Btw,
udah pada nyampe jhana 1 belom? kalo belom ya susah dong..
Btw, ada 4 cara mencapai nibanna..3 berhubungan dengan vipassana dan samatha dan yg ke-4 ngga menyebut2 itu sama sekali kecuali ini:
kegelisahan pikiran akan Dhamma (fenomena) makin terkendali dengan baik. Pada suatu saat dari sebelah dalam, batinnya menjadi kokoh seimbang, tenang, manunggal dan terpusat.[dhammuddhaccaviggahitaṃ mānasaṃ hoti..samayo yaṃ taṃ cittaṃ ajjhattameva santinnhati sannisīdati ekodi hoti samādhiyati]
note: terjemahan ini versi gw
apakah disini artinya ia telah mencapai puncak jhana? apakah kalimat batin kokoh seimbang, tenang, manunggal dan terpusat =uppkha? kalo tidak sepenuhnya demikian..maka syarat minimum utk ini ya cuma wajib mencapai Jhana [1 pun boleh] dan setelah itu ia mesti "membuat pikirannya terkendali dengan baik..
note:
ini pendapat gw..dan gw belum mencapai Jhana manapun
darimana pendapat ini?
dari quoting ini:
"Pembenaran skolastik utama untuk menganggap samatha adalah pilihan terdapat bukan dalam sutta-sutta, tetapi dalam komentar dan sub-komentar. Tradisi komentar menganggap bahwa tingkat-tingkat pencerahan muncul pada tingkat intensitas jhāna untuk memenuhi faktor samādhi benar. Akan tetapi mereka berpendapat bahwa satu momen pikiran jhāna sudah mencukupi. Pada kenyataannya, tampaknya adalah demi untuk mempertahankan energi terpusat selama waktu yang cukup lama yang menghasilkan kekuatan yang diperlukan untuk memotong kebodohan dan mencapai pencerahan."
Inilah esensi dari judul ini yaitu "a honed and a heavy ax"...tentunya semakin dalam jhana maka semakin BERAT..yang artinya semakin besar TENAGA untuk memotong...
lanjutannya di bagian akhir:
quote:
"Ketika batin mulai tenang memasuki samādhi, adalah penting untuk membiarkannya diam selama mungkin. Tidaklah dianjurkan untuk dengan sengaja menarik batin keluar dari kondisi tenang untuk ‘melakukan’ vipassanā. Ketika momentum energi batin yang mempertahankan batin mulai memudar, perlahan-lahan pikiran akan mulai terbentuk. Pada titik ini kita harus dengan sadar mengalihkan perhatian kita pada penyelidikan.
Kemudian kita menganalisa tubuh kita, pikiran dan fenomena eksternal sebagai bergantung pada sebab dan kondisi, tidak kekal, tidak memuaskan dan tanpa-diri. Ini adalah bagaimana menggunakan kekuatan samādhi secara efisien. Perenungan pada saat ini memiliki potensi untuk memotong akar-akar dari kekotoran batin. Jika kita tidak melakukan hal ini setelah mengalami samādhi, kita akan terus merasakan kedamaian dan kebahagiaan untuk beberapa saat. Akan ada suatu kejernihan dan pemahaman karena ketiadaan rintangan, tetapi ketika kedamaian memudar, sekali lagi kekotoran akan muncul dengan kekuatan yang sama seperti sebelumnya. Ketika batin mendapatkan kesempatan untuk beristirahat sepenuhnya dalam samatha dan kemudian diaktifkan untuk menyelidiki kehidupan, maka vipassanā muncul secara alami."