//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Show Posts

This section allows you to view all posts made by this member. Note that you can only see posts made in areas you currently have access to.


Messages - marcedes

Pages: 1 ... 95 96 97 98 99 100 101 [102]
1516
Theravada / Re: SEJARAH TIPITAKA
« on: 07 December 2008, 05:56:40 PM »
mau nanya nih...kalau pada konsili pertama kan di pimpin oleh Mahakassapa Thera

terus pada konsili ke-tiga.....katanya Mahakassapa Thera sendiri yang menguraikan Abhidhamma.....yang katanya menurut sejarah pertama kali dalam kitab tipitaka itu ada abhidhamma nya..
jadi umur Mahakassapa itu berapa tahun?

1517
Mahayana / Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« on: 06 December 2008, 10:59:16 PM »
gampang nya.....cobalah semua aliran dan rasakan sendiri alias ehipassiko
yang mana cocok dan membawa anda ke nibbana.....lakukan saja ^^

1518
Mahayana / Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« on: 06 December 2008, 05:37:19 PM »
Quote
“Maka dari itu Sang Tathagata tidak mendirikan Mahayana; Mahayana dibuat oleh mereka yang bersifat iblis dengan tujuan untuk menipu mereka yang bodoh dan berpikiran buruk.”, demikian klaim para Hinayana.

dear gandalf
yang menyatakan mahayana adalah pembodohan siapa? "demikian klaim para hinayana"
sampai kapan mau terjebak dalam lingkaran ini....
adalah suatu pembodohan.


Quote
Poin awal pembahasan topik ini memang ke arah situ. Karena ditanggapi dengan masalah perbedaan penafsiran, maka melebar menjadi sedemikian rupa.
ya, memang sejak awal Mahayana sudah menganggap T sama M sama2 merupakan ajaran Buddha. Yang menolak utk mengakuinya emangnya siapa? 

dear cinghik
ada beberapa bikhu yang belum mencapai tingkat kesucian sering menyatakan kalau yang ia belajar adalah original........bisa dibilang rakit punya dia adalah ASLI...

sy sendiri sudah sering ketemu dengan bikhu theravada yang berkelakuan demikian....
adapun yang sok pintar tapi salah.....itulah manusia yang belum mencapai tingkat kesucian....macam-macam bentuk juga ada. ^^
sy sendiri belum mencapai apa-apa....masih dalam belajar....

tapi kita umat buddhis berlindung pada ariya sangha.....
mari kita lihat guru Ajahn Chah......apakah pernah dia menyatakan ini ASLI...itu PALSU?
yang beliau ajarkan selalu menuju pada kebijaksanaan yaitu "cobalah sendiri"

jadi perlu kita ketahui sama-sama....yang berdebat seperti itu ini asli itu palsu adalah orang bodoh.
garis menuju nibbana sendiri sudah ditetapkan oleh guru kita sang buddha gotama.
4 kesunyataan mulia dan JB 8
jika kita melihat JB 8.....semua yang dibabarkan adalah "Kondisi" bukan syarat utama harus "ini"

mari kita lihat salah satu unsur JB 8 "samma-samadhi" dan "samma-sati"
dan coba bandingkan dengan aliran meditasi yang ada saat ini..

sy pernah bertemu dengan bikhu yang ngotot dengan jalan bahwa harus samantha-bhavana dulu baru belajar vipassana-bhavana......(mirip metode Pa-AUK-sayadaw)
hasilnya dia menolak metode mahassi sayadaw.....
lalu yang mana yang benar?....
cobalah teliti batin kita sendiri
ketika kita merasa lebih cepat berkembang dengan metode mahassi..yah digunakan saja...
ketika kita merasa lebih cepat berkembang dengan metode pa-auk...yah di gunakan saja....

manusia ada yang cocok dengan ini....cepat berkembang dengan cara "ini"
ada pula yang cocok dengan "itu" dan cepat berkembang dengan cara "itu"
lalu apakah mau dipaksakan manusia itu semua sama?.....
sama saja menambah penderitaan....perdebatan tiada akhir.

semua itu hanya "cara".....hanya "cara"......apalah arti dari "cara"
yang kita inginkan adalah "hasil"......apakah nibbana itu?
jika kita merasa menggunakan "cara" ini/itu lebih mengantarkan pada kebijaksanaan maupun pelepasan..
pakai saja cara yang disukai itu...

theravada dan mahayana memang memiliki konsep yang berbeda....lalu yang manakah terbaik?
dalam kalama-sutta.
sang buddha bersabda....
ini tidak berguna, hal ini tercela, hal ini tidak dibenarkan oleh para Bijaksana; hal ini kalau terus dilakukan akan mengakibatkan kerugian dan penderitaan,' maka sudah selayaknya kamu menolak hal-hal tersebut."

dan

Tetapi, setelah diselidiki sendiri, kamu mengetahui, 'Hal ini berguna; hal ini tidak tercela; hal ini dibenarkan oleh para Bijaksana; hal ini kalau terus dilakukan akan membawa keberuntungan dan kebahagiaan,' maka sudah selayaknya kamu menerima dan hidup sesuai dengan hal-hal tersebut."

jika mahayana lebih cepat mengatarkan pada kebijaksanaan yah....jalankan saja
jika theravada lebih cepat mengatarkan pada kebijaksanaan yah....ikuti saja.
lalu masalah nya apa?
karakter setiap orang berbeda-beda...itulah kenyataan


1519
Mahayana / Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« on: 04 December 2008, 07:58:23 PM »
walau demikian bukankah tujuan sama.....yakni nibbana....

tujuan sama.....ada jalanan pendek ada jalanan panjang....rute yang mana bagus? terserah dari anda semua....
silahkan pilih.

bukankah hidup adalah pilihan ^^

1520
dear markosprawira
memang sih tidak ada kata larangan.....hanya saja mungkin ada pikiran bahwa
"ingin berdagang tanpa menyengsarakan makhluk lain"
pikiran ini saya dukung 10000000% ^^

dear her
kalau mau buka toko pancing....sebaiknya tidak..karena itu memang tujuannya menyengsarakan makhluk hidup..kalau masih mau...terserah anda sih

bagaimana bro kalau buka toko seperti jaring...tasi jala.....dsb-nya...
kan kalau jala itu sifat nya serbaguna....bisa sebagai rumput laut.....sebagai pembudidayaan ikan.

semoga bermanfaat

1521
Mahayana / Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« on: 03 December 2008, 09:10:23 AM »
Dear Gandalf
sebenarnya, masalah hinaya maupun bhavaviveka semua itu cuma samutti sacca yang kita berdebatkan.
apalah artinya?

"arahat adalah boddhisatva"
"arahat tidak terlahir atau terlahir"
"ini bhavaviveka ini hinaya"

sampai kapan terjerumus dalam ini?
"dhamma hanyalah rakit untuk menyeberang lautan samsara"
dhamma di pakai untuk NIBBANA....bukan di genggam ataupun di peluk.

baik mahayana maupun theravada.......apa sudah lupa yang merupakan ajaran buddha?

”Ada kemungkinan, bahwa di antara kalian ada yang berpikir: `Berakhirlah kata-kata Sang Guru; kita tidak mempunyai seorang Guru lagi.` Tetapi, Ananda, hendaknya tidak berpikir demikian. Sebab apa yang telah Aku ajarkan sebagai Dhamma dan Vinaya, Ananda, itulah kelak yang menjadi Guru-mu, ketika Aku pergi.”
(Mahaparinibbana Sutta, Digha Nikaya 16)


lalu perhatikan baik-baik semangat buddha dan "apa yang dia ajarkan selama 45 tahun"?
hanya 1.....yakni NIBBANA

Dalam Gotami Sutta (Anguttara Nikaya VIII. 53) , Sang Buddha menjelaskan kepada Y.A. Mahapajapati Gotami:

"Bila, Gotami, engkau mengetahui hal-hal secara pasti: `Hal-hal ini menuju pada nafsu, bukan pada tanpa-nafsu; pada kemelekatan, bukan pada tanpa-kemelekatan; pada pengumpulan, bukan pada pelepasan; pada memiliki banyak keinginan, bukan pada memiliki sedikit keinginan; pada ketidakpuasan, bukan pada kepuasan; pada suka berkumpul, bukan pada kesendirian; pada kelambanan, bukan pada kebangkitan semangat; pada kehidupan yang mewah, bukan pada kesederhanaan` - tentang hal-hal ini engkau bisa merasa pasti: `Ini bukanlah Dhamma; ini bukanlah Vinaya; ini bukanlah Ajaran Sang Guru.`”

"Tetapi, Gotami, bila engkau mengetahui hal-hal secara pasti: `Hal-hal ini menuju pada tanpa-nafsu, bukan pada nafsu; pada tanpa-kemelekatan, bukan pada kemelekatan; pada pelepasan, bukan pada pengumpulan; pada memiliki sedikit keinginan, bukan pada memiliki banyak keinginan; pada kepuasan, bukan pada ketidakpuasan; pada kesendirian, bukan pada berkumpul; pada kebangkitan semangat, bukan pada kelambanan; pada kesederhanaan, bukan pada kehidupan mewah` - tentang hal-hal ini engkau bisa merasa pasti: `Ini adalah Dhamma; ini adalah Vinaya; ini adalah Ajaran Sang Guru.`”


Begitu juga dalam SatthuSasana Sutta (Anguttara Nikaya VII. 80) , Sang Buddha menjelaskan kepada Y.A. Upali :

"Upali, jika engkau mengetahui tentang hal-hal tertentu: `Hal-hal ini tidak membawa menuju perubahan sepenuhnya, hilangnya nafsu, penghentian dan kedamaian, menuju pengetahuan langsung, pencerahan spiritual dan Nibbana` - dari ajaran-ajaran seperti itu engkau bisa merasa yakin: Ini bukan Dhamma; ini bukan Vinaya; ini bukan Ajaran Sang Guru.`"

"Tetapi Upali, jika engkau mengetahui tentang hal-hal tertentu: `Hal-hal ini membawa menuju perubahan sepenuhnya, hilangnya nafsu, penghentian dan kedamaian, menuju pengetahuan langsung, pencerahan spiritual dan Nibbana` - dari hal-hal semacam itu engkau bisa merasa yakin: Inilah Dhamma; inilah Vinaya; inilah Ajaran Sang Guru.`”


---------------------------------------------

bukankah inti ajaran buddha itu berhubungan langsung dengan 4 kesunyataan mulia?
coba lihat ketika sang buddha telah mencapai Anuttaro sammasambodhi(pencerahan sempurna)
apa yang diajarkan nya pertama kali?
tidak lain 4 kesunyataan mulia yang ujung-ujung nya merealisasikan nibbana

karena memang sang buddha sudah tahu....itulah yang terpenting

masalah vinaya maupun tatacara...sutta-sutta yang berbeda...memang ada perbedaan antara T dan M
sekali lagi theravada dan mahayana itu cuma merek RAKIT.....dan "rakit di pakai untuk menyeberang"

jadikanlah nibbana sebagai tujuan hidupmu. _/\_


Quote
Katanya Arahat tanpa keinginan, sekarang malah mengatakan Arahat memiliki keinginan mengajar dhamma? Kalau dalam konteks bodhisatva, keinginan bodhisatva bukan atas dasar tanha, tapi "chanda, keinginan yg luhur". Silakan baca posting bro Gandalf.

Bro Marcedes mengatakan seorang arahat sejati akan memasuki kereta dengan tenang dan tanpa kerisauan atau kegelisahan. Dari apa yg saya baca, saya malah melihat bahwa jika tanpa kerisauan, Arahat seharusnya tidak perlu concern dgn kedatangan kereta. Tetapi seorang Bodhisatva juga bukan risau dgn pikiran "ini belum selesai"  "ini kasihan ingin di tolong" dsb-nya.
Ibarat seorang dokter yg memberi pertolongan pada pasien yg jumlahnya sangat banyak, ketika kereta datang menjemput, dokter tidak akan ikut kereta dan pergi selamanya, tetapi dokter tetap akan datang lagi selama ada pasien yg menunggu beliau. Ibarat ketika jam kerja sudah selesai, dokter tetap akan tutup pintu, tetapi bila ada pasien datang esoknya, pintu akan dibukakan lagi. Itulah bodhisatva sejati. Bahkan kereta tetap dianggap sebagai hal yg ilusif, karena mana ada lagi yg disebut mati total hingga tidak ada apa apa lagi.
kereta yang saya maksud itu adalah kematian.
itulah bedanya boddhisatva....karena masih memiliki "tanha" yang ingin menolong terus menerus tentu itu adalah penderitaan.....seorang boddhisatva jika menjadi seorang dewa yang sakti...tidaklah terlalu masalah karena kesaktiannya...tetapi semua itu tidaklah kekal.
dokter juga bisa mati ^^...dan ketika dokter yang pintar itu mati dan terlahir lagi...apa masih sama kepintaran dan ilmu kedokterannya?

bisa saja setelah jadi boddhisatva menjadi orang miskin yang payah ataupun buta....lalu apa masih bisa menolong?....mungkin menolong dirinya saja sudah sulit..apakah itu bukan penderitaan?
apakah itu kebahagiaan?.......

dan itulah kenyataan "keinginan merupakan suatu penderitaan"....
karena keinginan seperti itu akan menyebabkan proses penjelmaan...penjelmaan adalah berkondisi
dan berkondisi tidak lah kekal....tidak kekal merupakan penderitaan.
bisa lihat di proses patticasammupada.
-----------------------------------------------------------------------------

seperti nya sahabat chingik tidak mengerti apa yang saya maksudkan.............arahat tetap memiliki keinginan tetapi keinginan itu hanya sebatas keinginan......saya jelaskan panjang lebar....harap di cermati.
tapi mau di cermati atau tidak juga tidak apa-apa... ;D

arahat masih memiliki keinginan seperti makan,ingin kacamata, ingin tidur, ingin minum ,ingin mengajarkan dhamma,dsb-nya.

kita ambil satu contoh....."ingin kacamata"
seorang arahat ketika mata nya sudah kabur atau bisa saja Silindris (Cylinder)....
nah menyebabkan khandha pada bagian perasaan sangat menderita.....menderita ini tentu berasal dari pusing,rabun,dsb-nya....karena mata silindris itu bukan seperti rabun..

(saya sendiri dijelaskan oleh seorang penderita silindris entah parah atau tidak....tapi memang menyebabkan penglihatan terganggu bahkan sampai pusing jika tidak pakai kacamata)
apakah hal ini wajar atau tidak bagi seorang arahat?

tentu saja wajar......kita tahu memang khandha kita tidak lah kekal....mulai dari jasmani...dan ketika jasmani ini menimbulkan rasa sakit....tentu yah di kenal sebagai SAKIT oleh VENDANA / PERASAAN...dan di kenal juga oleh PIKIRAN dan PENCERAPAN serta KESADARAN.
bahwa ini SAKIT-tidak menyenangkan,dsb-nya.

beda seorang arahat dan orang awam adalah di sini letak nya.
saya bahas orang awam dulu

ketika orang awam menerima rasa sakit....dan berpikir "aku sakit"....menerima rasa sakit itu sebagai "diri-ku yang sakit".
orang awam menilai rasa sakit itu....dengan "ini sakit sekali, ini tidak terlalu sakit"
dan ketika orang awam ingin memiliki kacamata sebagai OBAT AMPUH....
jika kacamata itu tidak ada...tentu orang awam yang melekat,maka akan semakin menderita..

"kacamata ku---hilang,....dari kacamata yang hilang.....(berpandangan bahwa kacamata itu MILIK-NYA)
tentu lah penderitaannya bertambah.......
karena keinginannya memiliki kacamata saat itu tidak ada.....ditambah penderitaan itu adalah MILIK-NYA

-----------

sekarang kita bahas arahat.
ketika arahat sakit dan pusing........mulai dari jasmani sampai 4 khandha lainnya semua proses nya sama....
tetapi beda-nya arahat ketika dirinya sakit......tidak menilai lagi "ini sakit sekali, ini tidak terlalu sakit"
dan hanya mencatat dalam pikirannnya bahwa "ini sakit"
dan sakit bukanlah milik-nya......karena memang khandha ini selalu berubah-rubah...

perhatikan baik-baik yang ini.
ketika seorang arahat sakit...dan ingin memiliki kacamata..
dari pikirannya tahu bahwa ketika saya memakai kacamata, maka sakit ini akan sembuh.

apakah seorang arahat tidak mau memakai kacamata dengan alasan tidak ada keinginan?
dan membiarkan sakit itu terus berlanjut?
apakah arahat sebodoh itu?

jawabannya tidak.....perhatikan proses batin-nya
seorang yang bijaksana....tentu melihat peluang...jika bisa baik saat itu, mengapa di biarkan menderita?
vendana / perasaan yang begitu sakit....ketika ada peluang bisa berubah dari yang tidak menyenangkan menjadi menyenangkan.....tentu semua orang yang pintar bakalan merubahnya.

nah bagaimana kah jika tidak ada peluang / kacamata hilang?
ketika perasaan mencatat bahwa ini menderita......dan ketika kacamata yang di cari tidak di temukan
vendana atau perasaan......ini menderita.....batin seorang arahat mencatat bahwa ini penderitaan.

tetapi(saat ini menderita) dan "ingin" mengubahnya menjadi bahagia(karena ada kacamata) MERUPAKAN SUATU PENDERITAAN.
inilah disebut KEINGINAN SEBAGAI SUMBER PENDERITAAN.....karena kenyataan sudah tidak ditemukan kacamata itu.....dan "keinginan" mengubah vendana-nya...adalah penderitaan.

seorang pertapa seperti Ajahn Chah pernah mengatakan....bebek adalah bebek....ayam adalah ayam.
jika menginginkan ayam menjadi bebek dan bebek menjadi ayam...adalah suatu penderitaan.


makanya dalam meditasi vipassana...semua itu kita lihat sebagaimana adanya...tanpa ada keinginan mengubah
kita mencatat penderitaan adalah penderitaan, bahagia adalah bahagia...tapi semua itu sebagaimana adanya.
tanpa milik...tanpa AKU....

ketika kacamata seorang arahat tidak ditemukan..tentu dia berpandangan benar...bahwa memang KACAMATA itu bukan milik-AKU....jadi hilang tidak hilang...tidaklah masalah.
tetapi jika kacamata itu ada. APAKAH dengan BERKEINGINAN memakai kacamata adalah TANHA?

demikian jika vendana itu menderita.....apakah penderitaan itu adalah milik-nya?
tentu vendana yang menderita itu bukan milik...melainkan hanya di pandang sebagai bagian dari jasmani.
makanya....ketika ada kesempatan vendana itu baik...tentu di baik-kan saja..
tetapi ketika tidak ada kesempatan vendana itu untuk menyenangkan...yah di biarkan saja.
itulah tanpa kemelekatan

disinilah letak keinginan hanyalah keinginan....bukan "tanha" terus menerus berkeinginan.
semoga bisa di mengerti _/\_




1522
Mahayana / Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« on: 02 December 2008, 09:04:37 AM »
Quote

Arahat yang parinibbana dan tidak bisa lagi "menolong" makhluk hidup,bagaimana bisa disebut egaliter non-dualisme?  Bro Dilbert juga mengatakan Arahat yang masih belum parinibbana tetap membabarkan dharma, memberikan petunjuk kepada makhluk makhluk yang membutuhkan pertolongan,  atas dasar apa Arahat melakukan aktivitas itu? Jika atas dasar 4 sifat batin luhur, mengapa Arahat akhirnya memilih Parinibbana? Bagaimanakah hal ini dikaitkan dengan sifat egaliter? Jika atas dasar tanpa kemelekatan, maka utk apa Arahat mengajarkan dhamma? Jika mengajar tanpa kemelekatan, mengapa memilih Parinibbana yg pada hakikatnya padam dari segala kondisi. Bukankah seharusnya egaliter sejati adalah melakukan aktivitas namun tidak melekat pada aktifitas itu sehingga terus melakukan tugas "penyelamatan" terus menerus tanpa jeda, seperti halnya dalam konsep bodhisatva. Jika anggapan anda bahwa Arahat memandang Samsara=Nibbana, maka Arahat tidak seharusnya memilih Parinibbana. I

Sekali lagi, Sutra Intan tidak pernah menyebutkan bahwa seorang TATHAGATHA TIDAK DAPAT MENYELAMATKAN MAKHLUK HIDUP APAPUN. Tolong Dikaji ulang secara seksama apa makna Sutra Intan.
waduh bro.....saya tidak mengerti apa itu egaliter atau non-dualisme.
tapi saya bisa pahami kalau anda tidak mengerti tentang "tidak melekat"

begini....bukan berarti seseorang arahat(tidak melekat) itu tidak ada keinginan sama sekali...
jika arahat tidak mau mengajarkan dhamma...bagaimana merujuk pada sang buddha seorang arahat sejati?
mengajarkan dhamma tetap bukan.....tetapi apakah beliau melekat pada keinginanannya hingga mau mengajar terus?

jika seorang melekat pada bentuk pikiran dan perasaan dengan ingin mengajar terus tanpa henti...maka pastilah orang tersebut bukan arahat...karena di ikuti oleh rasa "tanha"

seorang arahat boleh saja berkeinginan....tetapi seorang arahat memiliki keinginan yang tidak melekat akan 5 khanda nya........
misalnya seorang arahat membantu mengajarkan dhamma kepada murid nya......tetapi seorang arahat tidak berpikir sampai di ikuti oleh bentuk perasaaan
" apakah murid ku masih belum mencapai "
"kapan dia mencapai"

seorang arahat hanya melihat "hal itu" sebagaimana "hal itu"....
seperti menolong hanyalah menolong......

bukan memiliki bentuk pikiran seperti
"oh pertolongan ku masih kurang"
"yang saya ajarkan masih sedikit,musti lebih banyak lagi"
"murid ku harus mencapai ini"

baiknya belajar vipassana....jadi lebih mudah di lihat dan dipahami yang di maksud
"menolong hanyalah menolong"
"melihat hanyalah melihat"
"mengajar hanyalah mengajar" dsb-nya
--------------------------------------------------------------

agar di mengerti saya beri contoh sederhana....

ketika seseorang menunggu kereta di stasiun.........dan banyak orang lain juga menunggu di stasiun itu.
nah...ada seseorang kita sebut GOTAMA...sambil menunggu waktu datang nya kereta penjemput....beliau mengajarkan ajaran-ajaran kepada orang-orang di stasiun tersebut.

nah.....ketika orang-orang tersebut sedang di ajar dhamma.....tiba-tiba datanglah kereta penjemput..

nah BEDANYA seseorang arahat yang tidak melekat.....
akan masuk ke dalam kereta tersebut tanpa bentuk pikiran bahwa
"kasihan saya belum selesai mengajar"
"aduh kecewa belum selesai mengajar tapi kereta sudah datang"
"ingin rasanya menunda keberangkatan hingga selesai mengajar,hingga semua orang di stasiun mengerti"
dsb-nya

jadi ketika seorang arahat dalam stasiun menunggu kereta nya...seorang arahat MEMPRATEKKAN 4 SIFAT BATIN LUHUR yang dimilikinya(brahmavihara)...

tetapi ketika kereta datang semua itu tetap saja di tinggalkan.....
seorang arahat sejati akan memasuki kereta dengan tenang dan tanpa kerisauan atau kegelisahan
"ini belum selesai"  "ini kasihan ingin di tolong" dsb-nya.

semoga di mengerti _/\_

1523
Theravada / Re: Hukum Karma Kucing
« on: 01 December 2008, 10:53:53 PM »
Ika,
seekor singa ketika membunuh mangsa nya tentu singa itu mengalami kamma buruk,
tetapi tidaklah sebesar dengan kita manusia yang melakukannya dengan niat(cettana)

singa binatang yang diliputi moha dan memiliki insting membunuh.....jadi ketika singa ini membunuh tetap saja mendapatkan kamma buruk tetapi efek dari kamma buruk itu tidaklah besar.

dialam manusia bisa saja mencapai kesucian(nibbana) dan bisa juga mencapai alam terendah(avici)......
berbeda dengan alam binatang.

1524
Mahayana / Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« on: 01 December 2008, 06:28:57 PM »
Quote
Nah Arahat masih memiliki kemelekatan akan kondisi "terlepas dari kondisi". 

maaf ^:)^

tapi sudahkah anda mencapai tingkat kesucian arahat dan berani memastikan kata-kata anda?
atau hanya asumsi belaka....

ketika seorang bertemu sang buddha bahkan berkata "aku tidak menyukai semua bentuk pikiran apapun"

lalu sang buddha berkata "apakah kamu juga tidak menyukai bentuk pikiran ("aku tidak menyukai semua bentuk pikiran apapun") pikiran melihat pikiran.

"terlepas dari kondisi".....
bahkan seorang arahat pun seperti "Y.M Sariputta" pernah berkata "sungguh bahagia pikiran yang bebas dari semua-nya " termasuk pikiran yang mengatakan bebas dari semua-nya "

mudah-mudahan di mengerti _/\_

1525
Mahayana / Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« on: 01 December 2008, 06:19:43 PM »
yup, ketika seseorang di katakan BEBAS.....jika masih berkutat untuk menolong orang apakah itu disebut bebas?
Quote
Jika Arahat hinayana benar-benar mencapai kondisi non dualisme, justru seharusnya dapat secara leluasa tetap memberi bimbingan kepada para makhluk samsara. Tetapi Arahat hinayana justru memilih mencapai parinibbana, sama seperti orang yg mendapatkan harta kekayaan lalu tidak mempedulikan kaum miskin papa. Bagaimana bisa disebut egaliter?

seperti nya sangat lah sulit yah di mengerti....seorang arahat tetap menolong orang....itu dikarenakan mereka memiliki ke-4 sifat batin luhur (brahmavihara)
contoh nya saja se-waktu sang buddha menyuruh murid-murid nya menyebarkan dhamma yang indah pada permulaan,indah pada pertengahan,indah pada akhir.

tetapi walaupun para arahat membabarkan dhamma...mereka sama sekali tidak MELEKAT.
mereka tidak melekat pada KEINGINAN INGIN MENOLONG SECARA TERUS MENERUS...

cobalah meditasi vipassana....bentuk pikiran ingin menolong terus menerus. di karenakan ada nya "perasaan" menyenangkan/bahagia.....apakah ini disebut kebebasan?

sy rasa mending mengkaji ulang kata-kata dari sang buddha yang mana merupakan inti ajaran beliau.
dan saya yakin tidak akan jauh dari 4 kesunyataan mulia.

1526
Mahayana / Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« on: 29 November 2008, 06:58:07 PM »
Quote
Setelah Sang Buddha mencapai peerangan Sempurna, Beliau sebenarnya langsung membabarkan Mahayana yaitu Avatamsaka Sutra, namun karena banyak makhluk yang tidak paham dan tidak mencapai kemajuan batin yang cukup berarti, maka Sang Buddha kemudian mengajarkan Agama sutra yang merupakan ajaran-ajaran Hinayana (Dasar).

Dan akhirnya memang bener, para makhluk tampaknya lebih sesuai dan cocok dengan pembabaran Agama sutra, sehingga banyak sekali yang mencapai tingkat kesucian Arahat. Ini juga dikarenakan tingkat pemahaman mereka memang bersesuaian dengan jalan Arahat.

aduh, seorang buddha bahkan seorang arahat saja, tentu tidak mungkin mengajarkan sesuatu yang tidak akan di mengerti kepada pendengar nya.

bagaimana mungkin seorang buddha mau membabarkan sebuah kotbah/ceramah ( anda menyebutnya mahanyana ; avatamsaka sutta )
lalu pendengar nya tidak mengerti?
sebelum sang buddha membabarkan dhamma tentu beliau selalu melihat kepada pendengar nya terlebih dahulu......
seperti memberi obat yang tidak manjur , kemudian di ganti obat lain.....saya rasa sang buddha bukan lah guru yang tidak bijaksana.

1527
Diskusi Umum / Re: Adakah Agama Buddha Yang Murni?
« on: 29 November 2008, 06:06:56 PM »
dhamma hanya lah rakit untuk menyeberang, belajar setinggi apapun, semua-nya itu hanya sedemikian adanya.
4 kesunyataan mulia dan 8 jalan tengah adalah dhamma.

semua ajaran baik itu theravada,mahayana,dsb-nya asalkan ada 4 kesunyataan mulia dan 8 jalan tengah...itulah yang membawa ke-kesucian dan nibbana.

1528
Theravada / Re: Ajahn Brahm membolak-balik Empat Kebenaran Luhur!
« on: 15 November 2008, 09:53:00 AM »
jangan terlalu berpikir macam-macam deh
pikiran adalah pelopor.

mungkin saja ajahn bram melakukan itu adalah tahap awal untuk mengenalkan dukkha yang sesungguh nya tidak disadari oleh umat awam.

seperti permen yang di beri pada anak-anak...awalnya rasa-nya manis...tetapi begitu permen itu habis...anak tersebut menangis dan meminta lagi...
bukankah itu dukkha yang mungkin diberitahukan secara REALITA langsung oleh orang barat. ketimbang menggunakan kata-kata......

1529
Theravada / Re: Arahat dalam waktu 7 hari harus menjadi bhikkhu?
« on: 15 November 2008, 09:34:30 AM »
berdebat hal tak berguna.

jadikanlah diri anda arahat baru anda akan tahu jawaban-nya.

Pages: 1 ... 95 96 97 98 99 100 101 [102]
anything