//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...  (Read 663614 times)

0 Members and 5 Guests are viewing this topic.

Offline sobat-dharma

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.286
  • Reputasi: 45
  • Gender: Male
  • sharing, caring, offering
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1590 on: 08 June 2009, 12:19:10 PM »
Memperkuat asumsi ini, simak juga kesaksian Ajahn Sumedho yang sebelumnya sudah pernah kuposkan dalam topik lain:

"Banyak bhikkhu hutan di Timur-laut Thailand menggunakan kata 'Buddho' sebagai objek meditasi mereka. Mereka menggunakannya sebagai sejenis koan. Pertama-tama, mereka membikin tenang pikiran dengan mengikuti keluar masuknya napas seiring suku kata BUD DHO, dan kemudian mulai melakukan kontemplasi, 'Apakah Buddho -Dia yang mengetahui- itu?' 'Apa artinya mengetahui?'

Ketika saya berkeliling di daerah timur-laut Thailand dan singgah di tudong, saya mengunjungi vihara tempat Ajahn Fun dan tinggal beberapa lama di sana.

[...]

Beliau mengajarkan untuk tidak hanya mengulang-ulang kata 'Buddho', tapi merenungkan dan mengamatinya, membawa pikiran menembus dan benar-benar melihat ke dalam 'Buddho', 'Dia yang mengetahui' -mengamati muncul dan lenyapnya, tinggi dan rendahnya, sebegitu hingga seluruh perhatian kita tumplek padanya.

Dengan melakukan hal itu 'Buddho' menjadi sesuatu yang bergema dalam pikiran. Kita mesti mengamati, menonton, dan memeriksanya sebelum ia muncul dan setelah ia muncul, lalu mendengarkan gema suara itu dan yang ada di baliknya -hingga akhirnya kita hanya mendengar keheningan."

Sumber: Ajah Sumedho, "Hidup Saat Ini."  Pustaka Karaniya, 1991


Dalam hal ini Ajahn Sumedho menyinggung tentang Ajahn Fun. Beliau jelas-jelas mengatakan bahwa "Buddho" adalah objek meditasi yang mandiri. Caranya adalah dengan terus mengulang-ulang kata tersebut sambil merenungkan arti kata tersebut.  Kemudian kata-kata "Bddho" akan menggema dalam pikiran dan akhirnya seseorang hanya mendengar keheningan. Jadi "Buddho" juga adalah metode untuk memasuki keheningna, dari keheningan seseorang akan memasuki Jhana.

Kedua fakta ini: kata-kata Ajahn Thate dan kesaksian Ajahn Sumedho tentang Ajahn Fun, menggambarkan dengan jelas bahwa pada praktik melafalkan "Buddho" di antara bhikkhu2 hutan di Timur Laut Thailand adalah metode yang mandiri di luar anapanasati dan vipassana klasik.

Justru hanya kemudian pada perkembangannya, beredar suatu pandangan di antara kalangan Theravadin seolah-olah metode "Buddho" hanyalah pendukung bagi anapanasati. Saya melihat di sini ada usaha untuk membuang tradisi Theravada tradisional yang umumnya berkembang di antara para bhikkhu Thailand jadul (jaman dulu dan menggantinya dengan paham yang lebih reformis dan modern dengan keyakinan akan pemurnian ajaran Buddha yang lebih bersifat "fundamentalis kitab suci."  Paham reformis ini yang kemudian berusaha untuk mengidentifikasikan Theravada adalah ajaran yang seratus persen sesuai dengan rasionalitas modern sambil melakukan pembersihan terhadap Theravadin tradisional yang lebih toleran terhadap metode2 yang beragam. Menurut saya. corak ini yang banyak menjadi populer di kalangan Theravadin Indonesia (dan beberapa bhikkhu Thailand dan Barat) yang menafsirkan bahwa metode "Buddho" hanyalah pendukung bagi metode-metode yang secara absah tercantum dalam kitab suci (seperti anapanasati). ==> Ini cuma asumsi saya loh, untuk pastinya butuh bukti-bukti tambahan melalui kajian yang lebih sistematis :)

Bagaimana menurut anda?
« Last Edit: 08 June 2009, 12:22:22 PM by sobat-dharma »
Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1591 on: 08 June 2009, 12:26:52 PM »
Hahaha..... selama ini Nirvana toh juga diimani.....
Apa anda yakin Nirvana benar2 ada? Buktiin dong!  ;D  ;D Saya juga mau lihat  :)) :))

Apakah Nirvana itu benar2 ada ?
Opini saya... INTI Ajaran para BUDDHA dari jaman dahulu, sekarang ataupun yang akan datang tidak lain adalah Kesunyataan tentang DUKKHA dan JALAN MENUJU LENYAPNYA DUKKHA.
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline Sunkmanitu Tanka Ob'waci

  • Sebelumnya: Karuna, Wolverine, gachapin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.806
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
  • 会いたい。
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1592 on: 08 June 2009, 12:32:11 PM »
Hanya masalahnya :

Lenyapnya dukkha sendiri adalah egois.
Lenyapnya dukkha makhluk lain duluan adalah mulia.

Atau

Lenyapnya dukkha sendiri adalah yang diajarkan Sang Buddha.
Lenyapnya dukkha semua makhluk baru sendiri adalah tambahan belakangan.

:whistle: :whistle: :whistle: :whistle: :whistle: :whistle:

Tetep aja gak sepakat =))
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1593 on: 08 June 2009, 12:34:03 PM »
sepertinya tidak akan ada titik temu di sini, pertanyaan kritis ujung ujungnya jawaban dari mahayana adalah kalau tidak percaya ya tinggalkan, jadi harus dirubah nih thread, jangan bertanya kritis ;D
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline sobat-dharma

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.286
  • Reputasi: 45
  • Gender: Male
  • sharing, caring, offering
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1594 on: 08 June 2009, 12:35:44 PM »
saya tidak tahu anda pernah langsung mempratekkan meditasi, tetapi sampai saat ini yg jelas perkataan Buddho, atau menghitung 1-1 2-2.....
kemudian pakai mantra "sangha" atau "Dhammo" semua itu bisa saja...
kadang ketika meditasi, secara tidak sadar pikiran kita telah terbawa objek lain, guna dari Buddho atau menghitung 1-1 2-2 kemudian mantra apapun...semua itu agar pikiran kita kembali pada keadaan "yang mengetahui dan objek awal"
karena kalau meditasi, ketika pikiran telah lari.....baru disadari eh...

salam metta.

Tidak demikian dengan kata-kata Ajahn Thate di atsa:
Mantra "na ma ba dha"  mengajak praktisinya ke alam dewa dan neraka.
Sedangkan "BuddhO adalah semata-mata pengulangan "Buddho" dan "siapa yang mengucapkannya."

Entah apakah saya pernah praktik meditasi atau tidak, tidak merubah fakta kata-kata di atas membedakan antara "buddho" dan "na ma ba dha" dengan anapanasati dan vipassana klasik.

Simak juga kesaksian Ajahn Sumedho tentang kata-kata Ajahn Fun.


Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

Offline naviscope

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.084
  • Reputasi: 48
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1595 on: 08 June 2009, 12:35:59 PM »

Bro Sobat, proses kelahiran di atas sepertinya hanya berlaku pada kelahiran terakhir seorang Bodhisattta, yaitu kelahiran dimana ia akan mencapai Sammasambuddha.

mengenai bagian Tidak tercemar, ini maksudnya apa?
bagaimana dengan kasus dimana Bodhisatta Gotama yang karena kesombongannya menghina Buddha Kassapa dalam kelahirannya sbg Brahmana Jotipala? apakah ini termasuk tercemar atau tidak?

_/\_

Cerita lengkapnya?

Majjhima Nikaya 81, Raja Vagga, Ghatikara Sutta.

Kisahnya Bodhisatta hidup sebagai pemuda bernama Jotipala dan diajak oleh temannya Ghatikara untuk mendengarkan khotbah Buddha Kassapa. Jotipala menolak dan mengatakan ajaran "petapa gundul" tidak ada manfaatnya.



berkat ucapan yang meremehkan itu (so everybody beware of wout u said)
Jotipala harus menjalani petapa an selama 6 tahun
buddha sebelum nya, cuma 1 minggu, ada yang 3 minggu, ada yang 1 bulan ada yang paling lama cuma 3 bulan.

jd teman2 jgn sembarang berucap ya, tar kena hukuman loh, kayak Jotipala

CMIIW,

navis
« Last Edit: 08 June 2009, 12:37:37 PM by naviscope »
Tinggalkan masa lalu, lepaskan beban akan masa depan, tidak terikat dengan yang sekarang maka kamu akan merasakan kedamain batin.

Leave the past alone, do not worry about the future, do not cling to the present and you will achieve calm.

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1596 on: 08 June 2009, 12:42:19 PM »

Bro Sobat, proses kelahiran di atas sepertinya hanya berlaku pada kelahiran terakhir seorang Bodhisattta, yaitu kelahiran dimana ia akan mencapai Sammasambuddha.

mengenai bagian Tidak tercemar, ini maksudnya apa?
bagaimana dengan kasus dimana Bodhisatta Gotama yang karena kesombongannya menghina Buddha Kassapa dalam kelahirannya sbg Brahmana Jotipala? apakah ini termasuk tercemar atau tidak?

_/\_

Cerita lengkapnya?

Majjhima Nikaya 81, Raja Vagga, Ghatikara Sutta.

Kisahnya Bodhisatta hidup sebagai pemuda bernama Jotipala dan diajak oleh temannya Ghatikara untuk mendengarkan khotbah Buddha Kassapa. Jotipala menolak dan mengatakan ajaran "petapa gundul" tidak ada manfaatnya.



berkat ucapan yang meremehkan itu (so everybody beware of wout u said)
Jotipala harus menjalani petapa an selama 6 tahun
buddha sebelum nya, cuma 1 minggu, ada yang 3 minggu, ada yang 1 bulan ada yang paling lama cuma 3 bulan.

jd teman2 jgn sembarang berucap ya, tar kena hukuman loh, kayak Jotipala

CMIIW,

navis

tapi katanya upaya kausalya... bukan karena hukum kamma....
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline sobat-dharma

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.286
  • Reputasi: 45
  • Gender: Male
  • sharing, caring, offering
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1597 on: 08 June 2009, 12:44:50 PM »
Sorry, kutipan kata-kata Ajahn Thate di atas ada yang masih tertinggal:

Only after you have inspired confidence in your heart as already mentioned should you go to the teacher experienced in that form of meditation. If he is experienced in repeating samma araham, he will teach you to repeat samma araham, samma araham, samma araham. Then he'll have you visualize a bright, clear jewel two inches above your navel, and tell you to focus your mind right there as you continue your repetition, without letting your mind slip away from the jewel. In other words, you take the jewel as the focal point of your mind.

Selain "Buddho" dan "na ma ba dha", masih ada lagi satu mantra, yaitu "samma araham" yang diulang-ulang sambil membayangkan berlian terang dua inci di atas pusar (Tan t'ein). Ternyata dalam Theravada juga ada metode visualisasi berlian :)

Untuk pastinya mengenai sumber yang kukutip silahkan baca langsung ke:
http://www.accesstoinsight.org/lib/thai/thate/buddho.html
Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

Offline naviscope

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.084
  • Reputasi: 48
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1598 on: 08 June 2009, 12:58:54 PM »

Bro Sobat, proses kelahiran di atas sepertinya hanya berlaku pada kelahiran terakhir seorang Bodhisattta, yaitu kelahiran dimana ia akan mencapai Sammasambuddha.

mengenai bagian Tidak tercemar, ini maksudnya apa?
bagaimana dengan kasus dimana Bodhisatta Gotama yang karena kesombongannya menghina Buddha Kassapa dalam kelahirannya sbg Brahmana Jotipala? apakah ini termasuk tercemar atau tidak?

_/\_

Cerita lengkapnya?

Majjhima Nikaya 81, Raja Vagga, Ghatikara Sutta.

Kisahnya Bodhisatta hidup sebagai pemuda bernama Jotipala dan diajak oleh temannya Ghatikara untuk mendengarkan khotbah Buddha Kassapa. Jotipala menolak dan mengatakan ajaran "petapa gundul" tidak ada manfaatnya.



berkat ucapan yang meremehkan itu (so everybody beware of wout u said)
Jotipala harus menjalani petapa an selama 6 tahun
buddha sebelum nya, cuma 1 minggu, ada yang 3 minggu, ada yang 1 bulan ada yang paling lama cuma 3 bulan.

jd teman2 jgn sembarang berucap ya, tar kena hukuman loh, kayak Jotipala

CMIIW,

navis

tapi katanya upaya kausalya... bukan karena hukum kamma....

justru dia kena hukum karma bro, makanya harus menjalani petapa-an selama 6 tahun
makanya jgn pake upaya kausalya sembarang, silap2 kualat loe... hehehe...

apalagi meremehkan sutra-sutra, ga berani gw....
cuma saran loh, hehehe... I did warn u guys (tar dibilang gw ga bilang-bilang..., so tar klu kena, jangan salahin gw ya, resiko tanggung masing2... hehehe...)  ^-^


 _/\_
« Last Edit: 08 June 2009, 01:00:27 PM by naviscope »
Tinggalkan masa lalu, lepaskan beban akan masa depan, tidak terikat dengan yang sekarang maka kamu akan merasakan kedamain batin.

Leave the past alone, do not worry about the future, do not cling to the present and you will achieve calm.

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1599 on: 08 June 2009, 01:03:55 PM »
Quote
Jadi "Buddho" juga adalah metode untuk memasuki keheningna, dari keheningan seseorang akan memasuki Jhana.

Cermati kalimat ini apakah ada peralihan subjek meditasi disana sebelum masuk jhana?

Quote
Kedua fakta ini: kata-kata Ajahn Thate dan kesaksian Ajahn Sumedho tentang Ajahn Fun, menggambarkan dengan jelas bahwa pada praktik melafalkan "Buddho" di antara bhikkhu2 hutan di Timur Laut Thailand adalah metode yang mandiri di luar anapanasati dan vipassana klasik.

Praktik melafalkan Buddho adalah adalah salah satu dalam perenungan Buddha sesuai dengan visuddhi magga. Kalau tekniknya diluar anapanasati memang ya.. sama halnya dengan subjek meditasi kasina dsb.

Ada 3 cara melafalkan Buddho menurut Ajahn Pannavadho(murid langsung Luangta Mahaboowa) :
1. Murni melafalkan Buddho...
2. Tarik nafas Bud....buang nafas dho
3. Buddho2 terlebih dahulu lalu setelah mencapai ketenangan tertentu baru berfokus pada anapanasati

Dan ini tinggal dipilih mana yg cocok.

Bisa dijelaskan bro sobat mengenai teknik diluar vipasanna klasik? setau saya dari penjelasan mereka sama saja.



Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1600 on: 08 June 2009, 01:13:43 PM »

Bro Sobat, proses kelahiran di atas sepertinya hanya berlaku pada kelahiran terakhir seorang Bodhisattta, yaitu kelahiran dimana ia akan mencapai Sammasambuddha.

mengenai bagian Tidak tercemar, ini maksudnya apa?
bagaimana dengan kasus dimana Bodhisatta Gotama yang karena kesombongannya menghina Buddha Kassapa dalam kelahirannya sbg Brahmana Jotipala? apakah ini termasuk tercemar atau tidak?

_/\_

Cerita lengkapnya?

Majjhima Nikaya 81, Raja Vagga, Ghatikara Sutta.

Kisahnya Bodhisatta hidup sebagai pemuda bernama Jotipala dan diajak oleh temannya Ghatikara untuk mendengarkan khotbah Buddha Kassapa. Jotipala menolak dan mengatakan ajaran "petapa gundul" tidak ada manfaatnya.



berkat ucapan yang meremehkan itu (so everybody beware of wout u said)
Jotipala harus menjalani petapa an selama 6 tahun
buddha sebelum nya, cuma 1 minggu, ada yang 3 minggu, ada yang 1 bulan ada yang paling lama cuma 3 bulan.

jd teman2 jgn sembarang berucap ya, tar kena hukuman loh, kayak Jotipala

CMIIW,

navis

tapi katanya upaya kausalya... bukan karena hukum kamma....

justru dia kena hukum karma bro, makanya harus menjalani petapa-an selama 6 tahun
makanya jgn pake upaya kausalya sembarang, silap2 kualat loe... hehehe...

apalagi meremehkan sutra-sutra, ga berani gw....
cuma saran loh, hehehe... I did warn u guys (tar dibilang gw ga bilang-bilang..., so tar klu kena, jangan salahin gw ya, resiko tanggung masing2... hehehe...)  ^-^


 _/\_
Hahahaha, untungnya saya percaya pada satu, dan dia menjamin masuk surga lho, dan hukum karama tidak berlaku :P
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1601 on: 08 June 2009, 01:14:43 PM »
 [at] navis...

pertanyaan tersebut timbul karena ada pernyataan bahwa Siddharta (bakal BUDDHA SAKYAMUNI) sudah mencapai ke-BUDDHA-an sejak jaman dahulu.

Terus di-tanya lagi oleh kaum Non-Mahayana, KENAPA kalau sudah mencapai ke-BUDDHA-an itu Siddharta harus bersusah payah lagi menderita 6 tahun dengan usaha penyiksaan diri yang mungkin tidak bisa ditandingi oleh manusia/makhluk lainnya. Nah, kan jawaban kaum Mahayana adalah upaya kausalya seorang Bodhisatva-Mahasatva.

Jika jawaban upaya kausalya itu benar, maka tidak ada korelasi/hubungan/efek dari petapa jotipala yang menghina BUDDHA Kassapa dan buah kammanya harus menempuh 6 tahun sengsara (penyiksaan diri) untuk mencapai tingkat ke-BUDDHA-an.
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline naviscope

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.084
  • Reputasi: 48
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1602 on: 08 June 2009, 01:20:18 PM »
^
^
oh gitu yach

aye ga tau tuch bro, aye kan monotheis freelance bro
thera oke, maha juga oke, tantra juga ayo...

emang iya, dulu sang buddha sudah mencapai pencerahan sempurna, baru tau aku,
bisa dikutip dikit dibab berapa, ayat berapa, junto berapa? ;D
trus dia capai pencerahan sempurna, untuk ke dua kali-nya, OD donk, alias Over Dosis....
Tinggalkan masa lalu, lepaskan beban akan masa depan, tidak terikat dengan yang sekarang maka kamu akan merasakan kedamain batin.

Leave the past alone, do not worry about the future, do not cling to the present and you will achieve calm.

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1603 on: 08 June 2009, 01:59:53 PM »
^
^
oh gitu yach

aye ga tau tuch bro, aye kan monotheis freelance bro
thera oke, maha juga oke, tantra juga ayo...

emang iya, dulu sang buddha sudah mencapai pencerahan sempurna, baru tau aku,
bisa dikutip dikit dibab berapa, ayat berapa, junto berapa? ;D
trus dia capai pencerahan sempurna, untuk ke dua kali-nya, OD donk, alias Over Dosis....


saya gak ahlinya bro... musti tanya ahlinya...
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1604 on: 08 June 2009, 03:12:56 PM »
Tentang Meditasi Buddho,
coba perhatikan pendapat Phra Ajaan Thate Desaransi dalam bukunya yang berjudul "Buddho" ini:

If you go to a teacher experienced in meditating on the rising and
 falling of the abdomen, he will have you meditate on rising and
 falling, and focus your mind on the different motions of the body
.  For
 instance, when you raise your foot, you think //raising//.  When you
 place your foot, you think //placing//, and so on; or else he will have
 you focus continually on being preoccupied with the phenomenon of
 arising and passing away in every motion or position of the body.

 If you go to a teacher experienced in psychic powers, he will have you
 repeat //na ma ba dha, na ma ba dha//, and focus the mind on a single
 object until it takes you to see heaven and hell, deities and brahmas
 of all sorts
, to the point where you get carried away with your
 visions.

 If you go to a teacher experienced in breath meditation, he will have
 you focus on your in-and-out breath
, and have you keep your mind firmly
 preoccupied with nothing but the in-and-out breath.

 If you go to a teacher experienced in meditating on //buddho//, he will
 have you repeat //buddho, buddho, buddho//, and have you keep the mind
 firmly in that meditation word until you are fully skilled at it. 
Then
 he will have you contemplate //buddho// and what it is that is saying
 //buddho//.  Once you see that they are two separate things, focus on
 what is saying //buddho//.  As for the word //buddho//, it will
 disappear, leaving only what it is that was saying //buddho//.  You
 then focus on what it is that was saying //buddho// as your object.


====

Jika anda perhatikan kata-kata ini, jelas sekali Ajaan Thate menyebutkan adanya empat metode meditasi. Meditasi Buddho dibedakan dengan konsentrasi memperhatikan napas (Anapanasati) atau konsentrasi memperhatikan tenggelam dan berkembangnya perut serta pergerakan tubuh (Vipasaana). Bahkan selain "Buddho", dikenal meditasi dengan mantra lain yaitu: "na ma ba dha." Jelas sekali dikatakan di sini bahwa mantra "na ma ba dha" digunakan untuk membantu praktisi melihat alam surga atau neraka. Sedangkan dalam meditasi Buddho, Ajahn Thate jelas-jelas mengatakan konsentrasinya hanya pada dua hal, yaitu kata "buddho" dan "apa yang mengucapkan buddho." Sama sekali tidak disinggung bahwa Buddho hanya digunakan untuk membantu anapasati. Anapasati jelas dibedakan dengan metode buddho". Jadi apa bedanya "Buddho" dan "na ma ba dha" dengan nien fo?

Kutipan di atas sama sekali tidak jelas menyebutkan empat METODE meditasi, mungkin perlu kutipan yg lebih lengkap. saya sih menangkapnya lebih sebagai contoh seorag guru dalam mengajar muridnya bermeditasi daripada sedang menjelaskan metode meditasi.

bedanya dengan "Buddho" ada di kalimatpaling akhir:
 As for the word //buddho//, it will
 disappear, leaving only what it is that was saying //buddho//.  You
 then focus on what it is that was saying //buddho// as your object.