SURABAYA - -Beralasan mendapat wangsit melalui mimpi, seorang pria berusia 68 tahun asal Cepu, Kabupaten Blora, Jawa Tengah, nekat memasang ring (cincin) besi pada alat kelaminnya. Sesuai wangsit, Pak Tua berinisial AS itu menuturkan bahwa pemasangan cincin seberat setengah kilogram itu untuk memperbesar kemaluannya dan meningkatkan keperkasaannya.
Namun, bukan keperkasaan yang dia dapatkan, AS justru masuk rumah sakit (RS) setelah alat kelaminnya bengkak akibat infeksi. Awalnya, AS dirawat di RSU Cepu. Namun karena RSU itu tak mampu menangani, AS dirujuk ke RSU Dr Soetomo pada Rabu (18/6) malam lalu.
Berdasarkan informasi yang digali Surya di Instalasi Rawat Darurat (IRD) RSU Dr Soetomo kemarin, AS diketahui memiliki istri yang jauh lebih muda, berusia 30 tahun. Dengan selisih umur 38 tahun lebih tua, AS merasa kurang perkasa lagi dalam melayani kebutuhan biologis istrinya. Ia kemudian mencoba-coba memasang ring besi ke alat kelaminnya.
Ketebalan dan panjang ring sekitar 1 cm. Begitu pula diameter lubang di tengah ring. Ring melebar bundar seperti piring terbang. Ring yang terbuat dari besi itu, pada beberapa bagiannya terlihat berkarat.
Ring tersebut dipasang hingga ke bagian pangkal kelamin. Setelah itu, bagian tengah dan ujung alat kelamin langsung tegang akibat otot-otot di bagian pangkalnya terjepit ring.
“Setelah memakainya, alat kelamin Pak AS tidak `tidur` lagi. Cuma, ring itu tidak bisa dilepas,” ujar seorang pria kerabat AS yang tak mau disebut namanya saat ditemui sedang menunggui pasien itu di ruang IRD, Jumat (20/6).
Kata dia, AS melakukan hal tersebut pada Senin ((16/6) malam lalu. Usai memasang ring besi dan alat kelaminnya terjepit, AS lebih dulu berusaha melepas ring dengan mengolesinya dengan busa sabun dan minyak goreng. Namun, sudah ring gagal dikeluarkan, alat kelamin AS malah jadi bengkak dan infeksi.
“Dia juga mengalami kesulitan untuk kencing,” tambah pria penunggu AS itu.
Tak ingin timbul masalah lebih besar, pada Rabu (18/6) pagi AS akhirnya buka mulut soal masalahnya pada istrinya. Pada pagi itu juga, dengan diantar istri dan beberapa kerabatnya, AS dibawa ke RSU Cepu. RSU Cepu ternyata tidak mampu menangani kasus unik tersebut, sehingga AS dirujuk ke IRD RSU Dr Soetomo, Surabaya, Rabu (18/6) malam. Kemarin istri dan sejumlah kerabat AS sudah pulang ke Cepu.
Ketua Forum Pers sekaligus Kepala IRD RSU Dr Soetomo, dr Urip Murtedjo Sp BKL, ketika dikonfirmasi Surya, Jumat (20/6), membenarkan adanya kasus tersebut.
“Dia menjalani operasi pengambilan ring besi pada Kamis (19/6) sore hingga malam hari. Operasi pengambilan harus melibatkan tukang dari bagian IPS (Instalasi Pemeliharaan dan Sarana) RSU Dr Soetomo,” jelas dr Urip.
Cara pelepasan ring besi adalah dengan melakukan bius umum pada diri pasien, dan kemudian memotong bagian pinggir ring besi dengan gergaji listrik, hingga mendekati lubang ring yang menjepit kelamin. Dengan pelan-pelan, bagian ring yang mendekati kemaluan digergaji secara manual agar tidak melukai.
Staf di bagian pertukangan, dan bukan dokter, yang melakukan proses tersebut. Proses pelepasan ring memakan waktu cukup lama karena memang butuh kehati-hatian tinggi. Terutama saat menggunakan gergaji listrik.
“Kan besi bila kena panas akan menyebar merata. Jadi agar alat kelamin pasien tidak sampai kepanasan, menggergajinya pelan-pelan dan sesekali berhenti. Juga agar tak mengenai kulit kelamin pasien,” imbuh dr Urip.
Usai ring dilepaskan, AS menjalani pengobatan lanjutan untuk proses pengurangan bengkak dan infeksi pada bagian bekas lilitan besi. Sedangkan kelaminnya tetap utuh. Meski utuh, dr Urip mengatakan, AS masih harus menjalani pemeriksaan lanjutan untuk melihat apakah alat kelamin itu masih bisa berfungsi normal atau tidak.
Kasus pemasangan `barang lain` di alat kelamin pria, jelas dr Urip, adalah kasus kelima yang pernah ditangani. RSU Dr Soetomo. Namun, kasus AS adalah yang paling heboh karena ring yang dipakainya adalah yang terbesar, terberat dan berbahan besi.
Sebelumnya, pada empat pasien dengan kasus sama terdahulu, rata-rata diameter ring yang dipakai tak lebih 1 cm dan tak terbuat dari besi melainkan dari alumium atau plastik. Besar ring umumnya seukuran cincin yang dipakai di jari tangan.
Dalam penanganan medis pada empat kasus sebelumnya, proses pengambilan “barang” juga selalu mengajak tukang dari bagian teknis. “Jadi, total telah lima kali orang non medis dilibatkan di kamar operasi,” ujar dr Urip.
Belajar dari kasus tersebut, Urip berpesan pada masyarakat agar tidak melakukan hal-hal di luar kewajaran dalam meningkatkan keperkasaannya. Apalagi jika yang `diutak-atik` adalah alat kelamin.
Dari pengalaman yang ada, lanjut Urip, tindakan seperti itu seringkali berakibat fatal meski penanganan medis telah dilakukan. “Kalaupun masalah pada alat bisa diatasi, paisen biasanya akan mengalami trauma secara fisik dan psikis dan itu bisa memperburuk kehidupan seksualnya,” tandas dr Urip.(rie)