Sebelumnya saya pernah memposting soal ini di milis samaggiphala. Berikutnya saya meninjau lebih lanjut mengenai masalah ini. Berikut saya babarkan mengenai apakah Pangeran Siddharta memang benar-benar berpoligami atau tidak.
Empat Istri Sang Bodhisatta (Pangeran Siddharta)Di dalam Mulasarvastivada Vinaya disebutkan Pangeran Siddharta menikahi 2 putri Sakya lainnya yaitu Gopika/Gopa dan Mrgarajamya dan mempunyai 60000 selir (Yasodhara, Gopa dan Mrgaja masing-masing diikuti 20000 selir. Namun tentu, Yasodhara adalah istri utamanya.
Mulasarvastivada Vinaya (Vinaya yang dipakai oleh Vajrayana Tibetan) adalah kitab Vinaya yang terbesar. Mulasarvastivada (Mula=Akar + Sarvastivada) adalah salah satu aliran yang terbentuk (abad ke 3 atau 4 Masehi) paling telat dibandingkan 18 sekte Buddhis awal yang merupakan perkembangan dari aliran Sarvastivada. Shantaraks**ta,
kepala vihara Nalanda dan yang membawa agama Buddha ke Tibet selain Padmasambhava adalah bhiksu yang ditahbiskan menurut Mulasarvastivada Vinaya.
Terjemahannya:
“Orang-orang akan berkata bahwa Pangeran Sakyamuni bukanlah seorang pria dan ia meninggalkan keduniawian tanpa memperhatikan Yasodhara, Gopika dan Mrgaja serta 60000 selirnya, [oleh karena itu] sekarang aku akan bercinta dengan Yasodhara” Ia melakukannya dan Yasodhara menjadi hamil.”Dalam buku The Red Thread: Buddhist Approaches to Sexuality dan The Power of Denial, dikatakan bahwa Pangeran Siddharta juga mempunyai seorang anak dari istrinya yang lain, Gopa dan Mrgaja. Sehingga Pangeran Siddharta mempunyai 3 anak dari 3 istrinya yang bernama Upavana, Rahula dan Sunnakkhatta. Namun tentang 3 anak ini sangat jarang sekali disebutkan dan berasal dari teks-teks yang lebih kemudian, sehingga kebenarannya diragukan. Lagipula dalam kanon Tipitaka Pali, Upavana dan Sunnakkhatta adalah bhikkhu murid Sang Buddha, bukan anak beliau. Sumber yang menyatakan akan adanya 3 anak ini juga tidak jelas.
Selain itu terdapat satu lagi putri yang disebut-sebut juga sebagai selir Pangeran Siddhartha, yaitu bernama Manodhara dan Utpalavarna (Uppalavana).
Ada pula yang mengatakan bahwa 4 istana Musim ditempati oleh masing- masing satu istri dan mempunyai banyak selir di kerajaan-kerajaan dulu bukanlah suatu hal yang aneh atau jarang. Namun tentu saja bagi umat Buddha akan merasa aneh kalau pangeran Siddharta mempunyai selir atau mempunyai 4 istri.
Dalam Mulasarvastivada Vinaya disebutkan juga bagaimana Bodhisattva Gotama memperoleh ketiga istrinya tersebut.
1. Pangeran Siddharta memilih sendiri Yasodhara di antara para putri Sakya lainnya
2. Kereta Pangeran siddharta berhenti di bawah teras/balkon Gopa. Ayah Siddharta, Raja Suddhodhana mengambil Gopa dan memberikannya pada Siddharta
3. Tujuh hari sebelum meninggalkan istana, ketika pangeran Siddharta kembali ke istana setelah melihat 4 penampakan, ia bertemu dengan Mrgaja yang melantukan syair “Nibbuta nuna sa mata” (Nibbuta-pada). Mrgaja tak lain adalah Kisagotami. Pangeran Siddharta menghadiahkan perhiasannya pada Mrgaja (Kisagotami) sebagai tanda terima kasih. Melihat hal itu, Raja Suddhodhana mengambilnya dan memberikannya kepada Pangeran Siddharta.
Jelas bahwa yang dicintai oleh Pangeran Siddharta dan yang dipilih sendiri hanyalah Yasodhara. Ia tetap setia kepada Yasodhara sedari dulu sejak ikrar mereka di depan Buddha Dipamkara. Sedangkan istri lainnya diberikan padanya oleh Raja Suddhodana, ayahnya. Pangeran Siddharta pun tak bisa menolak, karena hal itu merupakan kebiasaan (tradisi) yang harus diikuti seorang pangeran pada masa itu.
Adapun alasan seorang pangeran berpoligami pada masa Siddharta Gotama hidup adalah karena:
1. Untuk mempertahankan garis keturunan (apabila ada anak yang meninggal atau istri yang tidak dapat punya anak, maka dapat digantikan yang lain)
2. Untuk dapat memilih lebih dari satu istana sebagai tempat tinggal, masing-masing tinggal seorang istri, sehingga mengurangi kemungkinan sang pangeran diserang oleh musuh.
3. Untuk mencegah adanya pengaruh yang berlebihan oleh seorang istri terhadap pemerintahan
4. Untuk menunjukkan ciri dan harga diri seorang bangsawan
Yasodhara Adalah GopaDalam Rahulamatrjataka disebutkan bahwa Bodhisattva sakyamuni mempunyai 2 orang istri, yang pertama adalah Gopa atau Gopika, yang kedua adalah Yasodhara Rahulamata. Gopa tetap perawan (bandhya) dan tidak memiliki anak.
Gopa adalah nama istri pangeran Siddharta dalam kitab Lalitavistara, Hsiu hsing Pen Chi Ching (T 184), Tai tzu jui ying pen chi ching (T 185), I chu pusa pen chi ching (T 188) dan Pu yao ching (t 186).
Yasodhara adalah nama istri pangeran Siddharta dalam Buddhacarita karangan Asvaghosa dan Mahavastu dari tradisi Mahasanghika serta Fa kuang ta chuang yen ching (T 187), Yinkuo ching (T 189), Chinghsu mohoti ching (T 191), Fo pen hsing Chi ching (T 190). Rahulamata (ibu Rahula) dipakai dalam kitab Nidanakatha dan kitab-kitab Pali. Selain itu kitab-kitab Pali juga menggunakan nama Bhaddakaccana.
Sedangkan Gopika disebutkan dalam Sakka Panha Sutta:
“Bhante saya sendiri telah melihat dan menyaksikan hal ini. Demikian pula hal ini, di Kapilavattu ada seorang anak wanita keturunan Sakya bernama Gopika yang yakin dan percaya kepada Buddha, Dhamma dan Sangha, dan melaksanakan Sila. Ia membuang pikiran wanitanya dan mengembangkan pikiran kepriaan, ketika ia meninggal dunia, ia terlahir kembali dalam kehidupan yang menyenangkan di alam surga Tavatimsa sebagai anak kami. Di situ ia dikenal sebagai 'Gopaka devaputto, Gopaka devaputto'.”Namun tentu yang dimaksud Gopika dalam teks-teks riwayat Sang Buddha bukanlah Gopika dalam Sakka Panha Sutta.
Uniknya, nama lain Yasodhara adalah Gopa atau Gopika. Jadi, sebenarnya Yasodhara dan Gopika adalah seorang yang sama. Apalagi Gopa dan Yasodhara disebutkan sama-sama sebagai anak dari Dandapani. Gopa dan Yasodhara juga sama-sama disebut Rahulamata (ibu dari Rahula). Mimpi Gopa dalam Lalitavistara serta Mimpi Yasodhara dalam Mulasarvastivada Vinaya juga sama. Dalam kamus-kamus agama Buddha juga disebutkan bahwa Gopa adalah nama lain dari Yasodhara. Oleh karena itu tidak bisa dipungkiri lagi bahwa Gopa dan Yasodhara adalah seorang yang sama. Di sini mungkin terlihat kesalahan pencatatan sejarah, mengingat Mulasarvastivada Vinaya ditulis sangat telat.
NB: Dalam kitab Tipitaka Pali disebutkan bahwa Yasodhara (Bimbadevi) adalah anak dari Suppabuddha, bukan Dandapani. Sedangkan Dandapani adalah saudara kandung laki-laki dari Suppabuddha. Sedangkan dalam kitab-kitab Mahayana menyebutkan Yaoshara sebagai anak Dandapani daripada Suppabuddha.
Hubungan Suami-Istri Siddharta dan Gopa (Yasodhara)Berikut salah satu kutipan dari Mulasarvastivada Vinaya:
"And it occurred to him: `Lest others say that the Prince Sakyamuni was not a man, and that he wandered forth without `paying attention' to Yasodhara, Gopika, Mrgaja, and his other sixty thousand wives, let me now make love to Yasodhara’ He did so, and Yasodhara became pregnant."Bahkan menurut buku Red Thread juga, disebutkan bahwa ternyata ada anggapan bahwa Pangeran Siddharta mempelajari berbagai metode rahasia Tantrik Seks dari istrinya Gopa (Gopika) atau Yasodhara:
“One, in particular, Gopa, now takes the front seat (or the main bed). Tantric Buddhists argued that the Buddha, before leaving the palace, learnt from her all the secrets of sex, although in this case sex was not aimed at procreation.”Dan dalam Chandamaharoshana Tantra disebutkan bahwa Pangeran Siddharta dan Gopa (Yasodhara) melakukan hubungan seksual (penyatuan vajra dan teratai) dan mengalami kebahagiaan. (diambil dari buku Courtesans and Tantric Consorts).
Maka dari itu dalam Chandamaroshana Tantra dan Mulasarvastivada Vinaya dikatakan bahwa Rahula terlahir dari hubungan ayah dan ibunya (Siddharta dan Yasodhara).
Namun tidak demikian dalam Lalitavistara, Pangeran Siddharta menyentuh perut Gopa dan secara ajaib Gopa menjadi hamil.
Dalam Sutra Upaya Kausalya disebutkan:
“Mengapa Bodhisattva [Pangeran Siddharta] memiliki seorang istri dan selir-selir?.... Bodhisattva tidak melakukannya karena nafsu keinginan. Mengapa? Karena ia seorang manusia yang bebas dari nafsu keinginan. Bila ia tidak tampak memiliki seorang istri dan selir-selir pada saat itu, para makhluk mungkin akan berkata, “Bodhisattva bukanlah seorang lelaki”. Bila mereka memiliki perasaan curiga yang demikian, tentu mereka sudah melakukan pelanggaran yang sangat besar. Karena itu, untuk mencegah munculnya kecurigaan mereka, Bodhisattva tampak menikahi seorang wanita dari suku Sakya dan mendapatkan seorang anak bernama Rahula. Bila seseorang mengatakan bahwa Rahula dilahirkan dari hubungan antara ayah dan ibunya, [ia salah;] .... Kenyataannya adalah segera setelah kehidupannya di surga berakhir, Rahula turun dari surga dan masuk ke rahim ibunya. Ia tidak dilahirkan dari hubungan ayah dan ibunya. Lagipula Rahula sebelumnya telah membuat tekad sumpah untuk menjadi seorang anak dari seorang Bodhisattva yang kelak mencapai ke-Buddhaan pada waktu kehidupan itu.”Mrgaja adalah KisagotamiDalam Abhiniskramana Sutra disebutkan bahwa Pangeran Siddharta memiliki 2 istri yaitu Yasodhara dan Gotami. Gotami di sini adalah Kisagotami, yang tak lain adalah Mrgaja.
Dalam naskah Pali disebutkan juga tentang Mrgaja (Kisagotami), namun BUKAN istri Sang Bodhisattva.
Mrgaja /Mrgi adalah nama Sansekerta bagi Kisagotami. Menurut Thervada, Kisagotami ini bukanlah istri Sang Bodhisatta, namun setidaknya memiliki keterkaitan dengan Beliau. Kisagotami ini adalah seorang Putri Khattiya dari Kapilavatthu yang berparas cantik. Ia adalah sepupu Pangeran Siddharta. Pangeran Siddhartha yang begitu mendengar kabar bahwa anaknya telah lahir, segera kembali ke istana. Dari serambi, Kisagotami melihat Pengeran Siddharta dengan tunggangannya tengah berlalu melewati wismanya. Kisagotami terpesona melihat ketampanan dan ketenangan Sang Pangeran, kemudian dengan gembira dan bahagia ia mengutarakan syair "nibbuta-pada". Sang Pangeran gembira ketika mendengar kata “nibbuta” yang berarti pemadaman penderitaan dan tercapainya kedamaian. Sebagai penghargaan, Sang Pangeran memberikan kalung yang sangta indah seharga seratus ribu dari lehernya kepada Kisagotami. Namun tampaknya Kisagotami salah menyangka bahwa Sang Pangeran menyukainya.
Sedangkan menurut Mulasarvastivada, Mrgaja (Kisagotami) juga menyebutkan syair “nibbuta-pada” dan akhirnya dinikahkan oleh Suddhodhana dengan anaknya, pangeran Siddharta.
Jadi, Berapakah Istri Pangeran Siddharta?Istri pangeran Siddharta dalam teks2 Buddhis:
Tipitaka Pali (Theravada): Yasodhara saja (Bhaddakaccana, Rahulamata. Bimbadevi)
Lalitavistara (Sarvastivada) : Gopa (Yasodhara) saja
Mulasarvastivada Vinaya (Mulasarvastivada): Yasodhara, Gopika, Mrgaja
Abhinishkramana Sutra (Mahayana) : Yasodhara dan Gotami (Kisagotami)
Fo pen hsing Chi ching/Buddhacarita (Mahayana): Yasodhara
Mahavastu (Mahasanghika): Yasodhara
Dapat dilihat dari data di atas bahwa sebenarnya ke-4 istri Pangeran Siddharta adalah:
1. Yasodhara = Gopa (Gopika)
2. Mrgaja = Kisagotami (Gotami)
3. Manodhara
4. Utpalavarna
Manodhara dan Utpalavarna sangat jarang disebutkan sebagai selir Pangeran Siddharta dalam teks-teks Buddhis, bahkan asal usul mereka pun sulit ditelusuri. Bahasa Pali dari Utpalavarna adalah Uppalavanna. Uppalavanna adalah siswi Arahat terkemuka dari Buddha Gotama, jadi tidak ada kaitannya sama sekali dengan menjadi istri Pangeran Siddharta. Oleh karena itu saya menolak bahwa Manodhara dan Utpalavarna adalah istri (selir) Sang Bodhisattva Gotama.
Mengenai Mrgaja atau Kisagotami, sekali lagi saya memakai acuan Tipitaka Pali (sebagai acuan yang paling awal) di mana Kisagotami TIDAK MENIKAH dengan Pangeran Siddharta. Hanya Mulasarvastivada Vinaya, Abhinishkramana maupun Fo pen hsing Chi ching yang mengatakan bahwa Kisagotami adalah selir Pangeran Siddharta dan ketiga teks tersebut semuanya muncul pada berabad-abad setelah munculnya Tipitaka Pali.
Oleh karena itu saya setuju dengan kanon Pali, bahwa Upalavanna dan Kisagotami BUKAN istri sang Bodhisattva.
Jadi, tentu, pernikahan Pangeran Siddharta Gotama adalah MONOGAMI. Baik kanon Pali Theravada maupun kitab Lalitavistara dari tradisi Sarvastivada keduanya setuju bahwa istri Pangeran Siddharta hanyalah 1 orang saja yaitu Yasodhara (Gopa/Gopika).
Bahkan teks2 Buddhis yang menyebutkan bahwa Pangeran Siddharta beristri 2 atau 3 pun selalu mencantumkan nama Yasodhara sebagai salah satu istri Pangeran Siddharta. Dari sini kita bisa menarik kesimpulan bahwa semua sekte Buddhis setuju bahwa istri pangeran Siddharta adalah Yasodhara. Sedangkan tidak semua sekte Buddhis setuju bahwa pangeran Siddharta beristri 2, 3 atau 4, contohnya yaitu Theravada dan Sarvastivada sepakat bahwa istri pangeran Siddharta hanyalah 1 orang saja.
Karena itu, sudah dapat dipastikan bahwa Pangeran Siddharta dan Yasodhara selalu saling setia bahkan sampai beberapa kali masa perputaran dunia terbentuk dan hancur.
Kesetiaan terhadap 1 orang dan Monogami dapat dilihat dalam kutipan Candakinnara Jataka:
“Kemudian Raja Suddhodana mulai menceritakan kesetiaan putri Yasodhara: "Dengarkanlah, Yang mulia, ia mendengar bahwa anda mengenakan jubah kuning, ia juga ikut mengenakan jubah kuning; rangkaian bunga dan sebagainya tidak lagi dipergunakan, ia pun tidak lagi mengenakan rangkaian bunga; dan sebagainya dan duduk di tanah. Ketika anda memasuki kehidupan non-duniawi ia menjadi janda; dan menolak hadiah dari Raja lain yang menyukainya. Demikian setia hatinya padamu." Demikianlah Raja Suddhodana mengungkapkan kesetiaan putri Yasodhara dalam berbagai cara.
Sang Bhagava menanggapi, "Tidak heran, Maharaja! bahwa dalam kehidupanku yang terakhir Ia mencintai-Ku, dan setianya hanya kepada-Ku saja. Dalam kehidupan yang lampau, ketika terlahir sebagai Kinnara (mahluk yang badannya sebelah atas adalah manusia dan sebelah bawah bagai burung), ia setia hanya kepadaku seorang." Lalu Sang Bhagava, atas permintaan Raja Suddhodana menceritakan kejadian di kehidupan yang lampau.”Banyak dari 18 sekte Buddhisme Awal menyatakan bahwa istri Pangeran Siddharta adalah Yasodhara saja, di sini termasuk Theravada. Bahkan dalam Mulasarvastivada Vinaya, menurut Profesor Andre Bareau, menunjukkan profil Yasodhara yang lebih lengkap. Kisah kesetiaan dan kasih sayang yang dijalin oleh Sang Bodhisatta dengan Yasodhara satu sama lain malah lebih ditonjolkan di Mulasarvastivada daripada sekte lainnya.
Semua sekte termasuk Mulasarvastivada mengakui kesetiaan yang dipegang teguh oleh Pangeran Siddharta dan Yasodhara. Pangeran Siddharta dan Yasodhara digambarkan saling setia dan mencintai satu sama lain, sejak pertemuan mereka (Sumedha dan Sumitta), berikar di depan Dipankara Buddha untuk saling menyokong satu sama lain dengan cinta kasih.
Bahkan walaupun Pangeran Siddhartha berpoligami, dilihat dari kutipan Vinaya di atas, jelas bahwa Pangeran Siddhartha hanya melakukan (maaf) “hubungan suami-istri” hanya dengan Yasodhara dan anaknya hanya ada 1 yaitu Rahula yang dilahirkan oleh Putri Yasodhara. Dalam Mulasarvastivada Vinayapun disebutkan, walaupun Pangeran Siddharta mempunyai banyak selir, namun yang dipilihnya sendiri tetaplah Yasodhara seorang, sedangkan selir-selir lainnya hanyalah pemberian ayahnya saja untuk mencegah sang Pangeran meninggalkan keduniawian.
Di sini jelas bahwa dalam teks Buddhis yang menunjukkan bahwa Sang Pangeran mempunyai selir, tetap mengakui kesetiaan dan cinta Pangeran Siddharta terhadap Yasodhara, SATU-SATUNYA istri yang dicintai Sang Pangeran, sejak ikrar mereka di hadapan Buddha Dipamkara.Kalau menurut saya pribadi, kesetiaan yang diajarkan Sang Buddha dalam kisah Nakulamata dan Nakulapita tentunya dijalankan sendiri oleh Sang Buddha sendiri pada masa karir Bodhisattanya di mana beliau menyempurnakan Dasa Parami.
Massa membelah diri memberikan jalan untuk Megha (Sumedha – kelahiran lampau Siddharta) dan gadis (Sumitta - kelahiran lampau Yasidhara) itu. Megha mengandeng tangan Sang Gadis. Bersama mereka membungkuk hormat di hadapan Guru (Buddha) Dipankara. Sang Guru menatap Megha lalu berkata ,’Aku memahami ketulusan hatimu, dapat kulihat engkau memiliki keteguhan hati yang besar untuk menelusuri jalur spritual guna mencapai penerangan sempurna dan menyelamatkan semua mahkluk. Berbahagialah, suatu hari dalam kehidupan mendatang engkau akan mencapai sumpahmu.
“ Setelah itu Guru Dipankara memandang gadis yang sedang berlutut di sisi Megha dan berkata kepadanya,’ Engkau akan menjadi sahabat terdekat Megha dalam kehidupan ini maupun banyak kehidupan mendatang. Ingatlah untuk menepati janjimu. Engkau akan membantu suamimu merealisasikan sumpahnya.’(Jalur Tua Awan Putih – Sumpah Teratai)
The Siddha Wanderer