//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Dhamma Entertainment  (Read 20426 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Rina Hong

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.255
  • Reputasi: -2
  • Gender: Female
Re: Dhamma Entertainment
« Reply #45 on: 09 May 2008, 03:47:46 PM »
Jalan keluar adalah mulai menggiatkan pengertian Dhamma dalam setiap ceramah dan aku berpikir kita mulai membicarakan Sila Vinaya, maka lama-lama uamt akan mengerti dan mereduce kegiatan ini.

yu..yup..Rina setuju, dengan dimulai dari diri sendiri, menjadi ke lingkungan dan lingkungan menjadi ke negara dan negara menjadi ke seluruh dunia, jika kita inginkan perubahan maka harus mulai dari diri sendiri [teladan diri]

 _/\_
The four Reliances
1st,rely on the spirit and meaning of the teachings, not on the words;
2nd,rely on the teachings, not on the personality of the teacher;
3rd,rely on real wisdom, not superficial interpretation;
And 4th,rely on the essence of your pure Wisdom Mind, not on judgmental perceptions

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Re: Dhamma Entertainment
« Reply #46 on: 09 May 2008, 04:10:14 PM »
:D aku pernah ikut baca Paritta yang diiringi keyboard langsung serasa kebaktian di gereja. Viharanya dulu di Sunter sekarang pindah ke Pluit. aje gile pas aku jadi dayaka Bhante diundang kesana. Bhantenya shock, pas pulang dibilang,jangan ditiru ya... :whistle:


 :))

Jadi ingat lagi nih,

Pas waktu itu ada mengundang Bhante dari luar kota...
Pemimpin kebaktian kemudian berkata "Marilah kita nyanyikan mars Vihara...."
Umat serentak berdiri, dan dengan diiringi keyboard (irama/tempo disco) seluruh umat, romo ramani mulai menyanyikan mars vihara, dengan penuh semangat <---- persis banget nuansa kristiani nya.

aku ingat wajah Bhante yg datang itu:
Beliau tercengang, tapi diam aja... mukanya kelihatan kaku sekali.

::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Dhamma Entertainment
« Reply #47 on: 09 May 2008, 04:42:12 PM »
cetera_zhang,

Quote
...mudah2an bro bisa menerima maaf saya.(mumpung mo waisakan neh hehehe) bolehkah?walo berbeda pendapat,tetap kan bisa bersahabat?

waduh, masa' maaf2an pake "mumpung mo Waisak" sih?  ;D
Beda pendapat itu memang wajar. Kamu tidak salah ketika menyanggah, tetapi lain kali kalo sudah bikin statement 'heboh', harus kasih penjelasan juga, jangan kemudian "dilempar" ke "yang berkompeten".



nyanadhana & willibordus,

Menurut kalian, mengapa upacara ini tidak cocok dengan menggunakan instrumen keyboard, tari2an dan lain sebagainya yang telah disebutkan? Apa dasarnya ini dikatakan tidak cocok dengan dhamma?

Offline nyanadhana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.903
  • Reputasi: 77
  • Gender: Male
  • Kebenaran melampaui batas persepsi agama...
Re: Dhamma Entertainment
« Reply #48 on: 09 May 2008, 04:53:10 PM »
Menurut kalian, mengapa upacara ini tidak cocok dengan menggunakan instrumen keyboard, tari2an dan lain sebagainya yang telah disebutkan? Apa dasarnya ini dikatakan tidak cocok dengan dhamma?

saya balik bertanya apakah ini membawa kebijaksanaan? apakah ini membawa pencerahan? apakah ini membawa pengertian Dhamma lebih mendalam ? atau hanya sekedar pemuasan batin?

Saya pikir Sang Buddha menggariskan Sila Vinaya sampai pada perihal Entertainment sudah tentu jelas memiliki kebijaksanaan agar kita tidak terjerat oleh indahnya alunan musik yang membuat pikiran melamun, atau tarian eksotis yang membuat pikiran melayang jauh dan segala macam tetek bengek upacara yang dikemas dengans edemikian rupa sehingga membuat kita lupa akan Sila,Samadhi,Panna

Dalam Entertainment ada kesenangan batin, sedangkan kita diharapkan melihat sisi Dukkha, belum lagi tertawa terbahak-bahak yang akhirnya lupa diri dan menggosip(musavada), hal itu ada talian berantai. Hal ini bahkan dimaksudkan untuk lagu-lagu Buddhist, orang mengira lagu Buddhist itu sacred,suci, padahal dia adalah produk duniawi yang hanya memuaskan nafsu sesaat.

Dimana Praktek Sila,Samadhi,Panna untuk mengikis Lobha,Dosa,Moha?
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one’s own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Re: Dhamma Entertainment
« Reply #49 on: 09 May 2008, 05:11:46 PM »

nyanadhana & willibordus,

Menurut kalian, mengapa upacara ini tidak cocok dengan menggunakan instrumen keyboard, tari2an dan lain sebagainya yang telah disebutkan? Apa dasarnya ini dikatakan tidak cocok dengan dhamma?


Kebaktian di Vihara bertujuan untuk mengingatkan kembali pada ajaran Sang Buddha.

Seyogyanya detik2 kebaktian diisi dengan suasana khidmat yg akan mengantar pikiran kita ke suasana konsentrasi, tenang sehingga dapat menyerap Dhamma yg akan dibabarkan dengan baik.

Apa yg terjadi jika suasana tersebut diisi keyboard dengan rithm disco, lagu2 gegap gempita?
Pikiran akan terbawa suasana semangat, jantung berdetak lebih kencang alih2 mendapatkan ketenangan dan suasana yg khusyuk.

Harap dicatat, bahwa agama tetangga menekankan pada pemujaan tuhan. Tuhan mereka yg senang dipuja. Jadi wajar saja mereka menyanyi dengan penuh gempita.

Dan, seperti yg telah dijelaskan oleh Bro Nyanadhana diatas, kegiatan entertainment (musik, lagu dan tari2an) termasuk kenikmatan indera, dan ajaran Buddha menganjurkan kita untuk mengekang hal2 yg berhubungan dengan pemanjaan indera ini. Dalam melaksanakan athasila, hal tsb juga dilarang. Apakah hal tsb sangat penting sehingga kita perlu menambahkannya dalam kebaktian?

Juga, di kebaktian, jika ada Bhante yg akan memberi ceramah, seyogyanya kita menjauhkan hal2 yg berpotensi menimbulkan pelanggaran vinaya bagi beliau. Apakah kita tidak risih menampilkan tari2an gadis2 dengan pakaian begitu didepan para Bhante?

Demikian pemikiran saya

::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline Suchamda

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 556
  • Reputasi: 14
Re: Dhamma Entertainment
« Reply #50 on: 09 May 2008, 05:23:02 PM »
Saya rasa cukup jelas pendapat dari rekan2 Nyanadhana, Kanyn, dan Willibordus bila ditinjau dari sudut pandang pemahaman Theravada tentang Dharma.

Selanjutnya, apakah ada pendapat dari rekan-rekan Mahayana, Tantrayana, dsb? Bagaimanakah menurut pemahaman kalian tentang event Dharma yang dikemas bersama/dalam bentuk entertainment?

Ada baiknya kita mendengar pendapat yang berbeda-beda supaya semakin kaya wacana.
"We don't use the Pali Canon as a basis for orthodoxy, we use the Pali Canon to investigate our experience." -- Ajahn Sumedho

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Dhamma Entertainment
« Reply #51 on: 09 May 2008, 05:28:38 PM »
nyanadhana,

Quote
saya balik bertanya apakah ini membawa kebijaksanaan? apakah ini membawa pencerahan? apakah ini membawa pengertian Dhamma lebih mendalam ? atau hanya sekedar pemuasan batin?

Apa definisi kebijaksanaan menurut Dhamma? Bagaimana mekanisme pemikiran anda mengatakan bahwa itu bukanlah jalan pada kebijaksanaan?


Quote
Saya pikir Sang Buddha menggariskan Sila Vinaya sampai pada perihal Entertainment sudah tentu jelas memiliki kebijaksanaan agar kita tidak terjerat...

Boleh sekalian dikutip referensi dan penjelasannya, supaya bisa ditunjukkan pada orang lain?


Quote
Dalam Entertainment ada kesenangan batin...
Mungkin maksudnya kesenangan indriah?


Quote
Hal ini bahkan dimaksudkan untuk lagu-lagu Buddhist, orang mengira lagu Buddhist itu sacred,suci...
;D  ini memang produk pembenaran pemuasan indriah lewat merk 'agama'.


Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Dhamma Entertainment
« Reply #52 on: 09 May 2008, 05:37:07 PM »
willibordus,

Quote
Harap dicatat, bahwa agama tetangga menekankan pada pemujaan tuhan. Tuhan mereka yg senang dipuja. Jadi wajar saja mereka menyanyi dengan penuh gempita.

Dan, seperti yg telah dijelaskan oleh Bro Nyanadhana diatas, kegiatan entertainment (musik, lagu dan tari2an) termasuk kenikmatan indera, dan ajaran Buddha menganjurkan kita untuk mengekang hal2 yg berhubungan dengan pemanjaan indera ini. Dalam melaksanakan athasila, hal tsb juga dilarang. Apakah hal tsb sangat penting sehingga kita perlu menambahkannya dalam kebaktian?

 :)) :)) Betul, semua memang sebetulnya menjadi "tidak cocok" dengan Dhamma, karena dhamma mengajarkan orang untuk mengurangi kemelekatan pada nikmatnya rangsangan indriah, bukan sebaliknya.



Quote
Juga, di kebaktian, jika ada Bhante yg akan memberi ceramah, seyogyanya kita menjauhkan hal2 yg berpotensi menimbulkan pelanggaran vinaya bagi beliau. Apakah kita tidak risih menampilkan tari2an gadis2 dengan pakaian begitu didepan para Bhante?
Ya, memang mungkin kita tidak "salah" menampilkan hal2 begituan, tetapi itu tidak menghargai orang yang sedang berusaha menempuh hidup selibat. Bagi umatpun, sebetulnya bisa menjadi potensi membangkitkan nafsu.


Suchamda,

Saya coba melihat dari sudut pandang umum, kalo ada yang rasanya kurang cocok (baik secara pribadi, umum atau doktrin), silahkan langsung disanggah saja.



Offline nyanadhana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.903
  • Reputasi: 77
  • Gender: Male
  • Kebenaran melampaui batas persepsi agama...
Re: Dhamma Entertainment
« Reply #53 on: 09 May 2008, 05:37:19 PM »
Apa definisi kebijaksanaan menurut Dhamma? Bagaimana mekanisme pemikiran anda mengatakan bahwa itu bukanlah jalan pada kebijaksanaan?

balik bertanya : apa yang kamu dapatkan dari menyanyikan lagu Buddhist atau entertainment bertemakan Buddhist? Semakin dalamkah pengertian Dhamma anda dengan mengatakan oh dari lagu ini aku mengerti Dukha,Asal Mula Dukha, Lenyapnya Dukha dan Jalan Menuju Lenyapnya Dukha?
Kalau begitu, kenapa Sang Buddha ga menciptakan band aja waktu itu ,ga usah cape2 meditasi 6 tahun lamanya , bikin band aja,ajarkan pengetahuan Dhamma melalui itu? tapi apakah bisa?
Lagu Buddhist membuat pikiran kamu selalu ingin bersenandung. saya bukan katakan tidak boleh ada lagu Buddhist, inget Jalan Tengah, yang terjadi sekarang ini adalah berlebihan dengan memacu emosi dan semangat umat.


Boleh sekalian dikutip referensi dan penjelasannya, supaya bisa ditunjukkan pada orang lain?
bisa dibaca dari thread Bhikkhu Vinaya : Perihal Music dan Entertainment

Mungkin maksudnya kesenangan indriah?
Pikiran yang selalu digoncang dengan paduan semangat,haru ibarat sebuah kolam dilempari batu,airnya menjadi beriak dan tidak jernih.......Panca skandah bereaksi menjadi rasa senagn atau rasa sedih,bukankah Sang Buddha mengajarkan kita untuk menjaga Panca Skandha kita?
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one’s own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

Offline Umat Awam

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 770
  • Reputasi: 28
  • Gender: Male
Re: Dhamma Entertainment
« Reply #54 on: 09 May 2008, 05:44:32 PM »
Apa definisi kebijaksanaan menurut Dhamma? Bagaimana mekanisme pemikiran anda mengatakan bahwa itu bukanlah jalan pada kebijaksanaan?

balik bertanya : apa yang kamu dapatkan dari menyanyikan lagu Buddhist atau entertainment bertemakan Buddhist? Semakin dalamkah pengertian Dhamma anda dengan mengatakan oh dari lagu ini aku mengerti Dukha,Asal Mula Dukha, Lenyapnya Dukha dan Jalan Menuju Lenyapnya Dukha?
Kalau begitu, kenapa Sang Buddha ga menciptakan band aja waktu itu ,ga usah cape2 meditasi 6 tahun lamanya , bikin band aja,ajarkan pengetahuan Dhamma melalui itu? tapi apakah bisa?
Lagu Buddhist membuat pikiran kamu selalu ingin bersenandung. saya bukan katakan tidak boleh ada lagu Buddhist, inget Jalan Tengah, yang terjadi sekarang ini adalah berlebihan dengan memacu emosi dan semangat umat.


Boleh sekalian dikutip referensi dan penjelasannya, supaya bisa ditunjukkan pada orang lain?
bisa dibaca dari thread Bhikkhu Vinaya : Perihal Music dan Entertainment

Mungkin maksudnya kesenangan indriah?
Pikiran yang selalu digoncang dengan paduan semangat,haru ibarat sebuah kolam dilempari batu,airnya menjadi beriak dan tidak jernih.......Panca skandah bereaksi menjadi rasa senagn atau rasa sedih,bukankah Sang Buddha mengajarkan kita untuk menjaga Panca Skandha kita?

SETUJU......... _/\_

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Dhamma Entertainment
« Reply #55 on: 09 May 2008, 06:09:56 PM »
nyanadhana,


Quote
balik bertanya : apa yang kamu dapatkan dari menyanyikan lagu Buddhist atau entertainment bertemakan Buddhist? Semakin dalamkah pengertian Dhamma anda dengan mengatakan oh dari lagu ini aku mengerti Dukha,Asal Mula Dukha, Lenyapnya Dukha dan Jalan Menuju Lenyapnya Dukha?

Sebetulnya saya memang setuju dengan pendapat kamu, tapi tidak cocok dengan penjelasannya. Jika orang menjelaskan seperti itu, maka saya akan bertanya, "memangnya pengertian 4 kesunyataan mulia ada hubungannya dengan menyanyi dan tidak menyanyi? Kalo iya, tentunya orang bisu yang belajar dhamma pasti lebih suci; Jika tidak, lalu kenapa kamu mempermasalahkannya?".  ;D



Quote
Lagu Buddhist membuat pikiran kamu selalu ingin bersenandung
Jika pikiran bersenandung baik, jauh lebih bagus daripada yang tidak baik, bukan?
Dalam Dhammapada Atthakata (296-301), dikisahkan seorang anak tukang pahat yang punya 'latah' "namo Buddhasa", dan hal itu justru menolongnya. Itu karena 'senandung pikiran'-nya memang baik, maka latahnya baik. Daripada 'senandung lagu selingkuh' yang marak dewasa ini, lebih baik 'senandung lagu buddhis', bukan?


Quote
Boleh sekalian dikutip referensi dan penjelasannya, supaya bisa ditunjukkan pada orang lain?
bisa dibaca dari thread Bhikkhu Vinaya : Perihal Music dan Entertainment
Ini subjeknya untuk bhikkhu/bhiksu. Bagaimana dengan perumahtangga?


Quote
Mungkin maksudnya kesenangan indriah?
Saya menulis ini karena tadinya kamu bilang "kesenangan bathin". Kesenangan bathin itu sifatnya lebih umum, bahkan dalam meditasi pun, ada kesenangan bathin. Menurut teorinya juga para arahat sebelum parinibbana juga menikmati kesenangan bathin (walaupun tidak melekat), tapi tanpa kesenangan indriah.


Offline Modernbuddha

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 3
  • Reputasi: 0
Re: Dhamma Entertainment
« Reply #56 on: 09 May 2008, 07:03:04 PM »
Hi semuanya..baru bergabung hari ini uda ada topik menrik nih..
kalo saya bole menambahkan sedikit sih meskipun mengenai hal ini katanya uda di tutup, sorry ya buat yang uda nutup..cuma dkit sih..

Dalam hal ini menurut gw sih kembali ke diri masing2..apa makna Buddhism yang sesungguhnya..
apa makna ehipassiko yang sesungguhnya..
mungkin kita semua memiliki perbedaan kata2 dalam hal ini meskipun intinya mungkin saja sama..
saya sendiri juga bukan org yang menguasai Buddhism secara mendalam tapi dari topik yang saya baca ini mungkin ada baiknya saat kita mau melakukan suatu kesimpulan berdasarkan pendapat kita ataupun berdasarkan pengalaman kita yang menurut kita itu bener apa adanya terlebih dahulu kita mohon maaf kepada semua yang ada di forum ini apabila ada kata2 yang berkenan di hati mereka karena kata2 setiap org bisa diartikan beda oleh org yang berbeda juga..

Patut kita sendiri menyadari dulu apakah Entertainment itu sebenarnya sama sperti pendapat bro yang itu (syaa lupa namanya hehehe..) apakah Entertainment itu selalu dikaitkan dengan kekayaan, komersial dsb? Pkah entertainment itu tidak bisa sejalan dengan sila vinaya? dalam dunia modern skr ini patut kita perhatikan hal seperti itu..Hidup adalah mengikuti perkembangan jaman namun bukan berarti kita melupakan tradisi dan budaya hanya sampai sejauh mana kita bisa mengembangkannya dan mengapresiasikannya dalam dunia yang kian berkembang ini..

Upacara sperti Abhiseka, trus Jambhala, maupun sampai ke praktek Zen dan ceramah motivasi saya pikir smua hal itu adalah kekayaan buddhism yang tidak ternilai..terkadang dalam suatu praktek tertentu memang ada yang selalu terpengaruh denga fanatisme yang berlebihan itu yang harus menjadi perhatian kita, terkadang juga kata2 seorang perantara pemimpin upacara selalu mengadung unsur negatif sperti yang dikatakan bro nyayananda..

Tp dibalik itu smua unsur negatif dan positif itu hanyalah dari orangnya bukan praktek maupun upacaranya..harapan saya tulisan saya ini bisa mencairkan segala kesalahpahaman yang terjadi antar bro nyayananda dengan bro cetera..

saya mohon maaf yang sebesar2nya apabila ada salah ucap dalam kata2 saya..terima kasih..
Namo Buddhaya..





_/\_ Zaman sekarang mungkin kita sering melihat Dhamma yang digabungkan dengan sistem Entertainment yang ditujukan untuk menjaring umat sebanyak-banyaknya dan menarik minat sebagai contoh
1. Trend Api Homa
2. Trend Pemujaan Jambala untuk Kekayaan
3. Tari-tarian yang semakin eksotis dan pembuatan lagu Buddhist yang memacu nafsu(rasa senang bukan rasa tenang, rasa semangat bukan rasa syahdu/hikmat,bermain emosi)
4. Abhiseka
5. Ceramah Motivasi
6. Zen and Power of Mind
7. munculnya aliran Buddhis menyimpang dengan membawa motif tertentu.
8. masih banyak lagi

Kita melihat apakah tujuan mengenal Dhamma sebenarnya adalah mengikis Lobha Dosa Moha,sekaligus melatih batin agar tidak melekat namun apa yang terjadi saat ini? Apakah kita melupakan tujuan kita belajar Dhamma? apakah sekarang ini kita menganggap diri kita lebih hebat daripada Ajaran Sammasambuddha yang dikatakan telah ketinggalan zaman? Apa yang akan kita lakukan untuk mengembalikan itu semua?

thread ini diciptakan untuk semua anggota Buddhist yang memiliki kebijaksanaan dan simpati dalam mengembangkan Buddhadhamma seperti apa adanya. Mari sama-sama meberikan masukan di thread ini dan saling belajar.

Saran saya : Tegakkan Sila Vinaya

Offline Mr. Wei

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.074
  • Reputasi: 99
  • Gender: Male
Re: Dhamma Entertainment
« Reply #57 on: 09 May 2008, 07:16:13 PM »
 _/\_

Menurut saya sih lagu Buddhis silakan saja ada, tapi jangan lagu2 yang bersifat kita lupa akan dukkha. Mungkin model seperti lagu "Bijaksana" yang isi liriknya bagus: "Avijja sumber penderitaan, oleh pujian kuterlena, oleh cecaan sakit hatiku, semua datang silih berganti / Anicca dukkha anatta / inilah 3 corak utama, dsb" bisa memberikan pesan bahwa avijja ini sumber penderitaan, sadarilah anicca dukkha anatta. Dan seperti kata saudara siapa tuh (saya lupa  ;D), bukankah lebih  baik bersenandung lagu buddhis daripada lagu "selingkuh"?

Lalu, bagi seminar2 zen dsb yang bersifat mengajarkan untuk menambah motivasi mengejar kesuksesan duniawi itu, jujur saja saya tidak setuju, kalau mau, silakan dijadikan seminar2 umum tanpa perlu tetek bengek atau embel2 Dharma. Alasannya, karena Buddha Dharma ajarannya mengajarkan kita untuk melepaskan sesuatu, bukannya malah semakin bersemangat mengejar sesuatu yang duniawi (kesuksesan, uang, teman) itu, bukan?

Mengenai Api Homa, setahu saya api homa itu bukanlah ajaran Buddhisme, melainkan dari ajaran lain yang diakulturasi kan dengan Buddhisme, saya belum pernah dapat referensinya, saya hanya pernah dengar sekedar lewat ceramahd dari seorang dhammadutta yg saya rasa cukup berkompeten.

Sekian pendapat dari saya, kalau ada yang salah silakan dibenarkan, mari bersama-sama berkembang dalam Dhamma  :).


 _/\_



Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: Dhamma Entertainment
« Reply #58 on: 09 May 2008, 09:22:00 PM »
Saya rasa cukup jelas pendapat dari rekan2 Nyanadhana, Kanyn, dan Willibordus bila ditinjau dari sudut pandang pemahaman Theravada tentang Dharma.

Selanjutnya, apakah ada pendapat dari rekan-rekan Mahayana, Tantrayana, dsb? Bagaimanakah menurut pemahaman kalian tentang event Dharma yang dikemas bersama/dalam bentuk entertainment?

Ada baiknya kita mendengar pendapat yang berbeda-beda supaya semakin kaya wacana.
Bro Suchamda, sembari nunggu mungkin bisa memberikan pendapatnya ? Kan udah mumpuni di theravada, mahayana. Dengar2x sudah belajar tantra nih  ;)
There is no place like 127.0.0.1

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Dhamma Entertainment
« Reply #59 on: 09 May 2008, 10:10:00 PM »
yang ini nyambung gak yah :

Dari buku “the Truth of Nature” by Bhikkhu Duddhadasa

"Bagaimana cara berpikir seorang nonpraktisi dan seorang Buddhis yang mempraktikkan ajaran Buddha?"

Mari kita perhatikan sebuah fakta yang akan menjadi petunjuk untuk membedakan cara berpikir seorang non praktisi dan seorang Buddhis yang mempraktikkan ajaran Buddha. Seorang non praktisi berarti seorang yang belum menjadi seorang umat Buddha yang baik dan tidak memahami ajaran Buddha. la hanya menjadi Buddhis karena label agama saja, sesuai dengan catatan kependudukan (seorang Buddhis KTP sejati) dan karena orangtuanya beragama Buddha. Mereka kita sebut dengan Buddhis non praktisi. Persyaratan untuk menjadi seorang Buddhis sejati seorang praktisi, Ariya (orang suci, maju pesat dalam latihan) adalah memiliki pandangan benar yang jauh lebih tinggi daripada seorang non praktisi terhadap semua hal yang ada di sekelilingnya.

Buddha bersabda, "Ada perbedaan yang sangat besar dalam cara pandang antara pandangan para ariya dan pandangan umat biasa." Karena itu, dalam pandangan para ariya, dan juga sesuai dengan peraturan para ariya, bernyanyi sama saja dengan menangis; menari adalah ciri khas orang gila; dan tertawa terbahak bahak adalah kelakuan anak anak ingusan. Orang orang pada umumnya menyanyi, tertawa, dan menikmati semua itu tanpa menyadari kapan dirinya akan lelah. Di dalam pandangan para ariya, menyanyi terlihat sama dengan menangis. Jika kita mengamati seorang yang menyanyi dan berteriak sekeras kerasnya, dia tidak hanya kelihatan seperti orang yang sedang menangis, tetapi selain itu, apa yang dilakukannya berasal dari kondisi kondisi emosional. yang sebenarnya sama dengan menangis.

Menari adalah kelakuan orang gila! Jika kita perhatikan sedikit lebih mendalam, kita akan menyadari bahwa ketika kita bangun dari tempat duduk untuk menari, kita paling tidak sudah menjadi sepuluh persen gila. Jika tidak, kita pasti tidak akan mau menari. Karena secara umum menari dipandang sebagai sebuah bentuk kesenangan, kita tidak menganggapnya sebagai kelakuan orang gila. Ada beberapa orang yang suka tertawa; tertawa memang menyenangkan. Mereka tertawa terbahak bahak, bahkan di saat saat yang tidak tepat. Tetapi bagi para ariya, dan di dalam peraturan mereka, tertawa adalah kelakuan anak kecil. Oleh sebab itu, jika kita mampu tidak tertawa, ini tentu baik. Tidak tertawa sama sekali bahkan lebih baik lagi.

Contoh contoh di atas menunjukkan bagaimana latihan displin (sila) para ariya berbeda dengan orang-orang pada umumnya. Secara umum, menyanyi, berdansa, dan tertawa sepertinya tidak membawa akibat dan bukan sesuatu yang istimewa. Namun bagi para ariya kegiatan kegiatan tersebut dianggap tidak berguna dan tidak terkendali. Demikianlah pandangan seseorang yang pikirannya sudah berkembang pesat.

Buddha tidak mengatakan, jangan lakukan hal-hal itu ketika kita menginginkannya, tetapi mengajarkan kita untuk memahami bahwa ada perbuatan yang terpuji dan perbuatan rendah, dan ada hal hal yang tidak layak untuk dilakukan. Karena belum menjadi seorang ariya, kita mungkin ingin melakukan perbuatan-perbuatan yang rendah. Ketika kita melakukannya, kita akan sadar bahwa hal itu terkadang memang tampak menyenangkan, tetapi pada akhirnya kita akan kelelahan. Selanjutnya, kita dapat meningkatkan diri kita ke tingkat yang lebih tinggi dan berlatih disiplin para ariya.

Sebagian orang tidak suka mendengar tentang "disiplin". Mereka khawatir bahwa mengendalikan diri menyebabkan "penderitaan." Tetapi, mengendalikan diri untuk tidak mengikuti perasaan adalah sebuah praktik dan latihan penting dalam agama Buddha.

Mengendalikan tubuh dan pikiran untuk tidak menuruti setiap perasaan bukanlah penderitaan. Sebaliknya, ini adalah sebuah metoda untuk melenyapkan dukkha. Kita harus menemukan cara. untuk mencegah diri kita agar tidak sampai dikuasai oleh ego atau kekotoran batin. Kita harus menjaga pikiran agar kekotoran batin tidak mengarahkan dan menguasai diri kita. Lihat orang orang yang sedang menari dan perhatikan betapa kuatnya kekotoran batin menguasai dan membuat mereka tunduk. Inikah yang disebut dengan kebebasan?

Oleh sebab itu, kita harus meningkatkan kemampuan batin kita bagaimanapun juga. Jangan menjadi seorang Buddhis awam selamanya! Buat diri Anda bisa menjadi anggota komunitas Buddhis praktisi, dengan memiliki pengetahuan, kecerdasan, kesadaran, dan pemahaman sehingga penderitaan akan berkurang. jangan lakukan hal hal yang tidak layak dan tidak bermanfaat bagi diri sendiri. Inilah hasil yang akan Anda dapatkan. Anda akan bertransformasi dari seorang Buddhis non praktisi awam menjadi seorang Buddhis praktisi, yang menaati disiplin para ariya. Buddha berharap akan lebih banyak lagi yang menjadi ariya, semakin banyak lagi orang yang akan meninggalkan keduniawian selamanya.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

 

anything