//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Tradisi Cina di Indonesia : Upacara Pattidana  (Read 1797 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Razita

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 9
  • Reputasi: 0
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Tradisi Cina di Indonesia : Upacara Pattidana
« on: 19 July 2017, 11:03:44 AM »

Tradisi Cina di Indoensia kali ini akan membahas tentang upacara pattidata, pattidata merupakan salah satu upacara dan doa bersama yang sering dilakukan oleh umat Buddha.

Upacara ini diadakan sebagai bentuk pelimpahan jasa kepada keluarga yang sudah meninggal dunia. Biasanya menggunakan sarana pohon kebajikan. Umat yang ingin berdana berupa uang, meletakkan di pohon tersebut. Tetapi bisa juga memberikan nasi.

Pemberian uang dan nasi tersebut merupakan simbolis. Nantinya dana dari para umat ini akan didoakan oleh biksu, sebagai bentuk pelimpahan jasa.

Menurut salah satu pengurus di Vihara Girinaga Makassar, “Upacara ini dilakukan oleh sanak keluarga yang masih hidup. Dimana dengan niat mereka yang tulus mempersembahkan dana. Semoga dengan jasa kebajikan yang dilakukan diterima oleh sanak keluarga yang telah meninggal. Semoga mereka berbahagia,”.

Upacara pattidana atau sering disebut juga sebagai upacara pelimpahan jasa ini merupakan bentuk penghormatan kepada yang sudah meninggal dunia.

Perayaan pattidana bermula pada masa Sang Buddha. Latar belakang dari upacara ini berasal dari dua kisah dimulainya pelimpahan jasa. Kisah pertama yaitu, seorang murid Buddha yang paling sakti  bernama Bhante Moggalana atau dikenal juga dengan nama Mu Lien Ciu Mu.

Ketika Moggalana sedang meditasi, mata batinnya menembus alam gaib, melihat surga dan neraka. Tak disangka, kemudian ia melihat ibunya yang sudah meninggal tetapi keadaannya kurus dan kering.

Maka Moggalana berusaha memberikan petolongan, akan tetap ia gagal. Setelah meditasi, Moggalana langsung menghadap Sang Buddha dan langsung menceritakan semua kejadian tersebut. Ia akhirnya disarankan untuk membuat pelimpahan jasa, dengan memberikan materi kepada biksu.

Melalui biksu itu, akan disampaikan kepada ibunya. Setelah mengikuti saran Buddha, ia kembali meditasi dan benar, ibunya sudah tidak kurus lagi. Akhirnya sejak saat itu, mulai dikenal pattidana.

Kisah kedua, dalam kitab Tri Pitaka, Raja Bimbisara mengundang Buddha dan biksu untuk berkunjung ke kerajaan.

Sang Raja memberikan persembahan berupa jubah dan uang kepada tamu mulia itu. Setelah itu, Bimbisara merasakan kebahagian lahir dan batin. Akan tetapi, pada malam hari, ia mendengarkan jeritan menyakitkan, dan itu mengganggu tidur raja.

Karena kejadian tersebut pada keesokan harinya, Bimbisara datang ke Buddha dan menceritakan pengalamannya itu. Sang Buddha mengatakan, bahwa teriakan kesakitan tersebut merupakan anggota keluarga yang sudah meninggal dunia.

Semasa hidup, keluarga tersebut pernah berbuat keburukan. Setelah kematian, terlahir di alam menderita atau alam setan kelaparan. Oleh karena itu, kemudian raja disarankan untuk mengundang biksu dan melakukan persembahan berupa uang, makanan dan jubah.

Raja menuruti saran tersebut dan saat itu tak terdengar lagi teriakan kesakitan. Pattidana yang dilakukan  Bimbisara itu kemudian terus dilestarikan oleh umat Buddha hingga sekarang ini.

Demikian informasi mengenai Upacara Pattidana yang merupakan Tradisi Cina di Indonesia.

Info Tradisi Cina di Indonesia yang lain : Sumber

 

anything