Buddhisme Awal, Sekte dan Tradisi > Tibetan

TANTRAYANA

<< < (9/9)

urban888:

--- Quote from: GiNong on 30 November 2007, 10:02:36 AM ---maaf all
mau nanya neh
ada ngga yang tau banyak tentang tantrayana
bagi2 info dunk... _/\_

--- End quote ---

setau sy aliran Tantrayana banyak melafalkan mantra dan sutta dlm prakteknya.....emang dibanding aliran lain...aliran ini masih minoritas di Indo........btw soal hapalan sutta umat2ya bs jd narasumber terpercaya  ;)

nayrexus:
Saya tau dikit aja..hehe
Abang saya Wikipedia yang tau banyak ni: ;D

Filosofi

Filosofi ajaran agama Buddha dapat dibagi dua: Hinayana/Pratimokshayana (salah satunya Theravada) dan Mahayana. Hinayana menekankan pada pencapaian sebagai Arahat, sedangkan Mahayana pada pencapaian sebagai Bodhisattva. Tantrayana yang merupakan bagian dari Mahayana juga sering dikenal dengan nama jalan Boddhisattva. Hinayana dapat dibagi menjadi Vaibhashika dan Sautrantika. Sedangkan Mahayana dibagi menjadi Cittamatra dan Madhyamika. Madhyamaka ini terdiri dari Rangtong (yang mencakup Sautrantika dan Prasangika) dan Shentong (Yogacara). Keempat filosofi ajaran Buddha ini (Vaibhasika, Sautrantika, Cittamatra, dan Madhyamika) telah ada sejak zaman Buddha Gautama, muncul karena adanya perbedaan kepercayaan, perbedaan level pemahaman, perbedaan pencapaian, dan realisasi dari para murid Buddha.
Ajaran Vaibhasika dan Sautrantika banyak terdapat di Thailand, Burma, Sri Lanka, dan Kamboja. Ajaran Cittamatra ini banyak ditemui di China, Taiwan, Jepang, Hongkong, Singapur, Malaysia, Indonesia, Tibet, dan sekitarnya. Ajaran Uma Shentongpa merupakan bagian dari ajaran Madyamika, yang percaya bahwa self-nature (sifat alami kita) sebenarnya tidaklah sekadar kosong, karena self-nature (sifat alami kita) adalah Buddha-nature (inti benih ke-Buddhaan), yang memiliki semua kualitas Buddha.
"śūnyatā sarvadriṣṭīṇām proktā niḥsaraṇam jinaiḥ yeṣām tu śūnyatādṛṣṭtis tan asādhyan babhāṣire"
"Para Penakluk mengatakan bahwa (realisasi) Sunyata mengeliminasi semua pandangan. Semua yang mencengkeram pandangan Sunyata itu dikatakan tidak dapat diobati."
- Nagarjuna, Mūlamadhyamakakārikā 13.8
Mencengkeram pandangan Sunyata ialah pandangan salah yang belum memahami sunyata. Di antara semua pandangan salah, Nagarjuna menyatakan bahwa pandangan salah yang satu ini tidak dapat diobati lagi. Karena ajaran Sunyata ini sedemikian mendalam, maka tidak sepantasnya dipandang sebagai sekadar 'kosong'.
Ajaran Madyamika ini awalnya banyak terdapat di Pegunungan Himalaya, seperti di Tibet, Nepal, Bhutan, Sikkim, namun sekarang telah ada di berbagai negara Asia dan di negara Barat. Ajaran Vajrayana secara umum di berbagai negara lebih dikenal sebagai ajaran agama Buddha Tibet, yang merupakan bagian dari Mahayana dan diajarkan langsung oleh Buddha Sakyamuni yang amat cocok untuk dipraktikkan oleh umat perumah tangga, umat yang hidup sendiri (tidak menikah), ataupun umat yang memutuskan untuk hidup sebagai bhiksu di vihara Vajrayana.

Pandangan Salah

Di beberapa negara (terutama di Asia), banyak sekali anggapan bahwa Wajrayana merupakan ajaran mistik, penuh dengan kegaiban. Hal ini sebenarnya tidaklah benar. Dalam Wajrayana, terdapat banyak sekali metode dalam berlatih. Memang banyak sekali praktisi Wajrayana yang memiliki kemampuan luar biasa, namun hal ini bukanlah sesuatu yang mistik. Hal ini sebenarnya merupakan hasil samping dari latihan yang dilakukan, dan hal ini harus diabaikan. Seperti kata sang Buddha, yang dapat menyelamatkan kita pada saat kematian adalah Dharma, bukanlah kesaktian yang kita miliki. Sering kemampuan yang didapat ini menjadi penghalang dalam mencapai tujuan utama kita, yaitu mencapai pencerahan. Hasil samping berupa kemampuan (siddhi) ini sering akan meningkatkan kesombongan (ke-aku-an) kita, yang sebenarnya justru harus kita hilangkan, dan bukan merupakan sesuatu yang harus dibanggakan. Namun sayang sekali, banyak orang yang berpandangan salah, mereka mengagungkan kemampuan gaib yang dimiliki oleh seseorang, dan mengabaikan Dharma yang mulia. Hal ini dapat terjadi karena adanya kebodohan/ketidaktahuan (Moha) yang dimiliki.
Sang Buddha sering berpesan kepada murid-murid-Nya, bahwa mereka tidak boleh memperlihatkan kemampuan (siddhi) mereka, tanpa suatu tujuan yang mulia. Demikian pula, para praktisi tinggi Wajrayana tidak pernah menunjukkan kemampuan mereka hanya demi ego, demi ketenaran, demi kebanggaan, ataupun demi materi. Para praktisi tinggi ini biasanya menunjukkan kemampuan pada murid-murid dekat, ataupun pada orang tertentu yang memiliki hubungan karma dengannya, demi Dharma yang mulia, misalnya untuk menghapus selubung kebodohan, ketidaktahuan, kekotoran batin, ataupun karena kurangnya devosi dalam diri murid tersebut.
Menurut catatan, banyak sekali praktisi tinggi Wajrayana yang memiliki kemampuan (siddhi) yang luar biasa, misalnya: menghidupkan kembali ikan yang telah dimakan (Tilopa), terbang di angkasa (Milarepa), membalikkan arus Sungai Gangga (Biwarpa), menahan matahari selama beberapa hari (Virupa), mencapai tubuh pelangi (tubuh hilang tanpa bekas, hanya meninggalkan kuku dan rambut sebagai bukti), berlari melebihi kecepatan kuda, mengubah batu jadi emas atau air jadi anggur, memindahkan kesadaran seseorang ke alam suci Sukavati (yang dikenal dengan istilah phowa), dapat meramalkan secara tepat waktu serta tempat kematian & kelahirannya kembali (H. H. Karmapa), lidah dan jantung yang tidak terbakar ketika dikremasi, terdapat banyaknya relik dari sisa kremasi, dll. Di dalam Wajrayana, semua hasil yang kita peroleh dari latihan kita, haruslah kita simpan serapi mungkin, bukan untuk diceritakan pada orang lain. Sebagai pengecualian, kita boleh mendiskusikan hal tersebut dengan Guru kita, jika memang ada hal yang kurang kita mengerti.

Pentingnya Guru yang Berkualitas

Dalam ajaran Wajrayana, hubungan antara seorang Guru dan seorang murid adalah amat penting. Seorang murid tidak akan pernah memperoleh pencapaian tanpa bantuan seorang Guru yang berkualitas, karena Guru yang berkualitas merupakan perwujudan dari Buddha, Dharma, dan Sangha. Di dalam Wajrayana, seorang guru bisa saja merupakan seorang Yogi (pertapa), seorang His Holliness, seorang Rinpoche, ataupun seorang Lama. Seorang Guru berkualitas adalah guru yang telah diakui oleh pimpinan keempat aliran: Nyingmapa, Sakyapa, Kagyudpa, Gelugpa. Di dalam Vajrayana, seorang praktisi tidak dilarang untuk menikah, serta juga tidak diharuskan untuk hidup bervegetarian (Catatan: Pada saat bercocok tanam, banyak juga makhluk yang terbunuh. Hidup sebagai seorang vegetarian tidaklah menjadikan kita suci, tergantung motivasi kita. Perilaku kita dalam berlatih sehari-harilah yang amat menentukan, termasuk di dalamnya: perbuatan/tubuh, ucapan, serta pikiran kita). Banyak dari Guru Vajrayana yang tidak menikah, namun tidak sedikit juga yang menikah. Pasangan dari seorang Guru Vajrayana bukanlah seorang wanita biasa, mereka biasanya merupakan seorang dakini (makhluk suci yang telah memperoleh pencapaian) yang ditugaskan untuk membantu sang Guru dalam memperoleh pencapaian demi kebahagiaan semua makhluk.
Dalam ajaran Theravada dan Mahayana dikenal dengan istilah tiga akar, yaitu mengambil perlindungan pada Buddha, Dharma, dan Sangha. Di dalam ajaran Wajrayana, selain penyerahan total Tubuh, Ucapan, Pikiran dan berlindung pada Buddha, Dharma, dan Sangha, terdapat juga 3 akar tambahan, yaitu: penyerahan total Tubuh, Ucapan, Pikiran dan berlindung pada Guru, Yidam, dan Protektor. Ketika kita berbicara tentang penyerahan total dan perlindungan, maka terlihat jelas betapa pentingnya kita mencari seorang Guru yang benar-benar berkualitas, yang hanya dengan bantuan dan berkah yang diberikan-Nya kita bisa mencapai pencerahan.
Di dalam latihan, amat diperlukan seorang guru yang berkualitas, sehingga kita perlu berhati-hati dalam memilih seorang guru (words of my perfect teacher - Patrul Rinpoche). Seorang guru yang berkualitaslah yang dapat membimbing dan membantu kita dalam mencapai pencerahan. Kualitas seorang guru dapat kita lihat dari riwayat silsilah beliau (kebanyakan merupakan seorang Tulku) serta adanya pengakuan dari pimpinan keempat aliran (Nyingmapa, Sakyapa, Kagyudpa, Gelugpa). Hal ini yang menjadi salah satu unsur pokok dalam Wajrayana. Pada saat lahirnya seorang Tulku (guru berkualitas), biasanya ditandai dengan adanya tanda alam yang ikut bergembira, misalnya: adanya pelangi, udara dipenuhi dengan wangi dupa dan bunga, terdengar alunan musik di angkasa, dll. Pada saat dikremasi, sering lidah dan jantung seorang Tulku tidak terbakar, adanya tulisan mantra di batok kepala, juga sering ditemukan relik-relik yang indah. Tidak jarang juga seorang Tulku mencapai tubuh pelangi saat mereka meninggal (tubuh hilang tanpa bekas, hanya meninggalkan kuku dan rambut sebagai bukti).
Dalam melaksanakan latihan, sering dianjurkan untuk berlatih tiap hari secara disiplin. Banyak guru mengatakan bahwa lebih baik berlatih 10 menit tiap hari, daripada berlatih 300 menit secara berturut-turut tanpa henti, lalu istirahat selama sebulan.

Istilah Ajaran (Mantra)

Dalam tradisi tertentu, sering ajaran diturunkan secara rahasia dari seorang guru kepada seorang murid (seperti misalnya ajaran Bisikan Dakini yang diterima oleh Tilopa langsung dari Dakini, yang diajarkan kepada Naropa, kemudian diturunkan secara rahasia oleh Milarepa hanya kepada seorang murid saja (Gampopa), sang murid juga menurunkan hanya kepada seorang muridnya, begitu seterusnya, ajaran ini tidak diberikan kepada umum). Dengan adanya hal-hal seperti ini, sering juga ajaran Vajrayana dikenal dengan ajaran rahasia. Karena praktik Vajrayana tidak terlepas dari penjapaan mantra, maka sering juga dikenal dengan istilah ajaran mantra rahasia.
Ajaran Wajrayana sering juga disebut dengan Praktik Rahasia, atau Kendaraan Rahasia. Hal ini menggambarkan bahwa ketika seorang praktisi semakin merahasiakan latihannya, maka ia akan semakin mendapatkan kemajuan pencapaian dan berkah dari latihan yang ia lakukan. Semakin ia menceritakan tentang latihannya, maka semakin sedikit berkah yang akan ia peroleh.
Selain itu dalam Wajrayana terdapat juga latihan Protektor, latihan Channel, dan Cakra. Jika latihan ini dipublikasi, maka akan mengakibatkan adanya salah tafsir dari arti latihan yang sebenarnya, yang banyak terjadi pada mereka yang kurang percaya ataupun yang tidak mengerti. Sebagai contoh: Jika orang mendengar tentang Buddha, maka dalam bayangan mereka Buddha digambarkan sebagai sesuatu yang tenang, damai, dan indah. Namun beberapa gambar Protektor terlihat murka/garang, walaupun sebenarnya Protektor adalah merupakan manifestasi dari Buddha juga. Jika orang awan melihat hal ini, maka mereka akan mulai mengkritik dan menyalahartikan ajaran Vajrayana, dan hal ini akan berakibat terjadinya karma buruk, yang tentu amat merugikan diri mereka sendiri. Oleh karena itu, dalam latihan tingkat tinggi Wajrayana, latihan selalu harus dilakukan secara rahasia.

cunchien:
tantra = latihan keras . kalo tangung gantung jangan di dalami deh , bisa gila tar . apalagi yang tanpa guru ;)

adi lim:

--- Quote from: cunchien on 20 April 2013, 09:54:34 AM ---tantra = latihan keras . kalo tangung gantung jangan di dalami deh , bisa gila tar . apalagi yang tanpa guru ;)

--- End quote ---

luar aja begitu keras, apalagi didalamnya !, bukankah lebih berbahaya ?

Rick111:
Mf sy mau tanya
1. Gimana cara simabandhana diri dr org2 yang ingin berbuat jahat sama saya orgw yg mengguna2 dan menyantet saya dan keluarga soalnya banyak bgt hal2 yg tjd sama kami sekeluarga
2. Gimana cara membersihkan diri dr hal2 gaib, hal2 negatif, hantu dan makhluk gaib yang mengganggu dan menyakiti adakah cara menghilamgkan makhluk gaib yg jahat yg mengikuti dan membuat saya dan keluarga hidupny tdk baik
3. Gimana cara simabandhana diri, rumah dan keluarga shg bnr2 dilindungi dr org jahat dimanapun berada soalny sejak sy skeluarga pindah selalu aja tjd hal2 buruk
4. Gimana cara meningkatkan rezeki krn rezeki sy sgt seret
Secara tantrayana soapny sy byk membaca ttg hal2 tsb
tolong saya terimakasih

Navigation

[0] Message Index

[*] Previous page

Go to full version