LIMA HAL YANG HARUS DIMILIKI
Di Dalam Anguttara Nikaya, Kelompok Lima, 159, Sang Buddha menyatakan bahwa tidaklah mudah seseorang memberikan pertolongan kepada orang lain dengan Dhamma (berkhotbah Dhamma). Sebelum berkhotbah Dhamma ia harus memantapkan dulu lima hal di dalam dirinya, yaitu :
“Saya seharusnya memberikan Dhamma kepada orang lain secara bertahap; Saya seharusnya memberikan Dhamma kepada orang lain secara masuk akal (menerangkan sebab akibat); Saya seharusnya memberikan Dhamma kepada orang lain dengan penuh kasih saying; Saya seharusnya memberikan Dhamma kepada orang lain, tidaklah untuk memperoleh keuntungan duniawi; Saya seharusnya memberikan Dhamma kepada Orang lain yang tidak menyakiti orang lain maupun diri sendiri.”
* * *
Sang Buddha membabarkan Dhamma dengan pengetahuan langsung
sesuai dengan yang telah dilakukannya. Di dalam mengajarkan Dhamma,
Beliau tidak meminta untuk dipercayai. Beliau tidak pernah mengajarkan Dhamma dengan cara seperti: “Lakukan apa yang saya katakan, jangan lakukan apa yang saya perbuat.” Tidak setiap waktu dan tidak semua orang dapat dibohongi dengan cara seperti ini. Sang Buddha juga
tidak pernah mengatakan bahwa Dhamma ini miliknya. Beliau
tidak mencampur Dhamma dengan bahan-bahan yang tidak murni (impure ingredients). Beliau membabarkan Dhamma
bukan untuk diuncarkan lewat mulut saja, namun untuk dipraktekkan.
Pada jaman Sang Buddha masih hidup
(mungkin juga sampai sekarang), banyak pembabar Dhamma yang tidak seperti atas; orang-orang tersebut mengajarkan Dhamma demi kemasyuran atau demi kekayaan. Orang tersebut umumnya mengajarkan
dengan cara yang begitu kering dan tidak menarik yang berkisar pada spekulasi filosofis dan pendengarannya tidak memperoleh manfaat dalam mempratekkannya.
Dilandasi dengan kasih sayang yang tak terbatas, Sang Buddha membabarkan Dhamma, namun jika pendengarnya tidak mendengarkan atau bahkan mempraktekkannya secara berlawanan dengan yang diajarkan, Beliau hanya mengembangkan
keseimbangan batin,
tanpa dibanjiri rasa benci; sebaliknya apabila pendengarnya melaksanakan sesuai yang diajarkan dan kemudian mencapai kebebasan mutlak, beliau diliputi kebahagiaan yang
tidak mengandung kemelekatan. Dan apabila kedua hal dari pendengar di atas di campur bersama, Beliau tidak dendam atau melekat, yang ada hanyalah
keseimbangan batin.
Tidak sedikit orang yang dalam batinnya telah kokoh dengan lima hal seperti disebutkan dalam sutta di atas dan berniat berdana Dhamma, namun niat tersebut tidak terungkap dalam aksi,
mungkin karena ‘tidak diijinkan’ oleh kondisi lingkungan luar; kondisi tidak tepat!* * *
Dhamma mengundang seseorang untuk datang dan melihat; tak luput oleh waktu, dan harus dilihat secara mandiri! Para Buddha hanyalah penunjuk Jalan, namun selanjutnya tergantung kita sendiri dalam melakukan usaha!
Pustaka acuan utama :
Pointing to Dhamma oleh Venerable Khantipalo Bhikkhu
DHAMMA STUDY GROUP, BOGOR