//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...  (Read 663324 times)

0 Members and 8 Guests are viewing this topic.

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1185 on: 01 June 2009, 12:33:28 AM »
Tambahan:

Mungkin memang ada bhikshu yang memukuli atau menyakiti muridnya dengan kebencian, tetapi ini adalah oknum dan tidak mencerminkan ajaran Mahayana itu sendiri. Ini juga umum dalam agama atau aliran lainnya. Saya ingat kata-kata  dalam film Angel and Demon: "Agama itu ada kekurangannya, tetapi itu dikarenakan kelemahan manusia."

Om Mani Padme Hum,

Tan

Saya tidak setuju dengan kalimat yang bercetak tebal itu...

Ada agama yang memang kurang, jadi bukan karena ulah oknumnya.

Offline Tan

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 510
  • Reputasi: 31
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1186 on: 01 June 2009, 12:38:05 AM »
UPASAKA:

Saya tidak setuju dengan kalimat yang bercetak tebal itu...

Ada agama yang memang kurang, jadi bukan karena ulah oknumnya.


TAN:

Hahahaha... ya..ya saya mengerti maksud Anda. Sebenarnya saya sangat setuju dengan apa yang Anda maksudkan itu. Memang semua agama itu tidak sama. Itu saya setuju sekali. Tetapi apa yang diungkapkan dalam film Angel and Demon itu sedikit banyak juga ada benarnya. Namun kalau mau mengulas ini mungkin harus dimasukkan "Buddhisme dan Kepercayaan Lain" (CMIWW).

Amiduofo,

Tan

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1187 on: 01 June 2009, 12:39:36 AM »
Quote from: Tan
TAN:

Hahahaha... ya..ya saya mengerti maksud Anda. Sebenarnya saya sangat setuju dengan apa yang Anda maksudkan itu. Memang semua agama itu tidak sama. Itu saya setuju sekali. Tetapi apa yang diungkapkan dalam film Angel and Demon itu sedikit banyak juga ada benarnya. Namun kalau mau mengulas ini mungkin harus dimasukkan "Buddhisme dan Kepercayaan Lain" (CMIWW).

Amiduofo,

Tan

Saya tidak ingin membahas lebih lanjut mengenai hal ini di sini.

*Tan mode on* ;D

Offline GandalfTheElder

  • Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.480
  • Reputasi: 75
  • Gender: Male
  • Exactly who we are is just enough (C. Underwood)
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1188 on: 01 June 2009, 06:41:15 AM »
Jadi maksudnya Bodhisattva Avalokitesvara sudah merealisasi Pencerahan ya?

Kok bisa sudah mencapai Nirvana (baca : menjadi Buddha) tapi masih bergelar Boddhisattva (baca : masih menderita)...?

Lihat ini:

http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,5314.0.html

Akan menjawab kira2 75 %....

_/\_
The Siddha Wanderer
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1189 on: 01 June 2009, 07:13:30 AM »
UPASAKA:

Itu statement yang berasal darimana? Apakah dari Sutra Mahayana, Sutta Theravada, atau dari isi buku-buku karya Ivan Taniputera?

Itu yang dipertanyakan oleh Bro Xuvie. Karena selintas jika dibaca, gaya bahasa statement itu mirip dengan gaya bahasa 10 Tulah.

TAN:

Statemen itu diambil dari buku karya salah seorang Mahaguru Zen yang judulnya saya lupa.
Lalu kita akan bahas apakah itu ancaman? Apakah itu sama dengan 10 Tulah? Kalau Anda menyamakan dengan 10 Tulan. Bagaimana dengan kisah pemuda Ambattha yang ada di Ambattha Sutta? Juga ajaran tentang garuka kamma, yang membawa seseorang ke neraka Avichi? Apakah bedanya dengan ajaran 10 Tulah?
Saya harap Anda bisa adil dalam membahas hal ini.

Amiduofo,

Tan

Yang ini ko? :
Di sebuah monastery Zen terdapat seorang master Zen dan seorang muridnya.
Untuk mengajarkan kesunyataan, maka di depan murid, sang Guru mengangkat patung Buddha dari keramik dan kemudian menjatuhkannya hingga pecah.
Murid terbengong sejenak dan kemudian merasa tercerahkan.
Setelah peristiwa itu, si murid mohon diri untuk turun gunung.  Sang Guru sedih dan hendak menahannya, tapi si murid bersikeras. Tak lama kemudian, sang guru meninggal dan ada peristiwa2 yang menunjukkan bahwa beliau telah menjadi Bodhisattva.

Si murid mengajarkan hal itu kepada masyarakat desa di kaki gunung. Setiap ia menemukan pemilik rumah memiliki patung Buddha ia selalu membanting dan memecahkannya. Demikianlah seterusnya, penduduk2 desa itu mengajar ke desa-desa lain dimana orang2 semuanya mulai membanting dan memecahkan patung Buddha. Mereka berkata : patung is patung, buang ketahayulan!

Sampai suatu ketika terjadi gempa bumi dahsyat dan semua dari mereka mati. Ternyata si murid dan mereka semua terlahir di neraka.

Koan : Perbuatan yang sama, tapi terlahir di tempat yang berbeda. Mengapa???

Hints:
- Belajar Zen harus memahami esensinya, bukan sekedar meniru penampilan luarnya belaka.
- Apa yang nampak diluarnya mungkin sama, tapi proses dalam batin adalah tanggung jawab masing2 pribadi.
- Belajar memutuskan kemelekatan janganlah menjadi sebuah kemelekatan baru.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1190 on: 01 June 2009, 11:08:23 AM »
Mengenai Buddha mengatakan dirinya sebagai "yg telah tercerahkan" bukanlah berarti atta yg tercerahkan. Manusia ketika masih ada kilesa maka diperlukan konsep agar menjadi jelas. Bagaimana mungkin org yg terkungkung dengan kilesa lalu ditunjukan tanpa konsep...Yang ada adalah kebingungan kecuali ia memiliki kebijaksanaan yg cukup. Sang Buddha mengatakan dirinya "tercerahkan" dikatakan oleh Nya adalah tanpa adanya kilesa. Dan sebenarnya tersirat dan tersurat Sang Buddha mengatakan bahwa dirinya telah "tercerahkan" dengan memberikan petunjuk2 bagaimana merealisasikan nibbana atau dengan cara lainnya, jadi dalam hal ini bukanlah masalah atta atau anatta tetapi lebih kepada kualitas batin orang yg mengatakan. Kalau kita mengatakan tidak pernah Sang Buddha mengatakan sebagai " Yang Tercerahkan" dan jika demikian dikatakan adanya atta dan sebagai eternalis. Apakah kita2 ini tau pikiran Buddha? apakah kita menilainya dengan campuran kilesa atau tidak? Kalau kita tau Sang Buddha tanpa kilesa, belajarlah tentang hal itu agar kita mengerti apa yg dimaksud setiap perkataan Sang Tathagata.

Quote
"Yang Maha Suci Sang Avalokitasvara sedang melaksanakan Samadhi kebijaksanaan Sempurna untuk mencapai pantai sana (nirvana). Dalam pengamatan bathin dalam samadhinya,Beliatu telah menyaksikan dengan jelas sekali,bahwa lima kelompok kegemaran (Panca Skhanda) itu sebenarnnya kosong/tanpa inti. Dengan menyadari hal itu, maka Sang Avalokitesvara telah dapat terbebas dari sengsara dan derita.

O, Sariputra, wujud (rupa) tiada bedannya dengan kosong (sunya). Dan kosong (Sunya) juga tiada bedannya dengan wujud (rupa), jadi wujud pada hakekatnya sama dengan kosong dan kosong sama dengan wujud. Demikianlah pula halnya dengan perasaan, pikiran, tindak kemauan, dan kesadaran itu.

Sariputra, kekosongan dari semua bendainitidak dilahirkan,tidak termusnakan, tidak kotor, tidak bersih, tidak bertambah pun tidak berkurang.

Oleh karenanya,dengan kekosongan itu tiada berwujud,tiada perasaan, pikiran,tindak kemauan, dan kesadaran; tiada mata, telinga, hidup, lidah,tubuh danakal; tiada wujud, suara, bau rasa, sentuhan dan ide gagasan ; tiada alam penglihatan sampailah tiada alam kemampuan pikiran dan kesadaran (delapan belas alam pengenal)

Tiada ada kebodohan (avijja) pun tiada ada akhir kebodohan, sampai pun usia dan kematian, juga tiada ada akhir usia tua dan kematian. Tiada ada derita (Dukha), timbunan derita (samudaya), penghapusan derita(Nirodha) dan jalan kebenaran (Marga) ; tiada ada kebijaksanaan pun tiada ada yang DICAPAI (DIREALISASI).

Karena tiadayang DICAPAI (DIREALISASI), maka Bodhisattva mengandalkan kebijaksanaan sempurna untuk mencapai pantai sana; oleh karena itu sanubarinya terbebaskan dari segala kemelekatan dan rintangan.

Sutra ini hanya mengacu apa yg sebenarnya terjadi apabila seseorang telah merealisasi nibbana yaitu tidak adanya lagi konsep yg digenggam . Jadi tergantung kita mau melihat dari kaca mata mana. Dan disitu tidak secara jelas pula dikatakan Sang Buddha tidak mengatakan dirinya tercerahkan, saya kira perkataan "tidak mengatakan sebagai yg tercerahkan" hanya berupa tafsiran jika demikian ini dikembalikan kepada masing2 pihak untuk menilai.

Sebuah perumpamaan seseorang dalam ruangan mengatakan " ruangan ini kosong/tiada ini dan tiada itu" tetapi ia masih berada dalam ruangan itu, lalu apakah benar2 ruangan itu kosong atau tidak ada apa2nya? hanya ketika tidak ada siapapun, maka lihatlah apakah benar2 kosong, tiada apa2? jika tidak ada siapa2 di ruangan itu maka tiada jejak dan konsep yg tertinggal entah itu kosong ataupun isi.

Smoga bermanfaat _/\_
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline Tan

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 510
  • Reputasi: 31
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1191 on: 01 June 2009, 11:24:40 AM »
GANDALF:

Lihat ini:

http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,5314.0.html

Akan menjawab kira2 75 %....


The Siddha Wanderer

TAN:

Benar. Artikel yang sangat bagus. Sebagai tambahan, sesudah kalau tidak salah tingkatan (bhumi) ke-7 atau 8 seorang Bodhisattva tidak akan mengalami kemunduran lagi dan terus akan naik menuju Kebuddhaan. Nah sampai pada tingkatan ini seorang bodhisattva akan menerima vyakarana bahwa ia akan mencapai Kebuddhaan di masa mendatang.

[Oya, saya lagi di Semarang. Apakah Anda berminat ketemuan? Saya senang sekali kalau bisa berdiskusi dengan anda bila kembali ke Surabaya. Mohon kirimkan sms atau e-mail via japri. Sebelumnya banyak terima kasih.]

Om Mani Padme Hum,

Tan
« Last Edit: 01 June 2009, 11:28:55 AM by Tan »

Offline Tan

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 510
  • Reputasi: 31
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1192 on: 01 June 2009, 11:28:12 AM »
at Bond:

Ya benar sekali. Itulah yang saya maksudkan. Buddha mengatakan bahwa dirinya tercerahi bukan karena ia "merasa" tercerahi; melainkan karena "Manusia ketika masih ada kilesa maka diperlukan konsep agar menjadi jelas. Bagaimana mungkin org yg terkungkung dengan kilesa lalu ditunjukan tanpa konsep...Yang ada adalah kebingungan kecuali ia memiliki kebijaksanaan yg cukup." (seperti yang Anda katakan). Jadi, karena itu tidak ada suatu "atta" yang "merasa" tercerahi.

Amiduofo,

Tan

Offline Tan

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 510
  • Reputasi: 31
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1193 on: 01 June 2009, 11:31:28 AM »
at Ryu:

Ya benar sekali. Seperti itulah belajar Dharma. Sudah sangat jelas sekali dalam kisah Zen di atas.

Amiduofo,

Tan

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1194 on: 01 June 2009, 11:47:39 AM »
at Bond:

Ya benar sekali. Itulah yang saya maksudkan. Buddha mengatakan bahwa dirinya tercerahi bukan karena ia "merasa" tercerahi; melainkan karena "Manusia ketika masih ada kilesa maka diperlukan konsep agar menjadi jelas. Bagaimana mungkin org yg terkungkung dengan kilesa lalu ditunjukan tanpa konsep...Yang ada adalah kebingungan kecuali ia memiliki kebijaksanaan yg cukup." (seperti yang Anda katakan). Jadi, karena itu tidak ada suatu "atta" yang "merasa" tercerahi.

Amiduofo,

Tan

Luar biasa, Sdr. Tan bahkan mengetahui apa yg dipikirkan Sang Buddha ketika mengatakan sesuatu. Komentar serupa ini sernig saya temui dalam kitab2 yg bersifat komentar, dan para komentator itu telah atau diyakini telah Arahat. mungkinkah Sdr. Tan juga? ini mungkin pertanyaan yg OOT, tapi kalau benar, maka celakalah, Sdr. Marcedes, Truth Lover, Upasaka, dan saya juga.

_/\_

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1195 on: 01 June 2009, 11:52:00 AM »
at Bond:

Ya benar sekali. Itulah yang saya maksudkan. Buddha mengatakan bahwa dirinya tercerahi bukan karena ia "merasa" tercerahi; melainkan karena "Manusia ketika masih ada kilesa maka diperlukan konsep agar menjadi jelas. Bagaimana mungkin org yg terkungkung dengan kilesa lalu ditunjukan tanpa konsep...Yang ada adalah kebingungan kecuali ia memiliki kebijaksanaan yg cukup." (seperti yang Anda katakan). Jadi, karena itu tidak ada suatu "atta" yang "merasa" tercerahi.

Amiduofo,

Tan

Luar biasa, Sdr. Tan bahkan mengetahui apa yg dipikirkan Sang Buddha ketika mengatakan sesuatu. Komentar serupa ini sernig saya temui dalam kitab2 yg bersifat komentar, dan para komentator itu telah atau diyakini telah Arahat. mungkinkah Sdr. Tan juga? ini mungkin pertanyaan yg OOT, tapi kalau benar, maka celakalah, Sdr. Marcedes, Truth Lover, Upasaka, dan saya juga.

_/\_

Jangan khawatir bro...
Arahatnya bisa merosot.......

 :|
yaa... gitu deh

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1196 on: 01 June 2009, 12:18:32 PM »
+ hendrako

Offline marcedes

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.528
  • Reputasi: 70
  • Gender: Male
  • May All Being Happinesssssssss
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1197 on: 01 June 2009, 12:38:35 PM »
MARCEDES:

saudara Tan yg bijak,
anda mengatakan bahwa, ketika seseorang yang tercerahkan begini dan begitu....
apakah anda sudah tercerahkan? jadi tahu persis....
kalau anda merasa belum tercerahkan, saya ingin tahu dasar apa anda mengatakan statment berikut?
"Padahal seseorang yang telah mencapai pencerahan tidak akan merasa bahwa dirinya telah mencapai pencerahan."

saya setuju dengan pandangan saudara indra, terkait benar tidaknya...adakah rujukan tentang itu?
karena,Luanta Mahaboowa juga mengeluarkan statment mengenai pencapaian arahat-nya.
apakah beliau itu belum tercerahkan?mohon petunjuknya saudara Tan.

TAN:

Apa yang saya ungkapkan itu dari penelaahan Sutra-sutra beserta doktrin Mahayana. Sumber sutranya sudah saya kutipkan di atas yaitu Sutra Hati. Saya kira sudah cukup jelas. Hmmm jadi Anda setuju ungkapan saya bahwa "anda mengatakan bahwa, ketika seseorang yang tercerahkan begini dan begitu...." Lalu bagaimana dengan posting2 rekan-rekan non Mahayanis yang dengan yakin menyatakan bahwa:

1)Tidak ada apa2 setelah parinirvana, karena pancaskandha sudah padam - ini nihilisme
2)Buddha merasa yakin bahwa dirinya telah mencapai pencerahan

Apakah mereka juga sudah tercerahi?
Mengenai pencerahan Luanta Mahaboowa saya tidak mau komentar apa2.
Dia adalah guru dari aliran non Mahayana dan selain itu saya tidak kenal Beliau. Bukan kapasitas saya untuk mengomentarinya.

Om Mani Padme Hum,

Tan
saudara Tan, ketika berbicara bahwa setelah parinibbana panca-kandha padam itu ada dalam rujukan sutta.
dan sutta pali tidak ada yang berlawanan arah....
dan jelas sekali bahwa ketika Gotama lahir, yang dikatakannya menjadi jelas !!!
"inilah kelahiran-ku yang terakhir"

sedangkan dalam sutra mahayana dikatakan Gotama telah mencapai penerangan sempurna jauh sebelum kalpa ini.
jadi ketika buddha lahir berkata "inilah kelahiran-ku yang terakhir"
terus lahir dan berkata lagi "inilah kelahiran-ku yang terakhir"
itu apa?
mana akhir nya?

seperti yang di tuliskan saudara indra.
karena kalau ada dua statement yang saling berlawanan, tidak mungkin dua2nya benar
Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!

Offline marcedes

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.528
  • Reputasi: 70
  • Gender: Male
  • May All Being Happinesssssssss
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1198 on: 01 June 2009, 12:45:43 PM »
Tambahan lagi untuk sdr. Upasaka:

Penjelasan tentang Bodhisattva Avalokitesvara itu sangat panjang dan akan membutuhkan thread yang sangat panjang. Saya harus bongkar beberapa Sutra dan risalah. Lagian juga percuma. Saya merasa rekan2 non Mahayanis sulit menerimanya dan akan menimbulkan perdebatan tanpa akhir. Tetapi saya hanya dapat menjanjikan bila kita dan rekan-rekan lain bisa bertatap muka, maka kita dapat mengulas masalah ini dengan lebih santai. Saya dalam bulan Juli ini memang ada rencana ke Jakarta, sekalian ingin belanja buku bekas di Pasar Senen untuk bahan buku saya. Semoga kita ada kesempatan untuk bertemu, sekalian untuk membina persahabatan yang lebih erat. Bagaimanapun juga berdiskusi langsung lebih enak daripada lewat tulisan.

Amiduofo,

Tan
dana tulisan disini saja saudara Tan, bisa di lihat semua member...^^
Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!

Offline Tan

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 510
  • Reputasi: 31
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1199 on: 01 June 2009, 01:52:07 PM »
INDRA:

Luar biasa, Sdr. Tan bahkan mengetahui apa yg dipikirkan Sang Buddha ketika mengatakan sesuatu. Komentar serupa ini sernig saya temui dalam kitab2 yg bersifat komentar, dan para komentator itu telah atau diyakini telah Arahat. mungkinkah Sdr. Tan juga? ini mungkin pertanyaan yg OOT, tapi kalau benar, maka celakalah, Sdr. Marcedes, Truth Lover, Upasaka, dan saya juga.

TAN:

Pertanyaannya sangat mudah dibalik. Bagaimana mungkin Anda yakin bahwa Buddha "merasa" tercerahi? Mungkin dijawab dari Sutta2. Tetapi pada kenyataannya Sutta2 hanyalah sebuah tulisan. Bagaimana Anda yakin bahwa Buddha "benar2" merasa tercerahi? Apakah Anda telah mencapai kearahatan juga.
Bila iya wah bahaya besar nih. Hehehehe.... Atau mungkin keyakinan Anda dari "iman"? Tapi kalau sudah ngomong "iman" pasti akan ditentang habis2an oleh umat Buddha yang lain hahahaha.
Meskipun OOT tetap akan saya jawab: Bukan saya mengetahui apa yang dipikirkan Sang Buddha, tetapi berdasarkan Sutra-Sutra Buddhis dan logika. Saya akan tanyakan kembali, bila benar bahwa Buddha "merasa" tercerahi, maka "SIAPA" yang tercerahi itu? Jika benar bahwa "atta" sudah padam, lalu apakah yang tercerahi? Bila Sang Buddha masih merasa bahwa ada "atta" yang tercerahi maka nibbanna sebagai "penghancuran" atta adalah omong kosong belaka.
Dengan tegas saya katakan, bahwa kalau Buddha masih merasa "dirinya" mencapai pencerahan, maka penjelasan rekan-rekan non Mahayanis akan kontradiktif, khususnya pernyataan bahwa dengan nibanna seluruh pancaskandha yang mengkondisikan atta sudah "padam." Mohon maaf pula, saya  terpaksa menyatakan bahwa ajaran tersebut adalah ADHARMIK dan tentunya tidak saya terima.
Kalau rekan-rekan non Mahayana masih belum paham juga, mungkin pertanyaan saya ini bisa membantu membuka wawasan: "Kalau Sang Buddha benar-benar "merasa" bahwa dirinya mencapai pencerahan, maka elemen apakah yang merasakannya?" Apakah elemen ini juga terbentuk dari samjna, vijnana, dll atau bukan?
Semoga kali ini cukup jelas, sehingga saya tidak perlu mengulangi terus menerus dan selain itu, tidak memboroskan tempat dan waktu. Selanjutnya saya ucapkan banyak2 terima kasih atas pengertiannya.

Om Svabhava Suddha Sarva Dharma Svabhava Suddho Ham,

Tan

 

anything