//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Tentang 84.000 Ajaran  (Read 47403 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Tentang 84.000 Ajaran
« on: 06 March 2013, 07:00:20 PM »
Sering kali kita mendengar dalam kalangan Buddhis pernyataan yang berbunyi kira-kira seperti ini: "Dalam ajaran Buddha ada 84 000 jalan kebenaran dan mencapai Nibbana cukup hanya menjalan satu jalan Dharma saja" atau yang senada. Pernyataan menyatakan bahwa ada banyak versi ajaran Buddha dan cukup menjalankan satu versi saja bisa mencapai tujuan akhir.

Tetapi, apakah benar demikian?

Menurut komentar Pali, angka 84.000 ini merupakan total ajaran yang diturunkan Sang Buddha kepada Ananda yang dihitung menurut pengelompokannya (dhammakkhanda = kelompok ajaran). Dikatakan dalam Tipitaka terdapat 84.000 dhammakkhanda dg pembagian sbb:

Sutta pitaka = 21,000 dhammakkhandha
Vinaya pitaka = 21,000 dhammakkhandha
Abhidhamma pitaka = 42,000 dhammakkhandha

Tentu saja ini hanya perkiraan dari kitab komentar saja dan belum ada yang dapat menghitung apakah benar dalam Tipitaka ada 84.000 ajaran spt itu.

Penyebutan 84.000 ajaran ini sendiri ditemukan dalam perkataan Ananda dalam Therigatha, Khuddaka Nikaya sbb:

Dvāsīti buddhato gaṇhiṃ,
dve sahassāni bhikkhuto;
Caturāsītisahassāni,
ye me dhammā pavattino.

82.000 (ajaran) dari Sang Buddha telah aku terima;
2000 lebih dari para siswa-Nya;
Sekarang 84.000 ajaran telah kuketahui.

~ Theragatha 17.3 (vv. 1024-29)

Ini berarti semua ajaran Dhamma yang diingat Ananda [telah kita ketahui bahwa Ananda adalah seorang bhikkhu yang mampu mengingat semua kotbah Sang Buddha krn selalu menemani dan melayani Sang Buddha ke mana pun Beliau pergi], seperti yang ia ulangi pada Konsili Buddhis Pertama tak lama setelah Sang Buddha wafat, sebelum ditambahkan kemudian (dalam Konsili-Konsili berikutnya). Kita dapat menganggap ini sebagai ajaran Buddha yang awal mula, yang terdiri dari sutta-sutta yang berupa kata-kata Sang Buddha sendiri (buddhavacana) dan beberapa sutta yang berasal dari kata-kata para siswa langsung Sang Buddha (seperti Theragatha [syair para bhikkhu Arahat], Therigatha [syair para bhikkhuni Arahat], dan sutta-sutta yang diucapkan oleh Sariputta, Moggallana, Ananda, Kaccayana, Dhammadinna, dst)

Sumber: http://www.dhammawheel.com/viewtopic.php?f=29&t=8813
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Tentang 84.000 Ajaran
« Reply #1 on: 06 March 2013, 07:20:06 PM »
saya menebak tidak lama lagi dilbert akan muncul

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Tentang 84.000 Ajaran
« Reply #2 on: 06 March 2013, 07:28:20 PM »
Adakah catatan dalam 3 pitaka atau atthakatha bahwa Ananda mengulang Abhidhamma pada Konsili pertama?

Offline gryn tea

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.203
  • Reputasi: 34
  • Gender: Female
  • SABBE SANKHARA ANICCA
Re: Tentang 84.000 Ajaran
« Reply #3 on: 06 March 2013, 08:06:51 PM »
Makin lama
Makin byk penganut buddhis yg jd "gila"

Kyk na

Ajaran Buddha yg sederhana dbikin rumit

Cpddd
Bagaikan sekuntum bunga yang indah tetapi tidak berbau harum; demikian pula akan tdk b'manfaat kata-kata mutiara yg diucapkan oleh org yg tdk melaksanakannya

Offline Sunya

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 876
  • Reputasi: -16
  • Nothing, but your perception ONLY
Re: Tentang 84.000 Ajaran
« Reply #4 on: 06 March 2013, 08:17:44 PM »
Yang saya ketahui 84.000 itu kiasan, seperti angka 1001 dalam basis perhitungan sepuluh dalam aritmetika.

84.000 yang dimaksud Buddha itu menerangkan jumlah yang banyak (tak terhitung), seperti halnya 1001.

Silakan koreksi bila ada pendapat lain.

Terima kasih.  _/\_

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Tentang 84.000 Ajaran
« Reply #5 on: 06 March 2013, 08:31:34 PM »
Yang saya ketahui 84.000 itu kiasan, seperti angka 1001 dalam basis perhitungan sepuluh dalam aritmetika.

84.000 yang dimaksud Buddha itu menerangkan jumlah yang banyak (tak terhitung), seperti halnya 1001.

Silakan koreksi bila ada pendapat lain.

Terima kasih.  _/\_

apakah apa yg dimaksud Buddha sama dengan apa yg dimaksud oleh Ananda? lalu bagaimana Ananda bisa menguraikan angka 84,000 itu berasal dari 82,000 + 2,000?

82.000 (ajaran) dari Sang Buddha telah aku terima;
2000 lebih dari para siswa-Nya;
Sekarang 84.000 ajaran telah kuketahui.

~ Theragatha 17.3 (vv. 1024-29)


Offline Sunya

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 876
  • Reputasi: -16
  • Nothing, but your perception ONLY
Re: Tentang 84.000 Ajaran
« Reply #6 on: 06 March 2013, 09:05:52 PM »
apakah apa yg dimaksud Buddha sama dengan apa yg dimaksud oleh Ananda? lalu bagaimana Ananda bisa menguraikan angka 84,000 itu berasal dari 82,000 + 2,000?

1. Yang tahu apakah sama atau tidak, tentu Buddha sendiri (selaku yang pertama menyatakan).
2. Bisa jadi interpretasi pribadi. Alasannya:
a. Ada kata 'lebih' di kalimat "2000 lebih dari para siswa-Nya".
b. Belum ada validasi perhitungan dari para ahli Pitaka tentang jumlah ajaran.

Agar lebih banyak sampel uji, mungkin Sdr. Ariyakumara bisa memberikan referensi tentang kata 84.000 yang ditemukan di ucapan Buddha yang lain.

Terima kasih sebelum dan sesudahnya.  _/\_

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Tentang 84.000 Ajaran
« Reply #7 on: 06 March 2013, 09:23:38 PM »
1. Yang tahu apakah sama atau tidak, tentu Buddha sendiri (selaku yang pertama menyatakan).
2. Bisa jadi interpretasi pribadi. Alasannya:
a. Ada kata 'lebih' di kalimat "2000 lebih dari para siswa-Nya".
b. Belum ada validasi perhitungan dari para ahli Pitaka tentang jumlah ajaran.

Agar lebih banyak sampel uji, mungkin Sdr. Ariyakumara bisa memberikan referensi tentang kata 84.000 yang ditemukan di ucapan Buddha yang lain.

Terima kasih sebelum dan sesudahnya.  _/\_

ya saya sudah menebak jawaban seperti ini, tapi saya tetap menanyakannya, karena tampaknya anda mengetahui maksud Sang Buddha.

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Tentang 84.000 Ajaran
« Reply #8 on: 06 March 2013, 10:33:01 PM »
Adakah catatan dalam 3 pitaka atau atthakatha bahwa Ananda mengulang Abhidhamma pada Konsili pertama?

Gak ada. Sesuai dg pernyataan dari Theragatha, 84.000 itu jumlah ajaran yg diingat Ananda saat mengulangi Sutta pada Konsili I. Jadi lbh masuk akal mengatakan itu tdk termasuk Vinaya dan Abhidhamma. Walaupun gak ada yg bisa menghitung pasti 84.000 itu apa saja, kecuali Ananda sendiri sbg org yg membuat pernyataan ini....
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Tentang 84.000 Ajaran
« Reply #9 on: 06 March 2013, 10:39:18 PM »
1. Yang tahu apakah sama atau tidak, tentu Buddha sendiri (selaku yang pertama menyatakan).
2. Bisa jadi interpretasi pribadi. Alasannya:
a. Ada kata 'lebih' di kalimat "2000 lebih dari para siswa-Nya".
b. Belum ada validasi perhitungan dari para ahli Pitaka tentang jumlah ajaran.

Agar lebih banyak sampel uji, mungkin Sdr. Ariyakumara bisa memberikan referensi tentang kata 84.000 yang ditemukan di ucapan Buddha yang lain.

Terima kasih sebelum dan sesudahnya.  _/\_

Menurut forum Dhammawheel tsb, kalo anda melakukan pencarian kata "caturasitisahassani" (84.000) pada teks kanon Pali, ya cuma ketemu pada syair Theragatha di atas.

Btw, tujuan topik ini adalah sbg info bahwa pernyataan 84.000 jalan Dharma itu sbg bnyk jalan menuju Nibbana spt yg diklaim banyak kalangan Buddhis itu tdk berdasar....
« Last Edit: 06 March 2013, 10:53:08 PM by ariyakumara »
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Tentang 84.000 Ajaran
« Reply #10 on: 06 March 2013, 10:43:23 PM »
Makin lama
Makin byk penganut buddhis yg jd "gila"

Kyk na

Ajaran Buddha yg sederhana dbikin rumit

Cpddd

Tenang aja, Gryn. Topik ini berusaha menyederhanakan kerumitan tsb.... :)
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline sanjiva

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.091
  • Reputasi: 101
  • Gender: Male
Re: Tentang 84.000 Ajaran
« Reply #11 on: 06 March 2013, 11:25:56 PM »
Gak ada. Sesuai dg pernyataan dari Theragatha, 84.000 itu jumlah ajaran yg diingat Ananda saat mengulangi Sutta pada Konsili I. Jadi lbh masuk akal mengatakan itu tdk termasuk Vinaya dan Abhidhamma. Walaupun gak ada yg bisa menghitung pasti 84.000 itu apa saja, kecuali Ananda sendiri sbg org yg membuat pernyataan ini....

Setahu gw saat itu yang diulang Bhante Ananda adalah Dhamma, sedangkan Vinaya oleh Bhante Upali.  Istilah sutta tidak digunakan untuk menyebut bagian yang diulang Bhante Ananda saat itu.
«   Ignorance is bliss, but the truth will set you free   »

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Tentang 84.000 Ajaran
« Reply #12 on: 06 March 2013, 11:55:47 PM »
Setahu gw saat itu yang diulang Bhante Ananda adalah Dhamma, sedangkan Vinaya oleh Bhante Upali.  Istilah sutta tidak digunakan untuk menyebut bagian yang diulang Bhante Ananda saat itu.

tentu saja ada,

pada catatan Konsili I, pada syair penutup tertulis

Upāliṃ  vinayaṃ pucchi, suttantānandapaṇḍitaṃ;
Piṭakaṃ tīṇi saṅgītiṃ, akaṃsu jinasāvakā.
« Last Edit: 07 March 2013, 12:17:12 AM by Indra »

Offline gryn tea

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.203
  • Reputasi: 34
  • Gender: Female
  • SABBE SANKHARA ANICCA
Re: Tentang 84.000 Ajaran
« Reply #13 on: 07 March 2013, 12:02:16 AM »
Nyerah d baca yg ginian

Bnern gx paham


Hehee

Cpddd
Bagaikan sekuntum bunga yang indah tetapi tidak berbau harum; demikian pula akan tdk b'manfaat kata-kata mutiara yg diucapkan oleh org yg tdk melaksanakannya

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Tentang 84.000 Ajaran
« Reply #14 on: 07 March 2013, 12:34:09 AM »
Sebenarnya dalam sutta-sutta banyak muncul kata "sutta"

misalnya yg sudah menjadi formula umum:

‘‘Idha, bhikkhu, bhikkhu dhammaṃ pariyāpuṇāti – suttaṃ, geyyaṃ, veyyākaraṇaṃ, gāthaṃ, udānaṃ, itivuttakaṃ, jātakaṃ, abbhutadhammaṃ, vedallaṃ. So tāya dhammapariyattiyā divasaṃ atināmeti, riñcati paṭisallānaṃ, nānuyuñjati ajjhattaṃ cetosamathaṃ. Ayaṃ vuccati, bhikkhu – ‘bhikkhu pariyattibahulo, no dhammavihārī’’’.

bagian bold berarti: khotbah-khotbah, campuran prosa dan syair, penjelasan-penjelasan, syair-syair, ucapan-ucapan inspiratif, kutipan-kutipan, kisah-kisah kelahiran, kisah-kisah menakjubkan, dan pertanyaan-dan-jawaban

Itu mungkin saja ditambahkan pada konsili2 belakangan, tapi AN 5:194 Kharanapali Sutta yg menurut Bhikkhu Bodhi masih otentik, terdapat tulisan sbb:

‘‘Seyyathāpi, bho, puriso aggarasaparititto na aññesaṃ hīnānaṃ rasānaṃ piheti; evamevaṃ kho, bho, yato yato tassa bhoto gotamassa  dhammaṃ suṇāti – yadi suttaso, yadi geyyaso, yadi veyyākaraṇaso, yadi abbhutadhammaso – tato tato na aññesaṃ puthusamaṇabrāhmaṇappavādānaṃ piheti.

bagian bold berarti: apakah khotbah-khotbah, campuran prosa dan syair, penjelasan-penjelasan, atau kisah-kisah menakjubkan

terdapat perbedaan formula, versi yg ke dua mencantumkan lebih sedikit jenis khotbah

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: Tentang 84.000 Ajaran
« Reply #15 on: 07 March 2013, 05:40:55 AM »
1. Yang tahu apakah sama atau tidak, tentu Buddha sendiri (selaku yang pertama menyatakan).
2. Bisa jadi interpretasi pribadi. Alasannya:
a. Ada kata 'lebih' di kalimat "2000 lebih dari para siswa-Nya".
b. Belum ada validasi perhitungan dari para ahli Pitaka tentang jumlah ajaran.

Agar lebih banyak sampel uji, mungkin Sdr. Ariyakumara bisa memberikan referensi tentang kata 84.000 yang ditemukan di ucapan Buddha yang lain.
Terima kasih sebelum dan sesudahnya.  _/\_

emang kehidupan sekarang ini ada berapa Sammasambuddha ?  ???
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline Madagascar168

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 4
  • Reputasi: 0
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Tentang 84.000 Ajaran
« Reply #16 on: 07 March 2013, 06:53:44 AM »
84000 : 80 tahun = 1050 ajaran pertahun

Offline will_i_am

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.163
  • Reputasi: 155
  • Gender: Male
Re: Tentang 84.000 Ajaran
« Reply #17 on: 07 March 2013, 07:01:52 AM »
84000 : 80 tahun = 1050 ajaran pertahun
Sang Buddha tidak mengajar sejak dilahirkan
hiduplah hanya pada hari ini, jangan mengkhawatirkan masa depan ataupun terpuruk dalam masa lalu.
berbahagialah akan apa yang anda miliki, jangan mengejar keinginan akan memiliki
_/\_

Offline dipasena

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.612
  • Reputasi: 99
  • Gender: Male
  • Sudah Meninggal
Re: Tentang 84.000 Ajaran
« Reply #18 on: 07 March 2013, 08:37:21 AM »
84000 : 80 tahun = 1050 ajaran pertahun

hmmm.. anda tau sejak kpn siddharta menjadi seorang buddha ?

tp klo mau hitung2-an. buddha mengajar sekitar 45 tahun.

84.000 / 45 tahun  = 1.867 pertahun

1.867 / 365 hari = 5 perhari

jika benar ada 84.000 kelompok dhamma yg diajarkan berdasarkan teks theragatha, maka setiap hari nya buddha mengajarkan/membabarkan dhamma sekitar 5 kotbah, masih masuk akal, mengingat buddha hanya istirahat/tidur setiap hari nya 4 jam, ada 20 jam bagi buddha mengajarkan/membabarkan dhamma.

Offline M14ka

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.821
  • Reputasi: 94
  • Gender: Female
  • Live your best life!! ^^
Re: Tentang 84.000 Ajaran
« Reply #19 on: 07 March 2013, 11:43:26 AM »
saya menebak tidak lama lagi dilbert akan muncul

Tebakannya salah... :P

Mungkin dari 84rb ajaran tsb belum tentu kita bs mengetahui semuanya, n intinya sama ttg melenyapkan kemelekatan untuk mencapai nibbana?

« Last Edit: 07 March 2013, 11:58:28 AM by M14ka »

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Tentang 84.000 Ajaran
« Reply #20 on: 07 March 2013, 12:00:41 PM »
Tebakannya salah... :P

yakkha satu itu memang nakal, susah ditebak

Quote
Mungkin dari 84rb ajaran tsb belum tentu kita bs mengetahui semuanya, n intinya sama melenyapkan kemelekatan untuk mencapai nibbana?
kenapa kita gak bisa mengetahui semuanya, kalo semuanya tercatat? soal intinya sama atau tidak, baru bisa disimpulkan setelah mengetahui semuanya.

Offline Sunya

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 876
  • Reputasi: -16
  • Nothing, but your perception ONLY
Re: Tentang 84.000 Ajaran
« Reply #21 on: 07 March 2013, 06:07:16 PM »
ya saya sudah menebak jawaban seperti ini, tapi saya tetap menanyakannya, karena tampaknya anda mengetahui maksud Sang Buddha.

Kalau pun tahu, referensi spiritual dan tekstual tidak akan bertemu.  _/\_

Offline Sunya

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 876
  • Reputasi: -16
  • Nothing, but your perception ONLY
Re: Tentang 84.000 Ajaran
« Reply #22 on: 07 March 2013, 06:11:14 PM »
Menurut forum Dhammawheel tsb, kalo anda melakukan pencarian kata "caturasitisahassani" (84.000) pada teks kanon Pali, ya cuma ketemu pada syair Theragatha di atas.

Btw, tujuan topik ini adalah sbg info bahwa pernyataan 84.000 jalan Dharma itu sbg bnyk jalan menuju Nibbana spt yg diklaim banyak kalangan Buddhis itu tdk berdasar....

Tergantung, apakah 84.000 itu adalah kiasan atau arti harfiah.

Jika kiasan maka pendapat di atas bisa benar, namun jika harfiah, berarti menjalankan ajaran mana dari 84.000 ajaran Buddha dan Siswa-Nya, yang mengantarkan menuju Nibbana?

Begitu 'kan logikanya? Mohon tanggapannya.

Salam.  _/\_

Offline Top1

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 429
  • Reputasi: 10
  • Hanya Sebuah Fenomena
Re: Tentang 84.000 Ajaran
« Reply #23 on: 07 March 2013, 06:15:14 PM »
 [at] Sunya

Anda ke mana saja? Banyak yang sudah kangen tuh :))
Khan Benci Tapi Rindu  8)

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Tentang 84.000 Ajaran
« Reply #24 on: 07 March 2013, 06:21:09 PM »
Kalau pun tahu, referensi spiritual dan tekstual tidak akan bertemu.  _/\_

Apakah anda sudah pernah melakukan pengujian bahwa "referensi spiritual dan tekstual tidak akan bertemu", bisakah dijelaskan tentang pengujian anda itu? saya tertarik dengan hal ini karena jauh berbeda dengan apa yg telah saya buktikan. mohon penjelasannya.

Offline Sunya

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 876
  • Reputasi: -16
  • Nothing, but your perception ONLY
Re: Tentang 84.000 Ajaran
« Reply #25 on: 07 March 2013, 06:37:04 PM »
Apakah anda sudah pernah melakukan pengujian bahwa "referensi spiritual dan tekstual tidak akan bertemu", bisakah dijelaskan tentang pengujian anda itu? saya tertarik dengan hal ini karena jauh berbeda dengan apa yg telah saya buktikan. mohon penjelasannya.

Yang Anda buktikan seperti apa? Jika Anda cermat, sebenarnya dalam diskusi-diskusi yang sudah berlalu, Anda tahu bahwa hal spiritual banyak Anda dan rekan segolongan Anda (pengkaji kitab suci) tentang/tolak. Apalagi yang mau didiskusikan bila kata-kata orang yang belum Anda ketahui kebenaran atau kesalahannya, sudah Anda tolak dan tentang karena Anda anggap tidak sesuai dengan kata-kata di kitab suci?

Itu yang saya maksud spiritual dan tekstual tidak bisa bertemu.

Masih banyak kasus lain, di luar agama Buddha, tentang eksistensi Tuhan Maha Esa, dsb... yang dianggap Tuhan semesta alam oleh beberapa kalangan. Tapi dari segi spiritual bisa ditelusuri, dan semua itu belum tentu benar sesuai dengan yang tertulis di kitab.

Saya malas berdebat, karena saya tahu disini banyak para teoritis, daripada para meditator. Jadi percuma bila beda sudut pandang (persepsi) mau dipaksakan. :)

Oh ya, jangan lupa ditanggapi kalimat pertama saya (saya cetak tebal). Saya ingin tahu hal spiritual dan tekstual apa yang sudah Anda buktikan/temukan sendiri (kecocokannya).

Salam dharma dan semoga berbahagia.  _/\_


[gmod=KK]Dalam diskusi, opini pribadi tidak bisa disetarakan dengan kebenaran. Jika tidak mampu mempertanggungjawabkan, simpanlah khayalan dan mimpi anda untuk anda sendiri, tidak perlu mengumbar omong kosong.[/gmod]
« Last Edit: 07 March 2013, 07:07:06 PM by Kainyn_Kutho »

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Tentang 84.000 Ajaran
« Reply #26 on: 07 March 2013, 07:07:02 PM »
Yang Anda buktikan seperti apa?
diskusi yg sehat seharusnya berbentuk tanya-jawab, bukan tanya-balik bertanya.

Quote
Jika Anda cermat, sebenarnya dalam diskusi-diskusi yang sudah berlalu, Anda tahu bahwa hal spiritual banyak Anda dan rekan segolongan Anda (pengkaji kitab suci) tentang/tolak. Apalagi yang mau didiskusikan bila kata-kata orang yang belum Anda ketahui kebenaran atau kesalahannya, sudah Anda tolak dan tentang karena Anda anggap tidak sesuai dengan kata-kata di kitab suci?
Saya malah baru tau bahwa di sini ada golongan Saya (pengkaji kitab suci), menurut anda apakah komentar anda ini tidak tendensius?

Quote
Itu yang saya maksud spiritual dan tekstual tidak bisa bertemu.

kalau ada kegagalan di masa lalu, bukan berarti kita tidak boleh mencoba lagi, bukan?

Quote
Masih banyak kasus lain, di luar agama Buddha, tentang eksistensi Tuhan Maha Esa, dsb... yang dianggap Tuhan semesta alam oleh beberapa kalangan. Tapi dari segi spiritual bisa ditelusuri, dan semua itu belum tentu benar sesuai dengan yang tertulis di kitab.

jika itu di luar konteks buddhisme, memang sebaiknya tidak kita bahas di sini.

Quote
Saya malas berdebat, karena saya tahu disini banyak para teoritis, daripada para meditator. Jadi percuma bila beda sudut pandang (persepsi) mau dipaksakan. :)

apakah anda mengaku sebagai seorang meditator di sini? sejauh kita membahas sesuai ajaran Sang Buddha, saya yakin tidak akan ada perbedaan sudut pandang, kecuali anda mempraktekkan ajaran lain.

Quote
Oh ya, jangan lupa ditanggapi kalimat pertama saya (saya cetak tebal). Saya ingin tahu hal spiritual dan tekstual apa yang sudah Anda buktikan/temukan sendiri (kecocokannya).
tentu saya akan berbagi pengalaman yg anda menginginkan, tapi sebelum itu sepertinya giliran anda menjawab saya.

Quote
Salam dharma dan semoga berbahagia.  _/\_

sudahlah, lupakanlah topeng ini, karena sudah tidak berlaku lagi

Offline Sunya

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 876
  • Reputasi: -16
  • Nothing, but your perception ONLY
Re: Tentang 84.000 Ajaran
« Reply #27 on: 07 March 2013, 07:33:23 PM »
Wah, ternyata masih begitu. :)

Salam bahagia untuk Anda.  _/\_

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Tentang 84.000 Ajaran
« Reply #28 on: 07 March 2013, 07:36:18 PM »
ternyata tidak ada perubahan,

 [at] mod, mau tanya, apakah feature auto-ban masih aktif?

Offline Sunya

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 876
  • Reputasi: -16
  • Nothing, but your perception ONLY
Re: Tentang 84.000 Ajaran
« Reply #29 on: 07 March 2013, 07:36:43 PM »
Kebenaran jika hanya bersumber dari kitab suci, alangkah sempitnya makna spiritual. Seperti mengatakan bahwa kehidupan hanya ada di bumi saja.

Teoritis dan praktisi tidak bisa bertemu, memang benar adanya.  _/\_



[gmod=KK]Dalam dunia maya, kita tidak bisa mengetahui sejauh apa praktek seseorang, mungkin saja dalam kenyataannya praktik anda sama sekali belum ada apa-apanya dibanding semua orang di sini. Karena itu, bahaslah berdasarkan logika dan akal sehat. Anggap ini peringatan untuk berdiskusi dengan baik tanpa perlu menempatkan diri anda lebih mulia, lebih jauh dalam spiritual, lebih benar dalam praktik sehingga opini anda yang tidak berdasar harus diterima sebagai kebenaran.[/gmod]
« Last Edit: 08 March 2013, 02:20:47 PM by Kainyn_Kutho »

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Tentang 84.000 Ajaran
« Reply #30 on: 07 March 2013, 07:40:38 PM »
Kebenaran jika hanya bersumber dari kitab suci, alangkah sempitnya makna spiritual. Seperti mengatakan bahwa kehidupan hanya ada di bumi saja.

Teoritis dan praktisi tidak bisa bertemu, memang benar adanya.  _/\_

apakah anda teoritis atau praktisi?

Offline Sunya

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 876
  • Reputasi: -16
  • Nothing, but your perception ONLY
Re: Tentang 84.000 Ajaran
« Reply #31 on: 07 March 2013, 07:44:40 PM »
apakah anda teoritis atau praktisi?

Percuma, Anda tidak menjawab pertanyaan saya, sedangkan jawaban Anda tentang pengujian spiritual dan tekstual sudah saya jawab (walau Anda tidak mau terima). Mungkin Anda ingin jawaban sesuai keinginan? :)

Salam.  _/\_

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Tentang 84.000 Ajaran
« Reply #32 on: 07 March 2013, 07:46:18 PM »
ternyata tidak ada perubahan,

 [at] mod, mau tanya, apakah feature auto-ban masih aktif?
mungkin tunggu rep nya -10 =))
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Tentang 84.000 Ajaran
« Reply #33 on: 07 March 2013, 07:47:16 PM »
Percuma, Anda tidak menjawab pertanyaan saya, sedangkan jawaban Anda tentang pengujian spiritual dan tekstual sudah saya jawab (walau Anda tidak mau terima). Mungkin Anda ingin jawaban sesuai keinginan? :)

Salam.  _/\_

saya tidak melihat jawaban anda dan saya tidak dalam posisi menerima atau menolak sebelum mengetahui jawaban anda atas pertanyaan saya "Apakah anda sudah pernah melakukan pengujian bahwa "referensi spiritual dan tekstual tidak akan bertemu", bisakah dijelaskan tentang pengujian anda itu?"

tidak ada jawaban atas pertanyaan ini

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Tentang 84.000 Ajaran
« Reply #34 on: 07 March 2013, 07:47:51 PM »
mungkin tunggu rep nya -10 =))

loh udah ditambah ya?

Offline sanjiva

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.091
  • Reputasi: 101
  • Gender: Male
Re: Tentang 84.000 Ajaran
« Reply #35 on: 07 March 2013, 07:48:45 PM »
,
«   Ignorance is bliss, but the truth will set you free   »

Offline Sunya

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 876
  • Reputasi: -16
  • Nothing, but your perception ONLY
Re: Tentang 84.000 Ajaran
« Reply #36 on: 07 March 2013, 07:51:05 PM »
saya tidak melihat jawaban anda dan saya tidak dalam posisi menerima atau menolak sebelum mengetahui jawaban anda atas pertanyaan saya "Apakah anda sudah pernah melakukan pengujian bahwa "referensi spiritual dan tekstual tidak akan bertemu", bisakah dijelaskan tentang pengujian anda itu?"

tidak ada jawaban atas pertanyaan ini

Ini bukan jawaban?

Jika Anda cermat, sebenarnya dalam diskusi-diskusi yang sudah berlalu, Anda tahu bahwa hal spiritual banyak Anda dan rekan segolongan Anda (pengkaji kitab suci) tentang/tolak. Apalagi yang mau didiskusikan bila kata-kata orang yang belum Anda ketahui kebenaran atau kesalahannya, sudah Anda tolak dan tentang karena Anda anggap tidak sesuai dengan kata-kata di kitab suci?

Itu yang saya maksud spiritual dan tekstual tidak bisa bertemu.

Belum cukup jelas, atau tidak sesuai harapan? Kalau boleh tahu, jadi jawaban seperti apa yang Anda inginkan dan harapkan? Saya benar-benar bersedia mengikuti alur pemahaman Anda.

Salam.  _/\_

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Tentang 84.000 Ajaran
« Reply #37 on: 07 March 2013, 07:53:00 PM »
loh udah ditambah ya?
make a wish ;D
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Tentang 84.000 Ajaran
« Reply #38 on: 07 March 2013, 07:53:17 PM »
Menurut forum Dhammawheel tsb, kalo anda melakukan pencarian kata "caturasitisahassani" (84.000) pada teks kanon Pali, ya cuma ketemu pada syair Theragatha di atas.

Sedikit ralat: kalo anda melakukan pencarian kata "caturasitisahassani" (84.000) yang berhubungan dengan jumlah ajaran pada teks kanon Pali, ya cuma ketemu pada syair Theragatha di atas.

Karena jika kita melakukan search keyword "Caturāsītisahassāni" saja di Tipitaka Pali online (http://www.tipitaka.org/search), hasilnya:

(2)Dīghanikāye
(1)Majjhimanikāye
(13)Khuddakanikāye
(1)Vinayapiṭake
(1)Abhidhammapiṭake
(7)Añña


Namun 84.000 pada teks2 lainnya itu sepertinya tidak berhubungan dengan pernyataan jumlah ajaran. Cmiiw, karena saya gak bisa bahasa Pali....

Quote
Btw, tujuan topik ini adalah sbg info bahwa pernyataan 84.000 jalan Dharma itu sbg bnyk jalan menuju Nibbana spt yg diklaim banyak kalangan Buddhis itu tdk berdasar....

Tergantung, apakah 84.000 itu adalah kiasan atau arti harfiah.

Jika kiasan maka pendapat di atas bisa benar, namun jika harfiah, berarti menjalankan ajaran mana dari 84.000 ajaran Buddha dan Siswa-Nya, yang mengantarkan menuju Nibbana?

Begitu 'kan logikanya? Mohon tanggapannya.

Salam.  _/\_

Tebakannya salah... :P

Mungkin dari 84rb ajaran tsb belum tentu kita bs mengetahui semuanya, n intinya sama ttg melenyapkan kemelekatan untuk mencapai nibbana?

Seperti yang ditulis pada awal topik:

Quote
Ini berarti semua ajaran Dhamma yang diingat Ananda [telah kita ketahui bahwa Ananda adalah seorang bhikkhu yang mampu mengingat semua kotbah Sang Buddha krn selalu menemani dan melayani Sang Buddha ke mana pun Beliau pergi], seperti yang ia ulangi pada Konsili Buddhis Pertama tak lama setelah Sang Buddha wafat, sebelum ditambahkan kemudian (dalam Konsili-Konsili berikutnya). Kita dapat menganggap ini sebagai ajaran Buddha yang awal mula, yang terdiri dari sutta-sutta yang berupa kata-kata Sang Buddha sendiri (buddhavacana) dan beberapa sutta yang berasal dari kata-kata para siswa langsung Sang Buddha (seperti Theragatha [syair para bhikkhu Arahat], Therigatha [syair para bhikkhuni Arahat], dan sutta-sutta yang diucapkan oleh Sariputta, Moggallana, Ananda, Kaccayana, Dhammadinna, dst)

Jadi, sebenarnya 84.000 itu bukan menunjuk pada JUMLAH ajaran, melainkan PENGELOMPOKAN ajaran (sehingga disebut "dhammakkhanda" dalam bahasa Pali). Apakah makna ini harfiah atau bukan, tetap saja yg dimaksud hanya satu jalan (bukan banyak jalan), yaitu Jalan Mulia Berunsur Delapan, atau pada cakupan yang lebih luas 37 faktor yang membawa pada pencerahan (Bodhipakkhiyadhamma) seperti yang dikatakan Sang Buddha sendiri sebelum wafat-Nya:

Quote
3.50. Kemudian Sang Bhagavā memasuki aula pertemuan dan duduk di tempat yang telah dipersiapkan. Kemudian Beliau berkata kepada para bhikkhu: ‘Para bhikkhu, untuk alasan ini, hal-hal tersebut yang telah Kutemukan dan Kuajarkan telah kalian pelajari dengan saksama, dipraktikkan, dikembangkan dan dilatih, sehingga kehidupan suci ini dapat bertahan lama, ini adalah demi manfaat dan kebahagiaan banyak makhluk, demi belas kasihan kepada dunia, demi manfaat dan kebahagiaan para dewa dan manusia. Dan apakah hal-hal tersebut itu ...? [120] Yaitu: empat landasan perhatian, empat usaha benar, empat jalan menuju kekuatan, lima indria spritual,[50] lima kekuatan batin,[51] tujuh faktor penerangan sempurna, jalan mulia berfaktor delapan.’

DN 16 Mahaparinibbana Sutta
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Tentang 84.000 Ajaran
« Reply #39 on: 07 March 2013, 07:57:34 PM »
Ini bukan jawaban?

Jika Anda cermat, sebenarnya dalam diskusi-diskusi yang sudah berlalu, Anda tahu bahwa hal spiritual banyak Anda dan rekan segolongan Anda (pengkaji kitab suci) tentang/tolak. Apalagi yang mau didiskusikan bila kata-kata orang yang belum Anda ketahui kebenaran atau kesalahannya, sudah Anda tolak dan tentang karena Anda anggap tidak sesuai dengan kata-kata di kitab suci?

Itu yang saya maksud spiritual dan tekstual tidak bisa bertemu.


Belum cukup jelas, atau tidak sesuai harapan? Kalau boleh tahu, jadi jawaban seperti apa yang Anda inginkan dan harapkan? Saya benar-benar bersedia mengikuti alur pemahaman Anda.

Salam.  _/\_

itu bukan jawaban yg saya inginkan, itu adalah pengamatan anda terhadap diskusi dalam forum ini, tapi bukan penelitian anda sendiri, yg saya inginkan adalah pengujian yg anda lakukan sendiri. Saya bahkan tidak meggolongkan para member di sini sebagai teoritis atau praktisi, siapa pun setara dalam forum ini. Jadi anda tidak bisa seenaknya memvonis bahwa si anu adalah teoritis dan si anu adalah praktisi. berdasarkan apa anad menilainya? dengan kesaktian anda lagi? contoh dari praktik yg tidak sesuai dengan teori misalnya, Sang Buddha mengajarkan bahwa Untuk mencapai Nibbana adalah melalui JMB8, ternyata pengalaman dan pengujian anda ternyata tidak demikian, karena anda telah membuktikan bahwa nibbana ternyata dicapai melalui kebohongan dan penipuan, ini hanya contoh kasus.

Offline dipasena

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.612
  • Reputasi: 99
  • Gender: Male
  • Sudah Meninggal
Re: Tentang 84.000 Ajaran
« Reply #40 on: 07 March 2013, 07:58:00 PM »
ini dia, kelewatan spiritual bahkan melampaui semua kitab suci tanpa didukung oleh kemampuan pikiran yg memadai menghasilkan orang gila baru yg merasa diri nya sudah mencapai tingkat spiritual yg lebih tinggi dr pd orang lain...

jk spiritual nya dipertanyakan, ia akan mengatakan orang lain sebagai tekstual dogmatis... haiyahhh...

cm bs mengatakan "kasihan"

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Tentang 84.000 Ajaran
« Reply #41 on: 07 March 2013, 07:59:27 PM »
loh udah 8? padahal tadi masih 7, memang sakti

Offline sanjiva

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.091
  • Reputasi: 101
  • Gender: Male
Re: Tentang 84.000 Ajaran
« Reply #42 on: 07 March 2013, 08:05:42 PM »
Apabila masih bingung, ingatlah hukum kebenaran ini:

    spiritual = tekstual, tekstual = spiritual

jadi, apanya lagi yang mau dipermasalahkan?  :whistle:
«   Ignorance is bliss, but the truth will set you free   »

Offline Sunya

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 876
  • Reputasi: -16
  • Nothing, but your perception ONLY
Re: Tentang 84.000 Ajaran
« Reply #43 on: 07 March 2013, 08:06:28 PM »
Sedikit ralat: kalo anda melakukan pencarian kata "caturasitisahassani" (84.000) yang berhubungan dengan jumlah ajaran pada teks kanon Pali, ya cuma ketemu pada syair Theragatha di atas.

Karena jika kita melakukan search keyword "Caturāsītisahassāni" saja di Tipitaka Pali online (http://www.tipitaka.org/search), hasilnya:

(2)Dīghanikāye
(1)Majjhimanikāye
(13)Khuddakanikāye
(1)Vinayapiṭake
(1)Abhidhammapiṭake
(7)Añña


Namun 84.000 pada teks2 lainnya itu sepertinya tidak berhubungan dengan pernyataan jumlah ajaran. Cmiiw, karena saya gak bisa bahasa Pali....

Seperti yang ditulis pada awal topik:

Jadi, sebenarnya 84.000 itu bukan menunjuk pada JUMLAH ajaran, melainkan PENGELOMPOKAN ajaran (sehingga disebut "dhammakkhanda" dalam bahasa Pali). Apakah makna ini harfiah atau bukan, tetap saja yg dimaksud hanya satu jalan (bukan banyak jalan), yaitu Jalan Mulia Berunsur Delapan, atau pada cakupan yang lebih luas 37 faktor yang membawa pada pencerahan (Bodhipakkhiyadhamma) seperti yang dikatakan Sang Buddha sendiri sebelum wafat-Nya:

Menurut saya, sekali pun tidak berhubungan dengan ajaran, istilah 84.000 itu patut dikumpulkan sebagai sampel studi, agar mendapatkan makna yang komprehensif (rinci dan tepat) tentang arti/makna 84.000 tersebut.

Satu jalan menuju Kearahatan, saya setuju. Jika di luar itu, saya kurang sependapat.

Salam.  _/\_

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Tentang 84.000 Ajaran
« Reply #44 on: 07 March 2013, 08:15:13 PM »
Menurut saya, sekali pun tidak berhubungan dengan ajaran, istilah 84.000 itu patut dikumpulkan sebagai sampel studi, agar mendapatkan makna yang komprehensif (rinci dan tepat) tentang arti/makna 84.000 tersebut.

Satu jalan menuju Kearahatan, saya setuju. Jika di luar itu, saya kurang sependapat.

Salam.  _/\_

Gak ada yang bisa memastikan 84.000 itu meliput apa saja. Bahkan jika anda sudah membaca seluruh Sutta Pitaka, anda mungkin akan bingung bagaimana pengelompokan ajaran itu dilakukan (misalnya Dhammapada terdiri dari 423 syair/ayat, itu dikelompokkan menjadi berapa kelompok? Siapa yang bisa memastikan pengelompokan ini?)

Btw, maksud anda, jalan Bodhisattva di luar 84.000 itu kah? ;D
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline Sunya

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 876
  • Reputasi: -16
  • Nothing, but your perception ONLY
Re: Tentang 84.000 Ajaran
« Reply #45 on: 07 March 2013, 08:23:19 PM »
itu bukan jawaban yg saya inginkan, itu adalah pengamatan anda terhadap diskusi dalam forum ini, tapi bukan penelitian anda sendiri, yg saya inginkan adalah pengujian yg anda lakukan sendiri. Saya bahkan tidak meggolongkan para member di sini sebagai teoritis atau praktisi, siapa pun setara dalam forum ini. Jadi anda tidak bisa seenaknya memvonis bahwa si anu adalah teoritis dan si anu adalah praktisi. berdasarkan apa anad menilainya? dengan kesaktian anda lagi? contoh dari praktik yg tidak sesuai dengan teori misalnya, Sang Buddha mengajarkan bahwa Untuk mencapai Nibbana adalah melalui JMB8, ternyata pengalaman dan pengujian anda ternyata tidak demikian, karena anda telah membuktikan bahwa nibbana ternyata dicapai melalui kebohongan dan penipuan, ini hanya contoh kasus.

Pengamatan itu bukan penelitian saya sendiri? :) Baik, saya terima saja, sesuai janji saya mengikuti alur pemikiran dan pemahaman Anda.

Menilai teoritis dan praktisi tidak selalu harus lewat kesaktian, atau pengalaman lapangan. Dari konsistensi tulisan juga bisa dilihat, orang ini menerapkan apa yang dipelajarinya, atau tidak. Misalnya: Emosi saat berdiskusi, tidak jujur saat mengakui sebuah kekeliruan, serta kerap berucap/menulis kurang benar (padahal dalam ajaran teoritis ada sila tentang pikiran, perkataan, perbuatan benar). Itu saja sudah cukup untuk memberi penilaian di dunia maya. Masa seperti ini belum bisa jadi tolok ukur minimal? :)

Oke, ini pengalaman dan pengujian saya seperti permintaan Anda, semoga kali ini sesuai harapan.

Sesuai teori, berdasarkan yang saya baca dan pahami dari teks Buddhisme, khususnya yang diakui otentik dan paling asli, bukan hasil akulturasi (percampuran) ajaran dengan budaya setempat, dikatakan bahwa setelah meninggal suatu makhluk akan langsung bertumimbal lahir.

Secara spiritual, Anda bila tidak mampu boleh minta bantuan pada pihak yang mampu, seorang yang meninggal masih berkeliaran di sekitar tempat tinggalnya atau tempat-tempat tertentu (misalnya lokasi dimana ia meninggal).

Itu satu contoh kecil, yang lebih besar saya khawatir dapat menimbulkan polemik jika dibahas di forum ini.

Demikian, tidak ada maksud saya mengganggu keimanan siapapun. Mohon dimaafkan jika tidak berkenan.

Salam.  _/\_

Offline Sunya

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 876
  • Reputasi: -16
  • Nothing, but your perception ONLY
Re: Tentang 84.000 Ajaran
« Reply #46 on: 07 March 2013, 08:25:53 PM »
Gak ada yang bisa memastikan 84.000 itu meliput apa saja. Bahkan jika anda sudah membaca seluruh Sutta Pitaka, anda mungkin akan bingung bagaimana pengelompokan ajaran itu dilakukan (misalnya Dhammapada terdiri dari 423 syair/ayat, itu dikelompokkan menjadi berapa kelompok? Siapa yang bisa memastikan pengelompokan ini?)

Btw, maksud anda, jalan Bodhisattva di luar 84.000 itu kah? ;D

Bukan 84.000 meliputi apa saja, tapi terminologi (istilah) 84.000, coba baca lebih teliti tulisan di atas.

Samma Sambuddha maksud saya.

 _/\_

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Tentang 84.000 Ajaran
« Reply #47 on: 07 March 2013, 08:32:31 PM »
Sesuai teori, berdasarkan yang saya baca dan pahami dari teks Buddhisme, khususnya yang diakui otentik dan paling asli, bukan hasil akulturasi (percampuran) ajaran dengan budaya setempat, dikatakan bahwa setelah meninggal suatu makhluk akan langsung bertumimbal lahir.

Secara spiritual, Anda bila tidak mampu boleh minta bantuan pada pihak yang mampu, seorang yang meninggal masih berkeliaran di sekitar tempat tinggalnya atau tempat-tempat tertentu (misalnya lokasi dimana ia meninggal).


sesuai dugaan, pengujian anda yg ini tidak valid, mungkin anda harus memberikan pengujian lain lagi.
alasan:
1. Anda tidak akan menemukan dalam teks otentik Kanon Pali, bahwa setelah meninggal suatu makhluk akan langsung bertumimbal lahir.

2. bagaimana anda membuktikan "seorang yang meninggal masih berkeliaran di sekitar tempat tinggalnya atau tempat-tempat tertentu (misalnya lokasi dimana ia meninggal)."? apakah dari "katanya"?

Dalam suatu perdebatan. selama tidak melontarkan kebohongan atau fitnah yg tidak benar, maka tidak ada pelanggaran apa pun di sini, mencela yg patut dicela adalah persis sesuai dengan ajaran Buddha. jika apa yg ditulis ternyata berbeda dengan apa yg anda pahami, maka anda seharusnya mengklarifikasi, mempertanyakan, sebelum menuduh berbohong.
« Last Edit: 07 March 2013, 08:34:13 PM by Indra »

Offline will_i_am

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.163
  • Reputasi: 155
  • Gender: Male
Re: Tentang 84.000 Ajaran
« Reply #48 on: 07 March 2013, 11:12:58 PM »
2. bagaimana anda membuktikan "seorang yang meninggal masih berkeliaran di sekitar tempat tinggalnya atau tempat-tempat tertentu (misalnya lokasi dimana ia meninggal)."? apakah dari "katanya"?
pakai kesaktian.. :P
hiduplah hanya pada hari ini, jangan mengkhawatirkan masa depan ataupun terpuruk dalam masa lalu.
berbahagialah akan apa yang anda miliki, jangan mengejar keinginan akan memiliki
_/\_

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: Tentang 84.000 Ajaran
« Reply #49 on: 08 March 2013, 05:12:53 AM »
[at] Sunya

Anda ke mana saja? Banyak yang sudah kangen tuh :))
Khan Benci Tapi Rindu  8)


tebakan saya, karena sudah bukan manusia biasa, tentu dengan 'kesaktian' bisa melalang buana ke segala alam :))

saya biasanya tidak pakai kesaktian, cukup butuh waktu 'malam hari sampai subuh' mengunjungi segala alam  (kadang2 saja)  :))
« Last Edit: 08 March 2013, 05:17:41 AM by adi lim »
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: Tentang 84.000 Ajaran
« Reply #50 on: 08 March 2013, 05:19:24 AM »
pakai kesaktian.. :P

mimpi, khayalan, kesaktian, kadang2 susah dibedakan
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline Sunya

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 876
  • Reputasi: -16
  • Nothing, but your perception ONLY
Re: Tentang 84.000 Ajaran
« Reply #51 on: 08 March 2013, 11:02:06 AM »
sesuai dugaan, pengujian anda yg ini tidak valid, mungkin anda harus memberikan pengujian lain lagi.
alasan:
1. Anda tidak akan menemukan dalam teks otentik Kanon Pali, bahwa setelah meninggal suatu makhluk akan langsung bertumimbal lahir.

2. bagaimana anda membuktikan "seorang yang meninggal masih berkeliaran di sekitar tempat tinggalnya atau tempat-tempat tertentu (misalnya lokasi dimana ia meninggal)."? apakah dari "katanya"?

Dalam suatu perdebatan. selama tidak melontarkan kebohongan atau fitnah yg tidak benar, maka tidak ada pelanggaran apa pun di sini, mencela yg patut dicela adalah persis sesuai dengan ajaran Buddha. jika apa yg ditulis ternyata berbeda dengan apa yg anda pahami, maka anda seharusnya mengklarifikasi, mempertanyakan, sebelum menuduh berbohong.

Rekan Indra, dalam berdiskusi ada baiknya berpikiran terbuka, tidak berprasangka dan tidak terburu-buru menjatuhkan vonis tertentu.

Saya tanggapi poin yang Anda anggap tidak valid tersebut.

1. Suatu pengertian yang diterima oleh makhluk, dalam hal ini manusia, tidak mutlak harus bersumber dari teks langsung. Pengertian itu didapat dari mengakumulasikan pengetahuan yang diperoleh (dari teks otentik) hingga menghasilkan pemahaman.
Ini seperti berkata, bahwa tidak ada aturan untuk menghormat bendera di UUD 1945, tapi tetap dilakukan dan dipahami secara umum.
Perihal tumimbal lahir setelah meninggal, ini adalah wacana umum yang sudah dipahami Buddhis dari bhikkhu hingga umat biasa. Jika Anda bisa mementahkan pernyataan tersebut dengan, "Setelah meninggal suatu makhluk tidak akan langsung bertumimbal lahir", berdasarkan teks otentik yang Anda pegang juga, baru bisa dikatakan bahwa pernyataan saya di atas tidak valid.

Dalam diskusi Buddhis, tanya jawab di vihara maupun di forum dunia maya, sudah umum bahwa pengertian setelah meninggal langsung bertumimbal lahir dijadikan sebuah pengertian/pemahaman. Jika ini bukan bersumber dari ajaran Buddha, lalu dari mana?

2. Sudah saya tulis dengan jelas: Secara spiritual, Anda bila tidak mampu boleh minta bantuan pada pihak yang mampu, seorang yang meninggal masih berkeliaran di sekitar tempat tinggalnya atau tempat-tempat tertentu (misalnya lokasi dimana ia meninggal).
"Katanya" siapa? Bukti saya terdekat adalah adik saya sendiri, melihat bibinya yang baru meninggal berkunjung ke rumahnya. Juga paman dan bibi saya yang melihat almarhum orang tua saya berkunjung dan bahkan sempat bersalaman. Kedua kasus tersebut terjadi di waktu dan tempat (kota) yang berbeda, dan saksi mata tidak mengetahui bahwa yang mengunjungi tersebut sudah meninggal, jadi dugaan halusinasi sangat kecil, apalagi pada kasus kedua dilihat oleh lebih dari satu orang dan ada interaksi fisik dengan almarhum.

Tulisan tentang etika debat, dapat dialamatkan pada Anda sendiri. Mengapa mengatakan sesuatu tidak valid sebelum mempertanyakan dan meminta klarifikasi? :)

Jika mau mendapat manfaat dari diskusi ini, kesampingkan sifat tendensius dan subyektif (emosional), maka kita bisa fokus pada topik (isu) yang sedang dibahas.

Oke, salam berbahagia untuk Anda.  _/\_

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Tentang 84.000 Ajaran
« Reply #52 on: 08 March 2013, 11:41:46 AM »
Rekan Indra, dalam berdiskusi ada baiknya berpikiran terbuka, tidak berprasangka dan tidak terburu-buru menjatuhkan vonis tertentu.

Saya tanggapi poin yang Anda anggap tidak valid tersebut.

1. Suatu pengertian yang diterima oleh makhluk, dalam hal ini manusia, tidak mutlak harus bersumber dari teks langsung. Pengertian itu didapat dari mengakumulasikan pengetahuan yang diperoleh (dari teks otentik) hingga menghasilkan pemahaman.
Ini seperti berkata, bahwa tidak ada aturan untuk menghormat bendera di UUD 1945, tapi tetap dilakukan dan dipahami secara umum.

Perihal tumimbal lahir setelah meninggal, ini adalah wacana umum yang sudah dipahami Buddhis dari bhikkhu hingga umat biasa. Jika Anda bisa mementahkan pernyataan tersebut dengan, "Setelah meninggal suatu makhluk tidak akan langsung bertumimbal lahir", berdasarkan teks otentik yang Anda pegang juga, baru bisa dikatakan bahwa pernyataan saya di atas tidak valid.

Dalam diskusi Buddhis, tanya jawab di vihara maupun di forum dunia maya, sudah umum bahwa pengertian setelah meninggal langsung bertumimbal lahir dijadikan sebuah pengertian/pemahaman. Jika ini bukan bersumber dari ajaran Buddha, lalu dari mana?


dalam hal ini mari kita perhatikan kata2 anda sebelumnya "berdasarkan yang saya baca dan pahami dari teks Buddhisme, khususnya yang diakui otentik dan paling asli, bukan hasil akulturasi (percampuran) ajaran dengan budaya setempat"

Jadi saya pikir kita sedang membicarakan sumber rujukan yg sama, yaitu teks Buddhisme yg diakui paling asli, bukan hasil akulturasi (percampuran). kita tidak membicarakan sumber dari wacana atau obrolan warung kopi, bukan? untuk mempermudah, bisakah anda memberikan referensi mengenai bahan bacaan anda yg paling asli dan otentik itu? silakan ditampilkan di sini.

Quote
2. Sudah saya tulis dengan jelas: Secara spiritual, Anda bila tidak mampu boleh minta bantuan pada pihak yang mampu, seorang yang meninggal masih berkeliaran di sekitar tempat tinggalnya atau tempat-tempat tertentu (misalnya lokasi dimana ia meninggal).
"Katanya" siapa? Bukti saya terdekat adalah adik saya sendiri, melihat bibinya yang baru meninggal berkunjung ke rumahnya. Juga paman dan bibi saya yang melihat almarhum orang tua saya berkunjung dan bahkan sempat bersalaman. Kedua kasus tersebut terjadi di waktu dan tempat (kota) yang berbeda, dan saksi mata tidak mengetahui bahwa yang mengunjungi tersebut sudah meninggal, jadi dugaan halusinasi sangat kecil, apalagi pada kasus kedua dilihat oleh lebih dari satu orang dan ada interaksi fisik dengan almarhum.


no pic/video=hoax

Quote
Tulisan tentang etika debat, dapat dialamatkan pada Anda sendiri. Mengapa mengatakan sesuatu tidak valid sebelum mempertanyakan dan meminta klarifikasi? :)

tuduhan anda sudah saya klarifikasi di atas.

Quote
Jika mau mendapat manfaat dari diskusi ini, kesampingkan sifat tendensius dan subyektif (emosional), maka kita bisa fokus pada topik (isu) yang sedang dibahas.

Dan jika mau mendapat manfaat dari diskusi ini, kesampingkan juga sifat sudah mencapai kesucian atau pengalamann spiritual tinggi sehingga merasa diri layak untuk mengajari orang lain.



Offline Sunya

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 876
  • Reputasi: -16
  • Nothing, but your perception ONLY
Re: Tentang 84.000 Ajaran
« Reply #53 on: 08 March 2013, 12:23:44 PM »
dalam hal ini mari kita perhatikan kata2 anda sebelumnya "berdasarkan yang saya baca dan pahami dari teks Buddhisme, khususnya yang diakui otentik dan paling asli, bukan hasil akulturasi (percampuran) ajaran dengan budaya setempat"

Jadi saya pikir kita sedang membicarakan sumber rujukan yg sama, yaitu teks Buddhisme yg diakui paling asli, bukan hasil akulturasi (percampuran). kita tidak membicarakan sumber dari wacana atau obrolan warung kopi, bukan? untuk mempermudah, bisakah anda memberikan referensi mengenai bahan bacaan anda yg paling asli dan otentik itu? silakan ditampilkan di sini.

no pic/video=hoax

tuduhan anda sudah saya klarifikasi di atas.

Dan jika mau mendapat manfaat dari diskusi ini, kesampingkan juga sifat sudah mencapai kesucian atau pengalamann spiritual tinggi sehingga merasa diri layak untuk mengajari orang lain.

Baik, jika Anda punya akses pada kitab yang Anda anggap otentik (mungkin kitab Kanon Pali?), silakan cari terminologi Punabbhava.

Guru Buddha menjelaskan dalam Satta Sutta; Radha Samyutta; Samyutta Nikaya 23.2 {S 3.189} bahwa makhluk hidup pada umumnya dan manusia pada khususnya merupakan perpaduan dari lima kelompok (Panca Khandha), yang kelimanya dikelompokkan menjadi dua bagian. Pertama yaitu jasmani atau fisik dan yang kedua adalah batin. Baik fisik maupun batin ini tidak terlepas dari hukum perubahan, suatu saat muncul dan saat kemudian mengalami pemadaman/mati. Batin sendiri terdiri dari perasaan, pencerapan, bentuk-bentuk pikiran, dan kesadaran. Unsur-unsur batin ini disebut dalam bahasa Pali sebagai citta. Citta juga sering disebut dengan kesadaran. Citta/kesadaran ini mengalami kemunculan, pemisahan dan pemadaman/mati.

Pada saat seseorang mengalami kematian, jasmani tidak lagi bisa berfungsi untuk mendukung citta/kesadaran. Citta/kesadarannya pun akan mengalami pemadaman/kematian dan secara otomatis ia meneruskan kesan apapun yang tertanam padanya kepada Citta/kesadaran penerusnya yang tidak lain merupakan Citta/kesadaran pada kehidupan yang baru. Penerusan Kesadaran (Patisandhi Vinnana) ini terjadi dengan adanya peran dari Kamma yang pernah dilakukan.

Ketika jasmani mengalami kematian, dalam pikiran orang yang sekarat muncul kesadaran yang bernama Kesadaran Ajal (Cuti Citta). Ketika Kesadaran Ajal mengalami pemadaman juga, maka orang tersebut dikatakan sudah meninggal. Tetapi pada saat yang bersamaan pula (tanpa selang/jeda waktu) Citta/kesadaran kehidupan baru muncul. Dan saat itulah seseorang telah dilahirkan kembali, sudah berada dalam kandungan dengan jasmani yang baru berupa janin. Keseluruhan proses ini terjadi dalam waktu yang singkat.


Silakan Anda teliti dengan kitab berbahasa Pali, jujur saya bukan ahli kitab dan/atau bahasa Pali.

Jika dilihat dari logika Anda, no pic/video=hoax, berarti ajaran Buddha tipuan karena tidak ada foto dan video?  :-? Apa kata-kata keluarga Anda sendiri juga dianggap tipuan kalau tanpa gambar dan video? :)

Dimana saya menuduh, apa yang saya tuduhkan? Saya sedang bertanya mengapa mengatakan sesuatu tidak valid sebelum mempertanyakan dan meminta klarifikasi. Lalu setelah Anda mengatakan tidak valid, baru Anda meminta klarifikasi? Apa tidak terbalik? :) Saran saya, jangan tendensius.

Lho, perkara siapapun mencapai kesucian, memangnya bisa Anda ganggu-gugat dan buktikan salah? Tidak toh? Saya juga tidak keberatan jika Anda atau siapapun mau mengaku suci, sempurna atau apapun, selama dia masih bisa berkomunikasi tentang hal mendasar dengan baik.

Pengalaman spiritual tinggi juga, memangnya ada hukum yang mengatur bahwa seseorang tidak boleh memiliki pengalaman spiritual?

Kalau merasa tinggi saya setuju, ini adalah etika dimana semua pengguna forum harus saling menghormati, bukan bersikap tinggi (merasa lebih pandai, dsb). Tapi jika ada pengalaman spiritual tertentu, masa tidak boleh diutarakan secara jujur? Saya pikir itu juga bagian dari pendekatan ehipassiko (pembuktian sendiri).

Demikian, saya kira kita bisa saling paham sejauh ini.

Salam bahagia dan sukses.  _/\_

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Tentang 84.000 Ajaran
« Reply #54 on: 08 March 2013, 01:07:18 PM »
Baik, jika Anda punya akses pada kitab yang Anda anggap otentik (mungkin kitab Kanon Pali?), silakan cari terminologi Punabbhava.

Guru Buddha menjelaskan dalam Satta Sutta; Radha Samyutta; Samyutta Nikaya 23.2 {S 3.189} bahwa makhluk hidup pada umumnya dan manusia pada khususnya merupakan perpaduan dari lima kelompok (Panca Khandha), yang kelimanya dikelompokkan menjadi dua bagian. Pertama yaitu jasmani atau fisik dan yang kedua adalah batin. Baik fisik maupun batin ini tidak terlepas dari hukum perubahan, suatu saat muncul dan saat kemudian mengalami pemadaman/mati. Batin sendiri terdiri dari perasaan, pencerapan, bentuk-bentuk pikiran, dan kesadaran. Unsur-unsur batin ini disebut dalam bahasa Pali sebagai citta. Citta juga sering disebut dengan kesadaran. Citta/kesadaran ini mengalami kemunculan, pemisahan dan pemadaman/mati.

Pada saat seseorang mengalami kematian, jasmani tidak lagi bisa berfungsi untuk mendukung citta/kesadaran. Citta/kesadarannya pun akan mengalami pemadaman/kematian dan secara otomatis ia meneruskan kesan apapun yang tertanam padanya kepada Citta/kesadaran penerusnya yang tidak lain merupakan Citta/kesadaran pada kehidupan yang baru. Penerusan Kesadaran (Patisandhi Vinnana) ini terjadi dengan adanya peran dari Kamma yang pernah dilakukan.

Ketika jasmani mengalami kematian, dalam pikiran orang yang sekarat muncul kesadaran yang bernama Kesadaran Ajal (Cuti Citta). Ketika Kesadaran Ajal mengalami pemadaman juga, maka orang tersebut dikatakan sudah meninggal. Tetapi pada saat yang bersamaan pula (tanpa selang/jeda waktu) Citta/kesadaran kehidupan baru muncul. Dan saat itulah seseorang telah dilahirkan kembali, sudah berada dalam kandungan dengan jasmani yang baru berupa janin. Keseluruhan proses ini terjadi dalam waktu yang singkat.


Silakan Anda teliti dengan kitab berbahasa Pali, jujur saya bukan ahli kitab dan/atau bahasa Pali.


anda mengatakan tentang membaca "teks Buddhisme, khususnya yang diakui otentik dan paling asli", tapi anda membawakan komentar individu tertentu yg tidak otentik, haiya... bagaimana anda ini?

silakan baca sutta yg benarnya di sini http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/sn/sn23/sn23.002.than.html

Quote
Jika dilihat dari logika Anda, no pic/video=hoax, berarti ajaran Buddha tipuan karena tidak ada foto dan video?  :-? Apa kata-kata keluarga Anda sendiri juga dianggap tipuan kalau tanpa gambar dan video? :)


mungkin saja kok ajaran Buddha itu tipuan, saya juga tidak menerima mentah2 ajaran Buddha itu tanpa menyelidikinya, hanya setelah menyelidikinya baru saya memutuskan untuk menerima atau menolak. itu untuk ajaran Buddha, apalagi yg hanya dongeng "katanya"

Quote
Dimana saya menuduh, apa yang saya tuduhkan? Saya sedang bertanya mengapa mengatakan sesuatu tidak valid sebelum mempertanyakan dan meminta klarifikasi. Lalu setelah Anda mengatakan tidak valid, baru Anda meminta klarifikasi? Apa tidak terbalik? :) Saran saya, jangan tendensius.

bertanya tapi dengan menyelipkan pernyataan tuduhan juga bisa dilakukan, dan ini sangat sering anda lakukan. saya kasih contoh, seseorang bertanya kepada orang lain yg tidak ia kenal dan baru pertama ketemu, "Mengapa anda mencuri uang saya?" ini adalah pertanyaan tapi menurut lawan bicara apakah itu bukan tuduhan? orang itu terlebih dulu harus membuktikan bahwa uangnya memang dicuri oleh orang lain itu baru boleh mempertanyakan alasannya, anda cukup paham bukan?

Quote
Lho, perkara siapapun mencapai kesucian, memangnya bisa Anda ganggu-gugat dan buktikan salah? Tidak toh? Saya juga tidak keberatan jika Anda atau siapapun mau mengaku suci, sempurna atau apapun, selama dia masih bisa berkomunikasi tentang hal mendasar dengan baik.

Pengalaman spiritual tinggi juga, memangnya ada hukum yang mengatur bahwa seseorang tidak boleh memiliki pengalaman spiritual?

Adalah penting bagi kami untuk tahu apakah lawan bicara kami adalah orang suci atau bukan, jadi silakan anda mengaku dengan jujur, "apakah anda orang suci?"

Quote
Kalau merasa tinggi saya setuju, ini adalah etika dimana semua pengguna forum harus saling menghormati, bukan bersikap tinggi (merasa lebih pandai, dsb). Tapi jika ada pengalaman spiritual tertentu, masa tidak boleh diutarakan secara jujur? Saya pikir itu juga bagian dari pendekatan ehipassiko (pembuktian sendiri).


Sang Buddha mengajarkan bahwa kita seharusnya mencela orang yg patut dicela dan memuji yg patut dipuji, ini berlaku juga untuk menghormat pada yg patut dihormati. sebaliknya mencela orang yg patut dipuji dan memuji orang yg patut dicela, adalah kesalahan. ajaran Buddha ini cukup masuk akal bagi saya, tapi ajaran sebaliknya tidak.

Offline Sunya

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 876
  • Reputasi: -16
  • Nothing, but your perception ONLY
Re: Tentang 84.000 Ajaran
« Reply #55 on: 08 March 2013, 01:42:23 PM »
anda mengatakan tentang membaca "teks Buddhisme, khususnya yang diakui otentik dan paling asli", tapi anda membawakan komentar individu tertentu yg tidak otentik, haiya... bagaimana anda ini?

silakan baca sutta yg benarnya di sini http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/sn/sn23/sn23.002.than.html

mungkin saja kok ajaran Buddha itu tipuan, saya juga tidak menerima mentah2 ajaran Buddha itu tanpa menyelidikinya, hanya setelah menyelidikinya baru saya memutuskan untuk menerima atau menolak. itu untuk ajaran Buddha, apalagi yg hanya dongeng "katanya"

bertanya tapi dengan menyelipkan pernyataan tuduhan juga bisa dilakukan, dan ini sangat sering anda lakukan. saya kasih contoh, seseorang bertanya kepada orang lain yg tidak ia kenal dan baru pertama ketemu, "Mengapa anda mencuri uang saya?" ini adalah pertanyaan tapi menurut lawan bicara apakah itu bukan tuduhan? orang itu terlebih dulu harus membuktikan bahwa uangnya memang dicuri oleh orang lain itu baru boleh mempertanyakan alasannya, anda cukup paham bukan?

Adalah penting bagi kami untuk tahu apakah lawan bicara kami adalah orang suci atau bukan, jadi silakan anda mengaku dengan jujur, "apakah anda orang suci?"

Sang Buddha mengajarkan bahwa kita seharusnya mencela orang yg patut dicela dan memuji yg patut dipuji, ini berlaku juga untuk menghormat pada yg patut dihormati. sebaliknya mencela orang yg patut dipuji dan memuji orang yg patut dicela, adalah kesalahan. ajaran Buddha ini cukup masuk akal bagi saya, tapi ajaran sebaliknya tidak.

Teks Buddhisme tidak merujuk hanya pada kitab bahasa Pali yang Anda yakini 'kan? Kalau saya baca terjemahan walau itu dianggap komentar individu, tapi bersumber valid dan bisa diverifikasi keasliannya, bukan terjemahan salah (keliru), tetap bisa dianggap otentik 'kan? Otentik artinya: Sah, tulen, dapat dipercaya, asli. Kalau masih mau diperdebatkan persoalan otentik ini, saya kira tidak lebih penting dari substansi, yaitu tentang tumimbal lahir setelah meninggal.

Baik, dugaan Anda bahwa ajaran Buddha mengandung tipuan berdasarkan analisa seperti apa? Setahu saya dari postingan Anda tidak ada yang kesannya mengatakan ajaran Buddha itu tipuan. Jika memang ada, seperti apa dan mungkin menarik jika diangkat jadi pembahasan.

Kata orang tua Anda tipuan tidak, karena tidak menyertakan gambar dan video? Apa Anda selalu meminta gambar dan video kepada semua penyampai informasi kepada Anda? Jika tidak, lalu darimana Anda menyimpulkan sesuatu itu benar atau tidak benar?

Saya pribadi, walau tidak 100% percaya, namun perkataan orang yang tidak ada motif untuk menipu (misalnya orang tua atau teman), saya tidak punya kecurigaan sebesar Anda berprasangka tertentu.

Saya dalam posisi bertanya dan mempertanyakan tuduhan tidak valid Anda, sekarang Anda menuduh saya yang menuduh. :)

Kami? Anda mengatasnamakan siapa?

Saya kira diskusi tidak membahas personal. Persoalan seorang suci atau tidak, itu adalah masalah ia pribadi.

Maaf, saya tidak meyakini doktrin tentang mencela yang patut dicela. Bagi saya semua orang layak dihormati, walau itu seorang pencuri atau koruptor. Bila Anda anggap masuk akal (mencela yang patut dicela), silakan ikuti, tapi jangan memaksa orang untuk ikut standar Anda.

Salam.  _/\_

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Tentang 84.000 Ajaran
« Reply #56 on: 08 March 2013, 02:00:26 PM »
Teks Buddhisme tidak merujuk hanya pada kitab bahasa Pali yang Anda yakini 'kan? Kalau saya baca terjemahan walau itu dianggap komentar individu, tapi bersumber valid dan bisa diverifikasi keasliannya, bukan terjemahan salah (keliru), tetap bisa dianggap otentik 'kan? Otentik artinya: Sah, tulen, dapat dipercaya, asli. Kalau masih mau diperdebatkan persoalan otentik ini, saya kira tidak lebih penting dari substansi, yaitu tentang tumimbal lahir setelah meninggal.


faktanya adalah sutta itu sama sekali tidak membicarakan tentang tumimbal lahir, jika anda ingin cross cek ke palinya, silakan buka http://tipitaka.org, jika anda paham, kamus Pali-English banyak tersedia di internet. Dan kita sedang membicarakan tentang teks buddhisme yg otentik, selain Pali, yg diterima sebagai otentik adalah Sanskrit, silakan anda tampilkan dari kedua sumber itu.

Quote
Baik, dugaan Anda bahwa ajaran Buddha mengandung tipuan berdasarkan analisa seperti apa? Setahu saya dari postingan Anda tidak ada yang kesannya mengatakan ajaran Buddha itu tipuan. Jika memang ada, seperti apa dan mungkin menarik jika diangkat jadi pembahasan.

saya tidak mengatakan bahwa ajaran Buddha mengandung tipuan, apakah anda sedang berusaha menggiring opini publik? jadi saya tidak akan menanggapi hal ini lagi.

Quote
Kata orang tua Anda tipuan tidak, karena tidak menyertakan gambar dan video? Apa Anda selalu meminta gambar dan video kepada semua penyampai informasi kepada Anda? Jika tidak, lalu darimana Anda menyimpulkan sesuatu itu benar atau tidak benar?

beberapa hal terbukti tipuan dan beberapa lainnya tidak, maka saya harus melakukan pembuktian atas kebenarannya. beberapa dibuktikan melalui gambar dan video, beberapa lainnya melalui cara pembuktian lain.

Quote
Saya pribadi, walau tidak 100% percaya, namun perkataan orang yang tidak ada motif untuk menipu (misalnya orang tua atau teman), saya tidak punya kecurigaan sebesar Anda berprasangka tertentu.
tapi di sini saya tidak bisa mengetahui motif orang lain, saya tidak kenal anda, mungkin orang itu tidak ada motif untuk menipu, melainkan anda yg punya motif menipu, who knows?

Quote
Saya dalam posisi bertanya dan mempertanyakan tuduhan tidak valid Anda, sekarang Anda menuduh saya yang menuduh. :)

sudah dijelaskan bahwa dalam pertanyaan juga bisa diselipkan tuduhan. tuduhan itu bisa dilakukan dalam berbagai cara, bahkan dalam bentuk nasihat bijak. misalnya ketemu orang yg tidak kita kenal dan kita menasihatinya, "hey, saya kasih nasihat ya, jangan mencuri uang saya", bagaimana menurut anda?

Quote
Kami? Anda mengatasnamakan siapa?
dalam hal ini saya mewakili beberapa member yg sependapat dengan saya, yg dapat anda lihat sama2 mempertanyakan tentang kesucian anda?

Quote
Saya kira diskusi tidak membahas personal. Persoalan seorang suci atau tidak, itu adalah masalah ia pribadi.

benar, tapi jika anda memang orang suci, maka demi belas kasihan seharusnya anda memberitahu, agar kami (saya dan beberapa member) terhindar dari perbuatan buruk terhadap orang suci.

Quote
Maaf, saya tidak meyakini doktrin tentang mencela yang patut dicela. Bagi saya semua orang layak dihormati, walau itu seorang pencuri atau koruptor. Bila Anda anggap masuk akal (mencela yang patut dicela), silakan ikuti, tapi jangan memaksa orang untuk ikut standar Anda.

saya harap hal yg sama (bagian "jangan memaksa") juga berlaku untuk anda.
Quote
Salam.  _/\_

better
« Last Edit: 08 March 2013, 02:02:00 PM by Indra »

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Tentang 84.000 Ajaran
« Reply #57 on: 08 March 2013, 06:53:29 PM »
Bukan 84.000 meliputi apa saja, tapi terminologi (istilah) 84.000, coba baca lebih teliti tulisan di atas.

Menurut anda, terminologi 84.000 ajaran itu bermakna apa? Coba jelaskan dulu....

Quote
Samma Sambuddha maksud saya.

 _/\_

Jadi, menurut anda, 84.000 ajaran tsb tidak bisa membawa menuju Kebuddhaan?
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline Sunya

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 876
  • Reputasi: -16
  • Nothing, but your perception ONLY
Re: Tentang 84.000 Ajaran
« Reply #58 on: 09 March 2013, 08:53:50 PM »
Menurut anda, terminologi 84.000 ajaran itu bermakna apa? Coba jelaskan dulu....

Jadi, menurut anda, 84.000 ajaran tsb tidak bisa membawa menuju Kebuddhaan?

Rekan Ariya, untuk jelasnya saya salin kembali tulisan saya.

Menurut saya, sekali pun tidak berhubungan dengan ajaran, istilah 84.000 itu patut dikumpulkan sebagai sampel studi, agar mendapatkan makna yang komprehensif (rinci dan tepat) tentang arti/makna 84.000 tersebut.

Satu jalan menuju Kearahatan, saya setuju. Jika di luar itu, saya kurang sependapat.

Salam.  _/\_

Saya sama sekali tidak menyebut 84.000 ajaran, tapi 84.000.

Maksud saya, istilah 84.000 itu juga ditemukan dalam kata (misalnya): 84.000 tahun (usia manusia kelak, mengacu para ramalan Buddha), serta 84.000 yojana (satuan ukuran). Jika ditilik dari banyaknya istilah 84.000, bukankah ada indikasi bahwa angka ini sering digunakan untuk sesuatu yang belum terjangkau oleh pikiran, entah itu usia yang sangat panjang, atau juga ukuran yang luar biasa besar. Terkait pembahasan kita tentang makna harfiah dan kiasan, maka maksud saya dengan memperluas sampel pengamatan akan didapatkan makna yang lebih menyeluruh tentang arti kata/istilah 84.000 tersebut.

Semoga kali ini jelas.

Untuk pertanyaan Anda tentang apakah 84.000 ajaran bisa membawa pada Kebuddhaan, tergantung. Jika yang dimaksud adalah makna kiasan, jawaban saya: Tentu bisa. Namun jika yang dimaksud makna harfiah (berarti 84.000 yang diajarkan Buddha di planet ini pada kehidupan-Nya sebagai Siddharta Gautama) maka jawaban saya tidak.

Yang diajarkan Beliau pada pemutaran roda dharma pertama lebih pada Kearahatan, daripada Samma Sambuddha. Sedangkan pada pemutaran roda kedua (Mahayana) baru fokus Beliau pada Kebuddhaan Sempurna (Samma Sambuddha).

Polemik tentang perbedaan pandangan mungkin bisa dilanjutkan di thread lain, agar topik ini tidak melebar dan keluar dari jalur (OOT).

Oke, selamat berakhir pekan dan semoga berbahagia.  _/\_

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Tentang 84.000 Ajaran
« Reply #59 on: 09 March 2013, 09:05:46 PM »
 [at] Sunya: Waduh, ternyata anda melenceng dari topik. Yang dibahas kan 84.000 ajaran, bukan yang lain, sesuai pembahasan pada awal topik ini....
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline Sunya

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 876
  • Reputasi: -16
  • Nothing, but your perception ONLY
Re: Tentang 84.000 Ajaran
« Reply #60 on: 09 March 2013, 09:13:03 PM »
[at] Sunya: Waduh, ternyata anda melenceng dari topik. Yang dibahas kan 84.000 ajaran, bukan yang lain, sesuai pembahasan pada awal topik ini....

Memang, saya sependapat dan masih dalam konteks 84.000 ajaran, bukan yang lain. Yang dibahas di atas 'kan adalah memperluas sampel pengamatan, bukan mau membahas 84.000 dalam konteks usia ataupun ukuran (sudah saya beri tanda kurung 'misalnya').

Demikian semoga bisa dipahami. Salam kemajuan dalam dharma.  _/\_

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Tentang 84.000 Ajaran
« Reply #61 on: 09 March 2013, 09:38:34 PM »
Rekan Ariya, untuk jelasnya saya salin kembali tulisan saya.

Saya sama sekali tidak menyebut 84.000 ajaran, tapi 84.000.

Maksud saya, istilah 84.000 itu juga ditemukan dalam kata (misalnya): 84.000 tahun (usia manusia kelak, mengacu para ramalan Buddha), serta 84.000 yojana (satuan ukuran). Jika ditilik dari banyaknya istilah 84.000, bukankah ada indikasi bahwa angka ini sering digunakan untuk sesuatu yang belum terjangkau oleh pikiran, entah itu usia yang sangat panjang, atau juga ukuran yang luar biasa besar. Terkait pembahasan kita tentang makna harfiah dan kiasan, maka maksud saya dengan memperluas sampel pengamatan akan didapatkan makna yang lebih menyeluruh tentang arti kata/istilah 84.000 tersebut.

Semoga kali ini jelas.

Untuk pertanyaan Anda tentang apakah 84.000 ajaran bisa membawa pada Kebuddhaan, tergantung. Jika yang dimaksud adalah makna kiasan, jawaban saya: Tentu bisa. Namun jika yang dimaksud makna harfiah (berarti 84.000 yang diajarkan Buddha di planet ini pada kehidupan-Nya sebagai Siddharta Gautama) maka jawaban saya tidak.

Yang diajarkan Beliau pada pemutaran roda dharma pertama lebih pada Kearahatan, daripada Samma Sambuddha. Sedangkan pada pemutaran roda kedua (Mahayana) baru fokus Beliau pada Kebuddhaan Sempurna (Samma Sambuddha).

Polemik tentang perbedaan pandangan mungkin bisa dilanjutkan di thread lain, agar topik ini tidak melebar dan keluar dari jalur (OOT).

Oke, selamat berakhir pekan dan semoga berbahagia.  _/\_
mohon izin OOT sejenak,

Rekan Sunya, di sutta apakah ada tertulis tentang 84.000 tahun dan 84.000 yojana itu? ref pls

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Tentang 84.000 Ajaran
« Reply #62 on: 09 March 2013, 09:52:38 PM »
Jika 84,000 dianggap sebagai merujuk pada banyak, sptnya tidak juga, karena dalam banyak sutta pada formula tevijja mengingat kehidupan lampau, Sang Buddha juga menyebut angka 100,000 yg lebih besar daripada 84,000.

Offline Sunya

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 876
  • Reputasi: -16
  • Nothing, but your perception ONLY
Re: Tentang 84.000 Ajaran
« Reply #63 on: 09 March 2013, 10:02:56 PM »
mohon izin OOT sejenak,

Rekan Sunya, di sutta apakah ada tertulis tentang 84.000 tahun dan 84.000 yojana itu? ref pls

Mungkin bisa dilanjutkan di thread berikut agar tidak keluar topik:
http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,14366.0.html

 _/\_

Offline Sunya

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 876
  • Reputasi: -16
  • Nothing, but your perception ONLY
Re: Tentang 84.000 Ajaran
« Reply #64 on: 09 March 2013, 10:05:30 PM »
Jika 84,000 dianggap sebagai merujuk pada banyak, sptnya tidak juga, karena dalam banyak sutta pada formula tevijja mengingat kehidupan lampau, Sang Buddha juga menyebut angka 100,000 yg lebih besar daripada 84,000.

Angka kiasan itu bukan berarti harus paling besar. Angka 1001 dan sejuta dalam Bahasa Indonesia juga kerap digunakan sebagai kiasan, tapi tidak ada indikasi salah satu lebih besar dari yang lain.

Offline Sunyata

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.082
  • Reputasi: 52
Re: Tentang 84.000 Ajaran
« Reply #65 on: 09 March 2013, 10:51:33 PM »
Yang saya ketahui 84.000 itu kiasan, seperti angka 1001 dalam basis perhitungan sepuluh dalam aritmetika.

84.000 yang dimaksud Buddha itu menerangkan jumlah yang banyak (tak terhitung), seperti halnya 1001.

Silakan koreksi bila ada pendapat lain.

Terima kasih.  _/\_
Jika ajaran yang disampaikan Buddha dan murid2nya kepada Ananda adalah tidak terhitung seperti yang anda katakan, maka kecepatan berbicara Buddha dan murid2nya serta kecepatan pendengaran dan pemahaman Ananda adalah sangat WOW. Pendapat anda bagaimana?

Offline Sunya

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 876
  • Reputasi: -16
  • Nothing, but your perception ONLY
Re: Tentang 84.000 Ajaran
« Reply #66 on: 09 March 2013, 11:09:59 PM »
Jika ajaran yang disampaikan Buddha dan murid2nya kepada Ananda adalah tidak terhitung seperti yang anda katakan, maka kecepatan berbicara Buddha dan murid2nya serta kecepatan pendengaran dan pemahaman Ananda adalah sangat WOW. Pendapat anda bagaimana?

Saya tidak pernah menyatakan hal tersebut.


Yang sedang kita bahas adalah 84.000 ajaran dalam konteks ucapan Buddha: "Dalam ajaran Buddha ada 84 000 jalan kebenaran dan mencapai Nibbana cukup hanya menjalankan satu jalan Dharma saja", seperti ditulis di kalimat pertama postingan Sdr. Ariyakumara. Mohon diteliti lagi.

Salam dan terima kasih.  _/\_

Offline Sunyata

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.082
  • Reputasi: 52
Re: Tentang 84.000 Ajaran
« Reply #67 on: 09 March 2013, 11:48:06 PM »

Saya tidak pernah menyatakan hal tersebut.


Yang sedang kita bahas adalah 84.000 ajaran dalam konteks ucapan Buddha: "Dalam ajaran Buddha ada 84 000 jalan kebenaran dan mencapai Nibbana cukup hanya menjalankan satu jalan Dharma saja", seperti ditulis di kalimat pertama postingan Sdr. Ariyakumara. Mohon diteliti lagi.

Salam dan terima kasih.  _/\_
Wah, bukan ya. Saya kira thread ini membahas pernyataan YA Ananda di Theragatha bahwa dia menerima 82.000 ajaran dari Buddha dan 2.000 lebih dari murid2nya.

Terima kasih koreksinya rekan Sunya. Salam dan terima kasih. _/\_

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Tentang 84.000 Ajaran
« Reply #68 on: 10 March 2013, 08:23:27 AM »
Rekan Ariya, untuk jelasnya saya salin kembali tulisan saya.

Saya sama sekali tidak menyebut 84.000 ajaran, tapi 84.000.

Maksud saya, istilah 84.000 itu juga ditemukan dalam kata (misalnya): 84.000 tahun (usia manusia kelak, mengacu para ramalan Buddha), serta 84.000 yojana (satuan ukuran). Jika ditilik dari banyaknya istilah 84.000, bukankah ada indikasi bahwa angka ini sering digunakan untuk sesuatu yang belum terjangkau oleh pikiran, entah itu usia yang sangat panjang, atau juga ukuran yang luar biasa besar. Terkait pembahasan kita tentang makna harfiah dan kiasan, maka maksud saya dengan memperluas sampel pengamatan akan didapatkan makna yang lebih menyeluruh tentang arti kata/istilah 84.000 tersebut.

Semoga kali ini jelas.

Ok, clear kalo gitu.... Tapi mungkin harus buat topik baru utk ini, tetapi kalau penonton memang menghendaki, gak apa2 bahas di sini juga sbg pelengkap saja. Mungkin sdr. Sunya bisa mulai dari hasil penyelidikan beliau sendiri.....

Quote
Untuk pertanyaan Anda tentang apakah 84.000 ajaran bisa membawa pada Kebuddhaan, tergantung. Jika yang dimaksud adalah makna kiasan, jawaban saya: Tentu bisa. Namun jika yang dimaksud makna harfiah (berarti 84.000 yang diajarkan Buddha di planet ini pada kehidupan-Nya sebagai Siddharta Gautama) maka jawaban saya tidak.

Yang diajarkan Beliau pada pemutaran roda dharma pertama lebih pada Kearahatan, daripada Samma Sambuddha. Sedangkan pada pemutaran roda kedua (Mahayana) baru fokus Beliau pada Kebuddhaan Sempurna (Samma Sambuddha).

Polemik tentang perbedaan pandangan mungkin bisa dilanjutkan di thread lain, agar topik ini tidak melebar dan keluar dari jalur (OOT).

Oke, selamat berakhir pekan dan semoga berbahagia.  _/\_

Ya, kita memang berbeda pandangan/pendapat tentang hal ini karena saya meragukan Sang Buddha telah memutar roda Dhamma lebih dari sekali. Karena ini menyatakan pada awalnya ajaran Beliau tidak sempurna sehingga harus "diputar" ulang untuk menyempurnakan Dhamma tsb (yang mulanya jalan Kearahatan menjadi jalan Kebuddhaan), berarti tidak sesuai dg perkataan Sang Buddha sendiri: "Dhamma telah sempurna Ku-babarkan.... dst"


Saya tidak pernah menyatakan hal tersebut.


Yang sedang kita bahas adalah 84.000 ajaran dalam konteks ucapan Buddha: "Dalam ajaran Buddha ada 84 000 jalan kebenaran dan mencapai Nibbana cukup hanya menjalankan satu jalan Dharma saja", seperti ditulis di kalimat pertama postingan Sdr. Ariyakumara. Mohon diteliti lagi.

Salam dan terima kasih.  _/\_

Anda salah memahami, maksud saya kalo pun benar ada 84.000 ajaran, semua ajaran tersebut hanyalah pengembangan satu jalan, yaitu JMB8 atau 37 faktor Bodhipakkhiyadhamma. Bukan 1 dari 84.000 ajaran itu adalah JMB8 itu.....
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Tentang 84.000 Ajaran
« Reply #69 on: 10 March 2013, 09:11:16 AM »
Mungkin bisa dilanjutkan di thread berikut agar tidak keluar topik:
http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,14366.0.html

 _/\_

saya sudah memposting di sana, tapi kenapa tidak ditanggapi, saya sudah membuktikan bahwa tidak ada "84,000" dalam sutta yg anda bawakan, saya tidak paham, ketika anda mengatakan "otentik", apa definisi "otentik" ini bagi anda? karena saya juga merujuk pada sumber yg otentik tetapi kenapa bisa berbeda? apakah ada 2 versi otentik di sini?

Offline Sunya

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 876
  • Reputasi: -16
  • Nothing, but your perception ONLY
Re: Tentang 84.000 Ajaran
« Reply #70 on: 10 March 2013, 10:04:07 AM »
Ok, clear kalo gitu.... Tapi mungkin harus buat topik baru utk ini, tetapi kalau penonton memang menghendaki, gak apa2 bahas di sini juga sbg pelengkap saja. Mungkin sdr. Sunya bisa mulai dari hasil penyelidikan beliau sendiri.....

Ya, kita memang berbeda pandangan/pendapat tentang hal ini karena saya meragukan Sang Buddha telah memutar roda Dhamma lebih dari sekali. Karena ini menyatakan pada awalnya ajaran Beliau tidak sempurna sehingga harus "diputar" ulang untuk menyempurnakan Dhamma tsb (yang mulanya jalan Kearahatan menjadi jalan Kebuddhaan), berarti tidak sesuai dg perkataan Sang Buddha sendiri: "Dhamma telah sempurna Ku-babarkan.... dst"

Anda salah memahami, maksud saya kalo pun benar ada 84.000 ajaran, semua ajaran tersebut hanyalah pengembangan satu jalan, yaitu JMB8 atau 37 faktor Bodhipakkhiyadhamma. Bukan 1 dari 84.000 ajaran itu adalah JMB8 itu.....

Kenapa harus dibuat topik baru, toh memperluas sampel pengamatan masih dalam konteks mencari makna komprehensif dari 84.000 ajaran. :) Kecuali bila istilah 84.000 di kalimat lain tidak dijadikan bahan penyelidikan dengan alasan tertentu. Jadi alasannya apa? Apakah ada kekhawatiran bila makna yang ditemukan akhirnya berujung pada kiasan/perumpamaan belaka?

Pemutaran roda dharma Buddha yang pertama itu sempurna, dalam konteks tertentu (Kearahatan). Sama dengan mengatakan bahwa ajaran berenang dengan gaya kupu-kupu telah sempurna. Namun premis ini tidak otomatis menyatakan bahwa semua gaya telah sempurna. Maka itu penelitian tentang makna 84.000 itu menjadi urgen dan penting, dalam menyingkap pertanyaan tentang adanya beberapa ajaran (aliran) berbeda dalam Buddhisme.

Keliru. Jika pandangan Anda diterapkan pada Buddha lain, sebut saja Buddha Amitabha, maka metode yang Anda sebut seolah-olah mutlak satu jalan tersebut, tidak akurat dan relevan. Pandangan Anda tentang satu jalan (JMB 8) hanya untuk pencapaian Kearahatan, bukan yang lain. Jika ini mau diteruskan, mohon di thread lain saja.

Terima kasih dan salam bahagia.  _/\_

Offline Sunya

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 876
  • Reputasi: -16
  • Nothing, but your perception ONLY
Re: Tentang 84.000 Ajaran
« Reply #71 on: 10 March 2013, 10:06:29 AM »
saya sudah memposting di sana, tapi kenapa tidak ditanggapi, saya sudah membuktikan bahwa tidak ada "84,000" dalam sutta yg anda bawakan, saya tidak paham, ketika anda mengatakan "otentik", apa definisi "otentik" ini bagi anda? karena saya juga merujuk pada sumber yg otentik tetapi kenapa bisa berbeda? apakah ada 2 versi otentik di sini?

Saya tidak menanggapi sesuatu yang kurang bermanfaat.

Otentik dan tidak otentik darimana penilaiannya? Anda mempersempit arti otentik yang saya berikan dengan menyebut sutta Kanon Pali, dimana saya merasa ini sudah menggiring saya pada pemahaman yang Anda pegang.

Otentik yang saya maksud adalah tulisan yang dianggap valid oleh mayoritas umat Buddha, bukan merujuk pada kitab bahasa tertentu. Semoga Anda bisa mengerti dan memaklumi.

Salam multi aliran, non diskriminasi.  _/\_

Offline nayrexus

  • Teman
  • **
  • Posts: 79
  • Reputasi: 2
  • Gender: Male
  • Nyalakan lilin kebahagiaan orang di sekitar Anda.
Re: Tentang 84.000 Ajaran
« Reply #72 on: 10 March 2013, 08:24:05 PM »
84.000 kelompok Dhamma ada karena sifat manusia yg berbeda2 jd byk metode berbeda2 pula. misalnya ada yang lebih suka membaca, maka ia melaksanakan "Dhamma A".
Biarpun trdpt byk klompok Dhamma tetapi akhirnya menuju ke satu titik yg sama.

"Satu Dharma dapat melahirkan makna tidak terhingga, makna tidak terhingga berasal dari satu Dharma."
Sutra makna tanpa batas.
Jangan Berbuat Jahat,
Banyaklah Berbuat Baik,
Sucikan Hati dan Pikiran,
Inilah Ajaran Para Budha.

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Tentang 84.000 Ajaran
« Reply #73 on: 10 March 2013, 09:17:06 PM »
Kenapa harus dibuat topik baru, toh memperluas sampel pengamatan masih dalam konteks mencari makna komprehensif dari 84.000 ajaran. :) Kecuali bila istilah 84.000 di kalimat lain tidak dijadikan bahan penyelidikan dengan alasan tertentu. Jadi alasannya apa? Apakah ada kekhawatiran bila makna yang ditemukan akhirnya berujung pada kiasan/perumpamaan belaka?

Saya juga tidak keberatan apabila anda mau membahasnya di sini dan saya juga tidak ada kekhawatiran tertentu spt yg anda duga karena bagi saya maknanya apakah harfiah atau bukan tetap sama. Maka silahkan sdr. Sunya memulai penyelidikan ttg hal ini sehingga bisa kita bahas bersama2 di sini....

Quote
Pemutaran roda dharma Buddha yang pertama itu sempurna, dalam konteks tertentu (Kearahatan). Sama dengan mengatakan bahwa ajaran berenang dengan gaya kupu-kupu telah sempurna. Namun premis ini tidak otomatis menyatakan bahwa semua gaya telah sempurna. Maka itu penelitian tentang makna 84.000 itu menjadi urgen dan penting, dalam menyingkap pertanyaan tentang adanya beberapa ajaran (aliran) berbeda dalam Buddhisme.

Biar saya perjelas dulu bahwa menurut pendapat saya, jalan Kearahatan dan Kebuddhaan sebenarnya sama, yaitu sama2 JMB8 juga. Ini pun telah saya jelaskan pada thread lain.....

Quote
Keliru. Jika pandangan Anda diterapkan pada Buddha lain, sebut saja Buddha Amitabha, maka metode yang Anda sebut seolah-olah mutlak satu jalan tersebut, tidak akurat dan relevan. Pandangan Anda tentang satu jalan (JMB 8) hanya untuk pencapaian Kearahatan, bukan yang lain. Jika ini mau diteruskan, mohon di thread lain saja.

Terima kasih dan salam bahagia.  _/\_

Biar kita bahas di sini saja, karena masih berkaitan dengan 84.000 ajaran ini....

Apakah yang diajarkan Buddha Amitabha yang berbeda dengan JMB8 yang diajarkan Buddha Gotama/Sakyamuni? Mohon berikan referensi sutra yang mendukung hal ini....
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline Kelana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.225
  • Reputasi: 142
Re: Tentang 84.000 Ajaran
« Reply #74 on: 10 March 2013, 09:19:09 PM »

Dvāsīti buddhato gaṇhiṃ,
dve sahassāni bhikkhuto;
Caturāsītisahassāni,
ye me dhammā pavattino.

82.000 (ajaran) dari Sang Buddha telah aku terima;
2000 lebih dari para siswa-Nya;
Sekarang 84.000 ajaran telah kuketahui.

~ Theragatha 17.3 (vv. 1024-29)


Terjemahan saya:
Berdasarkan perkata

82.000 dari Sang Buddha telah aku terima;
2000 dari para siswa-Nya;
Sekarang 84.000 dhamma telah kuketahui.

berdasarkan terjemahan Inggris

82.000 (ajaran) dari Sang Buddha telah aku terima;
2000-nya lagi dari para siswa-Nya;
Sekarang 84.000 ajaran telah kuketahui.

Jadi tidak ada kata "lagi lebih"  atau  jika menerjemahkan kata "more" maka berarti "lagi" bukan lebih, kerena tidak sesuai dengan jumlah di bawahnya yang 84.000 yang tidak menggunakan kata "lebih"

Catatan:
Kim Plofker, seorang sejarahwan matematika di Perguruan Tinggi Union, Schenectady, New York, mengatakan bahwa India kuno sudah mengenal sistem perangkaan dengan jumlah angkat Nol yang besar, termasuk dalam kepustakaan Buddhis.

Jadi IMO, sepertinya angka 84.000 bukanlah angka yang berarti sangat besar atau bahkan dikatakan tidak terhingga. 84.000 (Pali: caturāsītisahassāni, Sanskerta: caturasitisahasra ) memang ada dalam beberapa teks Buddhis, khususnya Pali, namun sampai saat ini saya menemukan hanya menunjukkan bahwa angka tersebut mengacu pada jumlah yang terbatas bukan tidak terbatas, seperti jumlah kota, kedalaman laut, dll.

Dan dhammakkhandha atau pengelompokan lebih cenderung kepada jenis ajaran yang jika dipadatkan menjadi kelompok sila, samadhi, dan panna.

« Last Edit: 10 March 2013, 09:25:05 PM by Kelana »
GKBU
 
_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Tentang 84.000 Ajaran
« Reply #75 on: 10 March 2013, 09:42:51 PM »
Terjemahan saya:
Berdasarkan perkata

82.000 dari Sang Buddha telah aku terima;
2000 dari para siswa-Nya;
Sekarang 84.000 dhamma telah kuketahui.

berdasarkan terjemahan Inggris

82.000 (ajaran) dari Sang Buddha telah aku terima;
2000-nya lagi dari para siswa-Nya;
Sekarang 84.000 ajaran telah kuketahui.

Jadi tidak ada kata "lagi lebih"  atau  jika menerjemahkan kata "more" maka berarti "lagi" bukan lebih, kerena tidak sesuai dengan jumlah di bawahnya yang 84.000 yang tidak menggunakan kata "lebih"

Thx atas koreksinya, memang saya menerjemahkan "more" sbg "lebih" yang seharusnya "lagi" spt koreksi anda

Quote
Catatan:
Kim Plofker, seorang sejarahwan matematika di Perguruan Tinggi Union, Schenectady, New York, mengatakan bahwa India kuno sudah mengenal sistem perangkaan dengan jumlah angkat Nol yang besar, termasuk dalam kepustakaan Buddhis.

Jadi IMO, sepertinya angka 84.000 bukanlah angka yang berarti sangat besar atau bahkan dikatakan tidak terhingga. 84.000 (Pali: caturāsītisahassāni, Sanskerta: caturasitisahasra ) memang ada dalam beberapa teks Buddhis, khususnya Pali, namun sampai saat ini saya menemukan hanya menunjukkan bahwa angka tersebut mengacu pada jumlah yang terbatas bukan tidak terbatas, seperti jumlah kota, kedalaman laut, dll.

Benar, sepertinya tentang angka 84.000 ini maknanya perlu penyelidikan lebih lanjut.

Quote
Dan dhammakkhandha atau pengelompokan lebih cenderung kepada jenis ajaran yang jika dipadatkan menjadi kelompok sila, samadhi, dan panna.

Setuju, itulah yang saya maksud bahwa 84.000 dhammakkhanda sudah termasuk dalam JMB8 semuanya, bukan JMB8 adalah salah satu dari 84.000 dhammakkhanda
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Tentang 84.000 Ajaran
« Reply #76 on: 10 March 2013, 10:23:46 PM »
Saya tidak menanggapi sesuatu yang kurang bermanfaat.

Otentik dan tidak otentik darimana penilaiannya? Anda mempersempit arti otentik yang saya berikan dengan menyebut sutta Kanon Pali, dimana saya merasa ini sudah menggiring saya pada pemahaman yang Anda pegang.

Otentik yang saya maksud adalah tulisan yang dianggap valid oleh mayoritas umat Buddha, bukan merujuk pada kitab bahasa tertentu. Semoga Anda bisa mengerti dan memaklumi.


Salam multi aliran, non diskriminasi.  _/\_

oh jadi definisi otentik anda adalah  anggapan mayoritas? suatu definisi menarik dari seorang yg katanya mau mengkritisi sutta-sutta Pali. Sebelumnya saya sudah mengatakan bahwa selain Kanon Pali maka sumber lainnya yg dianggap otentik adalah Kitab Sanskrit, hal ini tampaknya dengan sengaja anda belokkan, dan alasan kenapa saya merujuk pada Kanon Pali karena andalah yg mengutip sumber dari Kanon Pali itu.

dan humor yg paling lucu dari segala humor adalah ketika anda menyarankan saya agar memposting di sana, dan setelah saya lakukan, anda malah menjawab dengan "Saya tidak menanggapi sesuatu yang kurang bermanfaat"

silakan dicoba lagi, semoga yg berikutnya lebih baik.

salam desperado, ini adalah versi halus dari autotext standard saya
_/\_

« Last Edit: 10 March 2013, 10:27:23 PM by Indra »

Offline siswahardy

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 615
  • Reputasi: 10
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Tentang 84.000 Ajaran
« Reply #77 on: 10 March 2013, 10:54:01 PM »
dari kalimat "84.000 dhammakkhanda", timbul pertanyaan:
1. apa sih definisi dhammakkhanda itu? lalu kriteria apa yg digunakan untuk mengelompokkan suatu dhamma sbg satu kelompok tersendiri?
2. apa angka 84.000 itu angka fixed atau lebih kurang? lalu adakah buku yg menyajikan rincian dhammakkhanda2 tsb?

Offline hemayanti

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.477
  • Reputasi: 186
  • Gender: Female
  • Appamadena Sampadetha
Re: Tentang 84.000 Ajaran
« Reply #78 on: 10 March 2013, 11:07:50 PM »
Ok, clear kalo gitu.... Tapi mungkin harus buat topik baru utk ini, tetapi kalau penonton memang menghendaki, gak apa2 bahas di sini juga sbg pelengkap saja. Mungkin sdr. Sunya bisa mulai dari hasil penyelidikan beliau sendiri.....
penonton menghendaki, silahkan d lanjutkan.
"Sekarang, para bhikkhu, Aku mengatakan ini sebagai nasihat terakhir-Ku: kehancuran adalah sifat dari segala sesuatu yang terbentuk. Oleh karena itu, berjuanglah dengan penuh kesadaran."

Offline Sunya

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 876
  • Reputasi: -16
  • Nothing, but your perception ONLY
Re: Tentang 84.000 Ajaran
« Reply #79 on: 13 March 2013, 06:18:07 PM »
Saya juga tidak keberatan apabila anda mau membahasnya di sini dan saya juga tidak ada kekhawatiran tertentu spt yg anda duga karena bagi saya maknanya apakah harfiah atau bukan tetap sama. Maka silahkan sdr. Sunya memulai penyelidikan ttg hal ini sehingga bisa kita bahas bersama2 di sini....

Biar saya perjelas dulu bahwa menurut pendapat saya, jalan Kearahatan dan Kebuddhaan sebenarnya sama, yaitu sama2 JMB8 juga. Ini pun telah saya jelaskan pada thread lain.....

Biar kita bahas di sini saja, karena masih berkaitan dengan 84.000 ajaran ini....

Apakah yang diajarkan Buddha Amitabha yang berbeda dengan JMB8 yang diajarkan Buddha Gotama/Sakyamuni? Mohon berikan referensi sutra yang mendukung hal ini....

Saran saya sederhana: Memperluas sampel pengamatan (terhadap kata 84.000 tersebut). Saya tidak tertarik membahas spiritualisme dengan mengkaji kitab. Bagi saya spiritualisme dijalankan (dipraktekkan), bukan dikira-kira atau ditafsir-tafsir maknanya dari kitab, apalagi jika sudah ada kesimpulan tertentu, bahwa makna harfiah dan kiasan tetap sama (ujung-ujungnya merujuk pada JMB 8).

Baik, mungkin itu di luar topik.

Jika referensinya selalu sutra ataupun sutta, jujur bukan kompetensi saya. Namun yang saya ketahui Buddha Amitabha mengajar di Sukhavati sebelah Barat, dan salah satu jalan untuk mencapai kesana adalah dengan menyebut/melafal mantera tertentu. Ini Anda lebih kompeten mencari referensinya (kitab suci). Yang saya ketahui hanya ada sukhavati berkilau di sebelah Barat bila dilihat dari lautan Dharmakaya, mungkin ini yang dimaksud Buddha Gautama waktu itu.

Lebih lanjut saya enggan menjelaskan, karena sejauh ini saya lihat belum ada anggota forum yang cukup terbuka pikirannya, rata-rata masih di bawah standar moralitasnya serta terlalu fanatik pada sutta/sutra. Jadi singkatnya belum jodoh.

Oke, semoga menjelaskan. Jika kaji kitab lagi, saya jujur tidak kompeten.

Terima kasih.

 _/\_

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Tentang 84.000 Ajaran
« Reply #80 on: 13 March 2013, 06:31:27 PM »
Saya tidak mengatakan Buddha tidak membahas, yang saya tulis: Buddha tidak mengajarkan (bervegetarian). Sudah Anda tulis dengan lengkap, hanya beda ungkapan saja. :)

Teori boleh saja makan apa saja, namun kenyataannya umat memilih. Dari pengalaman saya, bahkan umat non-vegetarian menolak bila ada yang mengajak makan di rumah makan vegetarian (dengan alasan dia bukan vegetarian).

Jujur saja, berapa banyak umat Buddha yang memilih makan daging karena alasan kesehatan (nutrisi) dan mengikis lobha? Saya kira lebih banyak yang makan daging karena alasan lidah dan kemudahan (dalam mendapatkan makanan).

Di luar topik:
Saya agak heran dengan subyektivitas pengguna forum ini. Yang saya tulis dan Anda tulis senada, namun ucapan terima kasih dan reputasi plus cenderung dialamatkan pada teman sendiri. Rupanya sudah ada golongan dan mungkin kebencian disini?
Saya menulis begini, nanti akan memicu perdebatan lagi, "Katanya tidak mempermasalahkan reputasi, katanya minta reputasi minus, dsb."
Ini thread terakhir saya aktif, alasan saya sederhana: Tidak bermanfaat membahas sesuatu yang sudah dilihat pada siapa yang membahas, bukan apa yang dibahas. Dalam forum ini mungkin ada golongan-golongan yang tidak terlihat, atas dasar sekte dan juga hubungan tertentu.
Bila ada yang kurang paham alasan saya undur diri, dapat dilihat pada beberapa thread terakhir saya aktif. Terima kasih.


Offline Sunya

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 876
  • Reputasi: -16
  • Nothing, but your perception ONLY
Re: Tentang 84.000 Ajaran
« Reply #81 on: 13 March 2013, 07:15:33 PM »
Kasihan... lebih suka debat kusir daripada berdiskusi substantif. Mencari kesalahan dalam tulisan orang lain? :)

Salam bahagia untuk Anda, rekan Indra.  _/\_

Offline Ms. Q

  • Teman
  • **
  • Posts: 67
  • Reputasi: 0
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Tentang 84.000 Ajaran
« Reply #82 on: 13 March 2013, 08:17:17 PM »
org kek gitu ga usa dilayanin kak.. dy tu pengen kk brenti mosting.. biar dy ngerasa menang..   =)) keciannn ga mampu argue pk bw2 tulisan di trid laen.. xixixixi.....  =P~

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Tentang 84.000 Ajaran
« Reply #83 on: 13 March 2013, 09:04:03 PM »
Saran saya sederhana: Memperluas sampel pengamatan (terhadap kata 84.000 tersebut). Saya tidak tertarik membahas spiritualisme dengan mengkaji kitab. Bagi saya spiritualisme dijalankan (dipraktekkan), bukan dikira-kira atau ditafsir-tafsir maknanya dari kitab, apalagi jika sudah ada kesimpulan tertentu, bahwa makna harfiah dan kiasan tetap sama (ujung-ujungnya merujuk pada JMB 8).

Baik, mungkin itu di luar topik.

Jika referensinya selalu sutra ataupun sutta, jujur bukan kompetensi saya. Namun yang saya ketahui Buddha Amitabha mengajar di Sukhavati sebelah Barat, dan salah satu jalan untuk mencapai kesana adalah dengan menyebut/melafal mantera tertentu. Ini Anda lebih kompeten mencari referensinya (kitab suci). Yang saya ketahui hanya ada sukhavati berkilau di sebelah Barat bila dilihat dari lautan Dharmakaya, mungkin ini yang dimaksud Buddha Gautama waktu itu.

Lebih lanjut saya enggan menjelaskan, karena sejauh ini saya lihat belum ada anggota forum yang cukup terbuka pikirannya, rata-rata masih di bawah standar moralitasnya serta terlalu fanatik pada sutta/sutra. Jadi singkatnya belum jodoh.

Oke, semoga menjelaskan. Jika kaji kitab lagi, saya jujur tidak kompeten.

Terima kasih.

 _/\_
berdasarkan apa? pengalaman pribadi?
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Tentang 84.000 Ajaran
« Reply #84 on: 13 March 2013, 09:41:41 PM »
dari kalimat "84.000 dhammakkhanda", timbul pertanyaan:
1. apa sih definisi dhammakkhanda itu? lalu kriteria apa yg digunakan untuk mengelompokkan suatu dhamma sbg satu kelompok tersendiri?
2. apa angka 84.000 itu angka fixed atau lebih kurang? lalu adakah buku yg menyajikan rincian dhammakkhanda2 tsb?

Seperti jawaban saya sebelum2nya, hal ini sulit diketahui dengan pasti, karena satu2nya yang menyatakan hal ini hanya Bhikkhu Ananda yang tidak bisa kita tanyai lagi....

Saran saya sederhana: Memperluas sampel pengamatan (terhadap kata 84.000 tersebut). Saya tidak tertarik membahas spiritualisme dengan mengkaji kitab. Bagi saya spiritualisme dijalankan (dipraktekkan), bukan dikira-kira atau ditafsir-tafsir maknanya dari kitab, apalagi jika sudah ada kesimpulan tertentu, bahwa makna harfiah dan kiasan tetap sama (ujung-ujungnya merujuk pada JMB8 ).

Baik, mungkin itu di luar topik.

Jika referensinya selalu sutra ataupun sutta, jujur bukan kompetensi saya. Namun yang saya ketahui Buddha Amitabha mengajar di Sukhavati sebelah Barat, dan salah satu jalan untuk mencapai kesana adalah dengan menyebut/melafal mantera tertentu. Ini Anda lebih kompeten mencari referensinya (kitab suci). Yang saya ketahui hanya ada sukhavati berkilau di sebelah Barat bila dilihat dari lautan Dharmakaya, mungkin ini yang dimaksud Buddha Gautama waktu itu.

Lebih lanjut saya enggan menjelaskan, karena sejauh ini saya lihat belum ada anggota forum yang cukup terbuka pikirannya, rata-rata masih di bawah standar moralitasnya serta terlalu fanatik pada sutta/sutra. Jadi singkatnya belum jodoh.

Oke, semoga menjelaskan. Jika kaji kitab lagi, saya jujur tidak kompeten.

Terima kasih.

 _/\_

Kalo memang anda tidak berkompeten untuk membahasnya lebih lanjut, berarti saya juga tidak bisa menanggapi anda lebih jauh lagi.....
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline Master

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 20
  • Reputasi: -1
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Tentang 84.000 Ajaran
« Reply #85 on: 13 March 2013, 11:21:50 PM »
 [at] ariya
aku lebih cenderung 84000 ajaran adalah cara untuk mencapai Nibbana.
kalo lebih sederhananya
Jalan Utama Beruas Delapan adalah batang pohon
aliran2 yang ada seperti zen, theravada, mahayana, tantra dll adalah dahan pohon
84000 ajaran adalah ranting dan daun pohon

tinggal anda menginginkan cara mana yang anda tempuh untuk mencapai Nibbana. cara mana yang anda suka itu?

juga bisa benar apa kata sdr sunya 84000 ajaran cuman kiasan dalam arti cara untuk mencapai Nibbana sangat2 banyak maka disebutkan 84000 ajaran tersebut. seperti halnya pat kwa katanya kalo dikombinasikan bisa menjadi 64000 kombinasi.

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Tentang 84.000 Ajaran
« Reply #86 on: 14 March 2013, 07:00:42 AM »
[at] ariya
aku lebih cenderung 84000 ajaran adalah cara untuk mencapai Nibbana.
kalo lebih sederhananya
Jalan Utama Beruas Delapan adalah batang pohon
aliran2 yang ada seperti zen, theravada, mahayana, tantra dll adalah dahan pohon
84000 ajaran adalah ranting dan daun pohon

tinggal anda menginginkan cara mana yang anda tempuh untuk mencapai Nibbana. cara mana yang anda suka itu?

juga bisa benar apa kata sdr sunya 84000 ajaran cuman kiasan dalam arti cara untuk mencapai Nibbana sangat2 banyak maka disebutkan 84000 ajaran tersebut. seperti halnya pat kwa katanya kalo dikombinasikan bisa menjadi 64000 kombinasi.

Berikut kutipan dari Bhikkhu Sujato tentang keberagaman tradisi/aliran Buddhis yang saya ambil dari bukunya "A History of Mindfulness" (sedang dalam proses terjemahan):

Quote
Kerancuan Tradisi

Adalah implisit dalam penyataan menjadi seorang “Buddhis” bahwa seseorang meyakini bahwa Dhamma berasal dari Sang Buddha sendiri melalui penyebaran ajaran-Nya oleh tradisi-tradisi. Kita harus mengambil pernyataan ini secara serius. Sebagai seorang bhikkhu saya menyadari bahwa, dalam pengertian yang sangat nyata, saya adalah bahan dan pewaris spiritual dari Sang Buddha. Para umat Buddha yang taat memberikan saya nasi dan kari, seperti juga pada masa lampau orang-orang India memberikan Siddhattha Gotama nasi dan kari, karena mereka menganggap saya seorang pengikut sejati, seorang “Putra Sakya”. Akan tidak tulus, bahkan curang, bagi saya untuk memakan dana makanan itu sementara pada waktu yang sama meyakini, mempraktekkan, atau mengajarkan hal-hal yang saya ketahui bahwa Siddhattha Gotama tidak akan menyetujuinya.

Ini menimbulkan beberapa masalah yang menarik dan menantang. Jelas bahwa keberadaan budaya-budaya yang ada yang semuanya menyatakan sebagai “Buddhis” sangat berbeda dalam keyakinan dan praktek mereka. Seringkali ini hanyalah perbedaan budaya seraya Dhamma-Vinaya menyesuaikan dirinya pada waktu dan tempat. Umat Buddha Taiwan melakukan pelantunan [kebaktian] mereka dalam bahasa Mandarin, sedangkan umat Buddha Thai melakukannnya dalam bahasa Pali; tidak ada yang membuat masalah besar tentang hal-hal seperti ini. Bagaimanapun, Sang Buddha sendiri meminta para pengikut-Nya untuk mempelajari Dhamma dalam bahasa mereka sendiri, dan tidak bersikeras pada dialek-dialek lokal.

Namun, aspek-aspek lain dari Buddhisme kultural sangat berlawanan dengan Dhamma. Sebuah contoh yang mengganggu dari hal ini adalah penggunaan bahasa dan konsep Buddhis untuk membenarkan perang, yang telah merusak banyak negera-negera Buddhis. Tidak ada penyesuaian budaya yang tidak berbahaya, tetapi suatu perbuatan yang sepenuhnya tidak wajar atas ajaran-ajaran Sang Buddha.

Fakta-fakta yang tidak menyenangkan demikian menuntut bahwa kita berhenti dan menyelidiki tradisi-tradisi lebih dekat. Ini hanya tidak cukup bagus untuk menerima dengan kepercayaan yang tidak diselidiki mitos-mitos, kisah-kisah, dan dogma-dogma dari aliran-aliran. Sebagai orang-orang yang memiliki komitmen untuk memahami dan menjalankan pesan dari Sang Bijaksana Sakya, terdapat suatu kewajiban untuk dengan jujur mempertanyakan tentang apa, persisnya, yang diajarkan Guru kita. Kita tahu bahwa tradisi-tradisi menjadi salah dalam beberapa kasus. Tetapi contoh-contoh yang jelas, tidak rancu adalah dalam minoritas. Terdapat suatu kekayaan dari ajaran-ajaran lain yang diberikan kepada kita oleh aliran-aliran, yang beberapa darinya berbeda satu sama lainnya dalam huruf; dan kita memerlukan sesuatu yang lebih baik daripada kepercayaan buta sebelum kita dapat dengan cerdas menyimpulkan apakah mereka lakukan, atau tidak lakukan, juga berbeda dalam maknanya.

Semua aliran Buddhisme yang ada berbagi sekumpulan besar ajaran yang sama, tetapi juga memasukkan sekumpulan besar ajaran yang berbeda. Tidak diragukan bahwa para pendiri dan pengembang berbagai aliran itu meyakini bahwa terdapat perbedaan ajaran yang bermakna, yang asli di antara aliran-aliran. Semua aliran sepaham bahwa mereka tidak sepaham. Ini cukup ditunjukkan dengan sejumlah besar bahan polemik yang memenuhi rak-rak kanon Buddhis. Dan, pada umumnya, aliran-aliran juga sepaham pada apa yang mereka tidak sepaham. Sebuah teks aliran Theravāda dapat mengatakan bahwa ajaran “pribadi” dari aliran Puggalavāda bertentangan dengan ajaran bukan-diri; sedangkan teks-teks Puggalavāda akan dengan penuh semangat membantah bahwa ajaran tentang “pribadi” berada dalam cara yang benar untuk menafsirkan bukan-diri. Mempertimbangkan situasi ini, tampaknya agak gegabah untuk menyatakan, seperti yang dilakukan beberapa Buddhis modernis, bahwa tidak ada perbedaan, atau bahwa perbedaan itu tidak penting. Apa yang diperlukan bukanlah kata-kata basa-basi hambar melainkan suatu metodologi yang diperbaiki, suatu cara mendekati ajaran-ajaran yang diturunkan, bukan dari perspektif atau ajaran-ajaran dari aliran tertentu mana pun, tetapi dari suatu evaluasi sensitif dari tradisi tekstual seperti yang dihidupkan oleh para umat Buddha. Yin Shun, bhikkhu sarjana yang terkemuka dari Buddhisme Taiwan modern, mengungkapkan perasaan yang sama dalam otobiografinya.

Walaupun “tanpa-perselisihan” adalah baik, sinkretisme yang diterjemahkan dengan terampil yang tidak mengetahui di mana dan mengapa perbedaan-perbedaan dapat terlalu jauh, terlalu umum, dan samar-samar.

Untuk memahami asal mula dan transformasi Buddha Dharma dalam konteks spasial dan temporal tertentu dalam dunia yang sebenarnya perlahan-lahan menjadi prinsip pencarian saya terhadap Buddha Dharma.

Kematian Mitos

Adalah suatu ciri khas yang mengejutkan, umum pada semua aliran, bahwa mereka merasa kebutuhan untuk membenarkan ajaran tertentu mereka secara mitologis – inilah apa yang semua agama lakukan. Selama 2500 tahun, Buddhisme telah terus-menerus berubah, menyesuaikan diri, berkembang; tetapi mitos aliran-aliran bersikeras bahwa Dhamma tetap sama. Demikianlah Theravāda bersikeras bahwa Abhidhamma Theravāda telah diajarkan Sang Buddha di surga Tāvatiṁsa selama pengasingan diri musim hujan-Nya yang ketujuh. Mahāyāna menyatakan bahwa sūtra-sūtra Mahāyāna ditulis pada masa Sang Buddha, disimpan di alam naga di bawah laut, kemudian didapatkan kembali oleh Nāgārjuna 500 tahun kemudian. Zen menyatakan otoritas dari suatu transmisi oral esoteris di luar kitab suci yang berasal dari Mahā Kassapa, yang disimbolkan oleh senyuman Mahā Kassapa ketika Sang Buddha memegang sekuntum teratai. Semua ini adalah mitos, dan tidak layak dianggap serius sebagai penjelasan atas kebenaran historis. Tujuannya, sebagai mitos, tidak untuk menjelaskan fakta-fakta, tetapi untuk mengesahkan keyakinan religius. Mereka mengatakan pada kita, bukan bagaimana ajaran-ajaran menjadi ada, tetapi bagaimana para penganutnya merasakannya. Dengan cara ini, mitos menawarkan suatu pelengkap yang tidak tergantikan atas sejarah, dan tidak seharusnya diabaikan. Apa yang saya kritik di sini bukanlah mitos sebagai mitos, tetapi mitos sebagai sejarah: kesalahan naif bersikeras bahwa kisah-kisah dari tradisi-tradisi adalah berdasarkan fakta. Mitos-mitos berdiri sebagai suatu penolakan yang menyolok atas ketidakkekalan, dan juga sub-tema dari karya ini adalah untuk memperhatikan ironi perih tentang bagaimana upaya yang amat sangat untuk mempertahankan ajaran-ajaran, sehingga “Dhamma sejati dapat bertahan dalam waktu lama”, cenderung menuju sesuatu yang menganggap waktu sebagai nyata.

Salah satu pelajaran terbesar dari sejarah, mungkin pelajaran yang terbesar, adalah bahwa akal menggantikan mitos. Terdapat sesuatu tentang pikiran manusia yang tidak dapat terus-menerus mempercayai suatu penjelasan mitos untuk apa yang dapat kita pahami melalui akal. Penjelasan mitos memenuhi suatu tujuan; mereka menciptakan suatu pengertian makna dan identitas bersama yang memuaskan dan menegaskan diri sendiri. Tetapi akal juga adalah suatu kekuatan positif, karena ia menganggap bahwa pikiran manusia dapat mendekati kebenaran. Karena penjelasan rasional atas pernyataan-pernyataan religius semakin maju, ini menjadi semakin bosan mempertahankan dua struktur kepercayaan yang tidak bersesuaian bersebelahan. Mitos-mitos menjadi tidak berguna. Tidak lagi meyakinkan secara inheren, mereka menjadi berlebih-lebihan dan akhirnya mati. Inilah pasang surut waktu yang tidak dapat ditawar lagi.

Ketika studi sejarah modern Buddhisme dimulai pada pertengahan abad ke-19 terdapat, sebagai suatu hasil dari mitologi-mitologi yang bersaing (tidak untuk menyebutkan mitos Hindu yang bahkan lebih menyesatkan), kebingungan yang sangat amat tentang gambaran sejarahnya. Dalam ledakan antusias rasionalis, para sarjana bersiap-siap untuk mempertanyakan apakah mitos memiliki dasar faktual sama sekali. Apakah ada hubungan historis antara agama-agama yang berbeda yang dijalankan di tempat-tempat yang terpisah jauh seperti Sri Lanka, Tibet, dan Jepang? Apakah Sang Buddha benar-benar ada? Apakah Beliau hanyalah dewa-matahari? Apakah Beliau seorang nabi Etiopia? Apakah yang Beliau ajarakan? Dapatkah kita mengetahuinya? Tradisi manakah yang paling dapat dipercaya (atau setidaknya tidak dapat dipercaya)? Karena tradisi-tradisi telah sangat terpisah karena kekuatan sejarah – terutama penghancuran Buddhisme di India – mereka memiliki sedikit informasi tentang satu sama lainnya, dan masing-masing menyatakan keunggulannya sendiri. Masing-masing aliran mempertahankan tradisinya dalam kumpulan yang luas dari berjilid-jilid naskah kuno yang sulit dimengerti dan sulit dibaca dalam bahasa-bahasa yang sangat berbeda (Mandarin, Tibet, Pali, dan bahasa-bahasa India lainnya seperti Sanskrit). Tetapi perlahan-lahan bukti dikumpulkan. Tradisi-tradisi dibandingkan; penemuan arkeologis menegaskan fakta-fakta kunci. Kronologi Sri Lanka yang berusia 1500 tahun menyebutkan nama-nama bhikkhu Kassapa, Majjhima, dan Durabhisara yang dikirimkan pada masa Aśoka sebagai misionaris dari Vidisa ke Himalaya; sebuah stupa digali di Vidisa dan nama-nama para bhikkhu ini ditemukan di sana, yang dipahatkan dalam huruf-huruf yang penanggalannya dekat dengan masa Aśoka, dan mencatat bahwa mereka adalah para guru Himalaya.  Pada awal abad ke-20, dalam karya-karya oleh para sarjana seperti T. W. Rhys Davies, yang tulisan-tulisannya tetap mempertahankan nilainya saat ini, skema yang akurat diambil. Masih ada perdebatan pada awal pertengahan abad ke-20, meskipun, karena bukti masih dikumpulkan, teks-teks baru disusun, dan studi baru dilakukan.

Namun, sejak awal tahun 1882 seorang sarjana bernama Samuel Beal menerbitkan serangkaian kuliah yang berjudul Buddhist Literature in China. Ini memasukkan informasi tentang proses penerjemahan ke dalam bahasa Mandarin, dan contoh terjemahan dari beberapa lapisan utama teks-teks Buddhis – Sutta-Sutta awal, Jātaka-Jātaka, dan sebuah teks Mahāyāna. Ia menyatakan sebagai berikut:

Parinibbāna, Brahmajāla, Sigalovada, Dhammacakka, Kasi-Bhāradvadja, Mahāmangala; semua ini telah saya temukan dan bandingkan dengan terjemahan dari bahasa Pali, dan menemukan bahwa pada pokoknya mereka adalah identik. Saya tidak mengatakan secara harfiah sama; mereka berbeda dalam poin-poin kecil, tetapi identik dalam alur dan semua rincian yang penting. Dan ketika kumpulan Vinaya dan Āgama sepenuhnya diselidiki, saya memiliki sedikit keraguan kita akan menemukan kebanyakan jika tidak semuanya sutta-sutta Pali dalam bentuk Mandarin.

Lebih dari satu abad kemudian, studi perbandingan yang seksama yang didorong oleh Beal masih kurang. Namun, beberapa kemajuan telah dibuat. Pada tahun 1908 seorang sarjana Jepang bernama M. Anesaki menerbitkan bukunya “The Four Buddhist Āgamas in Chinese: A concordance of their parts and of the corresponding counterparts in the Pali Nikāyas”.  Ini diikuti pada tahun 1929 oleh Chizen Akanuma dalam The Comparative Catalogue of Chinese Āgamas and Pali Nikāyas,  sebuah katalog komprehensif dari semua kotbah-kotbah awal yang diketahui ada dalam Pali dan Mandarin, dan sedikit teks yang tersedia dalam bahasa Tibet dan Sanskrit. Penemuan-penemuan ini ditambahkan dalam studi historis yang berskala penuh seperti Étienne Lamotte dalam History of Indian Buddhism dan A. K. Warder dalam Indian Buddhism. Studi-studi telah sangat menegaskan hipotesis awal Beal – Āgama-Āgama Mandarin dan Nikāya-Nikāya Pali hampir identik dalam ajaran. Mereka adalah dua turunan yang berbeda dari kumpulan teks yang sama. Teks-teks ini – secara populer ditunjuk hanya sebagai “Sutta-Sutta” – dikumpulkan oleh generasi pertama para pengikut Sang Buddha, sebelum masa pemisahan sektarian. Mereka adalah Buddhisme prasektarian. Walaupun mereka biasanya dianggap sebagai ajaran-ajaran “Theravāda”, ini tidak demikian. Sarjana David Kalupahana melanjutkan sejauh menyatakan bahwa tidak ada satu pun kata Theravāda dalam Nikāya-Nikāya Pali (walaupun saya pikir ini pernyataan yang sedikit berlebihan.) Sumbangsih para sarjana kebanyakan terbatas pada penetapan pengaturan akhir teks-teks dan standarisasi dialek. Penambahan gagasan sektarian adalah sedikit dan biasanya dengan siap dapat dikenal. Lamotte berkomentar:

Namun, dengan pengecualian penambahan Mahāyanis dalam Ekottara, yang dengan mudah dapat dibedakan, perbedaan-perbedaan yang dipertanyakan [antara Nikāya-Nikāya dan Āgama-Āgama] tidak mungkin mempengaruhi apa pun kecuali metode pengungkapan atau penyusunan dari pokok-pokok bahasan. Dasar ajaran yang umum pada Nikāya-Nikāya dan Āgama-Āgama sangat seragam. Namun, dipertahankan dan disebarkan oleh aliran-aliran, sūtra-sūtra tidak merupakan naskah-naskah skolastik, tetapi merupakan warisan bersama dari semua aliran.

Semua teks lainnya, termasuk Jātaka, Abhidhamma dari berbagai aliran, sūtra-sūtra Mahāyāna, dan seterusnya, dituliskan kemudian. Relatif sedikit dari ajaran-ajaran ini dianut sama antara aliran-aliran; yaitu, mereka adalah Buddhisme sektarian. Walaupun lensa kritik historis, gambar besar dari kemunculan dan perkembangan ajaran-ajaran ini dapat ditelusuri dengan sangat jelas, dalam dinamika internal dari evolusi ajaran dan dalam tanggapan Buddhisme pada lingkungan budaya, sosial, dan religius yang berubah-ubah. Tidak ada bukti bahwa ajaran-ajaran khusus dari teks-teks ini – yaitu, ajaran-ajaran yang bukan hanya ditemukan dalam Sutta-Sutta awal – berasal dari Sang Buddha. Alih-alih, teks-teks ini seharusnya dianggap sebagai jawaban yang diberikan para guru dari masa kuno atas pertanyaan: “Apakah makna Buddhisme bagi kami?” Setiap generasi berikutnya pasti melakukan tugas sulit dalam prinsip penafsiran, akulturasi kembali Dhamma pada waktu dan tempat. Dan kita, dalam masa-masa kita yang menggemparkan, yang demikian berbeda dari mereka dari masa atau budaya Buddhis masa lampau, harus menemukan jawaban kita sendiri. Dari perspektif ini, ajaran-ajaran aliran-aliran memberikan pelajaran-pelajaran yang tidak ternilai, suatu kekayaan teladan yang telah diwariskan kepada kita oleh para nenek moyang kita dalam keyakinan.

Memahami dasar historis dari Buddhisme menyediakan suatu landasan yang bermakna untuk menghargai landasan bersama dari aliran-aliran. Mitos-mitos tradisional tentang asal mula teks-teks Buddhis menjalankan tujuan polemik, yang menentukan dalam mengesahkan posisi ajaran tertentu dari aliran-aliran. Ini bukan untuk merendahkan peranan religius yang penting yang dimainkan mitos-mitos dalam Buddhis; sebaliknya, kita akan melihat bahwa kitab-kitab Buddhis selalu ditanamkan dalam kisah spiritual, yang memberi napas kehidupan ke dalam ajaran-ajaran. Tujuan kita bukan untuk mengkritik aliran-aliran, tetapi untuk membedakan yang penting dari yang tidak penting.
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Tentang 84.000 Ajaran
« Reply #87 on: 14 March 2013, 10:42:02 AM »
saya menebak tidak lama lagi dilbert akan muncul

wkwkwkwkwk... sorry telat muncul-nya.
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Tentang 84.000 Ajaran
« Reply #88 on: 14 March 2013, 11:15:56 AM »
[at] ariya
aku lebih cenderung 84000 ajaran adalah cara untuk mencapai Nibbana.
kalo lebih sederhananya
Jalan Utama Beruas Delapan adalah batang pohon
aliran2 yang ada seperti zen, theravada, mahayana, tantra dll adalah dahan pohon
84000 ajaran adalah ranting dan daun pohon

tinggal anda menginginkan cara mana yang anda tempuh untuk mencapai Nibbana. cara mana yang anda suka itu?

juga bisa benar apa kata sdr sunya 84000 ajaran cuman kiasan dalam arti cara untuk mencapai Nibbana sangat2 banyak maka disebutkan 84000 ajaran tersebut. seperti halnya pat kwa katanya kalo dikombinasikan bisa menjadi 64000 kombinasi.

Termasuk Falun Dafa (Falun Gong) ?

Kutipan dari Buku Zhuan Falun...
"Falun Gong berasal dari Falun Xiulian Dafa aliran Buddha.
Ia adalah suatu metode istimewa dari Qigong Xiulian aliran
Buddha, tetapi memiliki ciri khas yang berbeda dengan
metode Xiulian aliran Buddha umumnya."
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline sanjiva

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.091
  • Reputasi: 101
  • Gender: Male
Re: Tentang 84.000 Ajaran
« Reply #89 on: 14 March 2013, 01:41:15 PM »
[at] ariya
aku lebih cenderung 84000 ajaran adalah cara untuk mencapai Nibbana.
kalo lebih sederhananya
Jalan Utama Beruas Delapan adalah batang pohon
aliran2 yang ada seperti zen, theravada, mahayana, tantra dll adalah dahan pohon
84000 ajaran adalah ranting dan daun pohon

tinggal anda menginginkan cara mana yang anda tempuh untuk mencapai Nibbana. cara mana yang anda suka itu?

juga bisa benar apa kata sdr sunya 84000 ajaran cuman kiasan dalam arti cara untuk mencapai Nibbana sangat2 banyak maka disebutkan 84000 ajaran tersebut. seperti halnya pat kwa katanya kalo dikombinasikan bisa menjadi 64000 kombinasi.

Perumpamaan cabang di sini artinya terpisah2 ke arah yang berlainan?

Bagaimana Theravada disebut sebagai cabang kalau nyatanya Theravada adalah kesinambungan yang tak terputuskan sejak Buddha Gotama hingga sekarang?  Jubahnya masih sama, pokok dhamma-vinaya nya juga masih sama.  Ini seperti istilah, karena kelompokku dianggap pecahan, maka kalian kelompok lain juga mesti termasuk pecahan pula. cpddd.  :whistle:
«   Ignorance is bliss, but the truth will set you free   »

Offline Master

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 20
  • Reputasi: -1
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Tentang 84.000 Ajaran
« Reply #90 on: 14 March 2013, 04:15:27 PM »
 [at] ariya
anda sudah jawab sendiri pertanyaan anda. saya sudah tidak perlu menjelaskan lagi. yang anda uraikan sebenarnya sama saja kalo ingin diambil inti persoalannya.
banyak aliran, mitos, ato apalah semua sumber pada batang pohon yang saya jelaskan. kalo tidak bersumber pada itu (ya dipikir sendiri)

 [at] dilbert
saya no comment dengan falun gong. saya tidak tahu apa2 tentang falun gong. yang saya tahu Dhamma sangat luas orang mau pake cara apa terserah mana yang cocok di hati bukan ikut2 orang. yang penting hasil .... (Nibbana)

 [at] sanjiva
theravada punya cara sendiri untuk mencapai Nibbana, Mahayana juga, Tantra juga, Zen juga dan banyak aliran juga tujuan akhir adalah Nibbana. trus apa yang anda persoalankan. Jalan Utama Beruas 8 milik theravada aja aliran lain gak boleh pake. anda boleh bilang theravada ajarannya berkesinambungan dari jaman Buddha Gautama sampai sekarang. tapi aliran lain juga boleh memakai dasarkan Jalan Utama Beruas 8 juga khan.

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Tentang 84.000 Ajaran
« Reply #91 on: 15 March 2013, 03:17:10 PM »
[at] ariya
anda sudah jawab sendiri pertanyaan anda. saya sudah tidak perlu menjelaskan lagi. yang anda uraikan sebenarnya sama saja kalo ingin diambil inti persoalannya.
banyak aliran, mitos, ato apalah semua sumber pada batang pohon yang saya jelaskan. kalo tidak bersumber pada itu (ya dipikir sendiri)

 [at] dilbert
saya no comment dengan falun gong. saya tidak tahu apa2 tentang falun gong. yang saya tahu Dhamma sangat luas orang mau pake cara apa terserah mana yang cocok di hati bukan ikut2 orang. yang penting hasil .... (Nibbana)

 [at] sanjiva
theravada punya cara sendiri untuk mencapai Nibbana, Mahayana juga, Tantra juga, Zen juga dan banyak aliran juga tujuan akhir adalah Nibbana. trus apa yang anda persoalankan. Jalan Utama Beruas 8 milik theravada aja aliran lain gak boleh pake. anda boleh bilang theravada ajarannya berkesinambungan dari jaman Buddha Gautama sampai sekarang. tapi aliran lain juga boleh memakai dasarkan Jalan Utama Beruas 8 juga khan.

Pernah tahu Nibbana (ala Theravada) berbeda dengan Nibbana (ala Mahayana) ?
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline Sunya

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 876
  • Reputasi: -16
  • Nothing, but your perception ONLY
Re: Tentang 84.000 Ajaran
« Reply #92 on: 16 March 2013, 07:34:24 PM »
berdasarkan apa? pengalaman pribadi?

Dijawab ya ataupun tidak, tetap akan mengundang polemik.

Jawaban bisa diberikan pada pembelajar yang siap, bukan yang masih labil atau galau.

Salam spiritual dan pembuktian.  _/\_

Offline Sunya

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 876
  • Reputasi: -16
  • Nothing, but your perception ONLY
Re: Tentang 84.000 Ajaran
« Reply #93 on: 16 March 2013, 07:38:34 PM »
Kalo memang anda tidak berkompeten untuk membahasnya lebih lanjut, berarti saya juga tidak bisa menanggapi anda lebih jauh lagi.....

Darimana Anda bisa berkesimpulan demikian?

Saya menulis cukup jelas, jika dibahas dari segi peninggalan tulisan (kitab yang dianggap suci) saya tidak kompeten, karena bukan satu-satunya metode pendekatan saya.

Tapi jika metodenya lebih luas dan komprehensif, saya sangat-sangat bersedia. Ini saya katakan sebab bagi saya ajaran Buddha itu luas dan membuka cara pandang, bukan hanya berkutat di konsep dogmatis dan ortodoksi.

 _/\_

Offline Kelana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.225
  • Reputasi: 142
Re: Tentang 84.000 Ajaran
« Reply #94 on: 16 March 2013, 09:10:47 PM »
[at] ariya
anda sudah jawab sendiri pertanyaan anda. saya sudah tidak perlu menjelaskan lagi. yang anda uraikan sebenarnya sama saja kalo ingin diambil inti persoalannya.
banyak aliran, mitos, ato apalah semua sumber pada batang pohon yang saya jelaskan. kalo tidak bersumber pada itu (ya dipikir sendiri)

 [at] dilbert
saya no comment dengan falun gong. saya tidak tahu apa2 tentang falun gong. yang saya tahu Dhamma sangat luas orang mau pake cara apa terserah mana yang cocok di hati bukan ikut2 orang. yang penting hasil .... (Nibbana)

 [at] sanjiva
theravada punya cara sendiri untuk mencapai Nibbana, Mahayana juga, Tantra juga, Zen juga dan banyak aliran juga tujuan akhir adalah Nibbana. trus apa yang anda persoalankan. Jalan Utama Beruas 8 milik theravada aja aliran lain gak boleh pake. anda boleh bilang theravada ajarannya berkesinambungan dari jaman Buddha Gautama sampai sekarang. tapi aliran lain juga boleh memakai dasarkan Jalan Utama Beruas 8 juga khan.

Permasalahannya adalah: istilah 84.000 bisa dikatakan muncul pada masa awal Buddhisme dimana belum ada aliran seperti yang disebutkan. Dengan demikian perumpamaan pohon yang anda berikan bahwa 84.000 sebagai daun (ajaran dari aliran-aliran) menjadi tidak valid. Jadi, 84.000 bukanlah ragam ajaran dari aliran-aliran yang berbeda-beda tersebut.
GKBU
 
_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Tentang 84.000 Ajaran
« Reply #95 on: 16 March 2013, 09:23:05 PM »
Darimana Anda bisa berkesimpulan demikian?

Saya menulis cukup jelas, jika dibahas dari segi peninggalan tulisan (kitab yang dianggap suci) saya tidak kompeten, karena bukan satu-satunya metode pendekatan saya.

Tapi jika metodenya lebih luas dan komprehensif, saya sangat-sangat bersedia. Ini saya katakan sebab bagi saya ajaran Buddha itu luas dan membuka cara pandang, bukan hanya berkutat di konsep dogmatis dan ortodoksi.

 _/\_

Kalo begitu silahkan menggunakan metode yang anda maksud tsb langsung dalam thread ini juga.....
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline Sunya

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 876
  • Reputasi: -16
  • Nothing, but your perception ONLY
Re: Tentang 84.000 Ajaran
« Reply #96 on: 16 March 2013, 09:33:03 PM »
Kalo begitu silahkan menggunakan metode yang anda maksud tsb langsung dalam thread ini juga.....

Silakan ajukan pembahasan yang diinginkan.  _/\_

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Tentang 84.000 Ajaran
« Reply #97 on: 16 March 2013, 09:36:10 PM »
Kalo begitu silahkan menggunakan metode yang anda maksud tsb langsung dalam thread ini juga.....

Bro Ariyakumara harus bersiap2 untuk menghadapi kelicinan, karena tampaknya wujudnya udah berubah ke belut level 1

Offline siswahardy

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 615
  • Reputasi: 10
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Tentang 84.000 Ajaran
« Reply #98 on: 17 March 2013, 02:01:17 AM »
[at] ariyakumara

saya menduga apa yg dimaksud dgn dhammakkhanda adalah pokok2 dhamma yg terkandung dlm sutta
spt suatu artikel memiliki pokok2 pikiran, demikian pula halnya dgn sutta

pasti akan terjadi perbedaan jumlah jika masing2 orang berusaha menghitung pokok2 dhamma dlm suatu sutta
oleh sebab itu penjumlahan dari keseluruhan sutta pun akan berbeda2 untuk tiap2 orang
jadi pastinya pokok2 dhamma itu relatif banyak, terlepas apakah itu fixed 84000 ataupun lebih kurang sedikit atau banyak

mengenai JMB8 adalah jalan menuju terhentinya dukkha, saya rasa tak ada bantahan dari satu tradisi Buddhisme manapun
demikian pula dalam kaitannya JMB8 adalah jalan tunggal yg merupakan satu kesatuan yg utuh tak terpisahkan dari ke-8 unsurnya

jadi yg memberikan ciri unik pd masing2 tradisi Buddhisme adalah pd bentuk penekanan dan pengembangan JMB8 tsb
dan saya pikir itu perlu dan pasti terjadi dlm rangka menyikapi berbagai perubahan2 yg terjadi di muka bumi ini

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: Tentang 84.000 Ajaran
« Reply #99 on: 17 March 2013, 06:38:20 AM »
Pernah tahu Nibbana (ala Theravada) berbeda dengan Nibbana (ala Mahayana) ?

sekalian aja mungkin si Master mengetahui,
Nibbana ala Falun Gong,
Nibbana ala Tantrayana,
Nibbana ala Taoisme,
Nibbana ala Buddhayana Indonesia,
Nibbana ala Maiterya,
Nibbana ala Lu She Yen

...... (boleh ditambah)
:))
« Last Edit: 17 March 2013, 06:42:50 AM by adi lim »
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Tentang 84.000 Ajaran
« Reply #100 on: 17 March 2013, 10:49:40 AM »
Silakan ajukan pembahasan yang diinginkan.  _/\_

Lho bukannya sudah jelas dari postingan/tanggapan saya thd postingan anda sebelumnya tentang apa yang mau dibahas. Coba baca lagi dari halaman2 sebelumnya....

Bro Ariyakumara harus bersiap2 untuk menghadapi kelicinan, karena tampaknya wujudnya udah berubah ke belut level 1

Tenang kita ada Super Saiya level 1 juga.... ;D

[at] ariyakumara

saya menduga apa yg dimaksud dgn dhammakkhanda adalah pokok2 dhamma yg terkandung dlm sutta
spt suatu artikel memiliki pokok2 pikiran, demikian pula halnya dgn sutta

pasti akan terjadi perbedaan jumlah jika masing2 orang berusaha menghitung pokok2 dhamma dlm suatu sutta
oleh sebab itu penjumlahan dari keseluruhan sutta pun akan berbeda2 untuk tiap2 orang
jadi pastinya pokok2 dhamma itu relatif banyak, terlepas apakah itu fixed 84000 ataupun lebih kurang sedikit atau banyak

mengenai JMB8 adalah jalan menuju terhentinya dukkha, saya rasa tak ada bantahan dari satu tradisi Buddhisme manapun
demikian pula dalam kaitannya JMB8 adalah jalan tunggal yg merupakan satu kesatuan yg utuh tak terpisahkan dari ke-8 unsurnya

jadi yg memberikan ciri unik pd masing2 tradisi Buddhisme adalah pd bentuk penekanan dan pengembangan JMB8 tsb
dan saya pikir itu perlu dan pasti terjadi dlm rangka menyikapi berbagai perubahan2 yg terjadi di muka bumi ini


Seperti yang dikatakan sdr. Kelana:

Permasalahannya adalah: istilah 84.000 bisa dikatakan muncul pada masa awal Buddhisme dimana belum ada aliran seperti yang disebutkan. Dengan demikian perumpamaan pohon yang anda berikan bahwa 84.000 sebagai daun (ajaran dari aliran-aliran) menjadi tidak valid. Jadi, 84.000 bukanlah ragam ajaran dari aliran-aliran yang berbeda-beda tersebut.

Memang sejumlah tradisi/aliran berbagi sejumlah besar ajaran yang sama, tetapi juga sejumlah besar ajaran yang berbeda. Jadi tidak bisa dikatakan semua tradisi mengembangkan JMB8, tetapi tidak tepat juga mengatakan tradisi-tradisi tidak berdasarkan ajarannya pada JMB8....
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline siswahardy

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 615
  • Reputasi: 10
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Tentang 84.000 Ajaran
« Reply #101 on: 24 March 2013, 12:46:17 AM »
Memang sejumlah tradisi/aliran berbagi sejumlah besar ajaran yang sama, tetapi juga sejumlah besar ajaran yang berbeda. Jadi tidak bisa dikatakan semua tradisi mengembangkan JMB8, tetapi tidak tepat juga mengatakan tradisi-tradisi tidak berdasarkan ajarannya pada JMB8....

sptnya saya belum begitu jelas, yg di-bold bisa lebih spesifik ngak?

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Tentang 84.000 Ajaran
« Reply #102 on: 24 March 2013, 02:54:51 PM »
sptnya saya belum begitu jelas, yg di-bold bisa lebih spesifik ngak?

Baca relpy #87
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline siswahardy

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 615
  • Reputasi: 10
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Tentang 84.000 Ajaran
« Reply #103 on: 26 March 2013, 03:30:13 PM »
Baca relpy #87

pemikiran saya tak sama dgn Master

spt yg telah saya sampaikan, maka dhammakhanda2 adalah penjabaran/penjelasan/penguraian dari JMB8
lalu di masa telah terjadi sekterianisme, maka tradisi2 pun telah mengembangkan ataupun menjabarkan/menjelaskan/menguraikan ulang JMB8 itu sesuai versinya masing2
lalu kalau ada aliran yg motivasinya menyimpang misal: memperkaya pemimpin kelompok, saya rasa itu tak masuk hitungan

jadi menurut hemat saya tetap hanya satu jalan, cuma penjabaran dan penekanan ruas2 jalan itu yg variatif

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Tentang 84.000 Ajaran
« Reply #104 on: 26 March 2013, 03:41:32 PM »
pemikiran saya tak sama dgn Master

Jgn panggil saya Master, saya gak selevel dg Master Sunya ;D

Btw itu pendapat Bhikkhu Sujato dan saya kurang lebih sependapat dg beliau....

Quote
spt yg telah saya sampaikan, maka dhammakhanda2 adalah penjabaran/penjelasan/penguraian dari JMB8
lalu di masa telah terjadi sekterianisme, maka tradisi2 pun telah mengembangkan ataupun menjabarkan/menjelaskan/menguraikan ulang JMB8 itu sesuai versinya masing2
lalu kalau ada aliran yg motivasinya menyimpang misal: memperkaya pemimpin kelompok, saya rasa itu tak masuk hitungan

jadi menurut hemat saya tetap hanya satu jalan, cuma penjabaran dan penekanan ruas2 jalan itu yg variatif

Seperti yg dikemukakan sdr. Kelana sebelumnya, satu jalan atau 84.000 dhammakkhanda itu adalah ajaran pra-sektarian Buddhisme, bukan masanya sesudahnya yang sudah banyak di-modifikasi di sana-sini.

Tidak masalah jika anda tidak sepaham, we agree to disagree, right? :)
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline siswahardy

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 615
  • Reputasi: 10
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Tentang 84.000 Ajaran
« Reply #105 on: 26 March 2013, 10:03:45 PM »
Jgn panggil saya Master, saya gak selevel dg Master Sunya ;D

Btw itu pendapat Bhikkhu Sujato dan saya kurang lebih sependapat dg beliau....

Seperti yg dikemukakan sdr. Kelana sebelumnya, satu jalan atau 84.000 dhammakkhanda itu adalah ajaran pra-sektarian Buddhisme, bukan masanya sesudahnya yang sudah banyak di-modifikasi di sana-sini.

Tidak masalah jika anda tidak sepaham, we agree to disagree, right? :)

kalau Master itu nick name di posting #87
rasanya saya sepaham deh soal istilah 84.000 dhammakkhanda itu dipakai pada masa pra-sektarian

kalau pembahasan berlanjut ke masa sektarian se-mata2 karena apa yg menjadi pertanyaan topik ini mengarah kepada sekterianisme,
dan terbukti beberapa member menanggapinya demikian
jadi apa yg saya sampaikan seputar sekterian cuma sebuah gagasan berkenaan jawaban/alasan yg lebih tepat mengenai hal ini