Dengan membayangkan bahwa mereka mengakhiri penderitaan dan mencapai nirvana Para Arahat berakhir dengan terperangkap oleh nirvana. Namun Para Bodhisattva mengetahui bahwa penderitaan pada dasarnya adalah kosong. Dan dengan tetap dalam kekosongan mereka tetap berada dalam nirvana.
Nirvana adalah pikiran yang kosong
Siapa yang mengetahui bahwa pikiran adalah palsu dan sama sekali tanpa sesuatu yang nyata mengetahui bahwa pikirannya sendiri bukan ada juga bukan tiada. Para fana terus menerus menciptakan pikiran, mengakuinya sebagai yang ada. Dan Para Arahat terus-menerus meniadakan pikiran, mengakunya sebagai sesuatu yang tiada. Namun Para Bodhisattva dan Buddha tidak menciptakan ataupun meniadakan pikiran. Inilah apa yang dimaksud dengan pikiran itu bukan ada juga bukan tiada. Pikiran yang bukan ada juga bukan tiada itu disebut sebagai Jalan Tengah.
QuoteDengan membayangkan bahwa mereka mengakhiri penderitaan dan mencapai nirvana Para Arahat berakhir dengan terperangkap oleh nirvana. Namun Para Bodhisattva mengetahui bahwa penderitaan pada dasarnya adalah kosong. Dan dengan tetap dalam kekosongan mereka tetap berada dalam nirvana.
No offense, menilik dari tulisan diatas, saya tidak tahu apakah itu salah penerjemahan jika memang benar penerjemahannya demikian saya sangat meragukan keaslian tulisan itu.
QuoteDengan membayangkan bahwa mereka mengakhiri penderitaan dan mencapai nirvana Para Arahat berakhir dengan terperangkap oleh nirvana. Namun Para Bodhisattva mengetahui bahwa penderitaan pada dasarnya adalah kosong. Dan dengan tetap dalam kekosongan mereka tetap berada dalam nirvana.
No offense, menilik dari tulisan diatas, saya tidak tahu apakah itu salah penerjemahan jika memang benar penerjemahannya demikian saya sangat meragukan keaslian tulisan itu.
Apakah buku itu ditulis oleh Bodhidharma sendiri ?
Bukan, tapi oleh muridnya.
Apakah Tipitaka ditulis oleh Sang Buddha sendiri ?
Bukan, tapi oleh muridnya.
Jadi untuk melihat keasliannya dimana? ???
Mungkin salah satu "alat bantu" nya adalah ehipassiko. :)
_/\_
Budhi
Para Buddha tidak menjaga sila-sila. Dan Para Buddha tidak melanggar sila-sila. Para Buddha tidak merawat atau merusak apapun. Para Buddha tidak melakukan kebaikan ataupun kejahatan.