//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Samatha+Vipassana (A Honed and Heavy Ax) By Ajahn Chandako  (Read 22012 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Wirajhana

  • Teman
  • **
  • Posts: 54
  • Reputasi: 9
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Samatha+Vipassana (A Honed and Heavy Ax) By Ajahn Chandako
« Reply #30 on: 27 August 2011, 10:22:18 PM »
Btw,
udah pada nyampe jhana 1 belom? kalo belom ya susah dong..
Btw, ada 4 cara mencapai nibanna..3 berhubungan dengan vipassana dan samatha dan yg ke-4 ngga menyebut2 itu sama sekali kecuali ini:
kegelisahan pikiran akan Dhamma (fenomena) makin terkendali dengan baik. Pada suatu saat dari sebelah dalam, batinnya menjadi kokoh seimbang, tenang, manunggal dan terpusat.[dhammuddhaccaviggahitaṃ mānasaṃ hoti..samayo yaṃ taṃ cittaṃ ajjhattameva santinnhati sannisīdati ekodi hoti samādhiyati]

note: terjemahan ini versi gw

apakah disini artinya ia telah mencapai puncak jhana? apakah kalimat batin kokoh seimbang, tenang, manunggal dan terpusat =uppkha? kalo tidak sepenuhnya demikian..maka syarat minimum utk ini ya cuma wajib mencapai Jhana [1 pun boleh] dan setelah itu ia mesti "membuat pikirannya terkendali dengan baik..

note:
ini pendapat gw..dan gw belum mencapai Jhana manapun

darimana pendapat ini?

dari quoting ini:
"Pembenaran skolastik utama untuk menganggap samatha adalah pilihan terdapat bukan dalam sutta-sutta, tetapi dalam komentar dan sub-komentar. Tradisi komentar menganggap bahwa tingkat-tingkat pencerahan muncul pada tingkat intensitas jhāna untuk memenuhi faktor samādhi benar. Akan tetapi mereka berpendapat bahwa satu momen pikiran jhāna sudah mencukupi. Pada kenyataannya, tampaknya adalah demi untuk mempertahankan energi terpusat selama waktu yang cukup lama yang menghasilkan kekuatan yang diperlukan untuk memotong kebodohan dan mencapai pencerahan."

Inilah esensi dari judul ini yaitu "a honed and a heavy ax"...tentunya semakin dalam jhana maka semakin BERAT..yang artinya semakin besar TENAGA untuk memotong...

lanjutannya di bagian akhir:
quote:

"Ketika batin mulai tenang memasuki samādhi, adalah penting untuk membiarkannya diam selama mungkin. Tidaklah dianjurkan untuk dengan sengaja menarik batin keluar dari kondisi tenang untuk ‘melakukan’ vipassanā. Ketika momentum energi batin yang mempertahankan batin mulai memudar, perlahan-lahan pikiran akan mulai terbentuk. Pada titik ini kita harus dengan sadar mengalihkan perhatian kita pada penyelidikan.

Kemudian kita menganalisa tubuh kita, pikiran dan fenomena eksternal sebagai bergantung pada sebab dan kondisi, tidak kekal, tidak memuaskan dan tanpa-diri. Ini adalah bagaimana menggunakan kekuatan samādhi secara efisien. Perenungan pada saat ini memiliki potensi untuk memotong akar-akar dari kekotoran batin. Jika kita tidak melakukan hal ini setelah mengalami samādhi, kita akan terus merasakan kedamaian dan kebahagiaan untuk beberapa saat. Akan ada suatu kejernihan dan pemahaman karena ketiadaan rintangan, tetapi ketika kedamaian memudar, sekali lagi kekotoran akan muncul dengan kekuatan yang sama seperti sebelumnya. Ketika batin mendapatkan kesempatan untuk beristirahat sepenuhnya dalam samatha dan kemudian diaktifkan untuk menyelidiki kehidupan, maka vipassanā muncul secara alami.
"
« Last Edit: 27 August 2011, 10:53:40 PM by Wirajhana »

Offline morpheus

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.750
  • Reputasi: 110
  • Ragu pangkal cerah!
Re: Samatha+Vipassana (A Honed and Heavy Ax) By Ajahn Chandako
« Reply #31 on: 28 August 2011, 12:41:47 AM »
ooo, tapi kan disitu udah dijelaskan bahwa dari sutta oom
hehehe... bener kan?
artikel di atas ditulis dengan asumsi bahwa jhana itu ketutup indera ala kitab komentar.
padahal definisi itu gak ditemukan di sutta.

menurut owe, mereka yg melaksanakan vipassana yg benar, itu berarti seluruh faktor dari jm8 itu hadir, termasuk samma samadhi.
dengan kata lain, gak usah terlalu pusing dengan istilah samatha-vipassana.

* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

Offline Wirajhana

  • Teman
  • **
  • Posts: 54
  • Reputasi: 9
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Samatha+Vipassana (A Honed and Heavy Ax) By Ajahn Chandako
« Reply #32 on: 28 August 2011, 12:40:07 PM »
hehehe... bener kan?
artikel di atas ditulis dengan asumsi bahwa jhana itu ketutup indera ala kitab komentar.
padahal definisi itu gak ditemukan di sutta.

menurut owe, mereka yg melaksanakan vipassana yg benar, itu berarti seluruh faktor dari jm8 itu hadir, termasuk samma samadhi.
dengan kata lain, gak usah terlalu pusing dengan istilah samatha-vipassana.



Gak ngerti gw ama tulisanmu...
Ngga pernah juga gw ketemu di sutta vipassana tanpa jhana dan samatha bisa menghancurkan asava..Penulis artikel ini adalah praktiksi meditasi..ia tau koq apa yg dibicarakan dan itulah sebabnya ia sampaikan di artikel ini.

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: Samatha+Vipassana (A Honed and Heavy Ax) By Ajahn Chandako
« Reply #33 on: 29 August 2011, 08:45:44 AM »
 [at] morph: jika sampai pada cessation-of-perception-and-feeling yah memang jadi "hilang", jadi ini juga perlu diinvestigasi lagi kenapa si "arupa jhana" ini tidak pernah disebut jhana dalam sutta. disebutkan after jhana 4 aja. apakah ini bagian dari jhana 4? ada yg claim begitu, tapi belum dapet sumbernya jg

 [at] indra: dalam sutta tidak ada kata ini loh meditasi vipassana, ini loh meditasi samatha. samatha dan vipassana ada lah sepasang kualitas yang harus dikembangkan, bahkan sebagai prasyarat untuk  jhana

Quote from: AN 2.30: Vijja-bhagiya sutta

"These two qualities have a share in clear knowing. Which two? Tranquillity (samatha) & insight (vipassana).

"When tranquillity is developed, what purpose does it serve? The mind is developed. And when the mind is developed, what purpose does it serve? Passion is abandoned.

"When insight is developed, what purpose does it serve? Discernment is developed. And when discernment is developed, what purpose does it serve? Ignorance is abandoned.

"Defiled by passion, the mind is not released. Defiled by ignorance, discernment does not develop. Thus from the fading of passion is there awareness-release. From the fading of ignorance is there discernment-release.

-------
“Misalkan, bhikkhu, seorang raja memiliki sebuah kota perbatasan dengan benteng yang kuat, tembok-tembok, dan lengkungan, dan dengan enam gerbang.[6] Penjaga gerbang yang ditugaskan di sana adalah orang yang bijaksana, kompeten, dan cerdas; seorang yang menolak orang asing dan menerima kenalan. Pasangan utusan kilat masuk dari timur dan bertanya kepada penjaga gerbang: ‘Di manakah, Tuan, raja kota ini?’ Ia akan menjawab: ‘Ia sedang duduk di lapangan tengah.’ Kemudian pasangan utusan kilat itu menyampaikan pesan nyata kepada raja kota dan pergi melalui jalan dari mana mereka datang. Demikian pula, utusan datang dari barat, dari utara, dari selatan, menyampaikan pesan mereka dan pergi melalui jalan dari mana mereka datang.

“Aku membuat perumpamaan ini, bhikkhu, untuk menyampaikan sebuah makna. Ini adalah maknanya di sini: ‘Kota’: adalah sebutan untuk jasmani ini yang terdiri dari empat unsur utama, berasal-mula dari ibu dan ayah, dibangun dari nasi dan bubur, tunduk pada ketidakkekalan, menjadi tua dan usang, menjadi hancur dan berserakan.[7] ‘Enam gerbang’: ini adalah sebutan untuk enam landaan indria internal. ‘Penjaga gerbang’: ini adalah sebutan untuk perhatian. [195] ‘Pasangan utusan kilat: ini adalah sebutan untuk ketenangan dan pandangan terang. ‘Raja kota’: ini adalah sebutan untuk kesadaran.[8] ‘Lapangan tengah’: ini adalah sebutan untuk empat unsur utama – unsur tanah, unsur air, unsur panas, unsur angin. ‘Pesan nyata: ini adalah sebutan untuk Nibbāna.[9] ‘Jalan dari mana mereka datang’: ini adalah sebutan untuk Jalan Mulia Berunsur Delapan: yaitu, Pandangan Benar ... Konsentrasi Benar.”
------

Quote from: AN 4.94: Samadhi sutta
-----
"The individual who has attained internal tranquillity of awareness, but not insight into phenomena through heightened discernment, should approach an individual who has attained insight into phenomena through heightened discernment and ask him: 'How should fabrications be regarded? How should they be investigated? How should they be seen with insight?' The other will answer in line with what he has seen & experienced: 'Fabrications should be regarded in this way. Fabrications should be investigated in this way. Fabrications should be seen in this way with insight.' Then eventually he [the first] will become one who has attained both internal tranquillity of awareness & insight into phenomena through heightened discernment.

"As for the individual who has attained insight into phenomena through heightened discernment, but not internal tranquillity of awareness, he should approach an individual who has attained internal tranquillity of awareness... and ask him, 'How should the mind be steadied? How should it be made to settle down? How should it be unified? How should it be concentrated?' The other will answer in line with what he has seen & experienced: 'The mind should be steadied in this way. The mind should be made to settle down in this way. The mind should be unified in this way. The mind should be concentrated in this way.' Then eventually he [the first] will become one who has attained both internal tranquillity of awareness & insight into phenomena through heightened discernment.
____


Quote from: AN 10.71: Akankha Sutta
-----
[9] "If a monk would wish, 'May I attain — whenever I want, without strain, without difficulty — the four jhanas that are heightened mental states, pleasant abidings in the here-&-now,' then he should be one who brings the precepts to perfection, who is committed to inner tranquillity of awareness, who does not neglect jhana, who is endowed with insight, and who frequents empty dwellings.

[10] "If a monk would wish, 'May I — with the ending of mental fermentations — remain in the fermentation-free awareness-release & discernment-release, having directly known & realized them for myself in the here-&-now,' then he should be one who brings the precepts to perfection, who is committed to inner tranquillity of awareness, who does not neglect jhana, who is endowed with insight, and who frequents empty dwellings.
___

Quote from: AN 2.30: Vijja-bhagiya Sutta

"These two qualities have a share in clear knowing. Which two? Tranquillity (samatha) & insight (vipassana).

"When tranquillity is developed, what purpose does it serve? The mind is developed. And when the mind is developed, what purpose does it serve? Passion is abandoned.

"When insight is developed, what purpose does it serve? Discernment is developed. And when discernment is developed, what purpose does it serve? Ignorance is abandoned.

"Defiled by passion, the mind is not released. Defiled by ignorance, discernment does not develop. Thus from the fading of passion is there awareness-release. From the fading of ignorance is there discernment-release."
----------

Quote from: MN 149 Maha-salayatanika Sutta
10. “Pandangan seseorang yang seperti ini adalah pandangan benar. Kehendaknya adalah kehendak benar, usahanya adalah usaha benar, perhatiannya adalah perhatian benar, konsentrasinya adalah konsentrasi benar. Perbuatan jasmaninya, ucapannya, dan penghidupannya telah dimurnikan sebelumnya.  Dengan demikian Jalan Mulia Berunsur Delapan menjadi terpenuhi dalam dirinya melalui pengembangan. Ketika ia mengambangkan Jalan Mulia Berunsur Delapan ini, maka empat landasan perhatian juga menjadi terpenuhi dalam dirinya melalui pengembangan; empat jenis usaha benar juga menjadi terpenuhi dalam dirinya melalui pengembangan; empat landasan kekuatan batin juga menjadi terpenuhi dalam dirinya melalui pengembangan; lima indria juga menjadi terpenuhi dalam dirinya melalui pengembangan; lima kekuatan juga menjadi terpenuhi dalam dirinya melalui pengembangan; tujuh faktor pencerahan juga menjadi terpenuhi dalam dirinya melalui pengembangan. Kedua hal ini – ketenangan dan pandangan terang – muncul dalam dirinya berpasangan dengan seimbang.  Ia sepenuhnya memahami melalui pengetahuan langsung hal-hal yang harus dipahami sepenuhnya melalui pengetahuan langsung. Ia meninggalkan melalui pengetahuan langsung hal-hal yang harus ditinggalkan melalui pengetahuan langsung. Ia mengembangkan melalui pengetahuan langsung hal-hal yang harus dikembangkan melalui pengetahuan langsung. Ia menembus melalui pengetahuan langsung hal-hal yang harus ditembus melalui pengetahuan langsung.
----------

Quote from: SN 12.23: Upanisa Sutta
...
“Aku mengatakan, para bhikkhu, bahwa konsentrasi juga memiliki penyebab langsung; bukan tanpa penyebab langsung. Dan apakah penyebab langsung bagi konsentrasi? Harus dijawab: kebahagiaan.

“Aku mengatakan, para bhikkhu, bahwa kebahagiaan juga memiliki penyebab langsung; bukan tanpa penyebab langsung. Dan apakah penyebab langsung bagi kebahagiaan? Harus dijawab: ketenangan.
...


Quote from: AN 10.54: Samatha Sutta
...
"But if, on examination, the monk knows, 'I am one who achieves both internal tranquility of awareness and insight into phenomena through heightened discernment,' then his duty is to make an effort in maintaining those very same skillful qualities to a higher degree for the ending of the effluents.

-----------

Quote from: AN 4.94: Samadhi Sutta
...
"As for the individual who has attained both internal tranquillity of awareness & insight into phenomena through heightened discernment, his duty is to make an effort in establishing ('tuning') those very same skillful qualities to a higher degree for the ending of the (mental) fermentations.

-----

Quote from: SN 41.6: Kamabhu Sutta
...
“Sebenarnya, Perumah tangga, engkau mengajukan pertanyaan terakhir yang seharusnya engkau tanyakan pertama kali; namun aku tetap akan menjawabnya. Untuk pencapaian lenyapnya persepsi dan perasaan, ada dua hal yang membantu: ketenangan dan pandangan terang.
....

utk mengembangkan iddhi/abhinna
Quote from: MN 73  Mahāvacchagotta Sutta
...
18. “Kalau begitu, Vaccha, kembangkanlah lebih jauh lagi kedua hal ini: ketenangan dan pandangan terang, jika kedua hal ini – ketenangan dan pandangan terang – dikembangkan lebih jauh lagi, maka itu akan menuntun menuju penembusan banyak unsur.
« Last Edit: 30 August 2011, 07:39:18 AM by Sumedho »
There is no place like 127.0.0.1

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Re: Samatha+Vipassana (A Honed and Heavy Ax) By Ajahn Chandako
« Reply #34 on: 31 August 2011, 12:32:01 AM »
kalau dari yg dikutipkan itu sepertinya menurut Ajahn Chandako itu mirip pandangan tehnik - jhana first - out - baru vipassana.

dalam sutta kan kebalikannya, satipatthana itu merupakan landasan utk jhana.

dalam beberapa sutta kan di jhana 4 sendiri merasakan tubuh, ini salah satunya

maka itu, perlu dibaca ulang lagi, gitu maksudnya

Kalo "teknik" minimal ada 4 di dalam sutta:

Quote
83. Jalan Menuju Tingkat Arahat

Demikianlah yang saya dengar. Pada suatu ketika YM Ananda berdiam di Kosambi di Vihara Ghosita. Di sana YM Ananda menyapa para bhikkhu demikian:
"Para sahabat!"
"Ya, sahabat," jawab para bhikkhu. Kemudian YM Ananda berkata:
"Para sahabat, siapa pun bhikkhu atau bhikkhuni yang menyatakan di hadapanku bahwa mereka telah mencapai pengetahuan akhir tingkat Arahat, semua melakukannya dengan salah satu dari empat cara ini. Apakah yang empat itu?

"Di sini, para sahabat, seorang bhikkhu mengembangkan pandangan terang yang didahului ketenangan.65 Ketika dia telah mengembangkan pandangan terang yang didahului ketenangan itu, Sang Jalan pun muncul di dalam dirinya. Sekarang dia mengejar, mengembangkan dan mengolah jalan itu. Sementara dia melakukannya, belenggu-belenggu ditinggalkan dan kecenderungan-kecenderungan yang mendasari pun lenyap.66

"Atau juga, para sahabat, seorang bhikkhu mengembangkan ketenangan yang didahului oleh pandangan terang.67 Sementara dia mengembangkan ketenangan yang didahului oleh pandangan terang itu, Sang Jalan pun muncul di dalam dirinya. Sekarang dia mengejar, mengembangkan dan mengolah jalan itu. Sementara dia melakukannya, belenggu-belenggu ditinggalkan dan kecenderungan-kecenderungan yang mendasari pun lenyap.

"Atau juga, para sahabat, seorang bhikkhu mengembangkan ketenangan dan pandangan terang yang digabungkan berpasangan.68 Sementara dia mengembangkan ketenangan dan pandangan terang yang digabungkan secara berpasangan itu, Sang Jalan pun muncul di dalam dirinya. Sekarang dia mengejar, mengembangkan dan mengolah jalan itu. Sementara dia melakukannya, belenggu-belenggu ditinggalkan dan kecenderungan-kecenderungan yang mendasari pun lenyap.

"Atau juga, para sahabat, pikiran seorang bhikkhu dicengkeram oleh kegelisahan yang disebabkan oleh keadaan-keadaan pikiran yang lebih tinggi.69 Tetapi ada saat ketika pikirannya secara internal menjadi mantap, tenang, terpusat, dan terkonsentrasi; kemudian Sang Jalan itu muncul di dalam dirinya. Sekarang dia mengejar, mengembangkan dan mengolah jalan itu. Sementara dia melakukannya, belenggu-belenggu ditinggalkan dan kecenderungan-kecenderungan yang mendasari pun lenyap.

"Para sahabat, siapa pun bhikkhu atau bhikkhuni yang menyatakan di hadapanku bahwa mereka telah mencapai pengetahuan akhir tingkat Arahat, semuanya melakukannya dengan salah satu dari empat cara ini."
(IV, 170)

Catatan:

65 Samatha-pubbangamam vipassanam. Ini mengacu pada meditator yang menggunakan ketenangan sebagai sarana prakteknya (samatha-yanika), yaitu orang yang pertama-tama mengembangkan konsentrasi akses, jhana-jhana atau pencapaian tanpa-bentuk dan kemudian mengambil meditasi pandangan terang (vipassana).

66 "Sang Jalan" (magga) adalah jalan supra-duniawi pertama, jalan pemasuk-arus. Untuk "mengembangkan jalan itu", menurut AA, berarti berpraktek untuk pencapaian tiga jalan yang lebih tinggi. Mengenai sepuluh kekotoran batin, lihat Bab III, no. 65-67; tentang tujuh kecenderungan mendasar, lihat Bab I, no. 25.

67 Vipassana-pubbangamam samatham. AA: "Ini mengacu pada orang yang lewat kecenderungan alaminya terlebih dahulu mencapai pandangan terang, dan kemudian, berdasarkan atas pandangan terang, menghasilkan konsentrasi (samadhi)." AT: "Ini adalah orang yang menggunakan pandangan terang sebagai sarana (vipassana-yanika)."

68 Samatha-vipassanam yuganaddham. Di dalam praktek jenis ini, orang memasuki jhana pertama. Kemudian, setelah keluar dari situ, dia menerapkan pandangan terang pada pengalaman itu; yaitu orang melihat bahwa lima kelompok kehidupan di dalam jhana (bentuk, perasaan, persepsi, dll.) itu bersifat tidak kekal, terkena penderitaan dan tanpa-diri. Kemudian dia memasuki jhana kedua dan merenungkannya dengan pandangan terang; dan menerapkan prosedur pasangan seperti itu pada jhana-jhana lain juga, sampai dia dapat merealisasikan jalan pemasuk-arus dll.

69 Dhammuddhacca-viggahitam manasam hoti. Menurut AA, "kegelisahan" (uddhaca) yang dimaksudkan di sini adalah reaksi terhadap munculnya sepuluh "korupsi pandangan terang" (vipassanupakkilesa) ketika mereka secara salah dianggap merupakan indikasi pencapaian-Sang-Jalan. Istilah dhammavitakka, "pemikiran-pemikiran tentang keadaan-keadaan yang lebih tinggi" (lihat Teks 41 dan Bab III no. 70) diambil untuk mengacu pada sepuluh korupsi yang sama itu. Tetapi, ada kemungkinan bahwa "kegelisahan yang disebabkan oleh keadaan-keadaan pikiran yang lebih tinggi" itu adalah tekanan mental yang disebabkan karena keinginan untuk merealisasikan Dhamma, suatu keadaan kecemasan spiritual yang kadang-kadang dapat mempercepat pengalaman pencerahan instan. Sebagai contoh, lihat kisah tentang Bahiya Daruciriya di Ud I, 10.

Sumber: http://www.samaggi-phala.or.id/tipitaka_dtl.php?cont_id=739
yaa... gitu deh

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Re: Samatha+Vipassana (A Honed and Heavy Ax) By Ajahn Chandako
« Reply #35 on: 31 August 2011, 12:37:05 AM »
Quote
TANYA :
Anda katakan Samatha (konsentrasi) dan Vipassana (wawasan-kebijaksanaan) adalah sama. Dapatkah Anda terangkan lebih lanjut?
JAWAB :
Ini sederhana. Konsentrasi (samatha) dan Wawasan-kebijaksanaan (vipassana) bekerja bersama-sama. Mula-mula pikiran menjadi hening dengan memusatkan diri pada satu obyek meditasi. Pikiran bisa diam jika Anda duduk dengan mata terpejam. Inilah samatha dan akhirnya dasar yang diperoleh (dari samatha) ini adalah kondisi bagi timbulnya wisdom, kebijaksanaan dan vipassana. Pikiran demikian hening, apakah Anda duduk dengan mata terpejam atau ketika Anda berkeliling dengan bus kota. Seperti inilah ia. Dulu Anda seorang anak kecil. Kini Anda seorang dewasa. Apakah anak kecil dan orang dewasa adalah orang yang sama? Anda bisa katakan ia sama, namun bila dilihat dari sisi yang berbeda, Anda juga bisa katakan ia berbeda. Demikian juga, samatha dan vipassana dapat dilihat secara berbeda. Sama juga halnya makanan dengan tahi. Makanan dan tahi bisa dikatakan sama dan mereka juga bisa dikatakan berbeda. Jangan hanya percaya dengan apa yang saya ucapkan, praktekkanlah dan lihatlah ke dalam dirimu sendiri. Tidak diperlukan hal-hal yang spesial. Jika Anda periksa bagaimana konsentrasi dan kebijaksanaan muncul, Anda akan tahu kebenaran (truth) bagi diri Anda sendiri. Dewasa ini banyak orang melekat pada kata-kata. Mereka menyebut latihan mereka vipassana. Samatha kelihatannya dikesampingkan. Atau mereka menyebutnya latihan samatha. Adalah penting latihan samatha sebelum vipassana, itulah yang mereka katakan. Semua ini tolol, lucu. Jangan rancu dengan berpikir demikian. Sederhananya, latihanlah yang sungguh-sungguh maka Anda akan me- lihatnya sendiri.

Quote
TANYA :
Apa komentar guru mengenai praktek meditasi yang lain? Dewasa ini kelihatannya banyak sekali guru meditasi dan juga sistem meditasi yang berbeda-beda, yang mana hal ini bisa membingungkan.
JAWAB :
Seperti halnya masuk ke sebuah kota. Seseorang dapat mengambil jalan dari arah utara, tenggara, dari banyak jalan menuju kota. Sering sistem-sistem meditasi ini kelihatannya berbeda secara permukaan. Apakah Anda berjalan di jalan ini atau itu, cepat atau lambat, jika Anda penuh perhatian-sadar, maka semua adalah sama. Satu point yang sangat esensial, dimana semua cara berprak- tek yang benar, akhirnya pasti kembali pada `Jangan melekat!'. Di akhir jalan, semua sistem meditasi hanyalah dibiarkan berlalu, dilepas. Tidak ada seorang pun yang melekat pada gurunya. Bila sebuah sistem menuntun pada pelepasan untuk tidak melekat (berpegang teguh) pada apapun, maka itu adalah praktek yang benar.
Anda boleh saja pergi berkeliling, mengunjungi guru yang bermacam-macam dan mencoba sistem lainnya. Beberapa dari Anda bahkan sudah melakukannya. Ini adalah keinginan yang alami saja. Akan Anda dapati bahwa semua pertanyaan yang diajukan dan bahkan pengetahuan dari beraneka sistem tersebut tidak akan menuntun Anda pada kebenaran. Akhirnya Anda akan bosan dan capek sendirinya. Anda dapati hanya dengan berhenti dan memeriksa pikiranmulah, Anda dapat men- emukan apa yang disabdakan oleh Buddha. Tidak perlu pergi mencarinya diluar dari diri anda. Pada akhirnya Anda harus kembali kepada wajah sejatimu sendiri. Disinilah dimana Dhamma dapat dipahami.
Sumber : http://www.samaggiphala.or.id/naskahdamma_dtl.php?id=1017&multi=T&hal=0

yaa... gitu deh

Offline morpheus

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.750
  • Reputasi: 110
  • Ragu pangkal cerah!
Re: Samatha+Vipassana (A Honed and Heavy Ax) By Ajahn Chandako
« Reply #36 on: 31 August 2011, 01:11:13 AM »
Kalo "teknik" minimal ada 4 di dalam sutta:
tetep aja sutta itu gak bilang: jhana - ngeblok - keluar jhana - vipassana.
kata "didahului" kan bisa aja berarti bersama2 ada.
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: Samatha+Vipassana (A Honed and Heavy Ax) By Ajahn Chandako
« Reply #37 on: 31 August 2011, 09:55:41 AM »
 [at] hendrako: kalau dalam sutta, vipassana dan samatha itu bukan tehnik meditasi, tapi kualitas mental. dan memang satipatthana merupakan prasyarat utk jhana. berbeda dengan pandangan commy yg memisahkan dua itu jadi jalur besar masing2.

dalam commentary belakangan memandang itu sebagai tehnik. jadi agak sulit kalau memang dasar pandangnya berbeda.
There is no place like 127.0.0.1

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Samatha+Vipassana (A Honed and Heavy Ax) By Ajahn Chandako
« Reply #38 on: 31 August 2011, 10:04:19 AM »
[at] hendrako: kalau dalam sutta, vipassana dan samatha itu bukan tehnik meditasi, tapi kualitas mental. dan memang satipatthana merupakan prasyarat utk jhana. berbeda dengan pandangan commy yg memisahkan dua itu jadi jalur besar masing2.

dalam commentary belakangan memandang itu sebagai tehnik. jadi agak sulit kalau memang dasar pandangnya berbeda.

Ajahn Chandako menjelaskan sbb:

Hanya Vipassanā

Secara tradisional praktik Dhamma dari aliran-aliran ini bersumberkan pada sebuah sutta dalam Anguttara Nikāya ( AN 4.170) di mana Yang Mulia Ananda merumuskan empat cara di mana seseorang dapat mencapai pencerahan. Pertama adalah pola standard samatha menuju vipassanā, mengarah menuju penembusan. Ke dua (poin yang dipertanyakan) adalah vipassanā menuju samatha, mengarah menuju penembusan. Ke tiga adalah jhāna dan vipassanā bergantian, yang memperdalam jhāna dan kemudian mengarah menuju penembusan. Ke empat berhubungan dengan menyadari bahwa ia telah terlalu tinggi menilai pencapaian meditatifnya dan oleh karena itu memperbaiki kesalah-pahamannya, menghasilkan penembusan. Kenyataannya tidak ada disebutkan jalan vipassanā yang langsung mengarah pada penembusan. Sebaliknya, ajaran ini tampaknya bahwa masing-masing meditator memiliki kecenderungan yang berbeda-beda, tetapi hanya ketika samatha dan vipassanā ditempatkan secara seimbang maka penembusan terjadi.


sptnya sehubungan dengan interpretasi Komentar ini, si Ajahn Chandako ini tampaknya sedang berusaha untuk return to the original track

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: Samatha+Vipassana (A Honed and Heavy Ax) By Ajahn Chandako
« Reply #39 on: 31 August 2011, 10:23:07 AM »
tapi cara pandang ajahn chandako masih belum sebagai kualitas batin sih, masih sebagai tehnik.

kan terlihat bahwa samatha itu dipisahkan dari sammasamadhi (which is jhana) dalam khotbah
There is no place like 127.0.0.1

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Samatha+Vipassana (A Honed and Heavy Ax) By Ajahn Chandako
« Reply #40 on: 31 August 2011, 10:28:57 AM »
tapi cara pandang ajahn chandako masih belum sebagai kualitas batin sih, masih sebagai tehnik.

kan terlihat bahwa samatha itu dipisahkan dari sammasamadhi (which is jhana) dalam khotbah

kalo yg gue tangkap, justru itu komentar ajahn Chandako terhadap pandangan umum yg beredar belakangan, dan dia berusaha untuk menggali versi aslinya yg dimulai dengan tidak perlu membeda2kan samatha vs vipassana. mungkin di artikel lanjutannya akan lebih jelas.

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Re: Samatha+Vipassana (A Honed and Heavy Ax) By Ajahn Chandako
« Reply #41 on: 31 August 2011, 03:07:47 PM »
tetep aja sutta itu gak bilang: jhana - ngeblok - keluar jhana - vipassana.
kata "didahului" kan bisa aja berarti bersama2 ada.


Ibarat berjalan, bisa saja dimulai dari kaki kiri atau kanan, tergantung kecenderungan, jelas kedua kakinya bisa disebut "ada".
yaa... gitu deh

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Re: Samatha+Vipassana (A Honed and Heavy Ax) By Ajahn Chandako
« Reply #42 on: 31 August 2011, 03:20:18 PM »
[at] hendrako: kalau dalam sutta, vipassana dan samatha itu bukan tehnik meditasi, tapi kualitas mental. dan memang satipatthana merupakan prasyarat utk jhana. berbeda dengan pandangan commy yg memisahkan dua itu jadi jalur besar masing2.

dalam commentary belakangan memandang itu sebagai tehnik. jadi agak sulit kalau memang dasar pandangnya berbeda.

Kalo dalam sutta di atas, jelas Bhante Ananda menunjuk pada teknik (cara) sebagaimana kutipan di bawah ini:

Quote
"Para sahabat, siapa pun bhikkhu atau bhikkhuni yang menyatakan di hadapanku bahwa mereka telah mencapai pengetahuan akhir tingkat Arahat, semua melakukannya dengan salah satu dari empat cara ini. Apakah yang empat itu?

Btw, agak kurang adil bila mengatakan bahwa sutta berkata begini dan commy berkata begitu, commy adalah penjelasan lanjut / interpretasi seseorang terhadap sutta, jadi sutta ya sutta sebagaimana adanya dan commy adalah commy yang merupakan usaha penjelasan atau interpretasi. Jadi kommen bro Sumedho bahwa samattha adalah kondisi batin juga merupakan commy, bukan sutta itu sendiri sebagaimana commy dari Buddhagosa adalah juga commy bukan sutta itu sendiri. Apakah interpretasi atau penjelasannya berbeda adalah sah2 saja dan wajar. Apakah benar atau salah itu adalah hal yang lain lagi, walau terlihat berbeda bisa saja sama2 benar, hanya pengalaman masing2 yang bisa menjawabnya (paccatam).

Yang jelas artikel ini (menurut interpretasi ane) adalah usaha menuju pada pandangan benar tentang meditasi (bhavana). Karena pandangan benar memang merupakan hal yang mutlak untuk dapat melaju pada jalan. Hanya saja prosesnya tidak harus linear, bisa bolak balik, tergantung mana yang ditekankan terlebih dahulu.
yaa... gitu deh

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Re: Samatha+Vipassana (A Honed and Heavy Ax) By Ajahn Chandako
« Reply #43 on: 31 August 2011, 03:42:27 PM »
satipatthana merupakan prasyarat utk jhana.

Kalo nurut ane bisa kebalikannya juga, jadi tergantung kecenderungan atau mana yang lebih dahulu yang dapat dikembangkan.


Quote
72. Ketenangan dan Pandangan Terang
Empat jenis orang ini, O para bhikkhu, terdapat di dunia ini. Apakah empat orang ini?
Para bhikkhu, di sini ada orang yang memperoleh ketenangan pikiran internal tetapi tidak memperoleh kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi mengenai hal-hal.46 Orang lain memperoleh kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi mengenai hal-hal tetapi tidak memperoleh ketenangan pikiran internal. Ada orang yang tidak memperoleh ketenangan pikiran internal dan tidak juga kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi mengenai hal-hal. Dan ada lagi orang lain yang memperoleh ketenangan pikiran internal dan kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi mengenai hal-hal.

Di sini, para bhikkhu, orang yang memperoleh ketenangan pikiran internal tetapi tidak memperoleh kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi mengenai hal-hal harus mendatangi orang yang memiliki kebijaksanaan yang lebih tinggi dan bertanya kepadanya: "Sahabat, bagaimana bentukan-bentukan harus dilihat? Bagaimana bentukan-bentukan harus dijelajahi? Bagaimana bentukan-bentukan harus dipahami dengan pandangan terang?"47 Yang lain kemudian menjawab sebagaimana yang telah dilihat dan dipahaminya demikian: "Bentukan-bentukan harus dilihat dengan cara begini; mereka harus dijelajahi dengan cara begini; mereka harus dipahami dengan pandangan terang dengan cara begini." Nantinya orang ini akan memperoleh baik ketenangan pikiran internal maupun kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi mengenai hal-hal.

Di sini, para bhikkhu, orang yang memperoleh kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi mengenai hal-hal tetapi tidak ketenangan pikiran internal harus mendatangi orang yang memperoleh ketenangan internal dan bertanya kepadanya: "Sahabat, bagaimana pikiran dapat ditenangkan? Bagaimana pikiran harus dimantapkan? Bagaimana pikiran harus dipusatkan? Bagaimana pikiran harus dikonsentrasikan?" Yang lain kemudian menjawab sebagaimana yang telah dilihat dan dipahaminya demikian: "Pikiran harus dimantapkan dengan cara begini, ditenangkan dengan cara begini, dipusatkan dengan cara begini, dikonsentrasikan dengan cara begini." Nantinya orang ini akan memperoleh baik ketenangan pikiran internal maupun kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi mengenai hal-hal.

Di sini, para bhikkhu, orang yang tidak memperoleh ketenangan pikiran internal maupun kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi mengenai hal-hal harus mendatangi orang yang memperoleh kedua-duanya dan bertanya kepadanya: "Sahabat, bagaimana pikiran harus dimantapkan? ... Sahabat, bagaimana bentukan harus dilihat? ..." Yang lain kemudian menjawab sebagaimana yang telah dilihat dan dipahaminya demikian: "Pikiran harus dimantapkan dengan cara begini ... Bentukan-bentukan harus dilihat dengan cara begini ..." Nantinya orang ini akan memperoleh baik ketenangan pikiran internal maupun kebijaksanaan yang lebih tinggi mengenai hal-hal.

Di sini, para bhikkhu, orang yang memperoleh baik ketenangan pikiran internal maupun kebijaksanaan yang lebih tinggi mengenai hal-hal harus memantapkan diri hanya dalam keadaan-keadaan yang bajik ini dan mengerahkan usaha selanjutnya untuk menghancurkan noda-noda.

(IV, 94)

Catatan:

46 AA menjelaskan ketenangan pikiran internal (ajjhattam cetosamatha) sebagai konsentrasi penyerapan mental yang penuh (yaitu jhana), dan kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi tentang hal-hal (adhipaññadhammavipassana) sebagai pengetahuan pandangan terang yang memahami bentukan-bentukan (sankharapariggahaka-vipassanañana). Yang terakhir ini disebut "kebijaksanaan yang lebih tinggi" dan merupakan pandangan terang dalam "hal-hal" yang dibentuk oleh lima kelompok khanda.

47 "Bentukan-bentukan" (sankhara) merupakan fenomena terkondisi dari lima kelompok khanda: bentuk badan jasmani, perasaan, persepsi, bentukan-bentukan berniat dan kesadaran.
yaa... gitu deh

Offline morpheus

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.750
  • Reputasi: 110
  • Ragu pangkal cerah!
Re: Samatha+Vipassana (A Honed and Heavy Ax) By Ajahn Chandako
« Reply #44 on: 31 August 2011, 03:43:46 PM »
Ibarat berjalan, bisa saja dimulai dari kaki kiri atau kanan, tergantung kecenderungan, jelas kedua kakinya bisa disebut "ada".
post anda di atas nggak nyambung.
yg dipermasalahkan om sumedho itu mengenai definisi jhana 1 yg menurut komentar.
kata komentar jhana 1 itu ngeblok, artinya gak bisa ngapa2in lain selama berada dalam jhana, seluruh indera "tidak berfungsi", sehingga gak bisa ber-sati-ria selama berada dalam jhana. padahal jelas2 dalam sutta2 lain hal itu bisa.
gitu om.

Btw, agak kurang adil bila mengatakan bahwa sutta berkata begini dan commy berkata begitu, commy adalah penjelasan lanjut / interpretasi seseorang terhadap sutta, jadi sutta ya sutta sebagaimana adanya dan commy adalah commy yang merupakan usaha penjelasan atau interpretasi. Jadi kommen bro Sumedho bahwa samattha adalah kondisi batin juga merupakan commy, bukan sutta itu sendiri sebagaimana commy dari Buddhagosa adalah juga commy bukan sutta itu sendiri. Apakah interpretasi atau penjelasannya berbeda adalah sah2 saja dan wajar. Apakah benar atau salah itu adalah hal yang lain lagi, walau terlihat berbeda bisa saja sama2 benar, hanya pengalaman masing2 yang bisa menjawabnya (paccatam).
lho, yg dikutipkan om sumedho kan udah jelas:
Quote
AN 2.30: Vijja-bhagiya Sutta

"These two qualities have a share in clear knowing. Which two? Tranquillity (samatha) & insight (vipassana).

"When tranquillity is developed, what purpose does it serve? The mind is developed. And when the mind is developed, what purpose does it serve? Passion is abandoned.

"When insight is developed, what purpose does it serve? Discernment is developed. And when discernment is developed, what purpose does it serve? Ignorance is abandoned.

"Defiled by passion, the mind is not released. Defiled by ignorance, discernment does not develop. Thus from the fading of passion is there awareness-release. From the fading of ignorance is there discernment-release."
jadi kalo om sumedho bilang "kualitas mental", itu bukan komentar.
itu jelas2 dikatakan sutta, langsung dari sutta, bukan komentar.
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

 

anything