//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Sayembara mencari kelemahan Tipitaka  (Read 76945 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Sayembara mencari kelemahan Tipitaka
« Reply #30 on: 12 April 2011, 09:35:02 AM »
kayaknya hadiahnya ngga sebanding deh.. ;D
(kalo mau) aye bisa menghasilkan Rp 6 juta dengan waktu yang lebih singkat daripada "membongkar" seluruh Tipitaka.. 8)
apalagi Tipitaka yang mau dibongkar belum semuanya diterjemahkan.. aye mana ngerti bagian Tipitaka yang belum diterjemahkan ke bahasa Inggris? :o

makanya cuma Sam Peacemind yg bisa, karena langsung bongkar dari Pali

Offline Peacemind

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 970
  • Reputasi: 74
Re: Sayembara mencari kelemahan Tipitaka
« Reply #31 on: 12 April 2011, 09:39:34 AM »
tapi saya masih optimis Mbah Fabian cukup konsisten yg apa yg ia katakan, kalo Bro Adi sih memang agak meragukan

Jangan mencurigai yang lain dulu. Nanti partynya malah gagal.. :D

Offline Peacemind

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 970
  • Reputasi: 74
Re: Sayembara mencari kelemahan Tipitaka
« Reply #32 on: 12 April 2011, 09:41:22 AM »
makanya cuma Sam Peacemind yg bisa, karena langsung bongkar dari Pali

Tadi yang saya bongkar belum Palinya. Saya ingat pertanyaan di dalam sutta tersebut yang diterjemahkan oleh Bhikkhu Bodhi dari Pali ke Inggris.

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Sayembara mencari kelemahan Tipitaka
« Reply #33 on: 12 April 2011, 09:42:25 AM »
Jangan mencurigai yang lain dulu. Nanti partynya malah gagal.. :D

justru ini jurus untuk mengantisipasi supaya gak gagal

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Sayembara mencari kelemahan Tipitaka
« Reply #34 on: 12 April 2011, 09:53:05 AM »
Wah, saya bisa ikut sayembara ngga nih?  ;D ;D ;D................ Saya ingin mengomentari yang digarisbawahi saja. Terkadang Sang Buddha menggunakan kata-kata yang dengan sengaja melukai makhluk lain, meski tujuannya baik. Dalam Abhayarājakumarasutta, Majjhimanikāya, ada perumpamaan yang diberikan Sang Buddha melalui perbincangan-Nya dengan pangeran Abhāya. Kira-kira begini: "Seandainya ada seorang bayi menelan kerikil atau ranting kecil yang mana menyangkut di tenggorokan, seseorang akan mengambil kerikil atau ranting kecil dari mulutnya meski darah harus keluar dari mulut si bayi tersebut. Demikian pula, meski kata-kata tidak menyenangkan, jika kata-kata tersebut benar dan bermanfaat, Sang Buddha akan mengucapkannya pada saat yang tepat." Memang cara ini bertujuan baik karena ingin menyelamatkan orang tersebut, tetapi setidaknya, pernyataan ini secara langsung menyetujui perbuatan yang dengan sengaja melukai orang lain. Bahkan dalam Vinaya, jika ada seorang bhikkhu melanggar peraturan, pertama yang harus dilakukan oleh Sangha adalah menegur (rebuke) bhikkhu tersebut. Cara ini melukai tetapi penting supaya bhikkhu tersebut ingat kesalahannya.

Bagaimana,,,,, 5.000.000 kah?  ;D ;D ;D
Yang dicari TS adalah melukai atau membunuh dengan sengaja sedangkan dalam Abhayarajakumara, perumpamaan yang dipakai adalah menyelamatkan, walaupun efek sampingnya adalah melukai. Terlebih lagi, perumpamaan itu adalah untuk menggambarkan ucapan tidak enak (yang mungkin dikatakan oleh Buddha) namun bermanfaat, bukan sebuah perbuatan fisik.

Jadi menurut saya, (5+1) juta ini masih 'aman'.

Offline No Pain No Gain

  • Sebelumnya: Doggie
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.796
  • Reputasi: 73
  • Gender: Male
  • ..............????
Re: Sayembara mencari kelemahan Tipitaka
« Reply #35 on: 12 April 2011, 09:56:22 AM »
saya ikutan akh..untung2 dapet..Sulasa-Jataka (n.419)

Quote
Pada jaman dahulu kala, di Vārāṇasī hiduplah seorang pelacur kelas tinggi bernama Sulasā. Suatu hari, ia menyelamatkan nyawa seorang perampok bernama Suttaka yang akan dihukum mati. Mereka kemudian menikah. Setelah hidup bersama, nafsu keserakahan Suttaka bukannya semakin surut, malah semakin menjadi-jadi. Dahulu ia merampok karena hidupnya serba kekurangan. Namun sekarang setelah hidupnya tidak kekurangan, dirasakannya masih belum berkecukupan.

Tidak terlalu lama berselang, karena ingin menguasai seluruh harta benda Sulasā, si perampok bermaksud membunuh Sulasā, istrinya. Ia membujuk istrinya untuk mengenakan perhiasan-perhiasannya yang sangat berharga dan bersama-sama hendak mengunjungi suatu tempat. Namun di tengah perjalanan, di puncak sebuah gunung, ia minta beristirahat dan menyuruh istrinya agar melepaskan semua perhiasannya. Dia bermaksud hendak membunuhnya dengan melemparkan tubuh Sulasā ke jurang.

Namun Sulasa berpikir, “Ia pasti akan membunuhku. Aku harus menyerangnya lebih dulu.  Aku akan menang jika aku menggunakan muslihat.”

Maka ia memohon sambil terisak-isak, “Suamiku…, meskipun engkau mau membunuhku, aku tetap mencintaimu, aku sungguh seorang perempuan yang tak berdaya. Menjelang kematianku, izinkanlah aku memberi hormat kepadamu dari empat penjuru, depan, belakang, kiri, dan kanan.”

Tanpa mencurigai muslihatnya, si perampok mengizinkan istrinya melakukan hal itu. Sewaktu memberi hormat kepada si perampok, yang sedang berdiri di tepi tebing, dari depan dan samping, ketika ia berada di belakangnya, ia memutuskan untuk membunuh suaminya dengan mendorong sekuat-kuatnya hingga Suttaka jatuh dari tebing dan mati.

Bodhisatta (Calon Buddha) yang ketika itu terlahir sebagai dewa yang menetap di gunung tersebut berkata,

“ Na hi sabbesu ṭhānesu puriso hoti paṇḍito, itipi paṇḍito hoti tattha tattha vicakkhaṇā “

[Tidak selalu laki-laki lebih bijaksana; perempuan juga bisa bijaksana dan berpandangan jauh].
« Last Edit: 12 April 2011, 09:58:04 AM by No Pain No Gain »
No matter how dirty my past is,my future is still spotless

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Sayembara mencari kelemahan Tipitaka
« Reply #36 on: 12 April 2011, 09:58:51 AM »
Yang dicari TS adalah melukai atau membunuh dengan sengaja sedangkan dalam Abhayarajakumara, perumpamaan yang dipakai adalah menyelamatkan, walaupun efek sampingnya adalah melukai. Terlebih lagi, perumpamaan itu adalah untuk menggambarkan ucapan tidak enak (yang mungkin dikatakan oleh Buddha) namun bermanfaat, bukan sebuah perbuatan fisik.

Jadi menurut saya, (5+1) juta ini masih 'aman'.

IMO, jika ada kasus bayi yg benar2 menelan kerikil, saya pikir cukup dapat disimpulkan dari sutta itu bahwa Sang Buddha menyetujui tindakan-tindakan yg sengaja melukai itu yg tujuannya untuk menyelamatkan, dan ini memenuhi syarat TS bagian "pernyataan dalam Tipitaka yang membenarkan/menyetujui perbuatan yang dengan sengaja melukai mahluk lain"

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Sayembara mencari kelemahan Tipitaka
« Reply #37 on: 12 April 2011, 10:00:23 AM »
ada lagi kisah tentang seorang istri yg membunuh suaminya yg jahat dengan cara mendorongnya ke jurang, dan para dewa malah memuji kebijaksanaan si istri tersebut.

Offline Peacemind

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 970
  • Reputasi: 74
Re: Sayembara mencari kelemahan Tipitaka
« Reply #38 on: 12 April 2011, 10:06:39 AM »
IMO, jika ada kasus bayi yg benar2 menelan kerikil, saya pikir cukup dapat disimpulkan dari sutta itu bahwa Sang Buddha menyetujui tindakan-tindakan yg sengaja melukai itu yg tujuannya untuk menyelamatkan, dan ini memenuhi syarat TS bagian "pernyataan dalam Tipitaka yang membenarkan/menyetujui perbuatan yang dengan sengaja melukai mahluk lain"

Selain bermaksud untuk mempertahankan kemenangan saya,,, saya juga setuju dengan komen Mbah Indra. Sekarang lupakan 'tujuan mengapa harus melukai'. Yang terpenting, pernyataan di sutta tersebut sudah memenuhi pertanyaan awal, "pernyataan dalam Tipitaka yang membenarkan/menyetujui perbuatan yang dengan sengaja melukai mahluk lain". Jika pertanyaan awal meliputi tujuan yang bersifat negatif, tentu jawaban saya tidak memenuhi syarat, tetapi yang diminta hanya sebuah pernyataan yang membenarkan dan menyetujui perbuatan yang dengan sengaja melukai makhluk lain. Hmmm...... Saya rasa saya masih benar.. hehe....  ;D ;D ;D

Offline No Pain No Gain

  • Sebelumnya: Doggie
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.796
  • Reputasi: 73
  • Gender: Male
  • ..............????
Re: Sayembara mencari kelemahan Tipitaka
« Reply #39 on: 12 April 2011, 10:06:53 AM »
ditunggu ya pengumumannya ;D

sayembaranya ampe kpn nih?
No matter how dirty my past is,my future is still spotless

Offline Peacemind

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 970
  • Reputasi: 74
Re: Sayembara mencari kelemahan Tipitaka
« Reply #40 on: 12 April 2011, 10:10:16 AM »
saya ikutan akh..untung2 dapet..Sulasa-Jataka (n.419)

Pada jaman dahulu kala, di Vārāṇasī hiduplah seorang pelacur kelas tinggi bernama Sulasā. Suatu hari, ia menyelamatkan nyawa seorang perampok bernama Suttaka yang akan dihukum mati. Mereka kemudian menikah. Setelah hidup bersama, nafsu keserakahan Suttaka bukannya semakin surut, malah semakin menjadi-jadi. Dahulu ia merampok karena hidupnya serba kekurangan. Namun sekarang setelah hidupnya tidak kekurangan, dirasakannya masih belum berkecukupan.

Tidak terlalu lama berselang, karena ingin menguasai seluruh harta benda Sulasā, si perampok bermaksud membunuh Sulasā, istrinya. Ia membujuk istrinya untuk mengenakan perhiasan-perhiasannya yang sangat berharga dan bersama-sama hendak mengunjungi suatu tempat. Namun di tengah perjalanan, di puncak sebuah gunung, ia minta beristirahat dan menyuruh istrinya agar melepaskan semua perhiasannya. Dia bermaksud hendak membunuhnya dengan melemparkan tubuh Sulasā ke jurang.

Namun Sulasa berpikir, “Ia pasti akan membunuhku. Aku harus menyerangnya lebih dulu.  Aku akan menang jika aku menggunakan muslihat.”

Maka ia memohon sambil terisak-isak, “Suamiku…, meskipun engkau mau membunuhku, aku tetap mencintaimu, aku sungguh seorang perempuan yang tak berdaya. Menjelang kematianku, izinkanlah aku memberi hormat kepadamu dari empat penjuru, depan, belakang, kiri, dan kanan.”

Tanpa mencurigai muslihatnya, si perampok mengizinkan istrinya melakukan hal itu. Sewaktu memberi hormat kepada si perampok, yang sedang berdiri di tepi tebing, dari depan dan samping, ketika ia berada di belakangnya, ia memutuskan untuk membunuh suaminya dengan mendorong sekuat-kuatnya hingga Suttaka jatuh dari tebing dan mati.

Bodhisatta (Calon Buddha) yang ketika itu terlahir sebagai dewa yang menetap di gunung tersebut berkata,

“ Na hi sabbesu ṭhānesu puriso hoti paṇḍito, itipi paṇḍito hoti tattha tattha vicakkhaṇā “

[Tidak selalu laki-laki lebih bijaksana; perempuan juga bisa bijaksana dan berpandangan jauh].

ada lagi kisah tentang seorang istri yg membunuh suaminya yg jahat dengan cara mendorongnya ke jurang, dan para dewa malah memuji kebijaksanaan si istri tersebut.

Kedua cerita di atas tidak ada dalam Tipitaka, melainkan di dalam kitab komentar (Aṭṭhakathā). Anda berdua tidak berhak mendapatkan 6 juta rupiah.. ;D

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Sayembara mencari kelemahan Tipitaka
« Reply #41 on: 12 April 2011, 10:11:18 AM »
Kedua cerita di atas tidak ada dalam Tipitaka, melainkan di dalam kitab komentar (Aṭṭhakathā). Anda berdua tidak berhak mendapatkan 6 juta rupiah.. ;D


saya memang tidak mengharapkan 6jt tapi mana tau masih bisa jadi juara2 dapat 4jt

Offline Peacemind

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 970
  • Reputasi: 74
Re: Sayembara mencari kelemahan Tipitaka
« Reply #42 on: 12 April 2011, 10:13:31 AM »
saya memang tidak mengharapkan 6jt tapi mana tau masih bisa jadi juara2 dapat 4jt

ya mudah-mudahan menjadi pemenang runner up!.. ;D

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Sayembara mencari kelemahan Tipitaka
« Reply #43 on: 12 April 2011, 10:20:13 AM »
IMO, jika ada kasus bayi yg benar2 menelan kerikil, saya pikir cukup dapat disimpulkan dari sutta itu bahwa Sang Buddha menyetujui tindakan-tindakan yg sengaja melukai itu yg tujuannya untuk menyelamatkan, dan ini memenuhi syarat TS bagian "pernyataan dalam Tipitaka yang membenarkan/menyetujui perbuatan yang dengan sengaja melukai mahluk lain"
Dalam bayangan saya sih kalau namanya 'sengaja' itu adalah maksudnya memang niatnya melukai. Kalau orang ingin mengeluarkan batu dari mulut bayi, maka ia berusaha sebisa mungkin tidak melukainya. Namun walaupun melukai, tetap akan dilakukan juga jika terpaksa. Berbeda dengan yang sengaja dengan niat melukai. Tapi memang definisi dari TS masih kurang detail, jadi kalau mau dipaksakan, sepertinya bisa juga. Tergantung juri yang menilai.

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Sayembara mencari kelemahan Tipitaka
« Reply #44 on: 12 April 2011, 10:22:58 AM »
kok cerita NPNG mirip dengan ini yak :


Kisah Kundalakesi Theri
 
 
 DHAMMAPADA VIII, 3-4
 

        Kundalakesi adalah putri orang kaya dari Rajagaha. Ia senang dengan kehidupan menyendiri. Suatu hari ia kebetulan melihat seorang pencuri yang sedang digiring untuk dibunuh dan ia secara tiba-tiba jatuh cinta padanya. Hal itu disampaikan kepada orang tuanya. Tentu saja orang tuanya menolak. Tetapi Kundalakesi tak mau mundur setapak pun. Akhirnya orang tuanya mengalah dan membayar sejumlah uang untuk kebebasan pencuri tersebut.

        Mereka berdua segera dinikahkan. Meskipun Kundalakesi mencintai suaminya dengan sangat, suaminya tetaplah seorang pencuri, yang hanya tertarik kepada harta dan permatanya.

        Suatu hari, suaminya membujuk untuk mengambil semua permatanya, dan menuntun Kundalakesi pergi ke sebuah gunung.

        Katanya: "Adinda, aku ingin melakukan persembahan kepada makhluk halus penjaga gunung yang telah menolong hidupku ketika akan dibunuh".

        Kundalakesi menurut dan pergi mengikuti suaminya.

        Ketika mereka sampai di tujuan, suaminya berkata: "Sekarang kita berdua telah sampai di tujuan. Maka engkau akan kubunuh untuk mendapatkan semua permatamu itu!"

        Dengan ketakutan Kundalakesi memohon: "Jangan! Aku jangan kau bunuh. Ambillah semua hartaku, tetapi selamatkanlah nyawaku!"

        "Membiarkanmu hidup?" ejek suaminya. "Jangan-jangan nanti engkau malahan melaporkan bahwa permatamu itu kurampas. Tidak bisa! Kau harus kulenyapkan untuk menghilangkan saksi!"

        Dalam keputus-asaannya Kundalakesi menyadari bahwa mereka sekarang sedang berada di tepi jurang. Ia berpikir bahwa ia seharusnya berhati-hati dan cerdik. Jika ia mendorong suaminya ke jurang, mungkin merupakan satu kesempatan untuk dapat hidup lebih lama lagi.

        Kemudian dengan mengiba ia berkata kepada suaminya: "Kakanda, kita berkumpul bersama-sama ini hanya tinggal beberapa saat lagi. Bagaimana pun juga, engkau adalah suamiku dan orang yang sangat kucintai. Maka, ijinkanlah aku memberikan penghormatan kepadamu untuk yang terakhir kalinya. Hanya itu saja permintaan terakhirku. Semoga kakanda mau mengabulkan permintaan terakhir isterimu ini".

        Setelah berkata seperti itu, Kundalakesi mengitari laki-laki itu dengan penuh hormat, sampai tiga kali.

        Pada kali terakhir, ketika ia berada di belakang suaminya, dengan sepenuh kekuatannya ia mendorong suaminya ke jurang, dan jatuh ke tebing batu yang terjal.

        Setelah kejadian itu, ia tidak berkeinginan lagi untuk kembali ke rumah. Ia meninggalkan semua permata-permatanya dengan menggantungnya di sebuah pohon, dan pergi, tanpa tahu kemana ia akan pergi.

        Secara kebetulan ia sampai di tempat para pertapa pengembara wanita (paribbajika) dan ia sendiri menjadi seorang pertapa penngembara wanita. Para paribbajika lalu mengajarinya seribu problem pandangan menyesatkan.

        Dengan kepandaiannya ia menguasai apa yang diajarkan mereka dalam waktu singkat. Kemudian gurunya berkata kepadanya untuk pergi berkelana dan jika ia menemukan seseorang yang dapat menjawab semua pertanyaannya, jadilah kamu muridnya.

        Kundalakesi berkelana ke seluruh Jambudipa, menantang siapa saja untuk berdebat dengannya. Oleh karena itu ia dikenal sebagai "Jambukaparibbajika".

        Pada suatu hari, ia tiba di Savatthi. Sebelum memasuki kota untuk menerima dana makanan, ia membuat sebuah gundukan pasir dan menancapkan sebatang ranting eugenia di atasnya. Suatu tanda yang biasa ia lakukan untuk mengundang orang lain dan menerima tantangannya.

        Sariputta Thera menerima tantangannya.

        Kundalakesi menanyakan kepadanya seribu pertanyaan dan Sariputta Thera berhasil menjawab semuanya.

        Ketika giliran Sariputta Thera bertanya kepadanya, Sariputta Thera hanya bertanya seperti ini: "Apa yang satu itu? (Ekam nama kim)".

        Kundalakesi lama terdiam tidak dapat menjawab. Kemudian ia berkata kepada Sariputta Thera untuk mengajarinya agar ia dapat menjawab pertanyaannya. Sariputta berkata bahwa ia harus terlebih dahulu menjadi seorang bhikkhuni.

        Kundalakesi kemudian menjadi seorang bhikkhuni dengan nama Bhikkhuni Kundalakesi. Dengan tekun ia mempraktekkan apa yang diucapkan oleh Sariputta, dan hanya dalam beberapa hari kemudian, ia menjadi seorang arahat.

        Tak lama setelah kejadian tersebut, para bhikkhu bertanya kepada Sang Buddha: "Apakah masuk akal Bhikkhuni Kundalakesi menjadi seorang arahat setelah hanya sedikit mendengar Dhamma?"

        Mereka juga menambahkan bahwa wanita tersebut telah berkelahi dan memperoleh kemenangan melawan suaminya, seorang pencuri, sebelum ia menjadi paribbajika.

        Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 102 dan 103 berikut ini:

Daripada seribu bait syair yang tak bermanfaat adalah lebih baik satu kata Dhamma yang dapat memberi kedamaian kepada pendengarnya.

Walaupun seseorang dapat menaklukkan ribuan musuh dalam ribuan kali pertemburan, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri.

***
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))