Supaya jejak tidak hilang, seperti pesan master djoe, saya tampilkan apa yang memotori topik ini dibuat.
Ini pendapat master djoe:
Adakah wujud tanpa kosong, kosong tanpa wujud?
Jika ada, maka seseorang bisa memisahkan antara wujud dan kosong.
Bisakah seseorang memisahkan wujud dan kosong.?
Wujud tanpa kosong dan
kosong tanpa wujud
Seseorang yg terdelusi berusaha memisahkan wujud dan kosong. Tidak menyadari itu hanyahlah persepsi dari pikiran yang membeda bedakan dan terjebak pada dualisme.
Orang yang terdelusi terjebak pada pandangan gelas itu setengah berisi dan yang lain mengatakan gelas itu setengah kosong.
Lebih jauh:
Jika berdasarkan pisik pria dan wanita ada, maka berdasarkan pisik tutup mata , pria dan wanita dipatahkan. Itulah pointnya. Kenapa masih melihat dengan cara yg sama
Ini adalah penjelasan saya:
Karena yang tingkat tinggi sudah tidak komentar, maka saya mau coba berikan pendapat tingkat rendah. Dalam pemahaman dasar, shunyata tidak berbeda antara pemahaman Theravada maupun Mahayana, yaitu berasal dari kanon Pali Culasuññatasutta yang menjelaskan bahwa segala fenomena adalah kosong dari diri.
Belakangan di satu hari yang indah, sekonyong-konyong ada yang merumuskan kitab dari Tavatimsa yang mengategorikan nibbana sebagai satu elemen yang terpisah, maka sekonyong-konyong pula ada yang ke alam naga sebagai tandingan dan menyatakan nibbana bukan elemen yang terpisah (nibbana=samsara; samsara=nibbana). Bagaimana kekosongan itu ada/tidak ada adalah sebab kita masih terkondisi dalam kekotoran bathin, maka pada hakekatnya, kekosongan tidak terpisahkan dari fenomena, hanya bagaimana kita memahami 'kekosongan vs fenomena' yang membedakan orang yang telah merealisasi dengan orang biasa.
Jadi dari sutra ini, sebetulnya kita diajak untuk tidak 'mencari' satu elemen pembebasan yang seperti 'eksis di luar samsara', namun dengan cara memahami samsara itu sendiri yang adalah shunya.
Penjelasan saya ini diklaim oleh master sebagai sama dengan punyanya dan saya tulis hanya untuk memuaskan ego saya.
Saya kemukakan perbedaannya:
-menurut master, semua sama saja tergantung persepsi. Berarti dengan kata lain, tergantung persepsi lagi, semua juga bisa berbeda.
-Menurut doktrin Madhyamika tentang Shunyata yang saya pahami adalah bahwa semua fenomena itu kosong; rupa adalah shunya, vijnana adalah shunya, PERSEPSI pun adalah shunya, dst. Jadi BUKAN melihat semua hal sebagai sama, namun melihat kekosongan dari semua fenomena tersebut, dan tidak mencari kekosongan sebagai satu elemen yang terpisah sendiri.
Apakah berarti pemahaman saya sama dengan "semua bisa jadi sama dengan cara memainkan persepsi"? Biarlah pembaca yang menilai.