[at] dilbert,
saya ngga ikut menyatakan itu tercela karena sang Buddha tidak mengatakan itu profesi tercela, kondisi ini sangat berbeda ketika berbicara ttg cunda dengan profesi penjagal babi, dimana pembunuhan sangat tidak dianjurkan oleh sang Buddha, jadi seluruh profesi yg menghasilkan pembunuhan saya anggap merupakan perbuatan tercela. Sementara saya temukan di buddhis ambapali yang 10.000x terlahir jadi pelacur. Sirima yg jadi pelacur [sebelum bertemu Buddha dan Sesudah bertemu Buddha, dan masih disebut pelacur ketika telah menjadi sotapanna hingga wafatnya]..Akibat dari pekerjaan mereka semua, mereka dapat memberikan dana makanan sehingga ikut menyokong kelangsungan para bikkhu dan sangha.
Sebelumnya udah saya postingkan [mohon di baca buku yg saya postingkan linknya] merujuk pada keadaan prostitusi di jaman sebelum hingga jaman gupta, sementara itu sekarang ini sekurangnya 65 negara di dunia ini yang MELEGALKAN PROSTITUSI:
http://www.inilah.com/read/detail/119735/wah-taiwan-legalkan-pelacuranSehingga, untuk dapat menyatakan tercela atau tidaknya selain hal-hal di atas, ada beberapa referensi lain yang patut kita pertimbangkan, diantaranya adalah:
kalama sutta, terdapat komentar sang Buddha ketika ditanya ttg ajaran, untuk melihat apakah bermanfaat buat diri sendiri dan orang lain dan/atau tidak merugikan diri sendiri dan orang lain [kalimat benernya silakan buka kalama suta] dan tidak dicela oleh para bijaksana...kalimat ini kita tentunya perlu tau batasan tidak tercela itu.
Saya temukan perubahan pandangan ttg hal baik/tidak dari jaman ke jaman, sebagaimana di singgung di aggana sutta, syair 16 dan 17:
16. ‘Dan kemudian, setelah tanaman merambat lenyap, beras muncul di ruang terbuka, bebas dari dedak dan sekam, harum dan berbutiran bersih. Dan apa yang mereka ambil untuk makan malam akan tumbuh lagi dan masak di pagi harinya, dan apa yang mereka ambil untuk sarapan pagi akan masak lagi di malam hari, tidak ada tanda-tanda telah dipanen. Dan makhluk-makhluk ini mulai memakan beras ini, dan hal ini berlangsung selama waktu yang sangat lama. Dan karena mereka melakukan hal itu, maka tubuh mereka menjadi lebih kasar lagi, dan perbedaan dalam penampilan mereka lebih meningkat lagi. Dan yang perempuan menumbuhkan alat kelamin perempuan, dan yang laki-laki menumbuhkan alat kelamin laki-laki. Dan yang perempuan menjadi tertarik dengan laki-laki, dan yang laki-laki tertarik dengan perempuan, nafsu tumbuh, dan tubuh mereka terbakar oleh nafsu. Dan kemudian, karena terbakar oleh nafsu, mereka terlibat dalam aktivitas seksual. Tetapi mereka yang melihat perbuatan itu melemparkan debu, abu, atau kotoran sapi kepada mereka, meneriakkan: “Matilah, engkau binatang kotor! Bagaimana mungkin seseorang melakukan hal demikian terhadap orang lain!” seperti di masa kini, ketika seorang menantu perempuan di bawa keluar, beberapa orang melemparkan kotoran padanya, beberapa melemparkan abu, dan beberapa melemparkan kotoran-sapi, tanpa menyadari bahwa mereka mengulangi perilaku masa lampau. Apa yang dianggap bentuk yang buruk di masa itu, sekarang dianggap bentuk yang baik.’
17. ‘Dan makhluk-makhluk yang pada masa itu melakukan hubungan seksual tidak diperbolehkan memasuki desa atau kota selama satu atau dua bulan. Oleh sebab itu, mereka yang melakukan perbuatan itu selama waktu yang lama mulai membangun rumah agar perbuatan mereka tidak terlihat.’
Terlihat semua hal yg nyangkut seksual hanyalah pandangan manusia..dan tercela tidak tercela berubah dari jaman ke jaman..
kemudian di M.117, ada rambu-rambu tentang pencaharian benar, ada 5 point 1. Penipuan, 2. Ketidak-setiaan, 3. Penujuman, 4. Kecurangan, 5. Memungut bunga yang tinggi (praktek lintah darat)
Biasanya point ke-2 dipake alasan..namun saya tidak melihat itu menjadi tidak benar..
P.s
Bro Sumedho, menurut saya Miccha adalah lawan kata dari samma, sedangkan cara adalah prilaku
Berikutnya silakan simak sutta bernama ganika sutta [6.8], ketika ada pertikaian gara2 rebutan pelacur, silakan simak pendapat sang Buddha mengenai ini:
I have heard that on one occasion the Blessed One was staying in Rajagaha at the Bamboo Grove, the Squirrels' Sanctuary. Now at that time two factions in Rajagaha were in love with a certain courtesan, their minds enthralled. Arguing, quarreling, and disputing, they attacked one another with fists, attacked one another with clods of dirt, attacked one another with sticks, attacked one another with knives, so that they fell into death or death-like pain.
Then in the early morning, a large number of monks, having put on their robes and carrying their bowls and outer robes, went into Savatthi for alms. Having gone for alms in Savatthi, after the meal, returning from their alms round, they went to the Blessed One and, on arrival, having bowed down to him, sat to one side. As they were sitting there, they said to the Blessed One: "At present, two factions in Rajagaha are in love with a certain courtesan, their minds enthralled. Arguing, quarreling, and disputing, they attack one another with fists, attack one another with clods of dirt, attack one another with sticks, attack one another with knives, so that they fall into death or death-like pain."
Then, on realizing the significance of that, the Blessed One on that occasion exclaimed:
What's been attained, what's to be attained,
are both defiled by one who trains
in line with the afflicted.
Those for whom precepts & practices
are the essence of the training,
for whom celibacy is the essence of service:
this is one extreme.
Those who say, "There's no harm in sensual desires":
this is the second extreme.
Both of these extremes cause the growth of cemeteries,
and cemeteries cause views to grow.
Not directly knowing these two extremes,
some fall short,
some run too far.
But those who directly know them,
don't exist there,
don't conceive things
through them.
And for these people,
there's no whirling through the cycle
to be described.
Kesimpulan saya,
saya memenggang pendapat bahwa prostitusi bukan pekerjaan tercela dan juga bukan pekerjaan yg di pujikan.