//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...  (Read 663208 times)

0 Members and 5 Guests are viewing this topic.

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1545 on: 06 June 2009, 03:58:36 PM »
Quote
Saya hanya tidak paham bahwa anda merasa bisa melihat kilesa hanya dari beberapa patah kata dalam khotbah Bodhidharma. Ini yang saya tidak habis pikir. Misalnya, tentang Pa Auk Sayadaw, tentu saya pernah bertemu dengan beliau. Namun, saya tidak berani mengambil kesimpulan bahwa beliau masih memiliki kilesa atau tidak hanya sepintas menyaksikan beberapa tindak tanduk dan perkataannya.Demikian juga tentang Ajahn Brahm, saya tidak berani mengambil kesimpulan tentang beliau masih memiliki kilesa atau tidak. Meskipun jujur saja, saya sempat bertanya-tanya, namun saya selalu insyaf bahwa pencapaian saya mungkin yang masih kurang.


Saya ingin bertanya ketika seseorang mengatakan lobha adalah bukan kilesa tetapi faktanya itu adalah kilesa. Sama halnya jika mengatakan bahwa si A memukul orang itu kenyataanya orang itu tidak memukul tetapi berjabat tangan apakah hal itu dapat dibedakan pengertiannya?

Sama halnya pengertian kilesa . Apa yg saya katakan mengenai kilesa dalam pandangan atau miccha ditthi.

Bisa Anda tunjukan tulisan saya bahwa bodhidharma ada kilesa?, saya hanya membuat perumpamaan bahkan ada kata "jika itu benar bodhdharma tanpa kilesa (versi mahayana)....."(lalu siapa yg menanggap benar? ^-^) oleh karena itu  saya ragu itu adalah khotbah bodhidharma artinya masih 50-50 . Tetapi dari tulisan itu jelas cerminan yg masih ada kilesa tetapi Anda sendiri yg menanggap itu khotbah Boddhidarma dikatakan bodhidharma Sehingga Anda berpikir saya mengatakan dia pasti ada kilesa yg tercermin dalam khotbahnya, padahal itu pikiran Anda yg bergerak toh... Saya telah jelaskan sebelumnya saya menghormati Boddhidharma. Anda tahu mengkritisi pandangan? karena saya ragu maka saya tidak tau benar pandangan siapa entah bodhidharma atau orang lainnya. Jadi ini adalah asumsi Anda sendiri bukan? :) Coba baca lagi tulisan saya dari awal, terus terang saya malas copas ulang tulisan saya.

Quote
Bahkan Ajahn Mahaboowa pun pernah dipertanyakan tentang pencapaiannya ketika ia menangis. Lantas orang-orang ramai bertanya apakah arahat bisa menangis? Bukankah menangis berarti masih memiliki kilesa? dsb, dsb, nya. Dalam hal ini Ajahn Mahaboowa memiliki jawabannya sendiri yang bisa dibaca dalam buku berjudul "Arahattamagga" (kalau nggak salah judulnya demikian).

Nah Luangta Mahaboowa ada penjelasannya kan kenapa dan mengapa, Anda sendiri telah menunjukannya.. apakah tulisan mengenai khotbah Bodhidharma ada penjelasan mengenai arahat membayangkan?, paling tidak praktisinya langsung toh... ;D

Quote
Inilah yang saya tidak paham, mengapa anda mampu untuk menyimpulkan kata-kata demikian masih memiliki kilesa, kata-kata demikian tidak. Atas dasar pertimbangan seperti apa anda menyimpulkan hal ini? Mohon penjelasannya.

Telah saya jelaskan berulang2 perbandingannya dan pertimbangannya beserta contohnya. Kalau belum mengerti smoga suatu saat Anda mengerti, mungkin karena keterbatasan saya dalam menjelaskan ke Anda. Mungkin teman2 yg mengerti maksud saya dan mahir dalam menjelaskan dapat membantu menjelaskan maksud saya tadi. cluenya pernyataan dan fakta beda...itu saja.

Salam metta _/\_

salam persaudaraan Mahayana dan Theravada Smiley

« Last Edit: 06 June 2009, 04:04:54 PM by bond »
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline GandalfTheElder

  • Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.480
  • Reputasi: 75
  • Gender: Male
  • Exactly who we are is just enough (C. Underwood)
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1546 on: 06 June 2009, 04:00:09 PM »
Quote
saudara Gandalf,
Vipassana adalah meditasi dimana tidak mengikuti keinginan,dan membiarkan sebagaimana adanya, bahkan tekankan untuk memperhatikan semua gejolak batin yang timbul dengan jangan menekan ataupun tidak menekan...semua itu dibiarkan saja yang penting disadari
ini artinya pikiran dari "si pengetahu" saja yang dipakai...bukan "si pelaku"


sedangkan anda menulis disitu malah "berharap"
bisa dijelaskan vipassana seperti apa dalam mahayana?

di Theravada ada guru seperti MahassiSayadawi yang menjelaskan vipassana secara detail,
karena dalam Sutta Theravada "jika melakukan vipassana dan samantha secara benar dan sesuai Dhamma dan juga 8JB lainnya, nibbana adalah buahnya"...bukan "alam sukhavati"

dalam metode MahassiSayadaw juga dikatakan akan ada beberapa Nana(pengetahuan) yang timbul ketika mempratekkan vipassana.
jadi terus terang, yg anda jabarkan adalah hal yang tidak pernah saya dengar dan ketahui...
mohon penjelasan.


salam metta.

Sebenarnya ada salah tangkep makna di sini.

Yang dimaksud bukanlah dalam meditasi Vipashyana kita memunculkan keinginan. Namun yang saya maksud adalah ingin melakukan Vipassana.

Maknanya sama seperti ketika anda ditanya "anda ke vihara ngapain?" "O Saya ingin bermeditasi Vipassana".... Gitu lohh...

Vipashyana menurut tradisi Amitabha adalah Kontemplasi. Ini salah satu dari 5 "Gerbang Kesadaran" (Mindfulness) - Wu Nien Men - menuju Tanah Suci. Metode ini disebutkan dalam Amitayur Dhyana Sutra, Sukavativyuhopadesa karya Vasubandhu dan komentarnya karya Tan Luan.

Vipashyana dalam aliran Sukhavati adalah kontemplasi / visualisasi terhadap aspek2 agung dan mulia dari Amitabha Buddha dan Tanah Suci Sukhavati dengan penuh kesadaran. [mindful]

Selain itu dalam paham Mahayana tiongkok, meditasi yang dianjurkan adalah "chih-kuan" yaitu "samatha-vipashyana".

Zen Master Chu Hung pernah berkata:

"Sekarang ini engkau hanya harus melafalkan nama Buddha dengan kemurnian dan pandangan terang. Kemurnian berarti melafalkan nama Buddha tanpa ada pikiran lain. Pandangan terang berarti meninjau kembali ketika engkau melafalkan nama Buddha. kemurnian adalah Samatha, "berhenti" dan pandangan terang adalah Vipashyana "meninjau [disadari]". Satukanlah kesadaranmu (mindfulness) akan Buddha melalui pelafalan nama Buddha, dan berhenti (Samatha) maupun meninjau (Vipashyana) bersama-sama."

Sedangkan Master Yin Guang, Patriark Tanah Suci ke-13 pernah berkata:

Do not concern yourself with whether or not you will become enlightened.
Do  not concern  yourself with existence and non-existence, with inside and outside and in-between.
Do  not  concern  yourself  with  "stopping" [shammata/samatha]and "observing" [vipashyana/vipasyana].
Do not concern yourself with whether [this method of reciting the buddha-name] is the same or not the same as other Buddhist methods.
If the feeling of doubt does not arise, do not concern yourself with who it is or who it is not [who is reciting the buddha-name]. Simply go on reciting the buddha-name with unified mind and unified intent without a break, pure and unmixed.

 
Ya metode Sukhavati merupakan penggabungan metode samatha dan vipashyana. Jadi tidak pada Vipashyana saja ataupun Samatha saja.

 _/\_
The Siddha Wanderer
« Last Edit: 06 June 2009, 04:37:48 PM by GandalfTheElder »
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1547 on: 06 June 2009, 04:07:58 PM »
kalau anda mengutip sutta ini, maka coba lihat kata buddha disitu....apa bisa dikatakan pada saat itu Siddharta telah mencapai Ke-buddha-an?
ini jelas kalau beliau belum mencapai pencerahan, tetapi dalam sutra mahayana mengatakan Siddharta jauh sebelum dari kalpa tak terhitung telah mencapai pencerahan....

dengan asumsi jika mahayana mengatakan kitab nya isi-nya sama dengan Theravada pada bagian ini.

jelaskan donk...^^

salam metta.

Seorang bodhisatta/bodhisattva meskipun dikatakan hidup dalam samsara, namun ia tidak tercemar olehnya. Dengan demikian walaupun mengalami tumimbal lahir, bodhisatta tidak terikat sebagaimana yang dialami makhluk awam lain.

Dalam sutta pali pun dikatakan Bodhisatta dilahirkan dalam kondisi yang berbeda. Merujuk pada beberapa sutta dikatakan ada beberapa cara-cara kelahiran, yang antara lain saya kutip di bawah ini:

Sampasadinya Sutta, hal. 433
‘Juga, Sang Bhagavà tidak tertandingi dalam hal mengajarkan Dhamma sehubungan dengan cara-cara kelahiran kembali dalam empat cara, yaitu: seseorang masuk ke dalam rahim ibunya tanpa menyadarinya, berdiam di sana tanpa menyadarinya, dan keluar dari sana tanpa menyadarinya. Ini adalah cara pertama. Atau seseorang masuk ke dalam rahim ibunya dengan sadar, berdiam di sana tanpa menyadarinya, dan keluar dari sana tanpa menyadarinya. Ini adalah cara ke dua. Atau seseorang masuk ke dalam rahim ibunya dengan sadar, berdiam di sana dengan sadar, dan keluar dari sana tanpa menyadarinya. Ini adalah cara ke tiga. Atau seseorang masuk ke dalam rahim ibunya dengan sadar, berdiam di sana dengan sadar, dan keluar dari sana dengan sadar. Ini adalah ajaran yang tanpa tandingan sehubungan dengan cara-cara kelahiran kembali

Sangiti Sutta, hal. 522-523
Empat cara masuk ke dalam rahim: (a) seseorang masuk ke dalam rahim ibunya tanpa menyadarinya, berdiam di sana tanpa menyadarinya, dan keluar dari sana tanpa menyadarinya; (b) seseorang masuk ke dalam rahim ibunya dengan sadar, berdiam di sana tanpa menyadarinya, dan keluar dari sana tanpa menyadarinya; (c) seseorang masuk ke dalam rahim ibunya dengan sadar, berdiam di sana dengan sadar, dan keluar dari sana tanpa menyadarinya; (d) seseorang masuk ke dalam rahim ibunya dengan sadar, berdiam di sana dengan sadar, dan keluar dari sana dengan sadar
.

Seorang Bodhisatta dikatakan "masuk ke dalam rahim ibunya dengan sadar, berdiam di sana dengan sadar, dan keluar dari sana dengan sadar." Oleh karena itu meskipun baru lahir, Pangeran Siddhata sudah dapat berjalan tujuh langkah dan berkata bahwa ini adalah kehidupannya yang terakhir.

Bro Sobat, proses kelahiran di atas sepertinya hanya berlaku pada kelahiran terakhir seorang Bodhisattta, yaitu kelahiran dimana ia akan mencapai Sammasambuddha.

mengenai bagian Tidak tercemar, ini maksudnya apa?
bagaimana dengan kasus dimana Bodhisatta Gotama yang karena kesombongannya menghina Buddha Kassapa dalam kelahirannya sbg Brahmana Jotipala? apakah ini termasuk tercemar atau tidak?

_/\_

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1548 on: 06 June 2009, 04:11:44 PM »
saudara Sobat-dharma,
dikatakan bahwa jauh kalpa tak terhitung Gotama telah mencapai pencerahan sempurna,
lalu sekarang masih butuh guru? apa orang yang mencapai pencerahan sempurna juga butuh guru?

salam metta.

Hal ini tercantum di dalam sutta pitaka majjhima nikaya. Jika anda meminta pastinya di mana, nanti saya kutipkan setelah saya menemukannya. Saya perlu cari ke rak buku saya dulu, saat ini saya nggak ada di rumah :)

Ya kalau tidak merepotkan, tolong rujukan sutta-nya. thanks

Offline johan3000

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 11.552
  • Reputasi: 219
  • Gender: Male
  • Crispy Lotus Root
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1549 on: 06 June 2009, 04:49:12 PM »
:-t :-t #:-S #:-S ~X( ~X( ~X( ~X( [-o< [-o< [-o< [-o<
ternyata ajaran Buddha itu begitu rumit melihat diskusi ini membuat aye pusing kakakakakak
Quote
chingik :
udeh, yg basa basi diabaikan aja, diskusi yg elegan dan atas dasar berbagi wawasan aja.
awalnya memang males kalo diskusinya sperti putar2, tapi gw demen deh kalo pertanyaan yg objektif, tidak pake atribut emosi, sindiran, dll.,. yg kayak gitu bikin batin suka melenceng ke arah kusala citta. cape soalnya butuh usaha utk balik ke sikap netral lagi..hehe

Saya ingat sepupuh ke 3 HIU NENG itu BUTA HURUF...gak sekolah.. tapi bisa mencapai pencerahan...
sewaktu belajar sama HONG REN... dia malah disuruh tumbuk beras aja.. (bukan diajarin berdebat)...
Dia cukup mendengarkan sebait kalimat dari Diamond sutta, udah bisa tersadarkan...

Kenapa disini kita berdebat sampai begitu SENGIT.... panjang2
gw belum tercerahkan... mohon bimbingan dari petinggi Mahayana....
tentang cara Hui Neng mencapai pencerahan supaya bisa diterapkan pada saya...

terima kasih sebelumnya..


DAri Platform Sutra (Sutra Dasar) karya dari murid-murid Hui Neng, dikatakan bahwa :
1. Hui Neng membangkitkan keingin-tahuan (mungkin bisa disebut dengan bodhicitta) ketika mendengar lantunan sutra intan (diamond sutra) di desa kelahirannya.
2. Hui Neng membalas tulisan Gatha Pencerahan dari murid kepala Hong Ren (Shen Xiu). Dalam tahapan ini, apakah Hui Neng mencapai pencerahan (pencerahan kecil) atau tidak belum dipastikan.
3. Hui Neng mendapat kepastian pencerahan sepenuhnya dari Master Hong Ren, ketika pada tengah malam mendapat ulasan dan penjelasan Sutra Intan (Diamond Sutra) selengkapnya.

Kecepatan pencerahan (nibbana) dari Hui Neng, sebenarnya masih kalah dari Arahat Bahiya, yang mencapai kesucian Arahat, ketika BUDDHA selesai memberikan khotbah kepada BAHIYA sebagaimana yang disebutkan di dalam BAHIYA SUTTA. Sehingga BUDDHA memberikan gelar ETTAGATTA sebagai YANG TERBAIK (ETTAGATTA) di DALAM KECEPATAN PENCAPAIAN KESUCIAN ARAHAT.

Dalam kitab komentar, dijelaskan bahwa BAHIYA telah memiliki benih-benih yang sangat mendukung untuk cepat mencapai tingkat kesucian ARAHAT, karena sejak Buddha Kassapa sampai Buddha Sakyamuni, BAHIYA terus menerus menyempurnakan parami-nya dan terus menerus terlahir dan menjadi bhikkhu/petapa.

Di dalam Abhidhamma, Puthujana dapat dibagi atas :
1. Dugati ahetuka puggala
    dugati ahetuka puggala merefer pada makhluk yang terlahir di empat alam menyedihkan.
2. Sugati ahetuka puggala.
    Sugati ahetuka puggala merefer pada makhluk yang terlahir dalam kondisi cacat mental, buta atau tuli baik terlahir sebagai manusia maupun dewa alam rendah.
3. Dvihetuka puggala
    Dvihetuka puggala merefer pada manusia atau dewa yang terlahir dengan nana-vipayuttam maha vipaka citta yang kurang kebijaksanaannya, sehingga makhluk dvihetuka puggala ini tidak akan bisa mencapai jhana dan magga di dalam kehidupan sekarang ini bagaimanapun kerasnya mereka berusaha. Tetapi Dvihetuka puggala bisa terlahir kembali menjadi Ti-hetuka puggala pada kehidupan mendatang sebagai hasil dari meditasi dan usahanya.
4. Tihetuka puggala.
    Tihetuka puggala merefer pada manusia dan dewa yang terlahir dengan nana sampayutam maha vipaka citta yang berasosiasi dengan kebijaksanaan. Tihetuka puggala ini dapat mencapai jhana dan magga jika melaksanakan samatha bhavana atau vipasanna bhavana.


Thanks atas jawabannya bro.........

kita berdebat terus disini.... kira2 ada yg sedikit mau mencapai pencerahan gak?

semoga kita bisa meniru cara  BAHIYA yaaaaa...
Nagasena : salah satu dari delapan penyebab matangnya kebijaksanaan dgn seringnya bertanya

Offline GandalfTheElder

  • Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.480
  • Reputasi: 75
  • Gender: Male
  • Exactly who we are is just enough (C. Underwood)
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1550 on: 06 June 2009, 05:19:55 PM »
Quote
saudara Gandalf,
Vipassana adalah meditasi dimana tidak mengikuti keinginan,dan membiarkan sebagaimana adanya, bahkan tekankan untuk memperhatikan semua gejolak batin yang timbul dengan jangan menekan ataupun tidak menekan...semua itu dibiarkan saja yang penting disadari
ini artinya pikiran dari "si pengetahu" saja yang dipakai...bukan "si pelaku"


sedangkan anda menulis disitu malah "berharap"
bisa dijelaskan vipassana seperti apa dalam mahayana?

di Theravada ada guru seperti MahassiSayadawi yang menjelaskan vipassana secara detail,
karena dalam Sutta Theravada "jika melakukan vipassana dan samantha secara benar dan sesuai Dhamma dan juga 8JB lainnya, nibbana adalah buahnya"...bukan "alam sukhavati"

dalam metode MahassiSayadaw juga dikatakan akan ada beberapa Nana(pengetahuan) yang timbul ketika mempratekkan vipassana.
jadi terus terang, yg anda jabarkan adalah hal yang tidak pernah saya dengar dan ketahui...
mohon penjelasan.


salam metta.

Sebenarnya ada salah tangkep makna di sini.

Yang dimaksud bukanlah dalam meditasi Vipashyana kita memunculkan keinginan. Namun yang saya maksud adalah ingin melakukan Vipassana.

Maknanya sama seperti ketika anda ditanya "anda ke vihara ngapain?" "O Saya ingin bermeditasi Vipassana".... Gitu lohh...

Vipashyana menurut tradisi Amitabha adalah Kontemplasi. Ini salah satu dari 5 "Gerbang Kesadaran" (Mindfulness) - Wu Nien Men - menuju Tanah Suci. Metode ini disebutkan dalam Amitayur Dhyana Sutra, Sukavativyuhopadesa karya Vasubandhu dan komentarnya karya Tan Luan.

Vipashyana dalam aliran Sukhavati adalah kontemplasi / visualisasi terhadap aspek2 agung dan mulia dari Amitabha Buddha dan Tanah Suci Sukhavati dengan penuh kesadaran. [mindful]

Selain itu dalam paham Mahayana tiongkok, meditasi yang dianjurkan adalah "chih-kuan" yaitu "samatha-vipashyana".

Zen Master Chu Hung pernah berkata:

"Sekarang ini engkau hanya harus melafalkan nama Buddha dengan kemurnian dan pandangan terang. Kemurnian berarti melafalkan nama Buddha tanpa ada pikiran lain. Pandangan terang berarti meninjau kembali ketika engkau melafalkan nama Buddha. kemurnian adalah Samatha, "berhenti" dan pandangan terang adalah Vipashyana "meninjau [disadari]". Satukanlah kesadaranmu (mindfulness) akan Buddha melalui pelafalan nama Buddha, dan berhenti (Samatha) maupun meninjau (Vipashyana) bersama-sama."

Sedangkan Master Yin Guang, Patriark Tanah Suci ke-13 pernah berkata:

Do not concern yourself with whether or not you will become enlightened.
Do  not concern  yourself with existence and non-existence, with inside and outside and in-between.
Do  not  concern  yourself  with  "stopping" [shammata/samatha]and "observing" [vipashyana/vipasyana].
Do not concern yourself with whether [this method of reciting the buddha-name] is the same or not the same as other Buddhist methods.
If the feeling of doubt does not arise, do not concern yourself with who it is or who it is not [who is reciting the buddha-name]. Simply go on reciting the buddha-name with unified mind and unified intent without a break, pure and unmixed.

 
Ya metode Sukhavati merupakan penggabungan metode samatha dan vipashyana. Jadi tidak pada Vipashyana saja ataupun Samatha saja.

 _/\_
The Siddha Wanderer

YTambahan...

Setahu saya di kalangan Theravada Tradisi Hutan dikenal praktek penyatuan samatha-vipassana 'Buddho' yang mirip dengan penyatuan samatha-vipashyana dalam Nianfo.

One of well-known meditation practises in Thailand that will be explained here is "Luangpuh Mun's samatha-vipassana", generally known as 'Buddho Meditation' (ภาวนาพุทโธ) in Thailand. This technique is classified as Anapanasati, mindfulness on the breath, together with mental recitation of the Buddha' name "Bud-dho". Mentally you recite 'bud' on the inhalation and 'dho' for the exhalation. Buddho means "Awakened One". The purpose of using the word "Buddho" along with the breath is a technique that helps the mind focus easily on one-pointedness. First of all, the practitioners of this method should practise samatha to calm the mind. Then they begin to practise vipassana by using the calmed mind to concentrate on the reality of all things truly as they are. One important element of this technique that practitioners should do before trying out meditating is to investigate the body as the compound of the four elements and the Five Aggregates. Observe your thoughts regarding the body as a desirable thing to cling to, as impermanence and non-self. Contemplate the body like this until the mind accepts these realities. It is easier if the practitioner attains a concentration first and then investigates the body as mentioned earlier.

Meditation is a central component in the Thai forest tradition. Methods of meditation are numerous and diverse. Meditation methods frequently used by Ajahn Sao Kantasilo Mahathera and his student, Ajahn Mun Bhuridatta, are the walking meditation and the sitting meditation. Outside the sitting meditation session, the practitioner must be aware and mindful of his or her body and mind movements in all positions: standing, walking, sitting and lying. During sitting meditation, the mind is calmed with traditional practices such as mindfulness of breathing (anapanasati). The mental intoning of the mantra "Buddho" is used in order to maintain attention on the breath (in-breath is "Bud", out-breath is "dho") or the contemplation of the 32 body parts. The meditator goes through three levels of samadhi (concentration). In khanika-samadhi the mind is only calmed for a short time. In upacara-samadhi, approach concentration lasts longer. And in appana-samadhi, jhana is attained. When sufficient concentration has been established, the three characteristics (impermanence, suffering and non-self) are contemplated, insight arises and ignorance is extinguished. No distinction is made between samatha meditation and insight (vipassana) meditation; the two are used in conjunction.

 _/\_
The Siddha Wanderer
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1551 on: 06 June 2009, 05:31:04 PM »
yg bikin masuk jhananya adalah anapanasatinya bukan buddhonya. Bagaimana dengan nienfo, bisa dijelaskan om gandalf?

Mirip tapi tak sama ;D
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline GandalfTheElder

  • Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.480
  • Reputasi: 75
  • Gender: Male
  • Exactly who we are is just enough (C. Underwood)
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1552 on: 06 June 2009, 05:35:02 PM »
yg bikin masuk jhananya adalah anapanasatinya bukan buddhonya. Bagaimana dengan nienfo, bisa dijelaskan om gandalf?

Mirip tapi tak sama ;D

Nah... jangan lupa pelafalan nama Buddha pun juga dibarengi dengan vipashyana [kontemplasi]

Mirip dengan Buddho juga dibarengi dengan kontemplasi Anapanasati menuju Vipassana.

_/\_
The Siddha Wanderer
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1553 on: 06 June 2009, 05:43:54 PM »
Quote
Nah... jangan lupa pelafalan nama Buddha pun juga dibarengi dengan vipashyana [kontemplasi]

Mirip dengan Buddho juga dibarengi dengan kontemplasi Anapanasati menuju Vipassana.

 bener berbarengan? yakin? ;)
 bisa dijelaskan prosesnya?
« Last Edit: 06 June 2009, 05:46:30 PM by bond »
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline GandalfTheElder

  • Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.480
  • Reputasi: 75
  • Gender: Male
  • Exactly who we are is just enough (C. Underwood)
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1554 on: 06 June 2009, 05:49:06 PM »
Quote
Nah... jangan lupa pelafalan nama Buddha pun juga dibarengi dengan vipashyana [kontemplasi]

Mirip dengan Buddho juga dibarengi dengan kontemplasi Anapanasati menuju Vipassana.

 bener berbarengan? yakin? ;)
 bisa dijelaskan prosesnya?

Haha... saya sih belum bisa meditasi sampai ke sana.... jadi prosesnya benar2 gimana ya saya nggak tahu.... haha....

Berbarengan / konjungsi ya katanya gitu... praktek nya ya gw kaga tau haha....

_/\_
The Siddha Wanderer
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1555 on: 06 June 2009, 05:58:52 PM »
Quote
Nah... jangan lupa pelafalan nama Buddha pun juga dibarengi dengan vipashyana [kontemplasi]

Mirip dengan Buddho juga dibarengi dengan kontemplasi Anapanasati menuju Vipassana.

 bener berbarengan? yakin? ;)
 bisa dijelaskan prosesnya?

Haha... saya sih belum bisa meditasi sampai ke sana.... jadi prosesnya benar2 gimana ya saya nggak tahu.... haha....

Berbarengan / konjungsi ya katanya gitu... praktek nya ya gw kaga tau haha....

_/\_
The Siddha Wanderer

samatha dan Vipasanna. cara berlatihnya dengan melatih samatha terlebih dahulu sampai pada tahap konsentrasi yg cukup---upacara samadhi kemudian baru bervipasana. Kalau sampai masuk jhana maka dia setelah berdiam dalam jhana maka dia harus keluar terlebih dahulu baru bervipasana. Penjelasan singkat prosesnya demikian. _/\_
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline GandalfTheElder

  • Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.480
  • Reputasi: 75
  • Gender: Male
  • Exactly who we are is just enough (C. Underwood)
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1556 on: 06 June 2009, 06:12:17 PM »
Ok.

Kalau gitu sama dengan yang saya kutip dong:

During sitting meditation, the mind is calmed with traditional practices such as mindfulness of breathing (anapanasati). The mental intoning of the mantra "Buddho" is used in order to maintain attention on the breath (in-breath is "Bud", out-breath is "dho") or the contemplation of the 32 body parts. The meditator goes through three levels of samadhi (concentration). In khanika-samadhi the mind is only calmed for a short time. In upacara-samadhi, approach concentration lasts longer. And in appana-samadhi, jhana is attained. When sufficient concentration has been established, the three characteristics (impermanence, suffering and non-self) are contemplated, insight arises and ignorance is extinguished. No distinction is made between samatha meditation and insight (vipassana) meditation; the two are used in conjunction.

Untuk yang metode Sukhavati saya kurang tahu, namun mungkin ada kesamaan.

Karena setahu saya Mahabhiksu Zhiyi pendiri aliran Tientai juga menjelaskan tentang metode anapana menuju "Chih-kuan" [samatha-vipashyana] dalam karyanya "Enam Gerbang Dharma menuju Pencerahan Agung".

Patut diketahui pula Master Zhiyi sangat menganjurkan praktek pelafalan nama Amitabha Buddha / metode Sukhavati.

Satipatthana juga dikenal dalam Mahayana dengan sebutan "Smrtyupasthana". Sutra Anapana juga pernah dibawa oleh An Shih Gao.

 _/\_
The Siddha Wanderer
« Last Edit: 06 June 2009, 06:16:17 PM by GandalfTheElder »
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1557 on: 06 June 2009, 06:27:55 PM »
Quote
Ok.

Kalau gitu sama dengan yang saya kutip dong:

During sitting meditation, the mind is calmed with traditional practices such as mindfulness of breathing (anapanasati). The mental intoning of the mantra "Buddho" is used in order to maintain attention on the breath (in-breath is "Bud", out-breath is "dho") or the contemplation of the 32 body parts. The meditator goes through three levels of samadhi (concentration). In khanika-samadhi the mind is only calmed for a short time. In upacara-samadhi, approach concentration lasts longer. And in appana-samadhi, jhana is attained. When sufficient concentration has been established, the three characteristics (impermanence, suffering and non-self) are contemplated, insight arises and ignorance is extinguished. No distinction is made between samatha meditation and insight (vipassana) meditation; the two are used in conjunction.

ya untuk pernyataan om Gandalf yg kedua :) tapi kalau nienfo dibarengi vipasanna tidak bisa bersamaan. Kalau nienfo/buddho..buddho dulu sampai upacara samadhi baru masuk ke vipasanna baru bisa.
« Last Edit: 06 June 2009, 06:29:37 PM by bond »
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline GandalfTheElder

  • Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.480
  • Reputasi: 75
  • Gender: Male
  • Exactly who we are is just enough (C. Underwood)
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1558 on: 06 June 2009, 06:40:25 PM »
Quote
Ok.

Kalau gitu sama dengan yang saya kutip dong:

During sitting meditation, the mind is calmed with traditional practices such as mindfulness of breathing (anapanasati). The mental intoning of the mantra "Buddho" is used in order to maintain attention on the breath (in-breath is "Bud", out-breath is "dho") or the contemplation of the 32 body parts. The meditator goes through three levels of samadhi (concentration). In khanika-samadhi the mind is only calmed for a short time. In upacara-samadhi, approach concentration lasts longer. And in appana-samadhi, jhana is attained. When sufficient concentration has been established, the three characteristics (impermanence, suffering and non-self) are contemplated, insight arises and ignorance is extinguished. No distinction is made between samatha meditation and insight (vipassana) meditation; the two are used in conjunction.

ya untuk pernyataan om Gandalf yg kedua :) tapi kalau nienfo dibarengi vipasanna tidak bisa bersamaan. Kalau nienfo/buddho..buddho dulu sampai upacara samadhi baru masuk ke vipasanna baru bisa.

Hmmm... mungkin saja... tapi bisa saja metode Sukhavati punya teknik tersendiri...

Tapi yang pasti dalam metode Sukhavati tetap menggunakan Vipashyana.

Tanpa Vipashyana tidak mungkin ada Pembebasan Sejati, dan ini tidak dibatasi oleh sekte2 tertentu.

_/\_
The Siddha Wanderer
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1559 on: 06 June 2009, 06:47:59 PM »
Quote
Hmmm... mungkin saja... tapi bisa saja metode Sukhavati punya teknik tersendiri...

Ya bisa saja ada teknik sendiri. Dari penjelasan prosesnya baru kita bisa tau. Tetapi jika tujuannya alam sukhavati maka pembebasannya hanya sampai alam sukhavati saja. Bukan nibbana yg diajarkan Sang Buddha.:) Tujuan sedikit banyak mempengaruhi praktek seseorang.
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada