Begini ya keadaan saya mirip dengan bro Deva19 tetapi saya tetap mengikuti ritual liamkeng alasannya lingkungan sekitar hanya ada praktek Mahayana dari pada ngangur di rumah lebih baik ikutan jadi ya begitulah cuman di hari minggu baru bisa ikut puja bakti jadi kadang kadang wa jadi bingung soalnya perbedaan dari kedua tradisi itu terkadang sangat bertolak belakangWhy not.. Liam Keng itu sama dengan Baca Parita. Yang penting pikiran Anda.
bisakah wa tetap liamkeng tapi pengertian wa tetap berpegang pada Theravada yg dipelajari dari buku2 Dhamma ??
Anumodana atas jawabannya _/\_
Begini ya keadaan saya mirip dengan bro Deva19 tetapi saya tetap mengikuti ritual liamkeng alasannya lingkungan sekitar hanya ada praktek Mahayana dari pada ngangur di rumah lebih baik ikutan jadi ya begitulah cuman di hari minggu baru bisa ikut puja bakti jadi kadang kadang wa jadi bingung soalnya perbedaan dari kedua tradisi itu terkadang sangat bertolak belakang
bisakah wa tetap liamkeng tapi pengertian wa tetap berpegang pada Theravada yg dipelajari dari buku2 Dhamma ??
Anumodana atas jawabannya _/\_
apalagi istilah-istilah mahayana itu terasa sangat aneh menurutku. seperti ada Liam Keng. budha gotama kan orang India, masa menciptakan istilah-istilah begitu. menurutku, Mahayana itu agama orang cina. bahkan dalam suatu artikel, sang budha di hubung-hubungkan dengan dewi kwan im. ah, saya makin susah mengertinya.
apalagi istilah-istilah mahayana itu terasa sangat aneh menurutku. seperti ada Liam Keng. budha gotama kan orang India, masa menciptakan istilah-istilah begitu. menurutku, Mahayana itu agama orang cina. bahkan dalam suatu artikel, sang budha di hubung-hubungkan dengan dewi kwan im. ah, saya makin susah mengertinya.
oh.. bahasa mandarin pada liam keng itu sebenarnya dari bahasa sansekerta yang dibuat "sama bunyi". Jadi hanya perbedaan bahasa saja.. Contoh Svaha => So Ha
Penyamaan bunyi lazim koq digunakan dalam bahasa2, contohnya nick saya : Forte kalau di Jepang dibaca "Forute"
Saya pribadi kurang setuju kalau Mahayana itu agama orang Cina, kalau begitu apakah Theravada agama orang India ? terus apa agama u/ orang Indonesia ?
sebelumnya maaf, saya tidak tahu board yang tepat. saya pilih board theravada aja.
aku tidak tahu pasti, mengapa aku lebih condong untuk mengikuti ajaran Theravada dari pada mahayana.
sebenarnya aku ingin tahu, apakah aku mempunya gejala panatik atau memang kecenderuganku beralasan.
hanya saja, ketika aku membaca dialog sang budha dalam Mahayana, misalnya, saya kok suka berpikir "masa sih budha ngomong kayak gitu". hatiku menjadi tidak senang, karena menganggap sabda sang budha tidak bijaksana. walaupun begitu, aku terus mencoba membaca artikel-artikel Mahayana. tetapi, anehnya semakin lama, aku malah semakin tidak suka dengan ajaran Mahayana.
sedangkan ketika aku membaca naskah-naskah Theravada, aku melihat sosok manusia bijaksana pada diri sang Budha. ajaran-ajarannya sangat indah dan menggembirakan hatiku. makin lama, aku makin tertarik dengan ajaran Theravada.
saya juga pernah melihat wawancara tiga orang bikhu dari tiga mazhab budha yang ada di Indonesia. setiap pertanyaan reporter di jawab oleh setiap bikhu. anehnya, jawaban dari bikhu mazhab lain selalu terasa olehku tidak mengena, dan aku berpikir "ah, masa begitu". tapi kalau yang jawab adalah bikhu theravada, hati saya jadi riang dan berkata, "nah, itu baru benar."
gejala panatik,gw juga ada fanatik lho...
hanya saja, ketika aku membaca dialog sang budha dalam Mahayana, misalnya, saya kok suka berpikir "masa sih budha ngomong kayak gitu". hatiku menjadi tidak senang, karena menganggap sabda sang budha tidak bijaksana. walaupun begitu, aku terus mencoba membaca artikel-artikel Mahayana. tetapi, anehnya semakin lama, aku malah semakin tidak suka dengan ajaran Mahayana.
sepertinya ada niat tertentu dibalik sharingnya TS...
sepertinya ada niat tertentu dibalik sharingnya TS...
aye juga merasakan demikian bos
IMO, jgn2 ini ada orang yang meregister nick baru, tapi sebenarnya orang lama
dengan misi tertentu???
sepertinya ada niat tertentu dibalik sharingnya TS...
sepertinya ada niat tertentu dibalik sharingnya TS...
aye juga merasakan demikian bos
IMO, jgn2 ini ada orang yang meregister nick baru, tapi sebenarnya orang lama
dengan misi tertentu???
Saya juga merasakan.. koq kesannya tidak asing.. Namun terlepas dari itu semua, objek itu netral. Jadi saya berusaha memandang objek itu netral, dan menjawab apa yang ditanyakan..sepertinya ada niat tertentu dibalik sharingnya TS...
aye juga merasakan demikian bos
IMO, jgn2 ini ada orang yang meregister nick baru, tapi sebenarnya orang lama
dengan misi tertentu???
tenang sodara2x, panatik itu bukan penyakit keturunan atau penyakit menular....
mau apapun itu theravada, mahayana, ato laennya, tetep aja bisa kena panatik.
permisiiii....
tenang sodara2x, panatik itu bukan penyakit keturunan atau penyakit menular....
mau apapun itu theravada, mahayana, ato laennya, tetep aja bisa kena panatik.
hati2x loh, nanti salah tuduh lagi :)
permisiiii....
bisa donk, tapi tergantung tingkat keparahannya. terkadang pake manggis isi ganjil di jus sama daun pepaya 15cm cukup, terkadang perlu yg lebih canggih lagi.
bisa donk, tapi tergantung tingkat keparahannya. terkadang pake manggis isi ganjil di jus sama daun pepaya 15cm cukup, terkadang perlu yg lebih canggih lagi.
bisa donk, tapi tergantung tingkat keparahannya. terkadang pake manggis isi ganjil di jus sama daun pepaya 15cm cukup, terkadang perlu yg lebih canggih lagi.
jus aneh
gimana mo kasih minum ke si panatik, ntar kita disangka mo guna2...
atao
jika aku yg disuruh minum mah ogah, rasanya udah kebayang: kental2 pahit
::
tenang sodara2x, panatik itu bukan penyakit keturunan atau penyakit menular....
mau apapun itu theravada, mahayana, ato laennya, tetep aja bisa kena panatik.
hati2x loh, nanti salah tuduh lagi :)
permisiiii....
yah ada kemungkinan juga ini bawaan ato kecenderungan dari kehidupan lampau? :)
wah thread ini harus pindah ke kesehatan yak ? ;D>:D >:D >:D
yah ada kemungkinan juga ini bawaan ato kecenderungan dari kehidupan lampau? :)
pemahamannya:
~ apapun kamma kita -besar/kecil- sesuai bobotnya, tetap berpengaruh pada keadaan kita sekarang. Kamma lampau, kamma kehidupan sekarang dulu dan kamma kita yg barusan, semuanya berpadu membentuk karakter kita yg sekarang.
Hal ini -mungkin- yg dikatakan Sang Buddha: Tidak semua orang dapat berjodoh dengan Dhamma
(Dhamma adalah jodoh2an dengan masing2 orang), saya tidak tau kata2 tepatnya - CMIIW... "Jodoh' disini maksudnya paduan kamma2 lampau kita tsb lah...
::
sebelumnya maaf, saya tidak tahu board yang tepat. saya pilih board theravada aja.
aku tidak tahu pasti, mengapa aku lebih condong untuk mengikuti ajaran Theravada dari pada mahayana.
sebenarnya aku ingin tahu, apakah aku mempunya gejala panatik atau memang kecenderuganku beralasan.
hanya saja, ketika aku membaca dialog sang budha dalam Mahayana, misalnya, saya kok suka berpikir "masa sih budha ngomong kayak gitu". hatiku menjadi tidak senang, karena menganggap sabda sang budha tidak bijaksana. walaupun begitu, aku terus mencoba membaca artikel-artikel Mahayana. tetapi, anehnya semakin lama, aku malah semakin tidak suka dengan ajaran Mahayana.
sedangkan ketika aku membaca naskah-naskah Theravada, aku melihat sosok manusia bijaksana pada diri sang Budha. ajaran-ajarannya sangat indah dan menggembirakan hatiku. makin lama, aku makin tertarik dengan ajaran Theravada.
saya juga pernah melihat wawancara tiga orang bikhu dari tiga mazhab budha yang ada di Indonesia. setiap pertanyaan reporter di jawab oleh setiap bikhu. anehnya, jawaban dari bikhu mazhab lain selalu terasa olehku tidak mengena, dan aku berpikir "ah, masa begitu". tapi kalau yang jawab adalah bikhu theravada, hati saya jadi riang dan berkata, "nah, itu baru benar."
Marilah memahami sebuah perbedaan dengan mencoba menyelami sejenak perbedaan dunia orang lain, dengan begitu akan memudahkan rasa simpati kita memandang sebuah perbedaan orang lain. Karena memang perbedaan bukan untuk dilenyapkan melainkan untuk dirayakan bukan.
Quote from: changeMarilah memahami sebuah perbedaan dengan mencoba menyelami sejenak perbedaan dunia orang lain, dengan begitu akan memudahkan rasa simpati kita memandang sebuah perbedaan orang lain. Karena memang perbedaan bukan untuk dilenyapkan melainkan untuk dirayakan bukan.
teorinya sih amat hebat.
ajaran Budha gotama memang agung.
tapi amat bertentangan dengan realitasnya.
menurutku 90 % umat budhis sensi, pemarah, dan kurang toleransi terhadap perbedaan. maaf kalo salah. itu sih bukan hasil survei, cuma "kesan" / jus my opinion.
sebelumnya maaf, saya tidak tahu board yang tepat. saya pilih board theravada aja.
aku tidak tahu pasti, mengapa aku lebih condong untuk mengikuti ajaran Theravada dari pada mahayana.
sebenarnya aku ingin tahu, apakah aku mempunya gejala panatik atau memang kecenderuganku beralasan.
hanya saja, ketika aku membaca dialog sang budha dalam Mahayana, misalnya, saya kok suka berpikir "masa sih budha ngomong kayak gitu". hatiku menjadi tidak senang, karena menganggap sabda sang budha tidak bijaksana. walaupun begitu, aku terus mencoba membaca artikel-artikel Mahayana. tetapi, anehnya semakin lama, aku malah semakin tidak suka dengan ajaran Mahayana.
sedangkan ketika aku membaca naskah-naskah Theravada, aku melihat sosok manusia bijaksana pada diri sang Budha. ajaran-ajarannya sangat indah dan menggembirakan hatiku. makin lama, aku makin tertarik dengan ajaran Theravada.
saya juga pernah melihat wawancara tiga orang bikhu dari tiga mazhab budha yang ada di Indonesia. setiap pertanyaan reporter di jawab oleh setiap bikhu. anehnya, jawaban dari bikhu mazhab lain selalu terasa olehku tidak mengena, dan aku berpikir "ah, masa begitu". tapi kalau yang jawab adalah bikhu theravada, hati saya jadi riang dan berkata, "nah, itu baru benar."
Quote from: changeMarilah memahami sebuah perbedaan dengan mencoba menyelami sejenak perbedaan dunia orang lain, dengan begitu akan memudahkan rasa simpati kita memandang sebuah perbedaan orang lain. Karena memang perbedaan bukan untuk dilenyapkan melainkan untuk dirayakan bukan.
teorinya sih amat hebat.
ajaran Budha gotama memang agung.
tapi amat bertentangan dengan realitasnya.
menurutku 90 % umat budhis sensi, pemarah, dan kurang toleransi terhadap perbedaan. maaf kalo salah. itu sih bukan hasil survei, cuma "kesan" / jus my opinion.
Quote from: changeMarilah memahami sebuah perbedaan dengan mencoba menyelami sejenak perbedaan dunia orang lain, dengan begitu akan memudahkan rasa simpati kita memandang sebuah perbedaan orang lain. Karena memang perbedaan bukan untuk dilenyapkan melainkan untuk dirayakan bukan.
teorinya sih amat hebat.
ajaran Budha gotama memang agung.
tapi amat bertentangan dengan realitasnya.
menurutku 90 % umat budhis sensi, pemarah, dan kurang toleransi terhadap perbedaan. maaf kalo salah. itu sih bukan hasil survei, cuma "kesan" / jus my opinion.
kalau emang 90% umat buddha (buddha,bukan budha) sensi, pemarah dan kurang toleransi, kenapa anda mau join ke komunitas itu?
lalu anda sendiri merasa sebagai 90% itu, atau 10% sisanya?
mohon penjelasan
Quote from: markosprawirakalau emang 90% umat buddha (buddha,bukan budha) sensi, pemarah dan kurang toleransi, kenapa anda mau join ke komunitas itu?
lalu anda sendiri merasa sebagai 90% itu, atau 10% sisanya?
mohon penjelasan
kalo saya sih merasa sebagai bagian dari 90%. saya orangnya sensi dan mudah marah.
saya pengen gabung ke komunitas budhis, soalnya kalo enggak, mo di komunitas mana lagi? apa harus di komunitas kr****n?
[at] frens:
Sabar Bros, mungkin persepsi kita aja, dikarenakan terlalu jujur dan semangatnya Bro Deva19 ini sehingga kata2nya agak 'terbuka'...
[at] Deva19:
Mungkin kata2 dinda perlu dihaluskan atau perlu cara penyampaian yg lebih bijaksana... sehingga tidak berkesan merendahkan mahzab yg lain...
::
kalo anda merasa bagian dari yang 90%, marilah kita semua membuat porsi yang 10% menjadi semakin besar, setuju?
Saya pribadi malahan sering membaca majalah kr****n, melihat bagaimana kreatifitasnya mereka Grin
Dan banyak hal yg bermanfaat spt semangat, kreativitas, kebersamaan, dsbnya yang notebene merupakan sikap batin yg bermanfaat, yang bisa kita share di komunitas buddhis agar tidak "mudah marah" dan "sensi"
Quotekalo anda merasa bagian dari yang 90%, marilah kita semua membuat porsi yang 10% menjadi semakin besar, setuju?
setuju. tapi dimana dapat ku temui yang 10 %?
QuoteSaya pribadi malahan sering membaca majalah kr****n, melihat bagaimana kreatifitasnya mereka Grin
Dan banyak hal yg bermanfaat spt semangat, kreativitas, kebersamaan, dsbnya yang notebene merupakan sikap batin yg bermanfaat, yang bisa kita share di komunitas buddhis agar tidak "mudah marah" dan "sensi"
aku heran, kenapa komputer di bikin orang kr****n, ,listrik ditemukan oleh orang kr****n, kereta api, telephon, kapal terbang dan semuanya. nah, temuan teknologi orang budhis mana?
[at] frens:
Sabar Bros, mungkin persepsi kita aja, dikarenakan terlalu jujur dan semangatnya Bro Deva19 ini sehingga kata2nya agak 'terbuka'...
[at] Deva19:
Mungkin kata2 dinda perlu dihaluskan atau perlu cara penyampaian yg lebih bijaksana... sehingga tidak berkesan merendahkan mahzab yg lain...
::
o ya maaf. saya lupa kalo kita ini umat yang mudah marah, mudah tersinggung. maaf ya! gimana cara menghaluskannya. ini cuma kebiasaan saya kok!
kalo anda merasa bagian dari yang 90%, marilah kita semua membuat porsi yang 10% menjadi semakin besar, setuju?
setuju. tapi dimana dapat ku temui yang 10 %?Quote
Sederhana saja, jika kita mengaku sebagai Buddhis, kita akan tahu tahu dimana menemukannya.
Jangan cari keluar, tetapi carilah ke dalam diri sendiri. Metodenya sangat gampang, yang penting anda sendiri harus punya kemauan, karena hanya wacana saja anda tidak akan menemukan.
Caranya :
Ubah diri sendiri sebelum merubah orang lain. Jika diri sendiri telah menjadi toleran, maka kita dapat memberikan keteladanan kepada yang lain ( kita tidak dapat meminta orang lain menjadi toleran sebelum diri sendiri toleran ). Karena pemaksaan akan menyebabkan orang defensif. Jika pada saat kita menunjuk kelemahan orang lain, maka sebenarnya kita menunjuk diri sendiri sampai tiga kali ( coba sendiri menunjuk dengan tangan dan perhatikan )
aku heran, kenapa komputer di bikin orang kr****n, ,listrik ditemukan oleh orang kr****n, kereta api, telephon, kapal terbang dan semuanya. nah, temuan teknologi orang budhis mana?
saya lebih cocok ke MARA ;D
pertanyaan2 Deva19 cuma utk memancing di air keruh ya?
saya lebih cocok ke MARA ;D
[at] ^
pake niscaya tapi ditambahin mungkin.. piye toh? yg mana? niscaya ya pasti, mutlak. :P
saya lebih cocok ke MARA ;D
Deva19, saya saat ini juga secara de jure sebagai umat Buddha Theravada. Tapi, secara praktik, saya tidak pernah mempedulikan apakah saya Theravada atau Mahayana. Yang penting, saya mempraktikkan ajaran Sang Buddha dan ajaran itu mampu memberikan kontribusi terhadap terciptanya kebahagiaan dalam batin saya. Apalah artinya kita mengklain diri kita sebagai umat Buddha Theravada atau Mahayana, kalau klaim itu tidak memberikan manfaat bagi perkembangan batin kita.
IMO, kalau pendapat anda, mungkin bisa terjadi apabila tidak ada perbedaan mendasar antara Theravada dan mahayana.Deva19, saya saat ini juga secara de jure sebagai umat Buddha Theravada. Tapi, secara praktik, saya tidak pernah mempedulikan apakah saya Theravada atau Mahayana. Yang penting, saya mempraktikkan ajaran Sang Buddha dan ajaran itu mampu memberikan kontribusi terhadap terciptanya kebahagiaan dalam batin saya. Apalah artinya kita mengklain diri kita sebagai umat Buddha Theravada atau Mahayana, kalau klaim itu tidak memberikan manfaat bagi perkembangan batin kita.
Setuju Reverend.... I am too the same lah. Ketika seseorang terjun di dalam praktik Dhamma secara langsung, yang ada hanya rasa Dhamma, rasa kebebasan. Di sana seseorang tidak akan mengidentifikasikan dirinya dengan istilah2 Theravāda atau Mahāyana atau sekte2 tertentu. Dalam kehidupn masyarakat Buddhist, seseorang mungkin hidup di bawah naungan organisasi tertentu seperti Theravāda atau Mahāyana atau Buddhayana, namun dalam Dhamma, label demikian akan lenyap.
Be happy.
Aliran sungai yg berbeda toh semuanya menuju samudera yg sama, jika saat ini telah cocok dgn sungai yg satu, maka berenanglah dgn sebaik2nya, tdk perlu mempermasalahkan sungai yg lainnya... peace :)
bagaimana mungkin pratik dhamma secara langsung yang ada rasa dhamma....?
rasa yg mana?
misalkan saya.....saya praktisi theravada ambillah contoh theravada rasa mangga.....dan mahayana apel...
apa yg tertulis dalam tipitaka,sebagaimana orang mempratekkan maka merasakan rasa mangga....maka itu saya mempercayai Tipitaka karena apa yang di tulis sesuai apa yg sy rasakan...
Aliran sungai yg berbeda toh semuanya menuju samudera yg sama, jika saat ini telah cocok dgn sungai yg satu, maka berenanglah dgn sebaik2nya, tdk perlu mempermasalahkan sungai yg lainnya... peace :)
sungai bisa beda, tapi prinsip-nya kan isi-nya air... kalau isi-nya lumpur kayak lapindo ??
apa yg tertulis dalam tipitaka,sebagaimana orang mempratekkan maka merasakan rasa mangga....maka itu saya mempercayai Tipitaka karena apa yang di tulis sesuai apa yg sy rasakan...
Saya tetap yakin bahwa seseorang yang mempraktikkan Dhamma, yang ia rasakan adalah rasa Dhamma, yaitu RASA KEBEBASAN. Dan rasa kebebasan tersebut tidak concern terhadap apakah seseorang Theravadin ataukah Mahayanist ataukah penganut2 organisasi2 lain.
Sayangnya tidak semua hal yang dilabel Dhamma saat ini adalah Dhamma yang menuju kebebasan. Plus tiap aliran punya Dhamma-nya masing-masing, misalnya di Mahayana mengakui Budha Amitabha dan alam Sukavati, di Tantra ada ajaran meditasi visualisasi.
Setiap saya dan Peacemind ke hutan, kami hanya cukup membawa uang untuk pergi ke tempat itu. Kami tidak membawa uang yang lebih karena di vihara tersebut tidak mengizinkan kami untuk menghandle uang. Saat pulang, kepala vihara akan minta officer untuk mengantarkan kami hingga ke stasiun bus. Lucunya, para officer akan saling berdebat mana jalan yang baik untuk ditempuh. Kadang saya merasa sebel juga. Saya berpikir mengapa tidak diantar saja, apapun jalannya yang penting kami sampai di tujuan.
Apa yang terjadi di antara officer, juga tidak ada bedanya dengan kita. Kita saling memperdebatkan mana cara yang terbaik untuk merealisasi tujuan kita beragama. Tetapi sungguh sangat sedikit di antara kita yang ingin terjun secara langsung untuk praktik. Kita umumnya hanya puas dalam perdebadan, saling menunjukkan kepiawaian kita dalam mengolah kata, tetapi sangat jarang ada yang puas untuk praktik. Oleh karena itu, saya mengundang semua orang, apa pun sektenya, untuk tidak sekedar puas dalam perbedaan pendapat tetapi marilah kita praktik agar kita mengerti dengan benar rasa Dhamma, ajaran Sang Buddha.
Sayangnya tidak semua hal yang dilabel Dhamma saat ini adalah Dhamma yang menuju kebebasan. Plus tiap aliran punya Dhamma-nya masing-masing, misalnya di Mahayana mengakui Budha Amitabha dan alam Sukavati, di Tantra ada ajaran meditasi visualisasi.
Darimana pun ajaran berasal, jika ajaran tesebut tidak menuju pada pengurangan dan pelenyapan kekotoran batin, jika ajaran tersebut tidak menuju pada pembebasan, maka ajaran tersebut bukan Dhamma. Kita harus ingat bahwa Sang BUddha pernah mengatakn bahwa "Dari dulu sampai sekarang, apa yang beliau ajarkan hanya dua hal: penderitaan dan lenyapnya penderitaan". Singkatnya, ajaran beliau berhuungan dengan pengetahuan yang mendalam mengenai Samsara dan perealisasian Nibbāna (lenyapnya penderitaan samsara / true liberation).
May you be happy.
Setiap saya dan Peacemind ke hutan, kami hanya cukup membawa uang untuk pergi ke tempat itu. Kami tidak membawa uang yang lebih karena di vihara tersebut tidak mengizinkan kami untuk menghandle uang. Saat pulang, kepala vihara akan minta officer untuk mengantarkan kami hingga ke stasiun bus. Lucunya, para officer akan saling berdebat mana jalan yang baik untuk ditempuh. Kadang saya merasa sebel juga. Saya berpikir mengapa tidak diantar saja, apapun jalannya yang penting kami sampai di tujuan.
Apa yang terjadi di antara officer, juga tidak ada bedanya dengan kita. Kita saling memperdebatkan mana cara yang terbaik untuk merealisasi tujuan kita beragama. Tetapi sungguh sangat sedikit di antara kita yang ingin terjun secara langsung untuk praktik. Kita umumnya hanya puas dalam perdebadan, saling menunjukkan kepiawaian kita dalam mengolah kata, tetapi sangat jarang ada yang puas untuk praktik. Oleh karena itu, saya mengundang semua orang, apa pun sektenya, untuk tidak sekedar puas dalam perbedaan pendapat tetapi marilah kita praktik agar kita mengerti dengan benar rasa Dhamma, ajaran Sang Buddha.
sungai mana yg tdk berlumpur ?? ;DAliran sungai yg berbeda toh semuanya menuju samudera yg sama, jika saat ini telah cocok dgn sungai yg satu, maka berenanglah dgn sebaik2nya, tdk perlu mempermasalahkan sungai yg lainnya... peace :)
sungai bisa beda, tapi prinsip-nya kan isi-nya air... kalau isi-nya lumpur kayak lapindo ??
isinya Lumpur, air tidak bisa bergerak (mandek), bahkan keburu kering kena panas matahari.
jadi tinggal pilih, sungai arus airnya lancar atau sungai airnya yang berlumpur, kalau sungai air lancar lebih cepat nyampe ke muara mendekati Lautan Bebas
_/\_
Sri Lanka
Guru kami minggu ini akan mengajarkan meditasi di Singapura selama seminggu, selanjut beliau akan mengajarkan meditasi di New Zeland dan Australia. Beliau akan ada di sana hingga pertengahan Januari. Mungkin pada pertengahan Mei hingga sebelum masa vassa, beliau akan mengadakan retreat di UK, Canada dan USA.Sri Lanka
oow ok thanks infonya. _/\_
Guru kami minggu ini akan mengajarkan meditasi di Singapura selama seminggu, selanjut beliau akan mengajarkan meditasi di New Zeland dan Australia. Beliau akan ada di sana hingga pertengahan Januari. Mungkin pada pertengahan Mei hingga sebelum masa vassa, beliau akan mengadakan retreat di UK, Canada dan USA.Sri Lanka
oow ok thanks infonya. _/\_
Bagaimana kalau dibentuk kepanitiaan oleh Dhammacitta, mengundang Guru anda untuk bersedia mengajarkan meditasi di Indonesia? :whistle:Kami yakin beliau akan siap, yang penting vinaya beliau dijaga dengan baik. Kalau vinaya tidak diutamakan, beliau tidak akan menoleransi. Undangan tidak pada masa vassa dan jangan sering-sering diundang karena kami juga butuh bimbingan beliau.
nah itu yg BEDA....kalau sama mungkin no problem, masalahnya tujuannya sudah beda...nirvana dan nibbana saja berbeda ..
Sayangnya tidak semua hal yang dilabel Dhamma saat ini adalah Dhamma yang menuju kebebasan. Plus tiap aliran punya Dhamma-nya masing-masing, misalnya di Mahayana mengakui Budha Amitabha dan alam Sukavati, di Tantra ada ajaran meditasi visualisasi.
Darimana pun ajaran berasal, jika ajaran tesebut tidak menuju pada pengurangan dan pelenyapan kekotoran batin, jika ajaran tersebut tidak menuju pada pembebasan, maka ajaran tersebut bukan Dhamma. Kita harus ingat bahwa Sang BUddha pernah mengatakn bahwa "Dari dulu sampai sekarang, apa yang beliau ajarkan hanya dua hal: penderitaan dan lenyapnya penderitaan". Singkatnya, ajaran beliau berhuungan dengan pengetahuan yang mendalam mengenai Samsara dan perealisasian Nibbāna (lenyapnya penderitaan samsara / true liberation).
May you be happy.
Alamatnya, Nissarana Vanaya, Meetirigala, Sri Lanka. Beliau adalah murid Y.M. Matara Sri Ñāṇarama. Buku beliau yang berjudul Seven Stages of Purification juga telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia.
Kalau boleh tau, hutan dan viharanya dimana ya? _/\_
nah itu yg BEDA....kalau sama mungkin no problem, masalahnya tujuannya sudah beda...nirvana dan nibbana saja berbeda ..
nah itu yg BEDA....kalau sama mungkin no problem, masalahnya tujuannya sudah beda...nirvana dan nibbana saja berbeda ..
Nibbana sama nirvana bukannya cuma beda tulisan ya, bedanya di mana lagi bro?
Secara arti literal kata nibbāna dan nirvana tidak berbeda. Keduanya bermakna "padam". Yang membedakan keduanya adalah bahwa yang pertama berasal dari bahasa Pali, sedangnkan yang kedua dari bahasa Sanskrit.Nah itu masalah nya (tulisan yg dibold) !
Dalam Buddhisme, nibbāna atau nirvana dianggap sebagai kebebasan tertinggi. Hanya jika kita berbicara mengenai kebebasan tertinggi, memang ada perbedaan makna antara Theravāda dan Mahāyāna. Dalam sekte Theravāda, kebebasan tertinggi bisa dicapai ketika seseorang mencapai kesucian arahat dan tidak harus mencapai sammāsambuddha. Akan tetapi, dalam Mahāyāna, dipercaya bahwa kebebasan tertinggi dicapai hanya ketika seseorang mencapai sammāsambuddha.
Be happy.
Alamatnya, Nissarana Vanaya, Meetirigala, Sri Lanka. Beliau adalah murid Y.M. Matara Sri Ñāṇarama. Buku beliau yang berjudul Seven Stages of Purification juga telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia.
Kalau boleh tau, hutan dan viharanya dimana ya? _/\_
nah itu yg BEDA....kalau sama mungkin no problem, masalahnya tujuannya sudah beda...nirvana dan nibbana saja berbeda ..
Nibbana sama nirvana bukannya cuma beda tulisan ya, bedanya di mana lagi bro?
Secara arti literal kata nibbāna dan nirvana tidak berbeda. Keduanya bermakna "padam". Yang membedakan keduanya adalah bahwa yang pertama berasal dari bahasa Pali, sedangnkan yang kedua dari bahasa Sanskrit.saudara char dan saudara peace...
Dalam Buddhisme, nibbāna atau nirvana dianggap sebagai kebebasan tertinggi. Hanya jika kita berbicara mengenai kebebasan tertinggi, memang ada perbedaan makna antara Theravāda dan Mahāyāna. Dalam sekte Theravāda, kebebasan tertinggi bisa dicapai ketika seseorang mencapai kesucian arahat dan tidak harus mencapai sammāsambuddha. Akan tetapi, dalam Mahāyāna, dipercaya bahwa kebebasan tertinggi dicapai hanya ketika seseorang mencapai sammāsambuddha.
Be happy.
Subhuti bertanya, “Mengapa kamu keluar darinya setelah kamu memasukinya?”
Manjusri menjawab, “Yang Mulia, anda harus mengetahui bahwa ini adalah perwujudan dari kebijaksanaan dan kearifan seorang Bodhisattva. Ia sesungguhnya memasuki realisasi Kearahatan dan terbebas dari samsara; kemudian, sebagai cara untuk menyelamatkan makhluk-makhluk, ia keluar dari realisasi itu. Subhuti, misalkan seorang pemanah yang ahli merencanakan untuk melukai musuh bebuyutannya, tetapi, karena salah menyangka putra kesayangannya di dalam hutan sebagai musuh, ia menembakkan panah padanya. Putranya berkata, ‘Aku tidak melakukan kesalahan apa pun. Mengapa ayah ingin melukaiku?’ Seketika itu juga, sang pemanah, yang berlari dengan cepat, mendorong putranya dan menangkap panah itu sebelum ia melukai seseorang. Seorang Bodhisattva adalah seperti ini: untuk melatih dan membimbing para Sravaka dan para Pratyekabuddha, ia memasuki Nirvana; tetapi, ia keluar darinya dan tidak jatuh ke tingkat Sravaka dan Pratyekabuddha. Itulah mengapa tingkat Bodhisattva disebut tingkat Buddha.”
Arhats, stainless, free from depravity, self-controlled, thoroughly emancipated in thought and knowledge, of noble breed, (like unto) great elephants, having done their task, done their duty, acquitted their charge, reached the goal; in whom the ties which bound them to existence were wholly destroyed, whose minds were thoroughly emancipated by perfect knowledge, who had reached the utmost perfection in subduing all their thoughts
Kalau mau dibahas soal perbandingan Nirvana dan Nibbana antar 2 sekte di atas mungkin ada baiknya dibuat thread baru di board lain, bkn dlm thread ini. Kali ini mungkin pembahasan akan lebih kondusif, mengingat kebetulan skrg ada 2 orang polisi lalu lintas kebetulan lewat yg bisa membantu mengawasi arus lalin dalam DC, Sdr Peacemind dan Sdr Dhammasiri. My humble bow to you both ^:)^Ah saya sih member biasa kok. Tidak ada yang perlu saya awasi. Saya juga dalam tahap belajar, sama seperti member yang lain. Saya tidak merasa superior atau lebih mengerti daripada yang lain. Bahkan, saya merasa ada member lain yang justru lebih pandai, lebih mampu ketimbang saya.
PS. Jangan tilang kalau saya ngga pake helem yah.. ;D
_/\_
Maaf,Quote.....
Seorang Bodhisattva adalah seperti ini: untuk melatih dan membimbing para Sravaka dan para Pratyekabuddha, ia memasuki Nirvana; tetapi, ia keluar darinya dan tidak jatuh ke tingkat Sravaka dan Pratyekabuddha. Itulah mengapa tingkat Bodhisattva disebut tingkat Buddha.”
_/\_ Sdr DhammasiriYa, I can admit it that every person has special talent but my talent is only how to be naughty; nothing else.
Memang mungkin ada yg lebih mengerti dalam bbrp hal dibanding Anda. Tapi mungkin juga ada yg Anda lebih ketahui dibanding yg lain. Tiap pribadi itu unik dan masing2 memiliki kelebihannya dalam 1 dan lain hal. So admit it. ;) _/\_
_/\_ Sdr DhammasiriYa, I can admit it that every person has special talent but my talent is only how to be naughty; nothing else.
Memang mungkin ada yg lebih mengerti dalam bbrp hal dibanding Anda. Tapi mungkin juga ada yg Anda lebih ketahui dibanding yg lain. Tiap pribadi itu unik dan masing2 memiliki kelebihannya dalam 1 dan lain hal. So admit it. ;) _/\_
Thanks Indra for welcoming me; but won't u spread red carpet to welcome me hahahahaha_/\_ Sdr DhammasiriYa, I can admit it that every person has special talent but my talent is only how to be naughty; nothing else.
Memang mungkin ada yg lebih mengerti dalam bbrp hal dibanding Anda. Tapi mungkin juga ada yg Anda lebih ketahui dibanding yg lain. Tiap pribadi itu unik dan masing2 memiliki kelebihannya dalam 1 dan lain hal. So admit it. ;) _/\_
welcome to DC
Thanks Indra for welcoming me; but won't u spread red carpet to welcome me hahahahaha_/\_ Sdr DhammasiriYa, I can admit it that every person has special talent but my talent is only how to be naughty; nothing else.
Memang mungkin ada yg lebih mengerti dalam bbrp hal dibanding Anda. Tapi mungkin juga ada yg Anda lebih ketahui dibanding yg lain. Tiap pribadi itu unik dan masing2 memiliki kelebihannya dalam 1 dan lain hal. So admit it. ;) _/\_
welcome to DC
tapi inti nya saya ingin menyatakan hal ini untuk semua baik aliran apapun.. yang saya tahu.. aliran kita semua menuju 1 yang pasti.. nibbana.. ^^
Tapi Ajahn Chah, pernah mengatakan semua agama - bukan sekedar sekte buddhisme lho - adalah kendaraan2 berbeda yang menuju tujuan yg sama. Gmn pendapatnya Om Markus? _/\_tapi inti nya saya ingin menyatakan hal ini untuk semua baik aliran apapun.. yang saya tahu.. aliran kita semua menuju 1 yang pasti.. nibbana.. ^^
karena saya belum mencapai nibbana, saya ga bisa memastikan kebenaran bhw semua aliran PASTI menuju nibbana
Tapi Ajahn Chah, pernah mengatakan semua agama - bukan sekedar sekte buddhisme lho - adalah kendaraan2 berbeda yang menuju tujuan yg sama.
Tapi Ajahn Chah, pernah mengatakan semua agama - bukan sekedar sekte buddhisme lho - adalah kendaraan2 berbeda yang menuju tujuan yg sama.
Mungkin maksud Ajahn Chah, agama Theravada, agama Mahayana, agama Tanra, agama Zen ;D
MN 11
Cula-sihanada Sutta: The Shorter Discourse on the Lion's Roar
1. Thus have I heard. On one occasion the Blessed One was living at Savatthi in Jeta's Grove, Anathapindika's Park. There he addressed the bhikkhus thus: "Bhikkhus." — "Venerable sir," they replied. The Blessed One said this:
2. "Bhikkhus, only here is there a recluse, only here a second recluse, only here a third recluse, only here a fourth recluse. The doctrines of others are devoid of recluses: that is how you should rightly roar your lion's roar.
3. "It is possible, bhikkhus, that wanderers of other sects might ask: 'But on the strength of what (argument) or with the support of what (authority) do the venerable ones say thus?' Wanderers of other sects who ask thus may be answered in this way: 'Friends, four things have been declared to us by the Blessed One who knows and sees, accomplished and fully enlightened; on seeing these in ourselves we say thus: "Only here is there a recluse, only here a second recluse, only here a third recluse, only here a fourth recluse. The doctrines of others are devoid of recluses." What are the four? We have confidence in the Teacher, we have confidence in the Dhamma, we have fulfilled the precepts, and our companions in the Dhamma are dear and agreeable to us whether they are layfolk or those gone forth. These are the four things declared to us by the Blessed One who knows and sees, accomplished and fully enlightened, on seeing which in ourselves we say as we do.'
4. "It is possible, bhikkhus, that wanderers of other sects might say thus: 'Friends, we too have confidence in the Teacher, that is, in our Teacher; we too have confidence in the Dhamma, that is, in our Dhamma; we too have fulfilled the precepts, that is, our precepts; our companions in the Dhamma are dear and agreeable to us too whether they are layfolk or those gone forth. What is the distinction here, friends, what is the variance, what is the difference between you and us?'
5. "Wanderers of other sects who ask thus may be answered in this way: 'How then, friends, is the goal one or many?' Answering rightly, the wanderers of other sects would answer thus: 'Friends, the goal is one, not many.' — 'But, friends, is that goal for one affected by lust or free from lust?' Answering rightly, the wanderers of other sects would answer thus: 'Friends, that goal is for one free from lust, not for one affected by lust.' — 'But, friends, is that goal for one affected by hate or free from hate?' Answering rightly, they would answer: 'Friends, that goal is for one free from hate, not for one affected by hate.' — 'But, friends, is that goal for one affected by delusion or free from delusion?' Answering rightly, they would answer: 'Friends, that goal is for one free from delusion, not for one affected by delusion.' — 'But, friends, is that goal for one affected by craving or free from craving?' Answering rightly, they would answer: 'Friends, that goal is for one free from craving, not for one affected by craving.' — 'But, friends, is that goal for one affected by clinging or free from clinging?' Answering rightly, they would answer: 'Friends, that goal is for one free from clinging, not for one affected by clinging.' — 'But, friends, is that goal for one who has vision or for one without vision?' Answering rightly, they would answer: 'Friends, that goal is for one with vision, not for one without vision.' — 'But, friends, is that goal for one who favors and opposes, or for one who does not favor and oppose?' Answering rightly, they would answer: 'Friends, that goal is for one who does not favor and oppose, not for one who favors and opposes.' — 'But, friends is that goal for one who delights in and enjoys proliferation, or for one who does not delight in and enjoy proliferation?' Answering rightly, they would answer: 'Friends, that goal is for one who does not delight in and enjoy proliferation, not for one who delights in and enjoys proliferation.'
6. "Bhikkhus, there are these two views: the view of being and the view of non-being. Any recluses or brahmans who rely on the view of being, adopt the view of being, accept the view of being, are opposed to the view of non-being. Any recluses or brahmans who rely on the view of non-being, adopt the view of non-being, accept the view of non-being, are opposed to the view of being.
7. "Any recluses or brahmans who do not understand as they actually are the origin, the disappearance, the gratification, the danger and the escape in the case of these two views are affected by lust, affected by hate, affected by delusion, affected by craving, affected by clinging, without vision, given to favoring and opposing, and they delight in and enjoy proliferation. They are not freed from birth, aging and death, from sorrow, lamentation, pain, grief and despair; they are not freed from suffering, I say.
8. "Any recluses or brahmans who understand as they actually are the origin, the disappearance, the gratification, the danger and the escape in the case of these two views are without lust, without hate, without delusion, without craving, without clinging, with vision, not given to favoring and opposing, and they do not delight in and enjoy proliferation. They are freed from birth, aging and death, from sorrow, lamentation, pain, grief and despair; they are freed from suffering, I say.
9. "Bhikkhus, there are these four kinds of clinging. What four? Clinging to sensual pleasures, clinging to views, clinging to rules and observances, and clinging to a doctrine of self.
10. "Though certain recluses and brahmans claim to propound the full understanding of all kinds of clinging, they do not completely describe the full understanding of all kinds of clinging. They describe the full understanding of clinging to sensual pleasures without describing the full understanding of clinging to views, clinging to rules and observances, and clinging to a doctrine of self. Why is that? Those good recluses and brahmans do not understand these three instances of clinging as they actually are. Therefore, though they claim to propound the full understanding of all kinds of clinging, they describe only the full understanding of clinging to sensual pleasures without describing the full understanding of clinging to views, clinging to rules and observances, and clinging to a doctrine of self.
11. "Though certain recluses and brahmans claim to propound the full understanding of all kinds of clinging... they describe the full understanding of clinging to sensual pleasures and clinging to views without describing the full understanding of clinging to rules and observances and clinging to a doctrine of self. Why is that? They do not understand two instances... therefore they describe only the full understanding of clinging to sensual pleasures and clinging to views without describing the full understanding of clinging to rules and observances and clinging to a doctrine of self.
12. "Though certain recluses and brahmans claim to propound the full understanding of all kinds of clinging... they describe the full understanding of clinging to sensual pleasures, clinging to views, and clinging to rules and observances without describing the full understanding of clinging to a doctrine of self. They do not understand one instance... therefore they describe only the full understanding of clinging to sensual pleasures, clinging to views, and clinging to rules and observances without describing the full understanding of clinging to a doctrine of self.
13. "Bhikkhus, in such a Dhamma and Discipline as that it is plain that confidence in the Teacher is not rightly directed, that confidence in the Dhamma is not rightly directed, that fulfillment of the precepts is not rightly directed, and that the affection among companions in the Dhamma is not rightly directed. Why is that? Because that is how it is when the Dhamma and Discipline is badly proclaimed and badly expounded, unemancipating, unconducive to peace, expounded by one who is not fully enlightened.
14. "Bhikkhus, when a Tathagata, accomplished and fully enlightened, claims to propound the full understanding of all kinds of clinging, he completely describes the full understanding of all kinds of clinging: he describes the full understanding of clinging to sensual pleasures, clinging to views, clinging to rules and observances, and clinging to a doctrine of self.
15. "Bhikkhus, in such a Dhamma and Discipline as that it is plain that confidence in the Teacher is rightly directed, that confidence in the Dhamma is rightly directed, that fulfillment of the precepts is rightly directed, and that the affection among companions in the Dhamma is rightly directed. Why is that? Because that is how it is when the Dhamma and Discipline is well proclaimed and well expounded, emancipating, conducive to peace, expounded by one who is fully enlightened.
16. "Now these four kinds of clinging have what as their source, what as their origin, from what are they born and produced? These four kinds of clinging have craving as their source, craving as their origin, they are born and produced from craving. Craving has what as its source...? Craving has feeling as its source... Feeling has what as its source...? Feeling has contact as its source... Contact has what as its source...? Contact has the sixfold base as its source... The sixfold base has what as its source...? The sixfold base has mentality-materiality as its source... Mentality-materiality has what as its source...? Mentality-materiality has consciousness as its source... Consciousness has what as its source...? Consciousness has formations as its source... Formations have what as their source...? Formations have ignorance as their source, ignorance as their origin; they are born and produced from ignorance.
17. "Bhikkhus, when ignorance is abandoned and true knowledge has arisen in a bhikkhu, then with the fading away of ignorance and the arising of true knowledge he no longer clings to sensual pleasures, no longer clings to views, no longer clings to rules and observances, no longer clings to a doctrine of self. When he does not cling, he is not agitated. When he is not agitated, he personally attains Nibbana. He understands: 'Birth is destroyed, the holy life has been lived, what had to be done has been done, there is no more coming to any state of being.'"
That is what the Blessed One said. The bhikkhus were satisfied and delighted in the Blessed One's words.
^ online melulu, selesaikan tugasmusambilan :-[