Ini mirip beli ikan bakar, tapi ikannya dipilih dari yang masih hidup ya.
Iya, mirip tapi sebetulnya sangat berbeda.
Kalau kasus pastor, sebetulnya tidak ada niat membunuh, hanya menunjuk sasarannya saja. Tunjuk atau tidak, tetap akan ada yang dibunuh.
Kalau kasus ikan, tujuannya jelas biar ikan mati dan bisa disantap. Imho, yang ini membunuh.
Jadi dibanding kasus ikan, kesamaannya adalah:
1. Sama-sama mengetahui dan sadar bahwa perbuatannya menyebabkan kematian makhluk
2. Perbuatan dilakukan
Perbedaannya adalah dalam kasus ikan, tujuannya adalah ikan mati dan disantap, sedangkan dalam kasus si pastor tujuannya adalah sebagian mati agar sebagian lain hidup. Apakah hal ini yang menyebab satunya disebut pembunuhan dan satunya lagi bukan pembunuhan?
Mengenai "tunjuk atau tidak, tetap akan ada yang dibunuh" ini tidaklah relevan sebab kita tidak mengetahui masa depan. Bisa saja si prajurit Nazinya cuma bercanda, atau 5 detik kemudian kalau si pastor ga milih, langsung sakit jantung dan mati. Ikannya juga mungkin aja waktu mau dibunuh lompat ke selokan dan ngabur, berarti karena dipilih, malah jadi ter-fang-sheng.
Jadi faktor-faktor luar yang mungkin berpengaruh pada hasilnya (yang kemungkinannya adalah tidak terhingga) ini tidak disertakan -kecuali jika memang dibahas dalam kasus tertentu- dan difokuskan pada keadaan batin pelaku dan kondisi pada saat dia memutuskan.
-------
Menurut saya pastor tersebut terlibat dalam tindakan pembunuhan itu secara terpaksa namun belum tentu akan menimbulkan akibat (kamma vipaka) terhadap dirinya.
Jadi perbuatan (kamma) bisa tidak memiliki akibat (vipaka) kalau terpaksa?
Yang saya sangsikan adalah poin niat/cetananya sang Pastor.
Bagaimana kita bisa membuktikan bahwa dirinya bercetana saat itu?
Mungkin saja ini bisa menjadi ahosi kamma ataupun ketika berbuah dirinya tidak merasakan penderitaan.
Kira-kira begitu analisa saya.
Ini adalah contoh kasus untuk analisis aplikasi teori dhamma, bukan investigasi tim forensik kamma. Jadi dalam hal ini memang sudah ditetapkan cetananya adalah demikian.
Dan juga sebetulnya ini bukan bahas masalah kamma-vipaka, namun tentang definisi 'membunuh' dalam sila.
-------
kira2 apa yg di lakukan seorg sotapanna..jika di suruh untuk memilih org yg akan di bunuh??
Pertanyaan yang bagus. Memang ini adalah kelanjutannya:
1. Bagaimanakah kalau si pastor diganti jadi bhikkhu/ariya, berkenaan dengan sila, kira-kira perbuatan apa yang akan dilakukannya? (Jawaban berupa spekulasi, tapi berdasarkan teori dhamma.)
2. Jika anda di posisi si pastor dan sekumpulan yang akan dibunuh itu ditambahkan label Arahant, apakah yang akan anda lakukan?
-------
jawaban theravada, sotapanna itu akan diam tidak mau memilih. lebih baik mati
Jadi seorang Sotapanna kira-kira tidak akan mempertimbangkan hasilnya, yang penting sesuai definisi, tidak melakukan sesuatu yang menyebabkan orang/makhluk lain mati. (cmiiw)
Jadi walaupun diancam: "pilih satu atau saya luncurkan rudal nuklir ini", seorang sotapanna akan lebih milih tidak berbuat apapun. Selebihnya adalah "kamma masing-masing deh", begitu bukan?