//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Show Posts

This section allows you to view all posts made by this member. Note that you can only see posts made in areas you currently have access to.


Topics - DharmaGavesin

Pages: [1] 2
1
Kafe Jongkok / Minta Pendapat II : Tugas seorang Accounting di Perusahaan
« on: 12 February 2009, 01:37:27 PM »
Mungkin soal ini dah pernah dibahas, tapi bisa ada ada pendapat terbaru :

Bagaimana menurut agama Buddha, seorang Accounting sebuah perusahaan yang ditugaskan BOS nya untuk membuat pembukuan ganda dengan tujuan menghindari pajak ?

Jangan bilang suruh cari kerja lain ya :) karena bidangnya hanya accounting dan kerja dimana saja hampir sama keadaanya dengan pembukuan ganda. Dan tidak gampang untuk pindah kerja di jaman sekarang ini.. Krisis global... tidak di PHK aja dah syukur..... :)

2
Kafe Jongkok / MINTA PENDAPAT : Soal Pengacara dari tinjauan agama Buddha
« on: 12 February 2009, 01:31:46 PM »
Seorang pengacara yang berusaha sekuat tenaga dengan segala cara dengan mencari celah-celah kelemahan hukum untuk membebaskan klien nya dari segala tuduhan dan tuntutan meskipun dia tahu benar bahwa kliennya memang bersalah (asumsi saja : tertangkap basah dan ada bukti),  misalnya saja dengan cara menyatakan kliennya ada sakit jiwa, atau berbuat dalam keadaan tak sadar, atau ada kepribadian ganda atau membantu menfasilitasi menyogok jaksa dan hakim, dan lain-lain.... Apakah ini dosa atau pengacara tersebut hanya melaksanakan kewajiban dan tugasnya sebagai seorang pengacara?

Tx

3
Kafe Jongkok / Rama, Jean, dan Perjuangan Hidup
« on: 11 February 2009, 06:58:02 PM »
Rama, Jean, dan Perjuangan Hidup

“Kecenderungan hanya menggerutu dan mengeluh bisa jadi merupakan isyarat sebenarnya dari semangat yang kerdil dan kebodohan seseorang.”
-- Lord Jeffrey, Scottish judge, 1773 - 1850

NAMANYA Eko Ramaditya Adikara. Ia seorang blogger, penulis, jurnalis, dan juga game music composer. Pekerjaan yang nampaknya biasa saja. Karena toh banyak orang yang melakukan hal yang sama. Menjadi tidak biasa, karena Rama, begitu panggilan akrabnya, menjalani semua tugasnya dalam keadaan buta. Rama merupakan seorang tunanetra. Dalam blognya, ia menyebut dirinya sebagai the Indonesian blind blogger. Rama mampu menulis artikel di atas papan ketik komputer enam puluh kata per menit. Kemampuan yang setara dengan kemampuan tukang ketik profesional. Lantas bagaimana caranya Rama dapat membaca pesan atau teks yang ada di layar monitornya? Dengan kemajuan teknologi yang semakin canggih, Rama dapat membaca teks di layar monitor dengan menggunakan aplikasi pembaca layar bernama JAWS. Dengan piranti lunak tersebut, Rama dapat mendengar suara yang dikeluarkan. Piranti lunak tersebut mengubah teks menjadi suara atau text to auto speech. Bila Rama ingin membaca suatu buku, Rama akan memindai atau menscanning terlebih dahulu halaman demi halaman buku tersebut, lalu diubah ke dalam bentuk teks. Rama memang dilahirkan buta sejak lahir. Cacat yang dideritanya tak menghalanginya untuk tetap melakukan aktifitas kesehariannya seperti layaknya orang normal yang dapat melihat. Bahkan Rama terlecut untuk terus berkreatifitas. Rama bahkan telah berhasil menerbitkan buku yang ditulisnya sendiri.

NAMANYA Jean-Dominique Bauby. Pria asal Perancis, lebih dikenal sebagai jurnalis, penulis, dan editor Majalah Elle, majalah fesyen terkemuka terbitan Perancis. Maret 1997, Jean meninggal dunia dalam usia 45 tahun. Tahun 1995, dalam usianya yang terbilang muda, 43 tahun, Jean terkena stroke. Suatu penyakit yang dikenal dengan nama Locked-in Syndrome. Jean tak sadarkan diri selama 20 hari setelah stroke menyerangnya. Ketika terbangun, Jean tak dapat menggerakkan seluruh tubuhnya. Termasuk menelan ludah pun Jean tak mampu. Ia hanya dapat menggerakkan satu bagian tubuhnya, yaitu mengedipkan mata kirinya. Walau Jean mengalami lumpuh total, tapi ia masih dapat berpikir dengan jernih. Sebelum meninggal, ia telah menyelesaikan memoarnya yang berjudul ’Le scaphandre et le papillon’ atau dalam versi Inggrisnya, ’The Diving Bell and The Butterfly’. Bagaimana ia dapat menulis sementara seluruh tubuhnya tak dapat bergerak? Dalam menyusun bukunya tersebut, Jean berkomunikasi dengan perawatnya, Henriette Durand. Ia akan memilih huruf dan tanda baca yang akan dipilihnya dengan mengedipkan mata kirinya. Diperlukan sekitar 200 ribu kedipan mata kiri untuk menyelesaikan buku tersebut. Untuk setiap huruf yang dipilih, dibutuhkan rata-rata sekitar 2 menit. ’The Diving Bell and The Butterfly’ dalam edisi Bahasa Perancis diluncurkan Maret 1997. Dan hanya dalam waktu satu minggu, telah terjual lebih dari 150 ribu eksemplar. Sepeluh hari setelah bukunya dipublikasikan, Jean menghembuskan nafas terakhirnya akibat pneumonia.

Benang merah apa yang dapat ditarik dari dua kisah di atas? Rama dan Jean memang memiliki keterbatasan. Tetapi tidak berarti bahwa dengan keterbatasan yang ada, kehidupan lantas terhenti. Adanya masalah dan juga keterbatasan, membuktikan bahwa kehidupan ada dan terus berjalan. Paul Gordon Stoltz dalam bukunya 'Adversity Quotient, Turning Obstacles Into Opportunities' , mengatakan bahwa seseorang manusia yang tangguh dapat dilihat dari daya tahannya ketika mendapatkan masalah dan seberapa tangguh mereka menghadapi masalah tersebut. Inilah yang disebut dengan adversity quotient.

Apa yang dilakukan oleh Rama dan Jean menunjukkan bahwa mereka tidak tinggal diam atas segala keterbatasan yang dimiliki. Itulah yang harus kita lakukan bila mendapati masalah. Hadapi. Dan cari solusi yang terbaik. Bukan dengan mengeluh. Mengeluh dalam batasan-batasan tertentu bisa jadi merupakan hal yang manusiawi. Tetapi apakah mengeluh merupakan suatu solusi?

So, betapapun sulitnya masalah yang menimpa kita dan betapapun hebatnya krisis global yang melanda negeri ini, kita harus siap untuk menghadapinya. Kualitas hidup seseorang juga akan terlihat bagaimana ia mengatasi masalah tersebut. Oleh karena itu, hadapi dan selesaikan segala persoalan yang menghadang. Rama dan Jean dengan keterbatasannya, mampu melakukan sesuatu yang berguna, bahkan berprestasi. Nah pertanyaannya, bila mereka mampu, bukankah kita juga, minimal, mampu melakukan hal yang sama? Bahkan mungkin lebih dari mereka. Ya, why not.

4
Kafe Jongkok / Berani Mengambil Risiko
« on: 11 February 2009, 06:55:07 PM »
Berani Mengambil Risiko

“Kapal akan aman bila berada di pelabuhan, tetapi kapal tidak diciptakan untuk itu.”
-- Grace Murray Hopper, ahli matematika, penemu teknologi komputer, 1906-1992

MEJA itu terisi oleh empat orang dengan empat cangkir kopi panas. Farid mengundang kawan-kawan dekatnya untuk minum kopi di sebuah kedai kopi di bilangan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Sambil sesekali menghirup kopi panas dihadapannya, Farid bercerita bahwa dirinya seminggu yang lalu baru saja terkena PHK. PHK, yang kata para pengamat ekonomi, akibat dampak krisis global yang terjadi saat ini. Untungnya, seperti kata Farid, ia masih diberi uang pesangon oleh perusahaannya. Dalam curhatnya, ia mengatakan akan mencoba melakukan usaha dari uang pesangon yang diterimanya.

Tapi ada satu hal yang membuat Farid bimbang. Ia tak siap mengambil risiko kehilangan semua modal pesangonnya bila ternyata usahanya merugi. Risiko? Betul. Satu kata yang kelihatannya menjadi momok bagi sebagian orang.

Bicara mengenai risiko, seperti kata William J. Bernstein dalam bukunya ‘The Four Pillars of Investing', “Risk, like pornography, is difficult to define, but we think we know it when we see it.” Risiko, seperti pornograpi, sukar untuk didefinisikan, tapi kita akan mengetahuinya bila kita telah melihatnya. Begitu pula risiko, kita akan mengetahui dan merasakannya bila kita telah menjalaninya.

Seperti Farid, banyak orang memang merasa tak nyaman dalam mengambil risiko. Takut mengambil risiko justeru dapat mengakibatkan batu sandungan. Hal itu malah menghambat mereka untuk dapat berkembang lebih baik dalam menjalani hidup, usaha, atau karir mereka sendiri.

Sebaliknya, bila berani mengambil risiko, artinya kita telah berani menjalani kehidupan itu sendiri. Juga menunjukkan bahwa kita yakin akan mendapatkan suatu pelajaran berharga dari setiap risiko yang diambil. Tentu saja bukan berarti melangkah tanpa perhitungan yang matang. Satu rahasia orang-orang yang telah sukses, seperti yang mereka ungkapkan, adalah bahwa mereka sering mengambil risiko dalam bertindak.

Lantas, mengapa sebagian orang enggan untuk mengambil risiko? Jawabannya sederhana. Mereka takut gagal, berpikir tak dapat melakukannya, atau merasa belum mahir dan berbakat. Keberanian mengambil risiko, sesungguhnya lebih menunjukkan kepada karakter dan mental seseorang. Bukan pada besar kecilnya risiko yang dihadapi. Kualitas seseorang tidak ditentukan dari peristiwa yang datang menghampirinya, tapi dari respon yang ia berikan dari peristiwanya itu sendiri.

Kunci utama dalam mengatasi ketakutan dalam mengambil risiko ialah percaya diri dan selalu berpikir positif. Dengan percaya diri, hal itu akan menambah energi yang ada dalam diri kita sebelum benar-benar bertindak. Dan dengan berpikir positif, akan membuat langkah kita menjadi ringan dalam bertindak.

Yakinlah, bahwa ketika kita telah memutuskan untuk mengambil risiko, akan ada jalan yang terbuka bagi kita nantinya. Jangan takut bila gagal. Karena ada setiap pelajaran yang dapat dipetik, entah gagal ataupun sukses, terhadap risiko yang kita ambil.

Orang yang telah berhasil mencapai sesuatu, seringkali tidak menyangka sebelumnya kalau sebenarnya ia mampu melakukannya. Padahal asal ada keinginan yang kuat, mereka dapat melakukan sesuatu, yang katakanlah, bahkan di luar perhitungan mereka sendiri sebelumnya.

Jadi, bila ada tantangan menghampiri kita, sambutlah dengan semangat dan antusias yang tinggi. Bila ada peluang yang dapat mengubah hidup Anda menjadi lebih baik, jangan takut untuk mengambil risiko. Diana Ackerman, penulis kondang asal Amerika mengatakan, “I don't want to get to the end of my life and find that I lived just the length of it. I want to have lived the width of it as well.” Atau dengan kata lain, "Saya tak ingin di akhir hidup saya dan menyadari bahwa saya hanya menjalani panjangnya saja. Saya pun ingin menjalani lebarnya."

Ackerman benar. Luasnya kehidupan merupakan panjang kali lebar kehidupan itu sendiri. Kadang kita tidak menyadari, bahwa ketika kita menjalani kehidupan saat ini, kita telah mengambil risiko-risiko di dalamnya. Ya, apapun kehidupan yang terjadi. Yang sebenarnya tak hanya terkait masalah ’survival’ ekonomi semata. Ada risiko politik, manajemen, inovasi, dan risiko-risiko lainnya.

Sebuah kapal memang akan terlihat besar, indah, dan gagah ketika berada di pelabuhan. Tetapi kapal diciptakan tidak untuk berada di pelabuhan. Sebuah kapal akan bermakna dan memiliki nilai, ketika ia berada di tengah samudra luas, dalam mengarungi lautan, menghadapi terjangan ombak, dan melewati rintangan badai. Ketika sang kapal telah mencapai tujuan, ia telah menjalankan satu tugasnya dengan baik. Perjalanan berikut telah menantinya. Begitu seterusnya.

Sama halnya dengan sebuah kapal. Bila Anda tak mau menerima tantangan dan mengambil risiko, maka Anda tak akan merasakan dan menikmati getar kemenangan dan kesuksesan, kecuali getir kekalahan dan kepahitan hidup Anda. (151208)

Sumber: Berani Mengambil Risiko oleh Sonny Wibisono, penulis, tinggal di Jakarta

5
Kafe Jongkok / Miskin Tapi Bahagia
« on: 11 February 2009, 06:48:06 PM »
Miskin Tapi Bahagia

Orang termiskin yang aku ketahui adalah orang yang tidak mempunyai
apa-apa kecuali uang.
– John D. Rockefeller JR

Dalam rubrik Kilasan Kawat Sedunia, Harian KOMPAS pernah memuat
ringkasan hasil survei yang menarik perhatian saya. Ia menceritakan
hubungan antara uang—indikator utama yang sering dipergunakan untuk
mengukur seberapa kaya atau seberapa miskin seorang anak manusia itu—
dengan kebahagiaan. Survei yang unik dan jarang dilakukan ini—setahu
saya belum pernah ada survei semacam ini di Indonesia—mungkin dapat
memberi pelajaran tertentu pada kita. Berikut petikannya:

Pemeo "uang tak bisa membeli kebahagiaan" ternyata memang benar.
Sebuah survei di Australia menunjukkan, kaum kelas menengah di
Sydney masuk kategori warga yang paling menderita di Australia.
Sebaliknya, tingkat kebahagiaan warga yang hidup di beberapa daerah
pemukiman paling miskin malah lebih tinggi.

"Pengaruh uang pada kebahagiaan nyatanya hanya terasa pada golongan
yang luar biasa kaya," kata Liz Eckerman, peneliti dari Universitas
Deakin, seperti dikutip kantor berita AFP, Senin (13/2).

"Uang tak bisa membeli kebahagiaan. Ini jelas terbukti dalam jajak
pendapat yang kami lakukan pada 23.000 warga yang sudah kami
wawancarai," kata Eckerman kepada Radio Australia, ABC.

Temuan-temuan yang disusun sejak tahun 2001 menunjukkan bahwa di
Australia, negara dimana tak ada kesenjangan kemakmuran yang
ekstrem, mereka yang hidup paling bahagia ada di lapisan bawah.
Mereka yang happy juga lebih banyak berada dalam kategori usia 55
tahun atau lebih, lebih banyak di antara kaum perempuan, dan
kebanyakan pula ada di antara mereka yang menikah alias yang tak men-
jomblo.

Survei ditujukan untuk mengungkap kepuasan seseorang terkait dengan
berbagai hal, seperti standar hidup, kesehatan, pencapaian dalam
hidup, dan keamanan. Di antara 150 daerah sasaran survei, salah satu
daerah termiskin di Australia, yakni Wide Bay di pedalaman
Queensland, penduduknya ternyata termasuk yang paling bahagia di
negeri kangguru itu.

Terus terang, saya tidak tahu seberapa banyak uang yang harus
dimiliki seseorang untuk bisa masuk dalam kategori kelas menengah di
Sydney. Juga tidak terlalu jelas bagi saya berapa jumlah uang yang
dimiliki oleh rata-rata penduduk Wide bay di pedalaman Queensland,
sehingga mereka disebut daerah termiskin di negara tersebut. Lalu,
berapa pula harta yang dimiliki seseorang agar bisa disebut Eckerman
sebagai "luar biasa kaya"? Datanya tidak disebutkan oleh KOMPAS.

Namun, terlepas dari minimnya data yang bisa kita peroleh, tetaplah
menarik ketika Eckerman, peneliti itu, membuat kesimpulan bahwa yang
hidup paling bahagia di Australia adalah penduduk di lapisan bawah
(miskin); kebanyakan berusia 55 tahun atau lebih; kebanyakan
perempuan; dan kebanyakan menikah. Mereka inilah yang paling merasa
puas dengan standar hidup mereka, puas dengan kesehatan mereka, puas
dengan pencapaian dalam hidup mereka, dan puas dengan keamanan di
lingkungannya. Mereka inilah orang-orang yang miskin, tetapi kaya.
Miskin dalam harta benda, tetapi kaya dalam kepuasan hidup. Sungguh
sebuah realitas yang memesona.

Ada beberapa pelajaran yang saya pulung dari survei di atas.
Pertama, saya menduga penelitian tersebut menempatkan rasa puas---
atas standar hidup; atas kesehatan; atas pencapaian dalam hidup; dan
atas keamanan di lingkungannya- --sebagai indikator utama
kebahagiaan. Dan jika hal itu kita gunakan untuk bercermin, maka
kita bisa mencoba menjawab empat pertanyaan berikut:
1. Apakah saya puas dengan standar hidup kita sejauh ini?
2. Apakah saya puas dengan kesehatan saya sejauh ini?
3. Apakah saya puas dengan apa yang sudah saya capai dalam hidup
sejauh ini?
4. Apakah saya puas dengan keamanan di lingkungan saya sejauh ini?

Bisakah kita menjawab YA dengan mantap untuk keempat pertanyaan
sederhana semacam itu? Atau mungkin jawaban kita perlu diberi bobot
tertentu, katakanlah untuk tiap jawaban menggunakan skala 1-5. Angka
1 berarti TIDAK PUAS SAMA SEKALI, angka 2 berarti TIDAK PUAS; angka
3 berarti CUKUP PUAS; angka 4 berarti PUAS; dan angka 5 berarti
SANGAT PUAS. Sehingga, total nilai 12 berarti CUKUP PUAS dan total
nilai 20 berarti SANGAT PUAS. Mereka yang bisa mengumpulkan nilai
mendekati angka 20-lah yang pantas kita anggap bahagia. Nah, dengan
demikian kita bisa mengukur seberapa bahagia diri kita masing-
masing, setidaknya untuk saat ini. Lalu kita juga bisa menyadari
pada bagian mana dari keempat hal tersebut yang kita rasa paling
meresahkan dan mengurangi kebahagiaan hidup kita sejauh ini. Dari
sini kita kemudian bisa memikirkan cara-cara yang bisa dilakukan
untuk meningkatkan kebahagiaan kita.

Pelajaran kedua yang saya petik adalah soal hubungan antara
uang/kekayaan dengan kebahagiaan. Sudah lama saya mengetahui bahwa
uang dan kebahagiaan adalah dua hal yang tidak selalu berkaitan.
Setidaknya saya mengenal sejumlah kawan yang punya uang miliaran
rupiah dan kadang mengaku bahwa hidupnya tidak bahagia. Sementara
itu sejumlah kawan lain yang uangnya tidak sampai miliaran tak
pernah saya dengar mengeluhkan soal apakah dirinya bahagia atau
tidak. Jadi saya sering bingung jika melihat sebagian kawan berjuang
mati-matian untuk bisa kaya karena percaya kalau kekayaan bisa
membuat mereka pasti bahagia. Sementara yang sudah jauh lebih kaya,
mengaku tidak bahagia. Nah, atas kebingungan inilah survei Eckerman
tadi bisa memberi sedikit penjelasan. Hanya pada orang atau golongan
yang "luar biasa kaya", ada hubungan antara uang mereka dengan
kebahagiaan mereka. Seakan-akan ada semacam ambang batas kekayaan
yang bisa membuat kekayaan itu berdampak langsung pada kebahagiaan.
Ambang batas itu tidak disebut, mungkin satu juta dolar Amerika,
atau jumlah yang lebih besar.

Pelajaran ketiga, dan buat saya paling mengesankan, adalah
kesimpulan survei tersebut yang menunjuk sebuah daerah termiskin di
pedalaman Queensland memiliki penduduk yang paling bahagia.
Kesimpulan ini sungguh membesarkan hati. Sebab ini membuka
kemungkinan bahwa kawan-kawan saya di pelosok-pelosok yang sulit
terjangkau sarana transportasi modern—seperti di Papua, misalnya—
amat boleh jadi adalah orang-orang yang paling bahagia hidupnya.

Nah, apakah Anda kaya atau Anda bahagia?

Sumber: Miskin Tapi Bahagia oleh Andrias Harefa, Pembelajar Mindset Transformation, Certified Trainer and Therapist, Penulis 30 Buku Best-Seller

6
Kafe Jongkok / Ketika Uang Menjadi Panglima
« on: 11 February 2009, 06:44:10 PM »
Ketika Uang Menjadi Panglima

“Uang hanyalah sebuah alat. Ia dapat membawa Anda kemanapun tempat yang di inginkan, tetapi ia tak akan dapat menggantikan Anda sebagai pengemudinya.”
-- Ayn Rand, penulis asal Amerika kelahiran Rusia, 1905-1982

BEBERAPA waktu yang lalu seorang penegak hukum diberitakan tertangkap basah menerima uang suap dalam jumlah miliaran rupiah terkait kasus yang diselidikinya. Reputasinya yang selama ini dikenal baik, hancur lebur dalam sesaat. Perjalanan karirnya pun akhirnya terhenti cukup sampai disini. Anggota Dewan kita yang terhormat pun tak luput dari berita yang tak sedap. Walau penghasilan resminya di atas rata-rata dibandingkan penghasilan kebanyakan rakyat, plus ditambah tunjangan sana-sini, tetapi toh tetap saja kita mendengar ada Anggota Dewan tertangkap basah sedang menerima suap. Banyak kasus serupa yang terjadi. Mulai dari penegak hukum, Anggota Dewan, hingga pejabat Pemerintah level bawah, terlibat kasus suap.

Kesemua kasus tersebut bermuara pada satu hal, yakni uang. Pada satu titik tertentu, uang mungkin menjadi sumber masalah, tetapi di titik lain, uang dapat pula menjadi sumber kebahagiaan. Kahlil Gibran, seorang penyair kelahiran Lebanon, pernah mengingatkan, “Uang seperti cinta, yang dapat membunuh dan melukai orang yang hanya bisa menggenggamnya saja, tapi juga dapat menjadi penambah semarak kehidupan bagi yang dapat memberikannya kepada orang lain.”

Sebagian orang mempersepsikan, bahwa dengan memiliki banyak uang akan membuat hidup menjadi lebih baik dan bahagia. Pada tingkat tertentu, bisa jadi uang mungkin dapat memberikan kebahagiaan. Seseorang tidak harus memiliki banyak uang untuk menjadi bahagia. Sebaliknya, jika tidak memiliki uang yang cukup, tidak berarti orang tidak bisa bahagia.

Pada hakekatnya, kebahagiaan lebih ditentukan oleh pikiran dan hati yang ada dalam diri seseorang. Jika sedari awal Anda berpikir dan merasa tidak bahagia, maka tidak bahagialah Anda. Barangkali malang bagi mereka yang berpikir seperti ini. Pepatah yang mengatakan bahwa uang tak dapat membeli kebahagiaan mungkin ada benarnya. Meskipun harus diakui uang dapat mempercepat proses mencapai kebahagiaan tersebut jika diperoleh dan digunakan secara bijaksana.

Tak selamanya orang melakukan sesuatu demi uang. Seorang public figure di negeri ini rela melepaskan jabatan komisaris di berbagai perusahaan, hanya untuk menjadi seorang pejabat publik. Padahal insentif yang didapatkan ketika ia menjadi pejabat publik jauh lebih kecil dibandingkan sebelumnya ketika ia masih menjabat komisaris di berbagai perusahaan tersebut. Tetapi mengapa ia mau melakukan hal itu? Ternyata ada hal yang lebih bermakna daripada sekedar uang. Ada tingkat kepuasan tertentu yang dirasakan ketika ia menjabat sebagai pejabat publik. Pekerjaan-pekerjaan yang digeluti merupakan sesuatu hal yang jauh lebih bermakna. Nilainya dirasakan jauh lebih berharga daripada hanya sekedar uang.

Memiliki uang memang jauh lebih baik daripada tidak memilikinya. Kepemilikan atas uang mungkin diperlukan, misalnya untuk menjalani hidup ini atau untuk mencapai sesuatu yang kita inginkan. Dengan uang, Anda dapat melakukan banyak hal. Namun mungkin perlu disadari, bahwa uang sesungguhnya hanyalah suatu cara, suatu alat bantu untuk mencapai tujuan, bukan tujuan itu sendiri atau penggantinya.

Ketika orang-orang mulai meletakkan uang sebagai sesuatu keharusan dan akhir dari apa yang dicari, barangkali disitulah awal mula kekeliruan yang terus berlanjut pada kekeliruan berikutnya yang lebih fatal. Karena akhirnya uang menjadi panglima atas dirinya, bukan sebaliknya. Uang seharusnya diletakkan dalam fungsi sebagai instrumen belaka, dan selayaknya harus berada di bawah kendali kita.

Berbicara tentang uang tidak akan pernah habis, karena begitu besar pengaruhnya dalam seluruh aspek kehidupan kita. Tetapi seperti juga benda-benda kebutuhan hidup lainnya, sesungguhnya masih banyak di dunia ini yang jauh lebih penting daripada sekedar uang. Tujuan hidup kita di dunia ini misalnya, seringkali terlupakan, termasuk upaya-upaya pencapaiannya, karena terlampau mengacu pada uang dan materi yang menjadi tolok ukurnya. Akibatnya, kita lalai dalam mengukur hal-hal yang seharusnya tidak dapat diukur dengan uang, kebahagiaan misalnya.

Barangkali kita harus memulai sebuah perencanaan hidup yang lebih baik, yang menempatkan uang bukan sebagai satuan ukuran semata. Melainkan sebagai bagian untuk mewujudkan rencana hidup kita dalam mencapai tujuan hidup yang lebih mulia di dunia ini, sesuai dengan cara dan kecepatan kita dan yang kita inginkan. Semoga. (221208)

Sumber: Ketika Uang Menjadi Panglima oleh Sonny Wibisono, penulis, tinggal di Jakarta

7
Kafe Jongkok / Fondasi Relasi Jiwa adalah Kepercayaan
« on: 11 February 2009, 06:41:44 PM »
Fondasi Relasi Jiwa adalah Kepercayaan

Indonesia banyak sekali mempunyai nasihat melalui pepatah-pepatah di
antaranya, "Sekali lancung ke ujian, seumur hidup tidak akan
dipercaya". Makna yang terkandung di dalamnya, tentang seseorang
yang tidak lulus dalam sebuah ujian kejujuran atau sejenisnya, maka
seumur hidup dia kehilangan kepercayaan dari orang lain, walaupun
sudah berusaha memperbaiki diri untuk bisa menjadi orang yang
tepercaya.

Pepatah di atas ternyata terjadi juga dalam kepercayaan
antarpasangan nikah, bagaimana cara awal kita mendapatkan pasangan
kita, sampai mengikatnya menjadi suami istri dan sepakat membangun
bahtera rumah tangga, adalah fondasi awal kepercayaan jiwa kita,
dalam relasi selanjutnya dalam kebersamaan.

Sebagai contoh kasus, seorang dokter spesialis kulit diprotes para
pasiennya, karena istri beliau selalu ada dalam ruang periksa dan
terkesan selalu mengawasi gerak-gerik sang suami, saat melayani para
pasien perempuan yang datang ke klinik kecantikannya.

Kekakuan sikap sang dokter dan rasa risih dari para pasien yang
terheran-heran dengan sikap sang istri tersebut, akhirnya
disampaikan kepada pengelola klinik tersebut secara tertulis dan
ditandatangani oleh banyak pasien yang setuju, memprotes keberadaan
istri sang dokter yang tidak pada tempatnya saat sang suami
menjalankan rutinitas pekerjaannya.

Setelah diselidiki kenapa sang istri dokter tersebut berbuat
demikian?, Apakah tidak ada pekerjaan lain selain mengawasi sang
suami bekerja? Ternyata sejarah dari pernikahan mereka, sang istri
tadinya juga pasien setia sang dokter, dan dengan intensitas
kerutinan pertemuan mereka, maka pasien ini akhirnya jatuh cinta
kepada dokternya dan mulai menggoda, singkat cerita akhirnya sang
dokter menikahi pasien cantiknya dan didahului mengurus perceraian
dengan istrinya.

Cara mendapatkan suaminya pada waktu lalu, secara kejiwaan sang
istri terobsesi dengan keyakinan, jika tidak diawasi, sang suami
akan bisa 'diambil' juga oleh pasien perempuan lain yang datang
berobat, sama seperti yang dulu dilakukannya. Sikap tidak percaya,
sikap tidak yakin sang suami akan setia kepadanya, karena sang istri
tersebut pernah mengalami ketidaksetiaan sang suami pada istri
terdahulu, hal ini yang membelenggu perasaan dan pikiran istri baru
sang dokter tersebut, inilah yang menjadi racun dari relasi mereka,
membuat kehidupan menjadi ricuh dengan banyak protes dan prasangka.

Contoh ini banyak ragamnya, tapi intinya, adalah 'batu pertama'
dalam membangun bangunan rumah tangga, adalah kepercayaan dan apa
yang menjadi acuan waktu kita memulainya, itu fondasi dasar untuk
kepercayaan selanjutnya. Kasus lainnya, seperti yang dialami seorang
perempuan, dia menikah dengan seorang laki-laki yang mempunyai
sejarah, banyak hubungan dengan perempuan lain di luar
pernikahannya.

Bahkan, dirinya pun salah seorang 'kekasih gelap' sebelum lelaki
tersebut menceraikan istrinya dan dia resmi diperistri. Ketakutan
sejarah merebut suami orang yang dia alami akan terulang, maka
perempuan tersebut sekarang terus-menerus menjadi 'pengawas' dari
gerak-gerik sang suami, siapa saja perempuan yang berelasi dekat
dengan suaminya, akan didamprat dicaci maki sebagai
perempuan 'nakal' yang akan mencuri suaminya,

Contoh kasus tadi, banyak terjadi dalam masyarakat kita, tanpa sadar
kita memelihara perasaan khawatir, kecemasan berlebih karena
becermin dari apa yang kita lakukan sendiri. Berbeda dengan pasangan
suami istri yang memulai fondasi dasar mereka, dengan 'bersih' tanpa
ada kerumitan, yaitu berupa adanya pihak yang 'berdarah-darah' yang
mengawali bangunan rumah tangga mereka, maka kepercayaan
antarpasangan tersebut lebih kuat, dan rasa percaya diri tiap-tiap
pihak sangat besar, mereka yakin pasangannya tidak mudah 'dicuri'
oleh orang lain, berbeda keadaan dengan pasangan, seperti contoh
kasus di muka tulisan ini.

Kita jujur saja bahwa, suatu hubungan banyak up and down-nya. Tentu
kepercayaan, pengertian, dan perhatian merupakan onderdil yang
penting dalam membangun suatu hubungan, terutama dalam ikatan suami
istri.

Kita sebagai manusia mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan
konfliknya sendiri, tetapi hal ini tidaklah mudah, jika terjadi
dalam hubungan perasaan dengan pasangan sendiri. Emosi yang negatif
seperti kejengkelan, kemarahan, kesedihan, dan sebagainya, menjadi
halangan dalam berhubungan, baik berupa komunikasi maupun hubungan
intim.

Berbeda jika konflik terjadi pada orang di luar pasangan kita,
misalnya dengan keluarga istri, keluarga suami atau teman. Masalah
efektif lebih mudah diselesaikan, karena tidak banyak menyangkut hal
yang baku, seperti pertemuan rutin di tempat tidur dan kegiatan lain
selama bersama-sama, serta banyak waktu untuk menghindari orang yang
tidak selaras (cocok perasaan) berhubungan dengan kita.

Karena Memanjakan Ego

Kepasifan dalam berinteraksi, dan konflik yang akhirnya terjadi
bukan semata karena hambatan adanya emosi negatif yang diterangkan
di muka saja, tapi bisa, karena pengalaman masa lalu, khususnya,
seperti contoh cerita kasus di muka tulisannya ini. Konflik jiwa
karena trauma dengan kepercayaan terhadap pasangan.

Pengalaman yang negatif bisa mengakibatkan terjadi ketakutan dan
rintangan dalam hubungan selanjutnya dengan pasangan. Hal ini
diperburuk dengan sikap dari memenangi ego diri sendiri. Sering kita
jadi budak ego kita sendiri. Tidak ada yang lebih parah untuk
mencelakai diri sendiri adalah ego yang kita manjakan.

Ego membuat kita memupuk sikap arogan. Banyak masalah sederhana
tidak bisa diselesaikan hanya karena membela ego diri dan sikap
arogan yang dipamerkan. Ego adalah pikiran yg tidak disadari yang
mengendalikan hidup kita, dan Ego itu tidak akan pernah mampu
menyelesaikan masalah, karena yang menjadi masalah justru ego-ego
tersebut.

Ego mengendalikan hidup orang-orang yang berkutat mempertahankannya,
mereka menjadi bagian dalam drama pikiran mereka sendiri, hal yang
menjadikan mereka takut dan marah disanalah ego dibela habis.
Pembelaan ego diri, selalu berujung konflik baik pada diri sendiri,
juga bagi orang yang terkena imbas dari kelakuan ego seseorang.

Orang yang sadar mau melepas ego akan mencari solusi penyelesaian
konflik, sedangkan orang yang membela dan memelihara egonya akan
memamerkan kearoganan dirinya, maka jika kita bermasalah dengan
orang yang berprinsip egonya harus tetap menang, sikap mundur
teratur untuk memberinya kepuasan pemenuhan egonya adalah sikap yang
bisa kita jalankan.

Pembelaan ego tidak akan membuat kita bahagia, malah jika kita tetap
membesarkan ego kita tanpa peduli dengan orang lain, bumerang ada
pada diri kita sendiri, kita menciptakan orang yang punya dendam
pada kita, tentu hal ini sangat tidak diinginkan bagi orang yang
sadar dengan pepetah "Satu musuh sudah sangat berlebih untuk membuat
hidupmu sengsara"

Kebahagiaan jiwa tidak didapat dari kepuasan, sebagai menjadi orang
yang menang perkara. Kebahagiaan tidak didapat dengan jadi orang
yang mampu merampas hak orang lain.

Tetapi, kebahagiaan bisa kita rasakan jika kita berfokus bagaimana
menciptakan keharmonisan jiwa yang bebas dari rasa bersalah, dan
bebas dari rasa ketakutan akibat perbuatan-perbuatan kita, bebas
dari rasa ingin memiliki kepunyaan orang lain, dan bebas dari rasa
dijajah oleh ego orang lain.

Sumber: Fondasi Relasi Jiwa adalah Kepercayaan oleh Lianny Hendranata

8
Kafe Jongkok / Memaklumi Sampai Sebatas Apa?
« on: 11 February 2009, 06:34:38 PM »
Memaklumi Sampai Sebatas Apa?

Setiap kali pergi ke pernikahan seorang kerabat atau teman, saya
selalu merasa senang dan bahagia. Bukan hanya ingin turut mendoakan
pasangan yang sedang berbahagia, tetapi karena ada kesempatan untuk
menikmati hidangan yang berbeda-beda setiap kali datang.

Namun, kadang rasa senang itu sering kali ternoda dengan kondisi
pesta yang hampir selalu diliputi oleh antrean untuk mendapatkan
makanan. Saya rasa itu sesuatu yang wajar, tetapi saya sering merasa
kesal karena beberapa orang sering kali memotong antrean tanpa
merasa bersalah. Sayangnya lagi saya selalu berusaha memaklumi itu.

Kadang saya berpikir bagaimana bisa seorang yang terlihat matang,
bijaksana dan memakai pakaian bagus seperti tamu di resepsi
pernikahan itu tidak mampu untuk mengantre dan mengambil hak milik
orang lain. Jangan-jangan sehari-harinya tamu ini memang suka
mengambil hak yang bukan miliknya.

Suatu ketika saya sedang berbelanja di sebuah mini market yang
sekarang sedang menjamur di mana-mana. Suatu ketika uang kembalian
saya kurang lima ratus rupiah dan si karyawan hendak menggantinya
dengan 5 buah permen yang sebenarnya dipikir-pikir tidak sebanding
dengan harga uang lima ratus rupiah.

Kalau saya ingin makan permen saya biasanya memaklumi keadaan itu.
Namun, terkadang saya mendongkol juga dalam hati, bagaimana seorang
pengusaha yang sukses ternyata masih senang juga mengelabui
pelanggannya untuk membeli produk yang tidak perlu dengan alasan
uang kembalian tidak ada.

Sudah Merajalela

Bagi sebagian orang, sikap memaklumi itu sudah menjadi bagian yang
tidak terpisahkan dari hidup bermasyarakat. Kita sering kali
memaklumi teman kita yang datang terlambat, sambil mengatakan
guyonan pahit bahwa kalau tidak telat yah bukan si teman yang satu
ini.

Kita juga memaklumi selebriti yang senang kawin cerai. Malahan
mungkin bagi sebagian wartawan infotaiment ini merupakan kondisi
yang bisa menyokong kerja mereka sehari-hari. Kalau sepi kawin cerai
di antara selebriti bisa memusingkan kepala, karena tidak ada berita
yang bisa diulas.

Dalam pemerintahan juga setali tiga uang. Kita sering kali
memaklumi, jika ada pejabat pemerintah yang menyelewengkan
kekuasaannya. Kita juga memaklumi jika ada aktivis yang tadinya
sangat idealis, namun setelah masuk ke dalam birokrasi malah menjadi
sangat materialistis.

Banyak kemakluman yang sengaja kita lakukan agar kita tidak menjadi
lelah hati dan pikiran melihat kenyataan yang tidak sesuai ini.
Walaupun kita tahu ada yang salah, namun seringkali kita membiarkan.

Banyak alasan di balik sikap ini, ada yang karena keengganan,
kemalasan berbicara, kurangnya kekuatan untuk bertindak dan rasa
kurang percaya diri. Hal ini juga belum ditambah bahwa biasanya
orang yang salah di negara kita ini malah yang lebih galak dan
berani. Aneh bukan.

Harus Berubah

Bila kondisi ini terus- menerus terjadi, saya tidak dapat bayangkan
apa yang akan kita hadapi beberapa tahun yang akan datang. Negara
ini tentunya bukan akan mengarah ke yang lebih baik namun ke arah
kehancuran.

Kita dapat tertinggal dengan bangsa lain karena kemakluman kita
sangat tinggi termasuk maklum bila negara ini tidak maju-maju. Sikap
ini sangat berbahaya karena sama saja kita membiarkan bangsa dan
negara ini digerogoti pelan-pelan oleh anak bangsanya sendiri.

Kita semua harus berubah. Semuanya harus dimulai dari diri kita.
Usahakanlah menegur terhadap orang yang melanggar peraturan.

Tegurlah dengan cara yang baik sehingga orang tersebut dapat
memahami kekeliruannya.

Bila memang tidak bisa juga sikap tegas memang kadang diperlukan
untuk hal-hal seperti ini.

Suatu saat saya pernah menegur seorang asing yang secara sengaja
merokok di dalam ruangan berpendingin ruangan, yang secara jelas
pula terdapat larangan merokok. Orang asing itu tidak meminta maaf,
namun segera keluar untuk meneruskan merokoknya.

Sikap yang tidak sopan sebenarnya, namun yang penting saya sudah
berani mengungkapkan keberatan saya atas sikapnya yang tidak
mementingkan orang lain.

Saya rasa kita semua harus mulai melakukan hal-hal yang mampu
membuat orang lain sadar akan kekeliruannya. Mungkin kebaikan yang
kita perbuat ini bukan hanya untuk kita, tetapi juga untuk anak dan
cucu kita yang sedang tumbuh.

Kita tentunya tidak rela melihat anak dan cucu kita akan tumbuh
dalam iklim yang serba tidak pasti bukan? Bila kita tidak mau
melakukannya untuk diri kita sendiri, berpikirlah tentang anak dan
cucu kita sambil terus bertanya dalam hati Seandainya saya tidak
mulai melakukannya, lalu siapa lagi?

Sumber: Memaklumi Sampai Sebatas Apa? oleh Andri Suryadi, seorang Psikiater, Dosen Kesehatan Jiwa FK Ukrida

9
Kafe Jongkok / Batu Besar
« on: 06 February 2009, 04:02:25 PM »
Suatu hari seorang dosen sedang memberi kuliah tentang manajemen waktu pada para mahasiswa MBA. Dengan penuh semangat ia berdiri di depan kelas dan berkata, “Okey, sekarang waktunya untuk kuis”. Kemudian ia mengeluarkan sebuah ember kosong dan meletakkannya di atas meja. Ia mengisi ember tersbut dengan batu sebesar kepalan tangan. Ia mengisi terus hingga tak ada lagi batu yang bisa di masukkan ke dalam ember tersebut. Ia lalu bertanya kepada kelas, “Menurut kalian apakah ember ini telah penuh?”

Semua mahasiswa serentak berkata, “Ya!”.

Sang Dosen bertanya kembali, “Sungguhkan demikian?”, Kemudian dari dalam laci meja ia mengambil sekantung kerikil kecil dan menuangkan kerikil-kerikil itu kedalam ember lalu mengocok-kocok ember tadi sehingga kerikil-kerikil tadi turun kebawah mengisi celah-celah kosong diantara batu-batu. Kemudian sekali lagi ia bertanya pada kelas, “Nah, apakah sekarang ember ini sudah terisi penuh?”.

Kali ini para mahasiswa terdiam. Seseorang diantara mereka menjawab, “Mungkin tidak”.

“Bagus sekali,” sahut sang dosen. Kemudain ia mengeluarkan sekantung pasir dan menuangkannya kedalam ember. Pasir itu berjatuhan mengisi celah-celah kosong antara batu besar dan kerikil. Sekali lagi ia bertanya kepada kelas, “Baiklah, apakah sekarang ember ini sudah penuh?”

“Belum!”, sahut seluruh kelas.

Sekali lagi ia berkata, “Bagus, bagus sekali,” Kemudian ia meraih sebotol air dan mulai menuangkannya ke dalam ember sampai air mencapai bibir ember. Lalu ia menoleh dan bertanya ke pada kelas, “Tahukah kalian apa maksud dari illustrasi ini?”

Seorang mahasiswa dengan bersemangat mengacungkan jari dan berkata, “Maksudnya adalah tak peduli seberapa padat jadwal kita, bila kita mau berusaha sekuat tenaga pasti bisa mengerjakannya”.

“Oh, bukan,” sahut sang dosen. “Bukan itu maksudnya. Kenyataan dari ilustrasi ini mengajarkan kepada kita bahwa, bila anda tidak memasukkan “batu besar” terlebih dahulu, maka anda tidak akan bisa memasukkan semuanya.”

“Apa yang dimaksud dengan “batu besar” didalam hidup anda?”, dosen itu melanjutkan, “Anak-anak anda, pasangan anda, pendidikan anda, hal-hal yang terpenting dalam hidup and. Mungkin itu sebuah hal yang mengajarkan kepada orang lain, melakukan pekerjaan yang anda sukai, waktu unutuk diri sendiri, kesehatan anda, teman, ataupun semua yang anda anggap berharga”.

“Ingatlah selalu untuk memasukkan “batu besar” terlebih dahulu atau anda akan kehilangan semuanya”, lanjut sang dosen. “Bila anda mengisinya dengan batu-batu kecil (semacam kerikil dan pasir), maka hidup anda akan penuh dengan hal-hal kecil yang merisaukan dan ini semestinya tidak perlu. Karena dengan demikian anda tidak akan pernah memiliki waktu yang sesungguhnya bisa anda pakai untuk hal-hal yang lebih besar dan penting.”

“Oleh karena itu, pesan saya, setiap pagi atau malam ketika anda mengingat kuliah hari ini, tanyalah pada diri anda sendiri: Apakah “batu besar” dalam hidup saya?. Lalu kerjakan itu pertama kali!”, demikian sang dosen menutup kuliah hari itu.

10
Kafe Jongkok / Jendela Rumah Sakit
« on: 06 February 2009, 03:51:07 PM »
Dua orang pria keduanya menderita sakit keras, sedang dirawat disebuah kamar rumah sakit. Seorang diantaranya menderita sakit yang mengharuskannya duduk di tempat tidur selama satu jam setiap sore untuk mengosongkan  cairan dalam perutnya. Kebetulan tempat tidurnya berada tepat di sisi jendelasatu-satunya yang ada di kamar itu.

Sedangkan pria yang lain harus berbaring lurus diatas punggungnya.

Setiap hari mereka saling bercakap-cakap selama berjam-jam. Mereka membicarakan istri dan keluarga, rumah, pekerjaan, keterlibatan mereka di ketentaraan dan tempat-tempat yang pernah mereka kunjungi salama liburan.

Setiap sore ketika pria yang tempat tidurnya dekat dengan jendela diperbloehkan duduk didekat jendela, ia menceritakan tentang apa yang ia lihat diluar jendela kepada teman sekamarnya itu. Selama satu jam itulah pria kedua merasa begitu senang dan bergairah membayangkan betapa luas dan indahnya semua kegiatan dan warna-warna indah yang ada diluar sana.

“Diluar jendela tampak sebuah taman dengan kolam yang indah. Itik dan angsa berenang-renang cantik, sedangkan anak-anak bermain dengan perahu-perahu mainan. Beberapa pasangan berjalan bergandengan tangan ditengah taman yang dipenuhi beraneka macam bunga warna-warni pelangi. Sebuah pohon tua besar menghiasi taman itu. Jauh di atas sana terlihat kaki langit kota yang mempesona. Sebuah senja yang indah.”

Pria pertama itu menceritakan keadaan diluar jendela dengan detil. Sedangkan pria yang lain berbaring memejamkan mata membayangkan semua keindahan pemandangan itu. Perasaannya menjadi lebih tenang dalam menjalani kesehariannya dirumah sakit itu. Semangat hidupnya menjadi lebih kuat, percaya dirinya bertambah.

Pada suatu sore yang lain, pria yang duduk didekat jendela menceritakan tentang parade karnaval yang sedang melintas. Meski pria kedua tidak dapat mendengarsuara parade itu, namun ia dapat melihatnya melalui pandangan mata pria pertama yang menggambarkan semau itu denga kata-kata yang indah.

Begitulah seterusnya, dari hari ke hari. Dan satu minggupun berlalu.

Suatu pagi perawat datang membawa sebaskom air hangat untuk mandi. Ia mendpati ternyata pria yang berbaring didekat jendela itu telah mninggal dunia dengan tenang dalam tidurnya. Perawat itu menjadi sedih lalu memanggil perawat lain untuk memindahkannya ke ruang jenaazah. Kemudian pria yang kedua ini meminta kepada perawat agar ia bisa dipindahkan ke tempat tidur didekat jendela itu. Perawat itu menuruti kemauannya dengan senang hati dan mempersiapkan segala sesuatunya. Ketika semuanya selesai, ia meninggalkan pria tadi seorang diri dalam kamar.

Dengan perlahan dan kesakitan, pria ini memaksa dirinya untuk bangun. Ia ingin sekali melihat keindahan dunia luar melalui jendela itu. Betapa senangnya akhirnya ia bisa melihat sendiri dan menikmati semua keindahan itu. Hatinya tegang, perlahan ia menjengukkan kepalanya kejendela disamping tempat tidurnya. Namun, seketika Ia terkejut dengan apa yang dilihatnya, Apa? Ternyata jendela itu menghadap ke sebuah TEMBOK KOSONG!!

Ia berseru memanggil kepada perawat dan menanyakan apa yang membuat kawan sekamarnya yang sudah meninggal tadi bercerita seolah-olah melihat semua pemandangan yang luar biasa indah dibalik jendela itu. Perawat itu menjawab bahwa sesungguhnya pria tadi adaalh sorang yang buta dan bahkan tidak bisa melihat tembok sekalipun.

“Barangkali ia ingin memberimu semangat hidup”, kata perawat itu…

11
Kafe Jongkok / CINTA dan WAKTU
« on: 06 February 2009, 03:47:26 PM »
Alkisah disuatu pulau kecil tinggallah benda-benda abstrak seperti cinta, kesedihan, kekayaan, kebahagiaan dan sebagainya. Mereka hidup berdampingan dengan baik.

Suatu ketika datang badai menghempas pulau kecil itu dan air laut tiba-tiba naik dan akan segera menenggelamkan pulau itu. Semua penghuni pulau cepat-cepat segera menyelamatkan diri. Cinta sangat kebingungan sebab ia tiodak dapat berenang dan tidak mempunyai perahu. Ia berdiri di tepi pantai untuk mencari pertolongan. Sementara itu air semakin naik dan mulai membasahi kaki Cinta.

Tak lama kemudian Cinta melihat kekayaan sedsng mengayuh perahu. “Kekayaan! Kekayaan! Tolong aku!” teriak Cinta. “Aduh maaf Cinta, perahuku telah penuh dengan harta bendaku. Aku tidak dapat membawamu serta, nanti perahu ini tenggelam. Lagipula tak ada tempat lagi bagimu diperahuku ini.”

Lalu Kekayaan cepat-cepat mengayuh perahunya pergi. Cinta sedih sekali namun kemudian dilihatnya kegembiraan lewat dengan perahunya. “Kegembiraan, tolong aku!”, teriak cinta. Namun Kegembiraan terlalu bergembira menemukan perahu sehingga ia tidak mendengar teriakan Cinta.

Air makin tinggi membasahi sampai ke pinggang dan cintapun mulai panik. Tak lama kemudian lewatlah Kecantikan.”Kecantikan , bawalah aku bersamamu”, teriak Cinta. “Wah Cinta, kamu basah dan kotor, aku tak bisa membawamu ikut. Nanti kamu mengotori perahuku ini”, sahut Kecantikan.

Cinta sedih sekali mendengarnya. Ia mulai menangis terisak-isak. Saat itulah lewat Kesedihan. “Oh Kesedihan bawalah aku bersamamu”, kata Cinta. “Maaf Cinta, aku sedang sedih, dan aku ingin sendirian saja…”, kata Kesedihan sambil terus mengayuh perahunya. Cinta sudah mulai putus asa, ia melihat air semakin naik dan akan segera menenggelamkannya. Pada saat kritis itulah terdengar suara, “Cinta, mari segera naik perahuku”. Cinta menoleh ke suara itu dan melihat seorang tua dengan perahunya. Cepat-cepat ia naik ke perahu itu tepat sebelum air menenggelamkannya.

Di pulau terdekat orang tua itu menurunkan Cinta dan segera pergi lagi. Pada saat itulah Cinta baru sadar bahwa ia sama sekali tidak mengetahui siapa orang tua yang telah menyelamatkannya itu. Cinta segera menanyakan orang tua itu kapada penduduk tua di pulau, siapa sebenarnya orang tua itu. “Oh, orang tua itu tadi?, dia adalah Waktu,” kata orang-orang tersebut. “Tapi kenapa ia menyelamatkanku? Aku tak mengenalnya. Bahkan teman-teman yang mengenalkupun enggan untuk menolongku”, tanya Cinta heran. “Sebab hanya waktulah yang tahu berapa nilai sesungguhnya dari cinta itu…”.

12
Kesehatan / THE RIGHT APPROACH TO FIGHT CANCER
« on: 06 February 2009, 03:36:58 PM »
Bacalah dan jangan dihapus, mungkin suatu hari kita memerlukan informasi ini untuk membantu orang lain ............ .....

Tuesday, October 14, 2008
THE RIGHT APPROACH TO FIGHT CANCER

Dalam kondisi darah dengan pH basah, sel kanker tak bisa bertumbuh, atau pun berkembang.

Ada beberapa kasus yang terjadi dan
sangat penting. Mohon baca dengan sabar dan sampaikan kasus tersebut kepada orang lain. Jika Anda sudah membaca, ulangi baca kembali, terutama menu berkaitan dengan makanan yang ber pH asam dan ber pH basah. Bacalah beberapa kali supaya bisa mengingat menu makanan tersebut. Sekali lagi mohon baca dengan penuh sabar. Ini sangat bermanfaat untuk kesehatan Anda sendiri dan juga keluarga.

30 tahun yang lalu, Pak Zhang berkerja di Departemen Penjualan Umum, PT Taipei Brewery. Beliau telah mengikuti Ujian Seleksi untuk melanjutkan sekolah di luar negeri, dan beliau lulus dengan nilai tertinggi. Kasihan, sebelum beliau berangkat dilakukan pemeriksaan kesehatannya di rumah sakit umum dan ditemukan tumor ganas di dalam paru-parunya, sebesar kepalan tangan seorang anak. Dengan demikian, harapan melanjutkan pelajarannya di luar negeri pupus.

Pak Zhang merasa sangat kecewa. Dia menduga bahwa hasil pemeriksaan itu mungkin bisa salah. Jadi dia lalu pergi ke rumah sakit lain untuk memeriksakan kembali tetapi hasil pemeriksaan kali ini pun positif juga. Maka Pak Zhang, yang masih muda, putus harapan setelah dikonfirmasi bahwa dia benar-benar terkena penyakit kanker paru-paru. Dia pun menelpon beberapa kali kepada Pak Wei, teman sekelasnya, yang bertugas sebagai sekretaris Walikota Daerah Huangsun, Pemerintah Wilayah Taidong.

Setelah mendengar berita sedih dari Pak Zhang, kemudian Pak Wei pun langsung berangkat ke Taipei pada hari minggu menemuinya. Pak Zhang, dengan putus harapan dan sangat pessimis, memberitahukan Pak Wei hal penyakit yang buruk itu dengan panjang lebar, dan meminta temannya membantu mengurus hal-hal pribadinya jika dia meninggal dunia. Pak Wei lalu teringat teman baiknya, Dr. Lu, yang memimpin Rumah Sakit Maijie pada tahun 1949-55. Beliau adalah seorang peneliti dan spesialis penyakit kanker..

Dia minta Pak Zhang menjumpai Dr. Lu untuk perobatan dengan segera. Pada awalnya Pak Zhang tidak mau berkonsultasi dengan doctor lagi karena hasil pemeriksaan baru akan menambah kesengsaraan untuknya. Tetapi kata Pak Wei sudah buat janji dengan Dr. Lu. Jadi Pak Zhang pun merasa wajib menemui Dr. Lu didampingi Pak Wei.

Waktu
bertemu, Dr. Lu berkata,"Pak Wei adalah teman baik saya. Boleh dikatakan perkenalan ini merupakan satu pertemuan yang sangat baik. Saya mau bertanya kenapa penyakit kanker adalah yang mematikan?" Pak Zhang dan Pak Wei tidak bisa menjawab.

Dr. Lu menjelaskan, " Sampai saat ini cumah ada 2 cara digunakan untuk mengobati penyakit kanker. Yang pertama harus menghilangkan bibit penyakit kanker. Yang kedua meningkatkan kekebalan tubuh terhadap penyakit kanker. Nah, walaupun Cobalt 60 atau obat-obatan lain digunakan, yang mengherankan sekali, sel kanker belum bisa dimatikan, tetapi yang telah dimatikan adalah sel yang sehat. Juga apa pun bahan gizi atau suplemen yang dimakan, sel kanker dengan cepat mengabsorsi gizi atau suplemen tersebut sebelum sel sehat mengabsorsinya. Ini mengakibatkan sel kanker berkembang cepat dalam tubuh. Dengan demikian, boleh dikatakan kedua cara pengobatan ini akan gagal dan menyebabkan kematian."

Dr. Lu meneruskan," Manusia adalah makhluk yang paling cerdas dan telah sukses mengantar angkasawan ke bulan. Kenapa tidak ada seorang pun yang bertanya kedua cara pengobatan penyakit kanker tersebut yang gagal dan menyebabkan kematian dan tidak mengusahakan dengan cara pengobatan yang ke3? Waktu saya buat penelitian klinis di Rumah Sakit Majie, ada banyak kesempatan untuk saya berkerja sama dengan kolega yang sering membantu saya. Pendapat saya dari hasil
pemeriksaan tersebut bahwa darah pasien kanker menujukkan 100% pHnya asam.

Ternyata rahib dan nun budda yang tinggal dilingkungan alam dan hanya makan sayur selama hidupnya, darah mereka rata-rata dalam kondisi darah ber pH basah yang rendah dan tidak ada satu pun diantara mereka dideteksi penyakit kanker. Dengan demikian, saya
berani berpendapat dalam kondisi darah ber pH basah yang rendah, sel kanker tidak akan bertumbuh atau pun berkembang.

Pak Zhang, saya sarankan bahwa mulai sekarang kamu mengurangi makanan daging dan mengkonsumsi makanan sayur-sayuran. Kamu bisa makan ganggang hijau dan sup kenari. Mengubah kondisi tubuh dan mencoba serius cara hidup didalam lingkungan alam. Jika kamu akan hidup dalam 5
tahun ini, kamu sudah aman. Kamu akan bernasib baik."

Pak Zhang mengikuti nasehat Dr. Lu dengan serius untuk merubah kebiasaan pola makan. Setiap hari dia makan ganggang hijau, minum sup kenari dan
membuat dia optimis melakukan olahraga yang cukup. Satu tahun kemudian, dia melakukan pemeriksaan kesehatannya di rumah sakit yang sama. Dari hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa tumor kanker tidak bertambah besar tetapi semakin mengecil. Ini adalah satu keajaiban untuk staff rumah sakit yang memeriksa dia. Lima tahun kemudian, tumor kanker hampir hilang seluruhnya. Sekarang sudah hampir 40 tahun, kesehatan Pak Zhang benar-benar sudah normal dan kehidupannya sangat menyenangkan.

Setelah kasus Pak Zhang, Pak Chen Tianshou, seorang mantan Kapala Admintrasi Umum di Rumah Sakit Provinsi Taidong, juga didiagnosa terkena penyakit kanker paru-paru. Saat diketahui Pak Wei, dia menceritakan kepada Pak Chen apa yang terjadi kepada Pak Zhang. Pak Chen pun mengikuti rekomendasi Dr. Lu untuk merubah pola makan sama seperti yang dilakukan oleh Pak Zhang. Dan akhirnya, Pak Chen pun sembuh dari penyakit kanker.

Pada saat itu, Dr. Lu dan keluarganya sudah migrasi ke Amerika. Waktu dia pulang ke Taiwan dan bertemu Pak Wei, diberitahkan kabar kesembuhan Pak Zhang dan Pak Chen. Pak Wei mengusulkan kepada Dr. Lu supaya Pak Zhang dan Pak Chen melapor sendiri tentang kesembuhannya. Diharap Dr. Lu bisa menerbitkan satu pelaporan mengenai metode penyembuhan penyakit kanker dengan merubah pola makan.

Dengan rendah hati, Dr. Lu menjawab," Saya sudah usia tua dan tidak ada catatan klinis dua kasus ini. Beritahukan aja kepada
teman-teman dan pamili, dan jika mereka setuju, mereka dapat menyampaikan juga kepada orang lain."

Siapa pun harus menjaga sendiri kesehatannya dan juga mau peduli dengan kesehatan orang lain. Sebanyak 85% pasien penyakit kanker, darahnya menunjukkan ber pH asam yang tinggi didalam tubuhnya.

Darah orang sehat dinyatakan dangan ber pH basah yang rendah, yiaitu pHnya
7.35 �7.45.

Darah bayi juga begitu, dalam kondisi ber pH basah yang rendah.

Dengan bertambahnya usia, maka orang dewasa darahnya menjadi lebih ber pH asam tinggi secara alami.

Menurut penelitian yang dilakukan terhadap sample darah 600 orang pasien penyakit kanker , sebanyak 85% diantara mereka menunjukkan ber pH asam yang tinggi. Bagaimana menjaga darah yang ber pH basah rendah adalah langkah yang pertama untuk menghindari penyakit kanker.

Kondisi darah ber pH asam mengambarkan hal-hal berikut:

1.. Kulit tidak bersinar.

2. Penyakit kaki karena kutu air.

3. Cepat merasa lelah setelah olahraga ringan dan mengantuk setelah naik bis.

4. Setelah naik turun tangga terengah-engah.

5. Gemuk dengan perut buncit.

6. Lamban bergerak dan lesu.

Mengapa kondisi darah dalam tubuh bisa berubah menjadi ber pH asam?

1. Terlalu banyak meminum susu dan memakan mentega dan keju.

a) Daging, makanan seperti susu, mentega, keju, telur, daging sapi, daging babi asin, dll adalah makanan yang ber pH asam.

b) Terlalu banyak makanan ber pH asam akan menyebabkan pH darah asam dan kental, sehingga peredaran darah tidak lancar ke ujung pembuluh darah , mengakibatkan kaki/lutut dingin, bahu berat dan susah tidur.

c) Untuk orang-orang muda boleh mengkomsumsi daging dengan porsi yang wajar tetapi untuk orang-orang tua, agar mengkomsumsi sayur-sayuran dan ikan dengan porsi kecil.

2. Kehidupan tidak teratur menyebabkan kondisi pisik tubuh dengan darah ber pH Asam.

a) Kehidupan tidak teratur menyebabkan tekanan terhadap pisik dan mental.

b) Menurut statistik, orang yang terlambat tidur kemungkinannya mengalami penyakit kanker 5 kali lebih besar dibanding dengan orang yang tidur tepat waktu.

c) Manusia pada dasarnya adalah hidup secara teratur di dunia ini. Tidak boleh mengakumulasi tidur dalam waktu yang lama dan memakan makanan dalam jumlah yang banyak dan tidak mungkin hidup menantang ritme alam.

d) Organ-organ dalam tubuh manusia dikontrol oleh syaraf autonomi. Pada siang hari adalah aktivitas utama dari syaraf simpatik dan pada waktu malam hanya syaraf para-simpatik yang berfungsi. Jika aturan ini terganggu dan diputarbalikkan, maka akan
menghadapi semua jenis penyakit.

3. Tensi naik mengakibatkan emosi.

a) Tekanan sosial.

b) Tekanan mental atau yang berkaitan dengan pekerjaan.

c) Untuk orang yang menderita tekanan mental, kemungkinan bisa mengakibatkan kematian. Ini adalah sindrom fungsi korteks adrenalin tidak sempurna.

4. Tekanan pisik.

a) Sebelum operasi, perlu memeriksa apakah korteks ginjal berfungsi secara normal. Jika korteks adrenalin bocor atau tekanan yang diakibatkan oleh operasi melebihi kemampuan korteks adrenalin maka akan mengakibatkan kematian atau dampak yang berlawanan.

b) Jika muka pasien gembung, perlu menanyakan secara rinci kepada pasien riwayat penyakitnya dan status pengobatannya. Untuk pasien yang dalam pengobatan hormon korteks adrenalin, perawatan ekstra perlu diperhatikan ketika menjalani perawatan akupungtur.

c) Menghidari tekanan oleh karena terlalu capek bekerja atau berolahraga, atau pun bermain judi dan menyetir sepanjang malam, dll.

Lampiran: Bahan makanan yang ber pH asam/basah

1. Makanan yang ber pH asam tinggi: kuning telur, keju, roti manis, telur ikan, minyak ikan, dll.

2. Makanan yang ber pH asam sedang: daging (paha) babi yang diasinkan (ham), daging babi yang diasin dan dikukus (bacon), daging ayam, ikan cumi-cumi, daging babi, belut, daging sapi, roti, gandum, mentiga, daging kuda.

3. Makanan yang ber pH asam rendah: nasi putih, kacang, bir, alkohol, tahu goreng, rumput laut, remis besar (kerang), ikan gurita, ikan janggut (berkumis), etc.

4. Makanan yang ber pH basah rendah: kacang merah, lobak, apel, sayur kubis atau kol, bawang, tahu, dll.

5. Makanan yang ber pH basah sedang: lobak kering, kacang kedele, wartel, tomat, pisang, jeruk, labu, buah delima, putih telur, prem kering, jeruk limun,bayam, etc

6. Makanan yang ber pH basah tinggi: buah anggur, daun teh, minuman anggur, taoge laut, ganggang laut, dll. Khususnya jenis ganggang hijau mengandung banyak zat hijau daun (chlorophyl) sebagai makan kesehatan yang sangat baik dan ber pH basah tinggi. Jangan terlalu banyak
minum teh tetapi sebaiknya minumlah teh pada pagi hari.

Adalah menjadi berkat bagi Anda jika menyampaikan atau mengirimkan artikel ini kepada teman-teman, pamili, sanak saudara dan siapa saja. Terima kasih dan Tuhan memberkati Anda!
Posted by Maxloh

13
Kafe Jongkok / 3 Inspirasi dari Tiger Woods
« on: 06 February 2009, 03:28:15 PM »
3 Inspirasi dari Tiger Woods

"To succeed, you need to find something to hold on to, something to
motivate you, something to inspire you!"
- Tony Dorsett

Salah satu atlet dunia pujaan saya adalah Eldrick 'Tiger' Woods.
Bukan saja secara skills, dia luar biasa di lapangan, tetapi dalam
dirinya pun terdapat prinsip-prinsip yang membuatnya patut
diteladani.

Bahkan mengenai Tiger Woods, pemain basket terkenal Michael Jordan
pernah berujar, "I really do believe Tiger Woods was put here for a
bigger reason than just to play golf. I don't think that he is a god,
but I do believe that he was sent by One."

Pada kesempatan inilah saya ingin membagikan apa yang saya pelajari
secara luar biasa dari pribadi Tiger Woods dalam suatu wawancaranya.
Untuk sekadar info saja, Tiger Woods adalah pemain golf dunia yang
legendaris. Pada usia 11 bulan, dia sudah belajar mengayunkan tongkat
golf di garasi rumahnya. Pada saat umurnya baru mencapai 22 tahun,
Tiger Woods sudah meraup pendapatan bersih lebih dari US$2.000.000.

Suatu hal yang luar biasa telah dicapai oleh Tiger Woods bahkan sejak
pada usianya yang belia. Nah, pada kesempatan ini, mari kita belajar
ada tiga kunci sukses dari Tiger Woods yang menjadikannya juara dunia
sejati.

I smile at obstacles

Pertama-tama, kalimat inspiratif menarik yang diucapkan oleh Tiger
Woods adalah "I smile at obstacles". Justru kalimat ini rasanya
begitu cocok untuk kita semua di mana saat ini dunia sedang mengalami
krisis global. Rasanya kita bisa belajar banyak dari Tiger Woods yang
justru tersenyum saat menghadapi masalah, tantangan ataupun hambatan
dalam hidupnya.

Seperti yang sering saya ungkapkan dalam tulisan-tulisan saya, setiap
masalah yang kita hadapi, semuanya bertujuan baik supaya kita dapat
menjadi pribadi yang lebih kuat dan tangguh. Saya pun teringat dengan
buku Adversity Quotient karya Paul G. Stoltz.

Dalam buku tersebut, Paul G. Stoltz mengatakan seorang yang akan
sukses adalah yang dapat mengubah tantangan menjadi peluang untuk
berhasil. Selalu ada peluang bagi kita untuk dapat sukses jika kita
jeli melihat yang terjadi. Seperti sebuah kata bijaksana "You learn
something every day if you pay attention." Jadi, selalu pakailah
kacamata yang positif saat melihat segala sesuatu.

Sama seperti Tiger Woods, saat mengalami tantangan dalam memenangi
pertandingan golfnya, dia selalu belajar dari apa yang dialaminya.
Filosofi ini dipelajari dari ibunya Kultida Woods yang sejak awal
karirnya sering mengantarkan Tiger Woods ke berbagai turnamen dan
memberikan motivasi kepadanya, tanpa mengeluh sedikit pun.

Begitupun ayahnya, seorang veteran perang yang selalu membisikkan
kata-kata motivasi untuk membesarkan Tiger Woods sebelum dia
tertidur. Inilah kunci yang membuat Tiger Woods menjadi juara dunia.
Yang jelas, dari orang tuanya Tiger Woods belajar dan menasihati kita
bahwa jika kita menghadapi hambatan hidup dengan tersenyum, sesuatu
yang luar biasa akan pasti terjadi. Kita akan bisa lebih berpikir
jernih, sehingga lebih berfokus pada solusi dan jalan keluar pun
mungkin muncul di depan kita.

My will moves mountains

Dalam hal ini pun kita dapat banyak belajar kepada Tiger Woods.
Seluruh keinginannya diarahkan untuk menjadikan dirinya menjadi
seorang pegolf dunia. Seperti yang pernah diungkapkan oleh Tiger
Woods, "Dibutuhkan keputusan yang luar biasa untuk menjadi yang
terbaik. Tetapi saya telah membuat keputusan itu!".

Tiger Woods mengetahui apa yang mau dicapai dalam hidupnya sehingga
dirinya terus berusaha sampai impiannya tercapai. Bahkan Tiger Woods
mengatakan "My will moves mountains". Dalam hal ini, Tiger Woods
mengajarkan kepada kita perlunya fokus, dedikasi, komitmen,
keteguhan, dan kegigihan dalam mencapai tujuan, termasuk pula
membayar ongkos berlatih siang dan malam sebelum dirinya menjadi
begitu terkenal.

Begitu pula dalam kehidupan ini, jika kita punya kualitas yang sama
seperti karakter yang dimiliki Tiger Woods, kesuksesan dapat kita
raih selama kita memiliki keinginan yang kuat untuk mencapainya.

Tiger Woods jelas-jelas mengetahui apa yang dia inginkan, dia
memiliki target dan goal yang jelas, membuat rencana untuk
mencapainya dan kemudian merealisasikannya. Tiger Woods percaya bahwa
bagi dirinya tidak ada gunung 'kesulitan' yang terlalu tinggi untuk
ditaklukkan.

Bagaimana dengan Anda? Apa yang menjadi impian, cita - cita dan
hasrat Anda? Apa yang ingin Anda lakukan dalam hidup ini? Apakah Anda
sudah meraihnya? Mari belajar dari Tiger Woods, miliki fokus dan
komitmen untuk meraih hal - hal yang diinginkan dalam hidup ini.
Ingatlah, keinginan Anda yang begitu kuat bahkan bisa memindahkan
gunung kesulitan Anda, setinggi apa pun.

I will do it with all my heart

Ketika Tiger Woods melakukan sesuatu, dia melakukannya dengan
totalitas dan komitmen. Melakukan sesuatu dengan sungguh-sungguh,
itulah kunci kemenangan Tiger Woods. Baginya, bahkan hanya dalam
berlatih di lapangan saja, semuanya diperlakukan seperti pertandingan
sungguhan. Tiger Woods melakoni semuanya dengan keinginan bukan
menjadi baik (good), bukan juga menjadi lebih baik (better),
melainkan dengan keinginannya menjadi yang terbaik (best).

Tidaklah mengherankan jika diusianya yang ke-24, pada 2000 Tiger
Woods sudah berhasil menjadi juara dunia hampir semua kejuaraan golf
bergengsi di dunia, a.l. US Open, US Amateur, British Open serta
British Amateur.

Kehidupan Tiger Woods memberikan pelajaran penting kepada kita yakni
jika kita mau meraih kesuksesan dan keberhasilan yang luar biasa,
lakukanlah segala sesuatu dengan kerja keras, fokus, penuh dedikasi
dan lakukan semuanya itu dengan hati.

Inilah sebenarnya pelajaran yang diperoleh Tiger dari ayahnya, yang
sekaligus menjadi pelatihnya. Untuk melatih Tiger Woods bermain
dengan sepenuh hati, ayahnya sering kali membunyikan koin-koin dan
berusaha mengacaukan konsentrasinya. Namun, latihan seperti inilah
yang membuatnya semakin mantap.

Bahkan, pernah sekali ketika dia memukul bola dan pada saat itu ada
suara walkie talkie yang mengganggu. Namun, Tiger Woods mengatakan
dirinya tidak mendengarkan suara apa pun karena pelajaran hidupnya
membuatnya betul-betul menaruh sepenuh hati pada bola yang akan
dipukulnya. Dengan mantap, Tiger Woods mengajarkan bahwa kita
berpelaung besar meraih hal - hal yang kita inginkan jika ada
totalitas penuh di sana.

Demikianlah, mari belajar dari tiga pelajaran inspiratif Tiger Woods
ini: smile at obstacles, my will moves mountains, serta I will do it
with all my heart - untuk menjadikan 2009 ini sebagai tahun yang
spektakuler, di mana Anda akan mencapai hal - hal yang Anda impikan
dan meraih kesuksesan serta keberhasilan yang luar biasa! Sukses
serta antusiasme yang luar biasa akan selalu menyertai Anda pada
tahun ini.

Sumber: 3 Inspirasi dari Tiger Woods oleh Anthony Dio Martin

14
Kafe Jongkok / 4 SKENARIO (recomended to read)
« on: 06 February 2009, 02:17:29 PM »

4 Skenario

Skenario 1

Andaikan kita sedang naik di dalam sebuah kereta ekonomi.
Karena tidak mendapatkan tempat duduk, kita berdiri di dalam gerbong
tersebut.
Suasana cukup ramai meskipun masih ada tempat bagi kita untuk
menggoyang-goyangka n kaki.
Kita tidak menyadari handphone kita terjatuh.

Ada orang yang melihatnya, memungutnya dan langsung mengembalikannya
kepada kita.
"Pak, handphone bapak barusan jatuh nih,"
kata orang tersebut seraya memberikan handphone milik kita.

Apa yang akan kita lakukan kepada orang tersebut?
Mungkin kita akan mengucapkan terima kasih dan berlalu begitu saja.


Skenario 2
Sekarang kita beralih kepada skenario kedua.
Handphone kita terjatuh dan ada orang yang melihatnya dan memungutnya.
Orang itu tahu handphone itu milik kita tetapi tidak langsung
memberikannya kepada kita.
Hingga tiba saatnya kita akan turun dari kereta, kita baru menyadari
handphone kita hilang.

Sesaat sebelum kita turun dari kereta, orang itu ngembalikan handphone
kita sambil berkata,
"Pak, handphone bapak barusan jatuh nih."
Apa yang akan kita lakukan kepada orang tersebut?

Mungkin kita akan mengucapkan terima kasih juga kepada orang tersebut.
Rasa terima kasih yang kita berikan akan lebih besar daripada rasa
terima kasih yang kita berikan pada orang di skenario pertama (orang
yang langsung memberikan handphone itu kepada kita).
Setelah itu mungkin kita akan langsung turun dari kereta.

Skenario 3
Marilah kita beralih kepada skenario ketiga.

Pada skenario ini, kita tidak sadar handphone kita terjatuh, hingga kita
menyadari handphone kita tidak ada di kantong kita saat kita sudah turun
dari kereta.
Kita pun panik dan segera menelepon ke nomor handphone kita, berharap
ada orang baik yang menemukan handphone kita dan bersedia
mengembalikannya kepada kita.

Orang yang sejak tadi menemukan handphone kita (namun tidak
memberikannya kepada kita) menjawab telepon kita.
"Halo, selamat siang, Pak.
Saya pemilik handphone yang ada pada bapak sekarang," kita mencoba
bicara kepada orang yang sangat kita harapkan berbaik hati mengembalikan
handphone itu kembali kepada kita.
Orang yang menemukan handphone kita berkata,
"Oh, ini handphone bapak ya.
Oke deh, nanti saya akan turun di stasiun berikut.
Biar bapak ambil di sana nanti ya."

Dengan sedikit rasa lega dan penuh harapan, kita pun pergi ke stasiun
berikut dan menemui "orang baik" tersebut.
Orang itu pun memberikan handphone kita yang telah hilang.
Apa yang akan kita lakukan pada orang tersebut?

Satu hal yang pasti, kita akan mengucapkan terima kasih, dan seperti nya
akan lebih besar daripada rasa terima kasih kita pada skenario kedua
bukan?
Bukan tidak mungkin kali ini kita akan memberikan hadiah kecil kepada
orang yang menemukan handphone kita tersebut.


Skenario 4
Terakhir, mari kita perhatikan skenario keempat.

Pada skenario ini, kita tidak sadar handphone kita terjatuh, kita turun
dari kereta dan menyadari bahwa handphone kita telah hilang, kita
mencoba menelepon tetapi tidak ada yang mengangkat.
Sampai akhirnya kita tiba di rumah.

Malam harinya, kita mencoba mengirimkan SMS :
"Bapak / Ibu yang budiman.
Saya adalah pemilik handphone yang ada pada bapak / ibu sekarang.
Saya sangat mengharapkan kebaikan hati bapak / ibu untuk dapat
mengembalikan handphone itu kepada saya.
Saya akan memberikan imbalan sepantasnya. "
SMS pun dikirim dan tidak ada balasan.
Kita sudah putus asa.

Kita kembali mengingat betapa banyaknya data penting yang ada di dalam
handphone kita.
Ada begitu banyak nomor telepon teman kita yang ikut hilang bersamanya.
Hingga akhirnya beberapa hari kemudian, orang yang menemukan handphone
kita menjawab SMS kita, dan mengajak ketemuan untuk mengembalikan
handphone tersebut.

Bagaimana kira-kira perasaan kita?
Tentunya kita akan sangat senang dan segera pergi ke tempat yang
diberikan oleh orang itu.
Kita pun sampai di sana dan orang itu mengembalikan handphone kita.
Apa yang akan kita berikan kepada orang tersebut?

Kita pasti akan mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepadanya, dan
mungkin kita akan memberikannya hadiah (yang kemungkinan besar lebih
berharga dibandingkan hadiah yang mungkin kita berikan di skenario
ketiga).


Moral of the story
Apa yang kita dapatkan dari empat skenario cerita di atas?

Pada keempat skenario tersebut, kita sama-sama kehilangan handphone, dan
ada orang yang menemukannya.


Orang pertama menemukannya dan langsung mengembalikannya kepada kita.
Kita berikan dia ucapan terima kasih.

Orang kedua menemukannya dan memberikan kepada kita sesaat sebelum kita
turun dari kereta.
Kita berikan dia ucapan terima kasih yang lebih besar.

Orang ketiga menemukannya dan memberikan kepada kita setelah kita turun
dari kereta.
Kita berikan dia ucapan terima kasih ditambah dengan sedikit hadiah.

Orang keempat menemukannya, menyimpannya selama beberapa hari, setelah
itu baru mengembalikannya kepada kita.
Kita berikan dia ucapan terima kasih ditambah hadiah yang lebih besar.

Ada sebuah hal yang aneh di sini.
Cobalah pikirkan, di antara keempat orang di atas, siapakah yang paling
baik?
Tentunya orang yang menemukannya dan langsung memberikannya kepada kita,
bukan?
Dia adalah orang pada skenario pertama.

Namun ironisnya, dialah yang mendapatkan reward paling sedikit di antara
empat orang di atas.



Manakah orang yang paling tidak baik?
Tentunya orang pada skenario keempat, karena dia telah membuat kita
menunggu beberapa hari dan mungkin saja memanfaatkan handphone kita
tersebut selama itu.

Namun, ternyata dia adalah orang yang akan kita berikan reward paling
besar.



Apa yang sebenarnya terjadi di sini?
Kita memberikan reward kepada keempat orang tersebut secara tulus,
tetapi orang yang seharusnya lebih baik dan lebih pantas mendapatkan
banyak, kita berikan lebih sedikit.

OK, kenapa bisa begitu?

Ini karena rasa kehilangan yang kita alami semakin bertambah di setiap
skenario.

Pada skenario pertama, kita belum berasa kehilangan karena kita belum
sadar handphone kita jatuh, dan kita telah mendapatkannya kembali.

Pada skenario kedua, kita juga sudah mulai merasakan kehilangan karena saat
itu kita baru sadar, dan kita sudah membayangkan rasa kehilangan yang
mungkin akan kita alami seandainya saat itu kita sudah turun dari
kereta.

Pada skenario ketiga, kita sempat merasakan kehilangan, namun tidak lama
kita mendapatkan kelegaan dan harapan kita akan mendapatkan handphone
kita kembali.

Pada skenario keempat, kita sangat merasakan kehilangan itu.

Kita mungkin berpikir untuk memberikan sesuatu yang besar kepada orang
yang menemukan handphone kita, asalkan handphone itu bisa kembali kepada
kita.

Rasa kehilangan yang bertambah menyebabkan kita semakin menghargai
handphone yang kita miliki.

Kesimpulan
Saat ini, adakah sesuatu yang kurang kita syukuri?

Apakah itu berupa rumah, handphone, teman-teman, kesempatan berkuliah,
kesempatan bekerja, atau suatu hal lain.

Namun, apakah yang akan terjadi apabila segalanya hilang dari genggaman
kita.
Kita pasti akan merasakan kehilangan yang luar biasa.

Saat itulah, kita baru dapat  mensyukuri segala sesuatu yang telah
hilang tersebut.

Namun, apakah kita perlu merasakan kehilangan itu agar kita dapat
bersyukur?

Sebaiknya tidak.

Syukurilah segala yang kita miliki, termasuk hidup kita, selagi itu
masih ada.
Jangan sampai kita menyesali karena tidak bersyukur ketika itu telah
lenyap dari diri kita.

Jangan pernah mengeluh dengan segala hal yang belum diperoleh.
Bahagialah dengan segala hal yang telah diperoleh.

Sesungguhnya, hidup ini berisikan banyak kebahagiaan.
Bila kita mampu memandang dari sudut yang benar.

Sumber : DharmaJala

15
Keluarga & Teman / Kapan Terakhir Kamu Berbicara Dengan Orang Tua-mu?
« on: 24 November 2008, 11:31:12 AM »
Kutipan dari email :

Silahkan baca 2 email dibawah ini....

------------ --------- --------- --------- --------- --------- -

Judul: Kapan Terakhir Kamu Berbicara Dengan Orang Tua-mu?

Suatu hari seorang teman saya pergi ke rumah orang-jompo atau lebih terkenal dengan sebutan panti-werdha bersama dengan teman-temannya.
Kebiasaan ini mereka lakukan untuk lebih banyak mengenal bahwa akan lebih membahagiakan kalau kita bisa berbagi pada orang-2 yang kesepian dalam hidupnya.
Ketika teman saya sedang berbicara dengan beberapa ibu-2 tua, tiba-2 mata teman saya tertumpu pada seorang opa tua yang duduk menyendiri sambil menatap kedepan dengan tatapan kosong.
Lalu sang teman mencoba mendekati opa itu dan mencoba mengajaknya berbicara.
Perlahan tapi pasti sang opa akhirnya mau mengobrol dengannya sampai akhirnya si opa menceritakan kisah hidupnya.

Si opa memulai cerita tentang hidupnya sambil menghela napas panjang.
Sejak masa muda saya menghabiskan waktu saya untuk terus mencari usaha yang baik untuk keluarga saya, khususnya untuk anak-anak yang sangat saya cintai.
Sampai akhirnya saya mencapai puncaknya dimana kami bisa tinggal dirumah yang sangat besar dengan segala fasilitas yang bagus.
Demikian pula dengan anak-anak saya, mereka semua berhasil sekolah sampai keluar negeri dengan biaya yang tidak pernah saya batasi.
Akhirnya mereka semua berhasil dalam sekolah, juga dalam usahanya dan juga dalam berkeluarga.

Tibalah dimana kami sebagai orangtua merasa sudah saatnya pensiun dan menuai hasil panen kami.
Tiba-2 istri tercinta saya yang selalu setia menemani saya dari sejak saya memulai kehidupan ini meninggal dunia karena sakit yang sangat mendadak.
Lalu sejak kematian istri saya tinggallah saya hanya dengan para pembantu kami karena anak-2 kami semua tidak ada yg mau menemani saya, karena mereka sudah mempunyai rumah yang juga besar.
Hidup saya rasanya hilang, tiada lagi orang yang mau menemani saya setiap saat saya memerlukannya.

Tidak sebulan sekali anak-anak mau menjenguk saya ataupun memberi kabar melalui telepon.
Lalu tiba-tiba anak sulung saya datang dan mengatakan, kalau dia akan menjual rumah karena selain tidak effisien juga toh saya dapat ikut tinggal dengannya.
Dengan hati yang berbunga saya menyetujuinya karena toh saya juga tidak memerlukan rumah besar lagi yang tanpa ada orang-orang yang saya kasihi di dalamnya.

Setelah itu saya ikut dengan anak saya yang sulung.
Tapi apa yang saya dapatkan?
Setiap hari mereka sibuk sendiri-2 dan kalaupun mereka ada dirumah tak pernah sekalipun mereka mau menyapa saya.
Semua keperluan saya pembantu yang memberi.
Untunglah saya selalu hidup teratur dari muda maka meskipun sudah tua saya tidak pernah sakit-sakitan.

Lalu saya tinggal dirumah anak saya yang lain.
Saya berharap kalau saya akan mendapatkan sukacita dalamnya, tapi rupanya tidak. Yang lebih menyakitkan semua alat-alat untuk saya pakai mereka ganti,
mereka menyediakan semua peralatan dari plastik dengan alasan untuk keselamatan saya tapi sebetulnya mereka sayang dan takut kalau saya memecahkan alat-alat mereka yang mahal-mahal itu.
Setiap hari saya makan dan minum dari alat-alat plastik yang sama dengan yang mereka sediakan untuk para pembantu dan anjing mereka.
Setiap hari saya makan dan minum sambil mengucurkan airmata dan bertanya dimanakah hati nurani mereka?

Akhirnya saya tinggal dengan anak saya yang terkecil, anak yang dulu sangat saya kasihi melebihi yang lain karena dia dulu adalah seorang anak yang sangat memberikan kesukacitaan pada kami semua.
Tapi apa yang saya dapatkan?
Setelah beberapa lama saya tinggal disana, akhirnya anak saya dan istrinya mendatangi saya, lalu mengatakan bahwa mereka akan mengirim saya untuk tinggal di panti-jompo dengan alasan supaya saya punya teman untuk berkumpul, dan juga mereka berjanji akan selalu mengunjungi saya.

Sekarang sudah 2 tahun saya disini, tapi tidak sekalipun dari mereka yang datang untuk mengunjungi saya, apalagi membawakan makanan kesukaan saya.
Hilanglah semua harapan saya tentang anak-2 yang saya besarkan dengan segala kasih sayang dan kucuran keringat.
Saya bertanya-tanya mengapa kehidupan hari tua saya demikian menyedihkan, padahal saya bukan orangtua yang menyusahkan, semua harta saya mereka ambil.
Saya hanya minta sedikit perhatian dari mereka tapi mereka sibuk dengan diri sendiri.

Kadang saya menyesali diri mengapa saya bisa mendapatkan anak-2 yang demikian buruk. Masih untung disini saya punya teman-teman dan juga kunjungan dari sahabat-2 yang mengasihi saya, tapi tetap saya merindukan anak-2 saya.

Sejak itu teman saya selalu menyempatkan diri untuk datang kesana dan berbicara dengan sang opa.

Lambat laun tapi pasti kesepian di mata sang opa berganti dengan keceriaan, apalagi kalau sekali-sekali teman saya membawa serta anak-anaknya untuk berkunjung.
Sampai hatikah kita membiarkan para orangtua kesepian dan menyesali hidupnya hanya karena semua kesibukan hidup kita?

Bukankah suatu haripun kita akan sama dengan mereka, tua dan kesepian?

------------ --------- --------- --------- --------- --------- -

Judul: Untuk Para Orang Tua, mudah-mudahan bermanfaat:

Suatu hari suami saya rapat dengan beberapa rekan bisnisnya yang kebetulan mereka sudah mendekati usia 60 tahun dan dikaruniai beberapa orang cucu. Di sela-sela pembicaraan serius tentang bisnis, para kakek yang masih aktif itu sempat juga berbagi pengalaman tentang kehidupan keluarga di masa senja usia.

Suami saya yang kebetulan paling muda dan masih mempunyai anak balita, mendapatkan pelajaran yang sangat berharga, dan untuk itu saya merasa berterima kasih kepada rekan-rekan bisnisnya tersebut. Mengapa? Inilah kira-kira kisah mereka.

Salah satu dari mereka kebetulan akan ke Bali untuk urusan bisnis, dan minta tolong diatur tiket kepulangannya melalui Surabaya karena akan singgah kerumah anaknya yang bekerja di sana .

Di situlah awal pembicaraan "menyimpang" dimulai. Ia mengeluh,

"Susah anak saya ini, masak sih untuk bertemu bapaknya saja sulitnya bukan main."

"Kalau saya telepon dulu, pasti nanti dia akan berkata jangan datang sekarang karena masih banyak urusan. Lebih baik datang saja tiba-tiba, yang penting saya bisa lihat cucu."

Kemudian itu ditimpali oleh rekan yang lain.

"Kalau Anda jarang bertemu dengan anak karena beda kota, itu masih dapat dimengerti," katanya.

"Anak saya yang tinggal satu kota saja, harus pakai perjanjian segala kalau ingin bertemu."

"Saya dan istri kadang-kadang merasa begitu kesepian, karena kedua anak saya jarang berkunjung, paling-paling hanya telepon."

Ada lagi yang berbagi kesedihannya, ketika ia dan istrinya mengengok anak laki-lakinya, yang istrinya baru melahirkan di salah satu kota di Amerika.

Ketika sampai dan baru saja memasuki rumah anaknya, sang anak sudah bertanya,"Kapan Ayah dan Ibu kembali ke Indonesia?"

"Bayangkan! Kami menempuh perjalanan hampir dua hari, belum sempat istirahat sudah ditanya kapan pulang."

Apa yang digambarkan suami saya tentang mereka, adalah rasa kegetiran dan kesepian yang tengah melanda mereka di hari tua. Padahal mereka adalah para profesional yang begitu berhasil dalam kariernya.

Suami saya bertanya,

"Apakah suatu saat kita juga akan mengalami hidup seperti mereka?"
Untuk menjawab itu, saya sodorkan kepada suami saya sebuah syair lagu berjudul Cat's In the Cradle karya Harry Chapin. Beberapa cuplikan syair tersebut saya terjemahkan secara bebas ke dalam bahasa Indonesia agar relevan untuk konteks Indonesia .

Serasa kemarin ketika anakku lahir dengan penuh berkah. Aku harus siap untuknya, sehingga sibuk aku mencari nafkah sampai 'tak ingat kapan pertama kali ia belajar melangkah. Pun kapan ia belajar bicara dan mulai lucu bertingkah.

Namun aku tahu betul ia pernah berkata,

"Aku akan menjadi seperti Ayah kelak"

"Ya betul aku ingin seperti Ayah kelak"

"Ayah, jam berapa nanti pulang?"

"Aku tak tahu 'Nak, tetapi kita akan punya waktu bersama nanti, dan tentu saja kita akan mempunyai waktu indah bersama"

Ketika saat anakku ulang tahun yang kesepuluh; Ia berkata,

"Terima kasih atas hadiah bolanya Ayah, wah ... kita bisa main bola bersama. Ajari aku bagaimana cara melempar bola"

"Tentu saja 'Nak, tetapi jangan sekarang, Ayah banyak pekerjaan sekarang"

Ia hanya berkata, "Oh ...."

Ia melangkah pergi, tetapi senyumnya tidak hilang, seraya berkata, "Aku akan seperti ayahku. Ya, betul aku akan sepertinya"

"Ayah, jam berapa nanti pulang?"

"Aku tak tahu 'Nak, tetapi kita akan punya waktu bersama nanti, dan tentu aja kita akan mempunyai waktu indah bersama"

Suatu saat anakku pulang ke rumah dari kuliah; Begitu gagahnya ia, dan aku memanggilnya, "Nak, aku bangga sekali denganmu, duduklah sebentar dengan Ayah"

Dia menengok sebentar sambil tersenyum,"Ayah, yang aku perlu sekarang adalah meminjam mobil, mana kuncinya?"

"Sampai bertemu nanti Ayah, aku ada janji dengan kawan"

"Nak, jam berapa nanti pulang?"

"Aku tak tahu 'Yah, tetapi kita akan punya waktu bersama nanti dan tentu saja kita akan mempunyai waktu indah bersama"

Aku sudah lama pensiun, dan anakku sudah lama pergi dari rumah;

Suatu saat aku meneleponnya.

"Aku ingin bertemu denganmu, Nak"

Ia bilang,"Tentu saja aku senang bertemu Ayah, tetapi sekarang aku tidak ada waktu. Ayah tahu, pekerjaanku begitu menyita waktu, dan anak-anak sekarang sedang flu. Tetapi senang bisa berbicara dengan Ayah, betul aku senang mendengar suara Ayah"

Ketika ia menutup teleponnya, aku sekarang menyadari; Dia tumbuh besar persis seperti aku;

Ya betul, ternyata anakku "aku banget".

Rupanya prinsip investasi berlaku pula pada keluarga dan anak. Seorang investor yang berhasil mendapatkan return yang tinggi, adalah yang selalu peduli dan menjaga apa yang diinvestasikannya.

Saya sering melantunkan cuplikan syair tersebut dalam bahasa aslinya,
"I'm gonna be like you, Dad, you know I'm gonna be like you",

kapan saja ketika suami saya sudah mulai melampaui batas kesibukannya.

Sumber: Anonymous

Pages: [1] 2