Sis Lia, keadaan si M dengan pengalaman di tahun 2001 itu rada beda sih. Kalo yang tahun 2001, kasusnya adalah si kasir gak mengganti 'hutang'nya sama sekali bahkan dalam jangka waktu yang cukup lama. Kalo seperti ini sih sy juga gak setuju karena takutnya nanti km dituduh bekerja sama dengan dia.
Tapi kalo kasusnya M, dia segera mengganti 'hutang'nya dan dia mengakui perbuatannya. Lalu kalo saya gak salah mengambil kesimpulan: “ini adalah kecurangan pertamanya?”. Makanya saya rasa, teman-teman km menilai km 'tega' langsung lapor ke bos. Lalu terlepas dari apakah si M dengan bos ada 'hubungan tertentu' atau tidak, saya rasa secara logis seseorang gak akan langsung dipecat kalo baru melakukan kesalahan satu kali dan kesalahan itu gak fatal (misalnya uang yang dicuri gak bernilai besar).
Setelah tau apa yang pernah dilakukan M pada adikmu, selain itu km juga adalah satu-satunya orang di kantor yang paling kenal sifat buruknya M, jadi IMO, tindakan km melaporkan si M ini ke bos adalah karena didorong juga oleh rasa gak suka km pada M secara pribadi.
Saya mau sharing dikit. Saya pernah bekerja dengan seseorang, sebut saja A. Dia mempunyai sifat buruk tapi dia cuma jahat sama saya
Pada suatu hari karena sudah gak tahan (pekerjaan kantor saya pasti selalu bersama dia), akhirnya saya laporkan ke bos. Tau apa yang terjadi?? bos tidak percaya pada saya. Malah nama baik saya terancam karena dikira memfitnah. Lalu saya belajar untuk menahan diri. Menahan diri bukan berarti pasrah, tapi saya bersabar hingga saya punya cukup bukti dan kekuatan, jadi ketika saya bertindak, saya pasti menang.
Nah, kalo kasus km dengan M, “memberi kesempatan kedua” bukan berarti kamu adalah malaikat manis yang berbaik hati pada orang yang jahat sama km. Tapi “memberi kesempatan kedua” semata-mata adalah pilihan yang lebih baik ketimbang langsung lapor ke bos. Teman-teman km yang lain kan gak ada yang tau betapa buruknya M. Jadi ketika sesuatu menjadi logis buat km, belum tentu logis buat orang lain. Ada variabel yang 'missing', yang gak diketahui teman-teman km. Tapi suatu hari, ketika dia melakukan kesalahan yang sama, maka “melapor ke bos” akan menjadi valid untuk teman-teman km.
Singkat kata, saya membaca postingan teman-teman di atas. Saya setuju bahwa kejahatan harus dilaporkan, perbuatan jahat jangan didiamkan. Tapi harus ingat, kita perlu kekuatan dan cukup bukti, agar ketika kita bertindak/berbicara, kita bisa menang (dan bukan mati konyol seperti yang pernah saya alami).