netral-netral saja" !

ika.

"apapun itu", bagaimana bisa dibawa dg baik & benar?

dgn sering2 "membedah otak nalar logis" diri sendiri!

ika.
singkat kata, dg "berpikir/merenung"?

mungkin jauh lbh tepatnya adalah "To Think Without Thinking" dan sebagai konsekuensinya adalah "To Meditate Without Meditating" !

ika.


Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: case 1 vs case 2
« Reply #63 on: 04 February 2009, 01:08:15 PM »
minimal kisah tsb mengindikasikan bahwa "apapun itu" sepanjang "si orgnya" mampu membawanya dgn baik dan benar, malah akan memberikan manfaat bagi "semua mahkluk" bukan ?

krn pada dasarnya "apapun itu" adalah "netral-netral saja" !

ika.

"apapun itu", bagaimana bisa dibawa dg baik & benar?

dgn sering2 "membedah otak nalar logis" diri sendiri!

ika.
singkat kata, dg "berpikir/merenung"?
mungkin jauh lbh tepatnya adalah "To Think Without Thinking" dan sebagai konsekuensinya adalah "To Meditate Without Meditating" !
ika.

Think without effort...
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline N1AR

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 930
  • Reputasi: 22
  • Yui
Re: case 1 vs case 2
« Reply #64 on: 04 February 2009, 01:30:02 PM »
tidak ada kah penilaian sesuatu yg mungkin berharga ketika mulai berpikir?

Offline ika_polim

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 323
  • Reputasi: -16
Re: case 1 vs case 2
« Reply #65 on: 19 March 2009, 12:43:27 PM »
minimal kisah tsb mengindikasikan bahwa "apapun itu" sepanjang "si orgnya" mampu membawanya dgn baik dan benar, malah akan memberikan manfaat bagi "semua mahkluk" bukan ?

krn pada dasarnya "apapun itu" adalah "netral-netral saja" !

ika.

"apapun itu", bagaimana bisa dibawa dg baik & benar?

dgn sering2 "membedah otak nalar logis" diri sendiri!

ika.
singkat kata, dg "berpikir/merenung"?
mungkin jauh lbh tepatnya adalah "To Think Without Thinking" dan sebagai konsekuensinya adalah "To Meditate Without Meditating" !
ika.

Think without effort...


hal berikutnya setelah ini adalah "apakah 'hal itu' pernah teralami, misalnya dlm pelaksanaan meditasi" ??? sehingga pemahaman yang semuala cuma berdasarkan pengetahuan, pikiran dan masih meraba-raba akan menjadi terang, utuh,lengkap,total!

ika. 

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: case 1 vs case 2
« Reply #66 on: 19 March 2009, 01:58:17 PM »
hal berikutnya setelah ini adalah "apakah 'hal itu' pernah teralami, misalnya dlm pelaksanaan meditasi" ??? sehingga pemahaman yang semuala cuma berdasarkan pengetahuan, pikiran dan masih meraba-raba akan menjadi terang, utuh,lengkap,total!
ika. 

Nah, kan banyak cerita tentang begitu pencerahan, semua hal menjadi jelas dan terang... hanya saja apakah kita percaya atau tidak  sebelum kita mengalaminya sendiri.
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline ika_polim

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 323
  • Reputasi: -16
Re: case 1 vs case 2
« Reply #67 on: 21 April 2009, 04:12:41 PM »
hal berikutnya setelah ini adalah "apakah 'hal itu' pernah teralami, misalnya dlm pelaksanaan meditasi" ??? sehingga pemahaman yang semuala cuma berdasarkan pengetahuan, pikiran dan masih meraba-raba akan menjadi terang, utuh,lengkap,total!
ika. 

Nah, kan banyak cerita tentang begitu pencerahan, semua hal menjadi jelas dan terang... hanya saja apakah kita percaya atau tidak  sebelum kita mengalaminya sendiri.

ssaya pikir ttg hal "percaya" sebelum mengalaminya sendiri hanya bermanfaat pada level "memicu semangat utk terus tanpa henti melatih diri!
diluar itu kata "percaya" akan sgt menjadi "racun" saja!

ika.

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: case 1 vs case 2
« Reply #68 on: 21 April 2009, 05:50:04 PM »
hal berikutnya setelah ini adalah "apakah 'hal itu' pernah teralami, misalnya dlm pelaksanaan meditasi" ??? sehingga pemahaman yang semuala cuma berdasarkan pengetahuan, pikiran dan masih meraba-raba akan menjadi terang, utuh,lengkap,total!
ika. 

Nah, kan banyak cerita tentang begitu pencerahan, semua hal menjadi jelas dan terang... hanya saja apakah kita percaya atau tidak  sebelum kita mengalaminya sendiri.

ssaya pikir ttg hal "percaya" sebelum mengalaminya sendiri hanya bermanfaat pada level "memicu semangat utk terus tanpa henti melatih diri!
diluar itu kata "percaya" akan sgt menjadi "racun" saja!

ika.

just curious saja dulu, baru step by step ehi phassiko...
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline ika_polim

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 323
  • Reputasi: -16
Re: case 1 vs case 2
« Reply #69 on: 22 April 2009, 09:42:13 AM »
hal berikutnya setelah ini adalah "apakah 'hal itu' pernah teralami, misalnya dlm pelaksanaan meditasi" ??? sehingga pemahaman yang semuala cuma berdasarkan pengetahuan, pikiran dan masih meraba-raba akan menjadi terang, utuh,lengkap,total!
ika. 

Nah, kan banyak cerita tentang begitu pencerahan, semua hal menjadi jelas dan terang... hanya saja apakah kita percaya atau tidak  sebelum kita mengalaminya sendiri.

ssaya pikir ttg hal "percaya" sebelum mengalaminya sendiri hanya bermanfaat pada level "memicu semangat utk terus tanpa henti melatih diri!
diluar itu kata "percaya" akan sgt menjadi "racun" saja!

ika.

just curious saja dulu, baru step by step ehi phassiko...

walaupun terlihat santai kata2 anda itu, namun secara psikologi itu baik adanya!, teruskan lah!

ika. 

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: case 1 vs case 2
« Reply #70 on: 22 April 2009, 11:41:14 AM »
hal berikutnya setelah ini adalah "apakah 'hal itu' pernah teralami, misalnya dlm pelaksanaan meditasi" ??? sehingga pemahaman yang semuala cuma berdasarkan pengetahuan, pikiran dan masih meraba-raba akan menjadi terang, utuh,lengkap,total!
ika. 

Nah, kan banyak cerita tentang begitu pencerahan, semua hal menjadi jelas dan terang... hanya saja apakah kita percaya atau tidak  sebelum kita mengalaminya sendiri.

ssaya pikir ttg hal "percaya" sebelum mengalaminya sendiri hanya bermanfaat pada level "memicu semangat utk terus tanpa henti melatih diri!
diluar itu kata "percaya" akan sgt menjadi "racun" saja!

ika.

just curious saja dulu, baru step by step ehi phassiko...

walaupun terlihat santai kata2 anda itu, namun secara psikologi itu baik adanya!, teruskan lah!

ika. 

LANJUTKAN... (mirip slogan kampanye) :)
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline truth lover

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 392
  • Reputasi: 3
Re: case 1 vs case 2
« Reply #71 on: 22 April 2009, 08:54:19 PM »
Apakah ada sesuatu yang berlebihan namun baik?  :)

Ada mas Upasaka, berlebihan rejeki   :))

Metta,
The truth, and nothing but the truth...

Offline truth lover

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 392
  • Reputasi: 3
Re: case 1 vs case 2
« Reply #72 on: 22 April 2009, 09:04:11 PM »
minimal kisah tsb mengindikasikan bahwa "apapun itu" sepanjang "si orgnya" mampu membawanya dgn baik dan benar, malah akan memberikan manfaat bagi "semua mahkluk" bukan ?

krn pada dasarnya "apapun itu" adalah "netral-netral saja" !

ika.

"apapun itu", bagaimana bisa dibawa dg baik & benar?

dgn sering2 "membedah otak nalar logis" diri sendiri!

ika.
singkat kata, dg "berpikir/merenung"?

mungkin jauh lbh tepatnya adalah "To Think Without Thinking" dan sebagai konsekuensinya adalah "To Meditate Without Meditating" !

ika.



Menurut pendapat saya "seeing without thinking" mas Ika. Bukan "think without thinking"

Metta,
The truth, and nothing but the truth...

Offline ika_polim

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 323
  • Reputasi: -16
Re: case 1 vs case 2
« Reply #73 on: 27 April 2009, 02:51:42 PM »
minimal kisah tsb mengindikasikan bahwa "apapun itu" sepanjang "si orgnya" mampu membawanya dgn baik dan benar, malah akan memberikan manfaat bagi "semua mahkluk" bukan ?

krn pada dasarnya "apapun itu" adalah "netral-netral saja" !

ika.

"apapun itu", bagaimana bisa dibawa dg baik & benar?

dgn sering2 "membedah otak nalar logis" diri sendiri!

ika.
singkat kata, dg "berpikir/merenung"?

mungkin jauh lbh tepatnya adalah "To Think Without Thinking" dan sebagai konsekuensinya adalah "To Meditate Without Meditating" !

ika.



Menurut pendapat saya "seeing without thinking" mas Ika. Bukan "think without thinking"

Metta,


anyhow, saya paham esensi dr ungkapan anda itu! terima kasih. what is an expression anyway?


ika.

Offline truth lover

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 392
  • Reputasi: 3
Re: case 1 vs case 2
« Reply #74 on: 27 April 2009, 04:54:40 PM »
minimal kisah tsb mengindikasikan bahwa "apapun itu" sepanjang "si orgnya" mampu membawanya dgn baik dan benar, malah akan memberikan manfaat bagi "semua mahkluk" bukan ?

krn pada dasarnya "apapun itu" adalah "netral-netral saja" !

ika.

"apapun itu", bagaimana bisa dibawa dg baik & benar?

dgn sering2 "membedah otak nalar logis" diri sendiri!

ika.
singkat kata, dg "berpikir/merenung"?

mungkin jauh lbh tepatnya adalah "To Think Without Thinking" dan sebagai konsekuensinya adalah "To Meditate Without Meditating" !

ika.



Menurut pendapat saya "seeing without thinking" mas Ika. Bukan "think without thinking"

Metta,


anyhow, saya paham esensi dr ungkapan anda itu! terima kasih. what is an expression anyway?


ika.

Expression can make people understand or make people confuse

metta,
The truth, and nothing but the truth...

 

anything