//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...  (Read 663580 times)

0 Members and 8 Guests are viewing this topic.

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #690 on: 20 April 2009, 09:04:11 PM »
^
^
^
Kelihatannya, pindah karena sudah tidak cocok, bukan lebih jelek. ;D
yaa... gitu deh

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #691 on: 20 April 2009, 10:38:41 PM »
^
^
^
semoga tidak menimbulkan kebencian setelah pindah aliran

trus menjelek-jelekan aliran sebelum-nya
berarti kalau gitu, sudah mencapai kemajuan yang cukup berarti :P
Apa ada nada kebencian dalam post saya?
Sebelumnya saya hanya tahu nianfo tanpa mengerti arti dan tujuan bacanya hanya baca saja, tanpa mengetahui dhamma sama sekali, bahkan di vihara hanya kebaktian saja, makanya aye pindah aliran ke aliran D :D

Tambahan, Mungkin otak aye blom sanggup mmahami mahayana kali makanya kaga ngerti2 :)
« Last Edit: 20 April 2009, 10:43:50 PM by ryu »
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #692 on: 20 April 2009, 10:47:32 PM »
Quote from: sobat-dharma
Dari awal saya juga sudah mengatakan bahwa jalan dengan mengandalkan diri sah-sah saja dalam praktik, namun pada satu titik ego-diri harus ditanggalkan untuk merealisasi nirvana. Begitu juga dengan cara memohon bantuan “yang lain” tidak berbeda dengan mengandalkan diri sendiri, karena pada satu titik harus menyadari bahwa “tidak ada yang dibantu ataupun yang membantu.”  Tapi anda tidak paham juga... jadinya saya berkata bahwa diri itu pada hakikatnya adalah pancakandha, maka mengandalkannya tidak akan membantu seseorang merealisasi nirvana.
Lantas anda mengatakan kalau saya menyelewengkan maksud yang kamu katakan dengan bersikeras dengan analogi makan dan kenyang ini. Saya lalu menolak bahwa analogi tersebut tidak tepat untuk Nirvana. Penolakan saya jelas maksudnya, karena bagaimanapun yang saya maksudkan dari awal adalah bahwa nirvana adalah pelepasan dan penyadaran akan diri sebagai sesuatu yang kekal. Sedangkan kenyang berkaitan dengan sensai subjektif aku. So..?

OK. :) Lalu bagaimana dengan konsep menolong makhluk lain di Aliran Mahayana? Sejauh apakah pertolongan yang dapat diberikan...?

Mengenai analogi itu, sudah berkali-kali saya katakan bahwa contoh itu hanya berjalan di koridor "cara pencapaian". Jadi Anda tidak perlu mencari-cari ketidakselarasan analogi itu dengan hakikat Nirvana. Kalau Anda menganggap analogi saya itu sungguh amat sangat tidak tepat sekali, silakan Anda kemukakan analogi yang paling tepat untuk mendekripsikan perealisasian Nirvana.


Quote from: sobat-dharma
Maksudku isi pertimbangannya... Bukan pertimbangan itu sendiri.

Saya menganalisa sesuatu dengan tingkat intelejensial, pengalaman dan cara pandang saya. Setelah itu, saya akan mencoba membuktikannya. Jadi saya tidak akan menelan doktrin bulat-bulat, untuk kelak kemudian baru saya buktikan. Saya percaya pada apa yang sudah terbukti kebenarannya, dan berusaha untuk mencari fakta dari sesuatu yang belum terbukti kebenarannya.

Menurut Anda sendiri, akal sehat dan logika tidak perlu menjadi panduan awal bukan?
Kalau begitu apakah Anda mau minum Baygon, untuk membuktikan bahwa Baygon itu bisa membunuh kita atau tidak?


Quote from: sobat-dharma
Hanya saja nada anda bertanya tentang Iman mengingatkan saya pada para gembala... Biasanya hanya para teolog yang melawankan akal sehat dengan iman  Sori kalo membuat diskusi menjadi agak keluar dari topik
Kalau panduan awal bukan kah sudah kujawab, kalau untuk urusan realisasi nirvana tentunya Buddha Dharma panduannya. Kalau berdagang, tentu panduannya untung dan rugi, kalau berdebat tentu panduannya retorika, kalau berteman tentu panduannya perasaan dan kasih sayang, kalau sedang melukis panduannya estetika dll. Nggak ada panduan yang seragam bro. Apalagi satu panduang untuk segalanya... Jika ada yang meyakini adanya satu panduan untuk segalanya, wah serem bro...

Kalau panduan awal untuk menerima Buddha-Dharma apa...? Imin...? ;D


Quote from: sobat-dharma
Nggak ada yang bener bro... Itulah kehidupan, nggak ada yang bisa pake satu ukuran.

Hmmm... Begitu yah, bro. Buddha-Dharma juga tidak benar dong...?

Anda mengatakan bahwa akal sehat dan logika tidak bisa dipercaya sebagai panduang awal. Pun Anda mengatakan bahwa dalam mengkaji sesuatu, kita harus memakai berbagai variasi ukuran sebagai bahan perhitungan. Jadi ketika bertemu suatu hal yang kompleks, untuk menganalisanya kita harus mencampur-adukkan ukuran-ukuran itu yah...?


Quote from: sobat-dharma
Kalau tidak merealisasi nirvana untuk apa?

Jadi menurut Anda, Nirvana adalah hasil...?


Quote from: sobat-dharma
Mana aku tahu... Aku bukan Arahat, Boddhisattva, apalagi Buddha yang Sempurna.... :) Kedengarannya nggak asing ya bro :)) Dalam diskusi soal seperti jawabanku sudah paten bro

:) Kedengarannya klise, bro...
Tapi yang saya tanyakan adalah pandangan dari Aliran Mahayana.


Quote from: sobat-dharma
Ya...iya dong bro. Kalau saat ini tumpukan paramita dari kehidupan masa lampau sudah mencukupi, ya bisa saya merealisasi pembebasan. Tapi siapa yang tahu apakah saya saat ini saya sudah layak atau belum... jadi ya saya berusaha sekeras semangat saja.. Lalu apa bedanya?

Bedanya...

- Konsep di Aliran Theravada, seseorang bisa merealisasi Nibbana (Pembebasan Mutlak) di kehidupan kali ini juga - meskipun 'hanya' sebagai Savaka Buddha.
- Konsep di Aliran Mahayana, seseorang baru bisa merealisasi Nirvana (Pembebasan Mutlak) di kehidupan ini - yakni ketika menjadi Samyaksambuddha.

Berhubung Buddha Sasana masih eksis sampai detik ini, saya punya kabar buruk bagi Anda...
"Anda belum bisa merealisasi Nirvana, karena Anda tidak mungkin menjadi Samyaksambuddha di kehidupan ini."


Quote from: sobat-dharma
Wah... prasangka ini namanya bro :))

Saya berprasangka demikian pun karena saya menanggapi prasangka dari Umat Mahayanis kepada Umat Theravadin...

Umat Mahayanis berprasangka bahwa :
- Umat Mahayanis mengutamakan semua makhluk
- Umat Theravadin lebih mengutamakan diri sendiri

Saya rasa Anda tahu bagaimana wujud aplikasi Umat Mahayanis yang dikatakan mengutamakan semua makhluk itu. Yaitu dengan bertekad untuk menolong semua makhluk terlepas dari penderitaan, baru kemudian turut memasuki Mahaparinirvana. Berangkat dari prasangka inilah maka saya berprasangka bahwa konsep Aliran Mahayana adalah membentuk pola pikir untuk perencanaan di masa depan. Masa kini hanya dijadikan batu loncatan semata, bukan prioritas awal.


Quote from: sobat-dharma
Wah bro saya nggak ingat lagi, yang mana asli yang mana tidak....  Tapi kelanjutannya adalah hakikat semua makhluk hidup adalah  Buddha di dalam dirinya.  Terserah deh, kalau mau disebut sebagai pengaruh Hindu atau apapun itu... Saat ini saya sedang tidak berminat mendiskusikan hal seperti itu.

Di postingan sebelumnya Anda mengatakan bahwa "diri sendiri", "orang lain" dan "alam sekitar" pada hakikatnya adalah satu. Pada postingan di atas, Anda menyatakan bahwa hakikat semua makhluk hidup adalah Buddha di dalam dirinya. Lalu di mana "alam sekitar" gerangan...?

Meski Anda membawa arah pembicaraan sampai mengenai sifat kebuddhaan di setiap makhluk, tetap saja Anda belum bisa mengingkari pernyataan saya dahulu; "bahwa merugikan diri sendiri, meski untuk menolong orang lain, adalah kurang bijaksana".

Apakah Anda tega melukai seorang Buddha untuk menolong Buddha yang lain...? ;D


Quote from: sobat-dharma
Itukan perspektif anda bro...(sekali lagi koq agak mirip perspektif sang gembala ya?)  Tidak ada yang jadi tumbal ataupun yang mengorbankan di sini, karena  dikotomi “aku dan orang” sebagai sesuatu yang berbeda hanyalah muncul dalam pikiran yang masih tercemar. Oleh karena itu hal demikian tidak berlaku untuk Jalan Bodhisattva.

Saya paham mengenai konsep Mahayana yang memegang doktrin anatta. Maksud saya, yang disebut sebagai "aku" (diri sendiri) adalah Bodhisattva yang bersangkutan. Dan yang disebut sebagai "dia" / "mereka" (orang lain) adalah makhluk lain yang ditolong oleh Bodhisattva. Bukankah seorang Bodhisattva rela mengorbankan nyawanya sendiri (baca : tumbal) untuk menolong semua makhluk...?

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #693 on: 21 April 2009, 09:24:46 AM »
tidak, tapi berusaha menyadarkan mereka.
jika kita membiarkan orang itu, tanpa berusaha untuk menyadarkan mereka
maka mereka akan mati terbakar.

saya bisa saja langsung lari keluar menuju pintu yang sempit itu (jelas tahu, kan, siapa yang bisa berbuat demikian :P)

Ya, berarti konsepnya tetap bisa "membawa anak kecil keluar dari pintu sempit", bukan?
Anak kecil itu berarti orang yang "belum tahu". Rumah terbakar berarti dunia dengan segala penderitaan, berarti selamat dari rumah terbakar adalah nirvana.

Jadi pertanyaan baru: Menurut Mahayana, memangnya bisa orang mencapai Nirvana (keluar dari rumah terbakar) tanpa pengertian (anak kecil tidak tahu apa-apa) hanya dengan ikut suatu tata cara/ritual (disuruh A, yah lakukan A, walaupun ga ngerti maknanya)?


Lalu ada yang bikin penasaran dalam perumpamaan ini. Dikatakan bahwa konsep Mahayana berbeda dengan Hinayana di mana Mahayana tidak akan mencapai nirvana sebelum semua mahluk selamat. Dalam perumpamaan itu, kok sudah ada yang di luar rumah? Apakah yang pertama kali keluar memberi petunjuk itu seorang Hinayana?


Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #694 on: 21 April 2009, 09:35:20 AM »
Meski Anda membawa arah pembicaraan sampai mengenai sifat kebuddhaan di setiap makhluk, tetap saja Anda belum bisa mengingkari pernyataan saya dahulu; "bahwa merugikan diri sendiri, meski untuk menolong orang lain, adalah kurang bijaksana".

Apakah Anda tega melukai seorang Buddha untuk menolong Buddha yang lain...? ;D

Saya jadi bertanya-tanya, seandainya ada Bodhisatva (Mahayana) diancam oleh orang jahat untuk "bunuh Buddha atau ada 1 juta orang lain yang akan dibunuh", kira-kira bagaimana yah?

Kalau Buddhanya tidak dibunuh, egois sekali. Kok 1 orang lebih diutamakan daripada 1 juta orang. Tidak sesuai dengan semangat "anti-egois (Hinayana)". Lagipula ini 'kan "pembunuhan yang dibenarkan", demi hidup 1 juta orang. ;D


Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #695 on: 21 April 2009, 09:48:24 AM »
Iya jadi hampir sama konsepnya dengan Juru slamat, asal mengikuti kata2 dan percaya apa yang dikatankan juru slamat maka akan selamat :D
Ya, seperti anak kecil ujian matematika, dapat SMS ajaib dari "luar", ga pakai jalan, langsung isi hasil akhir yang betul semua lalu naik kelas.

Aneh juga sekolahan di mana anak seperti itu bisa naik kelas.


^
^
makin tajam saja... setajam silet...
Kalo ama Pedangnya Muramasa, lebih tajam mana? ;D

Offline naviscope

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.084
  • Reputasi: 48
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #696 on: 21 April 2009, 10:19:53 AM »


Lalu ada yang bikin penasaran dalam perumpamaan ini. Dikatakan bahwa konsep Mahayana berbeda dengan Hinayana di mana Mahayana tidak akan mencapai nirvana sebelum semua mahluk selamat. Dalam perumpamaan itu, kok sudah ada yang di luar rumah? Apakah yang pertama kali keluar memberi petunjuk itu seorang Hinayana?



Apakah yang pertama kali keluar memberi petunjuk itu seorang Hinayana?  << yang pertama keluar itu emang seorang hinayana, tapi apakah seorang hinayana yang setelah keluar dari pintu tersebut akan masuk kembali untuk mengingatkan anak2 yang sedang asik ato lengah dengan kesenangan dunia?
saya rasa tidak,...
seorang hinayana, akan melihat rumah itu terbakar dengan anak2 didalam-nya...

kalau untuk menyadarkan anak2 yang sedang asik ato lengah, kita mengalihkan perhatian anak itu dengan cara yang modern, tidak kaku ato kuno...
bukan nya menyadarkan anak2 yg sedang asik dengan kotbah yang aneh2, seperti bla bla bla, orang itu tidak akan mengerti.

seorang hinayana, lebih mengarah ke sepritual, tapi melupakan ada tugas sosial.
apakah metta dan karuna seorang hinayana sudah tumpul kah?
« Last Edit: 21 April 2009, 10:21:30 AM by naviscope »
Tinggalkan masa lalu, lepaskan beban akan masa depan, tidak terikat dengan yang sekarang maka kamu akan merasakan kedamain batin.

Leave the past alone, do not worry about the future, do not cling to the present and you will achieve calm.

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #697 on: 21 April 2009, 11:05:09 AM »
Apakah yang pertama kali keluar memberi petunjuk itu seorang Hinayana?  << yang pertama keluar itu emang seorang hinayana, tapi apakah seorang hinayana yang setelah keluar dari pintu tersebut akan masuk kembali untuk mengingatkan anak2 yang sedang asik ato lengah dengan kesenangan dunia?
saya rasa tidak,...
seorang hinayana, akan melihat rumah itu terbakar dengan anak2 didalam-nya...
Nah, semakin menarik. Jadi antara Samsara dan Nirvana, bisa keluar masuk dengan bebas.


Quote
kalau untuk menyadarkan anak2 yang sedang asik ato lengah, kita mengalihkan perhatian anak itu dengan cara yang modern, tidak kaku ato kuno...
bukan nya menyadarkan anak2 yg sedang asik dengan kotbah yang aneh2, seperti bla bla bla, orang itu tidak akan mengerti.

seorang hinayana, lebih mengarah ke sepritual, tapi melupakan ada tugas sosial.
apakah metta dan karuna seorang hinayana sudah tumpul kah?
Kalau memang begitu hebatnya (bisa bolak-balik Nirvana-Samsara) dan begitu "tajam"-nya metta-karuna Mahayana, sekarang ini kok ga ada Buddha di "rumah terbakar" yah? Atau bolak-balik Sang Mahayana ini anter jemput orang-orang dari Samsara-Nirvana perlu waktu (seperti mikrolet gitu, tunggu 1 rit, baru ada lagi) atau gimana?


Offline naviscope

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.084
  • Reputasi: 48
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #698 on: 21 April 2009, 11:11:20 AM »
^
^
^
wakakaka...

angkot kale tunggu 1 rit
empat sama enam kale
ayo digeser dulu mbak, yang kiri 4, yang kanan 6.... :P
Tinggalkan masa lalu, lepaskan beban akan masa depan, tidak terikat dengan yang sekarang maka kamu akan merasakan kedamain batin.

Leave the past alone, do not worry about the future, do not cling to the present and you will achieve calm.

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #699 on: 21 April 2009, 11:16:30 AM »


Lalu ada yang bikin penasaran dalam perumpamaan ini. Dikatakan bahwa konsep Mahayana berbeda dengan Hinayana di mana Mahayana tidak akan mencapai nirvana sebelum semua mahluk selamat. Dalam perumpamaan itu, kok sudah ada yang di luar rumah? Apakah yang pertama kali keluar memberi petunjuk itu seorang Hinayana?



Apakah yang pertama kali keluar memberi petunjuk itu seorang Hinayana?  << yang pertama keluar itu emang seorang hinayana, tapi apakah seorang hinayana yang setelah keluar dari pintu tersebut akan masuk kembali untuk mengingatkan anak2 yang sedang asik ato lengah dengan kesenangan dunia?
saya rasa tidak,...
seorang hinayana, akan melihat rumah itu terbakar dengan anak2 didalam-nya...

kalau untuk menyadarkan anak2 yang sedang asik ato lengah, kita mengalihkan perhatian anak itu dengan cara yang modern, tidak kaku ato kuno...
bukan nya menyadarkan anak2 yg sedang asik dengan kotbah yang aneh2, seperti bla bla bla, orang itu tidak akan mengerti.

seorang hinayana, lebih mengarah ke sepritual, tapi melupakan ada tugas sosial.
apakah metta dan karuna seorang hinayana sudah tumpul kah?

seorang savaka hinayana pasti mengulurkan tangan membantu apabila ada makhluk yang ingin berubah. Yang tidak bisa dilakukan adalah terhadap makhluk yang tidak mau ditolong sendiri, karena memang sifat alamiahnya adalah pada dasarnya setiap orang harus bisa membantu dirinya sendiri dulu (dalam pengertian harus bersedia di tolong, dengan demikian telah memberikan kesempatan bagi orang yang mau menolong bisa menolongnya). Karena kalau dalam konteks sang korban sendiri tidak mau ditolong, maka sekuat apapun sang penolong, walaupun kadang bisa menolong dalam jangka waktu sementara, pada akhirnya akan terjerumus lagi.
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline naviscope

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.084
  • Reputasi: 48
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #700 on: 21 April 2009, 11:22:10 AM »
^
^
^
savaka hinayana bisa menolong
koq perasaan, hinayana jadi setengah mahayana ya?
or it's just my feeling?

dengan cara apa ditolong dengan cara kontek2 dengan nya handy talkie ato bisikan dalam mimpi? koq jd mirip2 boddhisattva ya  :-?

jgn2 campur2 nech, ga bole dicampur2
loe kira nasi campur... hehehe...
« Last Edit: 21 April 2009, 11:24:48 AM by naviscope »
Tinggalkan masa lalu, lepaskan beban akan masa depan, tidak terikat dengan yang sekarang maka kamu akan merasakan kedamain batin.

Leave the past alone, do not worry about the future, do not cling to the present and you will achieve calm.

Offline F.T

  • Sebelumnya: Felix Thioris, MarFel, Ocean Heart
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 7.134
  • Reputasi: 205
  • Gender: Male
  • • Save the Children & Join with - Kasih Dharma Peduli • We Care About Their Future • There Are Our Next Generation.
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #701 on: 21 April 2009, 11:26:46 AM »
Jadi teringat contoh kecil: pada saat naik pesawat, pramugari selalu memberikan petunjuk yang rutin di lakukan untuk penyelamatan. Nah apakah yang biasa naik pesawat, ingat pada saat pramugari memberikan pengarahan tali oksigen yang jika pesawat terjadi kekurangan oksigen maka tali oksigen akan turun secara otomatis, tarik talinya dan bernafaslah secara normal, kemudian Kepada orang tua yang membawa anak, harap memakai dahulu tali oksigen tsb. kemudian memakaikan kepada anaknya.

Namanya bukan tali oksigen yah, lupa namanya. Tp yah gt maksudne :P
« Last Edit: 21 April 2009, 11:35:59 AM by Felix Thioris »


Save the Children & Join With :
Kasih Dharma Peduli ~ Anak Asuh
May all Beings Be Happy


Contact Info : Kasihdharmapeduli [at] yahoo.com

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #702 on: 21 April 2009, 11:30:05 AM »
^
^
^
savaka hinayana bisa menolong
koq perasaan, hinayana jadi setengah mahayana ya?
or it's just my feeling?

dengan cara apa ditolong dengan cara kontek2 dengan nya handy talkie ato bisikan dalam mimpi? koq jd mirip2 boddhisattva ya  :-?

jgn2 campur2 nech, ga bole dicampur2
loe kira nasi campur... hehehe...

Kalau menurut Mahayana, memang definisinya Sravaka Hinayana itu seperti apa? Kemampuannya gimana? Apa cuma seperti orang dungu yang ga bisa apa-apa?


Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #703 on: 21 April 2009, 11:37:33 AM »
Jadi teringat contoh kecil: pada saat naik pesawat, pramugari selalu memberikan petunjuk yang rutin di lakukan untuk penyelamatan. Nah apakah yang biasa naik pesawat, ingat pada saat pramugari memberikan pengarahan tali oksigen yang jika pesawat terjadi kekurangan oksigen maka tali oksigen akan turun secara otomatis, tarik talinya dan bernafaslah secara normal, kemudian Kepada orang tua yang membawa anak, harap memakai dahulu tali oksigen tsb. kemudian memakaikan kepada anaknya.

Namanya bukan tali oksigen yah, lupa namanya. Tp yah gt maksudne :P

Yang bikin petunjuk itu pasti "terkontaminasi" Hinayana. ;D


Offline naviscope

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.084
  • Reputasi: 48
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #704 on: 21 April 2009, 11:50:18 AM »
Kalau menurut Mahayana, memang definisinya Sravaka Hinayana itu seperti apa? Kemampuannya gimana? Apa cuma seperti orang dungu yang ga bisa apa-apa?

^
^
^
hanya bingung saja, koq jadi in-konsisten?
sebentar bilang ga bole tolong, sebentar bilang mo tolong
koq jadi setengah-tengah?

Jadi teringat contoh kecil: pada saat naik pesawat, pramugari selalu memberikan petunjuk yang rutin di lakukan untuk penyelamatan. Nah apakah yang biasa naik pesawat, ingat pada saat pramugari memberikan pengarahan tali oksigen yang jika pesawat terjadi kekurangan oksigen maka tali oksigen akan turun secara otomatis, tarik talinya dan bernafaslah secara normal, kemudian Kepada orang tua yang membawa anak, harap memakai dahulu tali oksigen tsb. kemudian memakaikan kepada anaknya.

Namanya bukan tali oksigen yah, lupa namanya. Tp yah gt maksudne :P

Yang bikin petunjuk itu pasti "terkontaminasi" Hinayana. ;D



kalau sudah terkontaminasi hinayana, yg tuir2 pasti akan pasang selang oksigen trus lari keluar secepat mungkin.
trus yang masi kecil, anak2 dibiarkan begitu saja.... :P

kalau hinayana, mo menolong orang, syaratnya kan di harus mencapai nirvana dulu
eh, kalau sudah capai nirvana, emang masi boleh menolong orang lain, tidak bole kale...

kecuali dia mo keluar dari nirvana lagi dan melanjut kan ke jalur mahayana?  :-?
tapi kan hinayana tidak ada tuh yang namanya sistem keluar dari nirvana, hmmm....
aye jd bingung, sungguh bingung  :whistle:


« Last Edit: 21 April 2009, 11:56:30 AM by naviscope »
Tinggalkan masa lalu, lepaskan beban akan masa depan, tidak terikat dengan yang sekarang maka kamu akan merasakan kedamain batin.

Leave the past alone, do not worry about the future, do not cling to the present and you will achieve calm.

 

anything