Ini komentar saya yang terakhir dalam topik ini.
anda gak menjawab pertanyaan saya, tapi memberikan teka-teki
apakah Nibbana itu impersonal ?
apakah pribadi Upasaka tidak ada lagi ketika Nibbana ?
sangat simple jawabannya ya atau tidak
jadi ada suatu kepastian.
mungkin anda capek, sudah terlalu malem, terima kasih sudah menjawab, lanjut besok saja, sambil direnungkan.
good night everybody.
Sdr. Petrus, seorang anak prasekolah akan merasa dirinya diberikan sebuah teka-teki ketika ia diberitahukan bahwa 1000 dikurangi 50 adalah 950. Mengapa? Karena ia belum memiliki pengetahuan yang baik dan benar akan matematika.
Begitu juga Nibbana, Sdr. Petrus. Nibbana sampai kapan pun akan tetap menjadi sebuah teka-teki bagi kita yang belum memiliki pengetahuan akan kebijaksanaan untuk menembusnya.
Pengetahuan yang terbatas akan Nibbana terlihat pada keinginan kita ketika pertanyaan kita hanya ingin dijawab simple dengan ya dan tidak. Padahal untuk menjawabnya tidak bisa menggunakan hanya ya dan tidak. Bahkan masalah duniawi pun tidak selamanya hanya dapat diselesaikan dengan menggunakan ya dan tidak.
Jadi jika keinginan Sdr. Petrus adalah hanya untuk mendapatkan jawaban ya dan tidak, maka anda tidak akan mendapatkan jawaban yang sesungguhnya. Dan keputusan ada ditangan anda, apakah ingin mendapatkan jawaban yang sesungguhnya, atau tidak sesungguhnya atau setengah-setengah. Sekali lagi keputusan ada ditangan anda.