//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Show Posts

This section allows you to view all posts made by this member. Note that you can only see posts made in areas you currently have access to.


Messages - sobat-dharma

Pages: 1 2 3 4 5 6 [7] 8 9 10 11 12 13 14 ... 85
91
Kafe Jongkok / Bullying dalam Forum Online
« on: 26 December 2011, 01:04:27 AM »
Para sobat member DC,
sepengamatan saya dalam diskusi dalam beberapa forum dan groups online, topik yang kontraversial selalu menjadi ramai. Seringkali, entah karena terlalu bersemangat dalam diskusi atau karena hal lainnya, saya menyaksikan banyak sekali posting-posting yang semakin menjurus menjadi  kategori bullying. Untuk itu mengenali perilaku seperti apa itu bullying akan membantu kita menghindarkan diri dari perbuatan tersebut, dikarenakan bullying merupakan kekerasan. Selain itu, perbuatan demikian tidak pantas dilakukan oleh seorang praktisi Buddhadharma. Menjelang pergantian tahun ini, refleksi dan uraian tentang praktik bullying ini, semoga dapat membantu perkembangan praktik Buddhadharma kita.

Secara garis bersar, bullying merupakan segala perilaku menyakiti dengan mengintimidasi, melecehkan, menggoda, mencemooh atau mengganggu yang dilakukan oleh beberapa orang atau seseorang pelaku terhadap orang yang lebih lemah dan dilakukan secara berulang-ulang. Bedanya dengan kekerasan biasa adalah bullying kadangkala sangat tersamar, sehingga pelakunya sangat sulit dihukum. Pelaku bullying yang canggih sangat canggih menyembunyikan perbuatannya dalam alasan-alasan yang normatif.

Bullying dapat dilakukan  secara tidak langsung (indirect bullying), misalnya menyebarkan rumor, berusaha membuat seseorang dijauhi dalam kelompok, mengancam orang-orang yang akan bergaul dengan korban, memberi kritik terhadap pakaian dan penampilan seseorang, menghina agama atau suku bangsanya, memberikan istilah-istilah yang memalukan, tertawa, bisik-bisik, melontarkan sindiran ketika korban di dekat para pelaku, ataupun  yang dilakukan secara langsung (direct bullying) yang dapat dilakukan secara fisik (memukul, dll) maupun verbal (menghina). Dalam forum diskusi, bullying biasanya terjadi dikarenakan perdebatan yang semakin meruncing dalam sebuah topik kontraversi (pro-kontra), sehingga menyebabkan percekcokan dan debat kusir. Akibat bullying dalam internet  (Cyber-bullying) adalah diskusi yang santun dan rasional ditinggalkan, diganti dengan hasrat untuk menyakiti lawan bicaranya entah itu dengan kata-kata kasar, melecehkan, ucapan sarkastik secara halus, ataupun memperolok lawan bicara.   

Di dalam diri seorang pelaku bullying terdapat antara lain:

1) Keinginan dan hasrat yang sangat besar untuk mendominasi, mengendalikan, atau mengalahkan orang lain. Pelaku bullying cenderung dominan atau senang mendominasi dan bersikap otoriter. Penelitian menunjukkan bahwa kecemburuan dan kebencian dapat menjadi motif untuk mengintimidasi orang lain. Mereka merendahkan orang lain untuk dapat meningkatkan harga dirinya sendiri yang juga tertekan atau dilecehkan oleh orang lain. Mereka memiliki kerahaman yang superfisial (dibuat-buat atau palsu), tidak tulus, sikap egosentris, dan senang memanipulasi orang lain. Seperti juga kepribadian agresif yang dibesarkan oleh perlakuan kekerasaan maka pelaku bullying juga umumnya dibesarkan oleh orang tua yang banyak melakukan kekerasan.

2) Minimnya rasa menyesal atau kasihan terhadap korban, sebaliknya setiap perilakunya menyebabkan sensasi kegembiraan dalam diri pelaku bullying. Hal ini memperlihat karakter pelaku bullying yang narsistik, dengan kesombongan pada kepribadiannya. Memiliki fokus yg berlebihan terhadap pekerjaannya, sehingga tidak memiliki empati terhadap orang lain, memiliki temperamen meledak-ledak, dan merasa tidak tergantung terhadap orang lain

3) Menolak bertanggung jawab terhadap perbuatannya, malah terus-menerus mem-bully orang lain. Kadang-kadang disertai dengan sifat blaming the victim (menyalahkan korban). Dalam hal ini, pelaku sangat lihai menggunakan norma-norma untuk dipelintir untuk membenarkan perbuatannya dan semakin membuat korban tidak berdaya.

4)Pelaku bullying umumnya memliki sikap perfeksionis yg tinggi, pengabdian yg berlebihan terhadap pekerjaan, haus akan kekuasaan, dan sikap keras kepala.

Bullying juga dapat dibedakan menurut level si pelaku dibandingkan dengan korbannya:
1.) Pelaku yang setara dengan korban, bullying yg dilakukan terhadap temen sendiri yang setara dengan pelaku. Biasanya diawali hanya untuk tujuan hiburan sang pelaku, namun lama-kelamaan pelaku menjadi kecanduan dengan perbuatannya. catatan: Bullying adalah perbuatan yang menyenangkan bagi pelaku, namun menyakitkan bagi korban. Dari perspektif pelaku, perbuatannya tidak menyakiti siapa-siapa, yang dianggapnya sebagai hal yang lucu dan menghibur saja. Tapi, buat korban, perbuatan tersebut sangat menyakitkan.

2.) Pelaku yangl lebih tinggi dari korban,bullying yg dilakukan orang seseorang yg lebih tinggi tingkatannya (atasan terhadap bawahan, atau guru terhadap muridnya, senior terhadap newbie). Biasanya dilakukan dengan cara melecehkan atau bersikap arogan dan pikiran “Aku yang paling benar, kamu sudah pasti salah”.

3.) Pelaku memiliki level lebih rendah dari korban, artinya pelaku justru memiliki level lebih rendah dari korban, dan sering disebabkan karena balas dendam terhadap bullying yg dilakukan oleh pihak yang lebih tinggi atau karena kredibilitas korban dinilai kurang oleh para pelaku.

taktik-taktik yang biasanya dilakukan oleh para pelaku bullying:
- Bekerja secara kelompok (keroyok) untuk menghadapi seorang korban,  biasanya dinamakan sebagai: mobbing
- Selalu saling mendukung dalam bullying antar-pelaku bullying sekelompok. Apabila si korban  mulai melawan, tekan terus dan selalu menganggap apapun yg dikatakan sang korban selalu salah. Intinya satu: “He/She is ALWAYS WRONG whether he/she is right”
- Apabila kmu telah mengetahui salah satu aib dari  target, selalu pakai aib itu untuk mementahkan perlawanan dia, dan saat aib itu dibuka, lakukan tekanan secara mental, misalnya tertawa yg keras, ato tertawa yg nyeleneh. Dan lakukan semua itu pada waktu yg bersamaan sehingga mencegah sang korban untuk melawan.
- Apabila dalam suatu saat korban bisa mementahkan bahan bullying, pelaku langsung alihkan topik bully-nya ke topik yg lain. Hal ini harus dilakukan secara kompak dengan rekan sesama pembully lainnya, dengan tujuan untuk menyebabkan tekanan mental yg terus-menerus terhadap korban.
- Satu hal tentang bully, BULLY IS NEVER ENOUGH, dan kaau seseorang sudah merasakan nikmatnya menjadi pembully, seseorang akan merasa kecanduan akan hal tersebut. Jadi bully terus menerus agar kepuasan batin bisa terpenuhi.


Untuk mencegah bullying,  cobalah tips ini:

1. Berpikir jernih dan tidak mudah terpancing. Jangan terpancing oleh cemoohan orang lain di dunia maya, meskipun hanya untuk membalas perbuatannya. Sebab jika kita membalasnya dengan struktur serupa, maka pelaku akan merasa diperhatikan, dan malah semakin gila menyerang. Pelaku bullying biasanya ingin melihat targetnya menjadi emosi. Jadi sangat penting untuk bersikap tetap tenang dan jangan membuat pelaku senang karena bisa membuat korbannya marah. Jangan memberikan respon pada pelaku.

2. Jangan memberi pelaku bullying kekuasaan untuk mengatur kamu. Bullying dapat membuat korbannya merasa sebagai kesalahan korban sendiri, padahal samasekali tidak demikian.

3. Selalu berperilaku sopan di dunia maya. Perilaku seperti membicarakan orang lain, bergosip, atau memfitnah, akan meningkatkan risiko seseorang menjadi korban cyberbullying.

Tulisan ini disarikan dari berbagai sumber online.

Sebagai, bentuk kesadaran saya sendiri terhadap dampak negatif dari bullying:
saya ingin minta maaf apabila selama bergabung sebagai member di dalam forum ini saya telah menyakiti seseorang dengan kata-kata saya, dengan sadar ataupun tidak sadar. Saya menyatakan rasa penyesalan sedalam-dalamnya, dan berjanji untuk memperbaiki diri agar hal yang sama tidak terulang lagi.



92
Kafe Jongkok / Re: Malam tahun baru ngapain???
« on: 24 December 2011, 08:24:37 PM »
Refleksi bro... melihat ke belakang, ke pengalaman setahun, setelah itu berusaha memperbaikinya :) 

93
Sutta Vinaya / Re: Ramayana dan Jataka
« on: 22 December 2011, 08:13:13 PM »
Coba baca ini, salah satu tulisan di blog-nya Wirajhana Eka:
http://wirajhana-eka.blogspot.com/2010/06/rahwana-lebih-patut-di-idola-kan.html
Menurut artikel tersebut, Kisah Ramayana memang banyak versinya. Bisa jadi, kisah dalam Jataka hanyalah salah satu versi dari kisah Ramayana.


94
Diskusi Umum / Re: Pencapaian Nibbana dan Terlahir kembali
« on: 21 December 2011, 11:50:05 AM »
silakan bergabung, mumpung masih ada kesempatan

Trims bro...., nggak deh. Lagi nggak mood. Enakan nonton aja.  ;D

95
Diskusi Umum / Re: Pencapaian Nibbana dan Terlahir kembali
« on: 21 December 2011, 11:44:05 AM »
 [at] Kang_Asep
sudah... lagi seru nih tonton saja deh  ;D :)) :))

96
Theravada / Re: Anatt? dan Nibb?na
« on: 15 December 2011, 11:24:05 PM »
Terdapat akar penyebab lain dari gagasan keberadaan dan ketiadaan ini yang berhubungan erat dengan akar utama kepercayaan akan diri. Sebagai contoh, terdapat akar linguistik yang menyusun struktur dasar bahasa (subjek dan predikat, kata benda dan kata sifat) dan kecenderungannya untuk menyederhanakan kalimat persetujuan dan penyangkalan untuk kepentingan kemudahan komunikasi dan orientasi. Ciri struktural dari bahasa dan kebiasaan berbahasa dari kalimat-kalimat yang disederhanakan telah mengakibatkan pengaruh yang halus tetapi kuat pada cara berpikir kita, menyebabkan kita cenderung menganggap bahwa “pasti terdapat sesuatu jika terdapat kata untuk hal tersebut.”

Cara pandang demikian menyalahartikan bahasa (kata-kata dan maknanya) sebagai realitas itu sendiri: padahal kata-kata sebenarnya tidak lain dari sekadar sekumpulan tanda-tanda artifisial yang saling menunjuk satu sama lain untuk menjadi bermakna. Di balik kata-kata dan makna tidak ada apapun kecuali hanya ilusi pikiran.


97
Menerapkan Jalan Tengah dalam Kehidupan Penuh Tuntutan Konflik - Ven. Master Guo Jun
Tulisan di bawah adalah catatan pribadi Inge Santoso mengenai presentasi oleh Master Guo Jun di  7th Global Conference on Buddhism, 10 December 2011.



Ven. Master Guo Jun

KONFLIK

Bagaimana menyelesaikan konflik dalam kehidupan?
•    menjadi optimistik? Tidak menjadi pesimistik
•    menjadi objektif? Tidak menjadi subjektif
•    menjadi rasional? Tidak emosional
 
Praktik jalan tengah melampaui subjektif dan objektif dikarenakan objektivitas terbuat dari banyak bagian subjektif. Ven. Master Guo Jun memberikan contoh mengenai perjalanan di pesawat. Ketika udara terasa pengap dalam pesawat dan para penumpang merasa butuh mencari angin, mereka ingin membuka pintu pesawat. Meskipun para penumpang berpikir bahwa mereka objektif ketika memutuskan untuk membuka pintu, hal ini sebenarnya semata-mata pendapat subjektif orang banyak (kolektif). Ketika si pilot tidak sepakat, seorang melawan banyak orang, pendapat si pilot terkesan sebagai pendapat subjektif. Solusinya adalah tidak menjadi objektif ataupun subjektif, namun menjadi realistik.
 
Ekstrim            Jalan Tengah            Ekstrim
Subjektif          Realistik                   Objektif

 
Realistik itu melampaui kesan tampilan, melihat ke sebab musabab saling bergantungan (dependent origination), serta melihat ke sebab dan akibat. Praktik Jalan Tengah melampaui dualitas. Sutra Altar menyebutkan 36 pasang dualitas. Sebenarnya tidak terdapat makna yang pasti di dalam realitas. Sebagai contoh, seandainya tinggi badanmu 170 cm. Apakah ini tergolong tinggi atau pendek? Tinggi atau pendek dibandingkan dengan siapa?

Dalam inti semua perdebatan, konflik dan ketidaksepakatan, terdapat sikap “Kamu salah. Aku benar.” Orang-orang terikat oleh pemikiran bahwa merekalah yang benar.
Terdapat dua tipe konflik:
 
  • di dalam diri, sebagai contoh mengenai apa yang dipilih dan apa yang dilakukan [konflik intrapersonal, penj.]. Konflik tipe ini biasanya timbul dikarenakan kurangnya kebijaksanaan.
  • antara diri dengan lingkungan/orang lain.Konflik tipe ini biasanya timbul dikarenakan oleh kurangnya welas asih.
    Masalah muncul karena kita cenderung banyak berwelas-asih ketika menghadapi kesalahan diri sendiri, dan  memiliki banyak kebijaksanaan dalam melihat kesalahan orang lain.

Ekstrim                       Jalan Tengah                      Ekstrim
Rasional                        Welas asih                         Perasaan
Logika                           Kebijaksanaan                   Emosi
 
Menjadi realistik = Kebijaksanaan + welas asih

 
Menjadi realistik dimulai dengan relaksasi tubuh dan batin.
Relaksasi menghasilkan ketenangan, kejernihan, pemahaman dan kewelas-asihan. Laksana permukaan pada sebuah kolam, ketika permukaannya tenang maka ia memantulkan hal yang berada di luar, melihat sesuatu dengan apa adanya.  Ketika air dalam kolam menjadi tenang, kotoran mulai mengendap dan Anda bisa melihat ke dalam kolam dengan jelas.

Pemahaman berasal dari mendengar secara mendalam (deep listening) yang menghasilkan pikiran terbuka (kebijaksanaan) dan hati yang terbuka (welas asih). Kesalahpahaman seringkali disebabkan oleh tidak mendengarkan, yang menghasilkan konflik.

Sessi ini diakhiri dengan meditasi diiringi oleh musik selama 10 menit.

98
Chan atau Zen / Re: No Escape for the Ego
« on: 14 December 2011, 09:21:04 AM »
Sumber untuk terjemahan artikel ini dari web ini bro:
http://www.enlightennext.org/magazine/j17/sheng.asp?page=2

semoga bermanfaat :)


99
Chan atau Zen / Ego 'Barat' dan Ego 'Timur'
« on: 12 December 2011, 11:54:57 AM »
WIE: Anda adalah seorang guru yang dihormati yang memiliki murid di Taiwan dan di Barat, di Amerika ini. Beberapa guru spiritual Barat dan psikolog, yang telah kita singgung dalam masalah ini, mengatakan bahwa ego orang Barat berbeda dari ego orang Timur—bahwa orang Barat lebih melekat pada diri individu dan identitas pribadi. Apabila hal ini benar, secara teoritis, maka pada umumnya seharusnya lebih mudah bagi orang Timur untuk mencapai pencerahan dibandingkan Orang Barat. Apakah Anda setuju dengan hal ini? Apakah menurut pengalaman Anda demikian?

SY: Belum tentu demikian. Semuanya bergantung pada apakah Anda memiliki keinginan akan pencerahan ---apakah, seperti yang telah saya katakan, Anda benar-benar ingin memahami hakikat ego.
 
WIE: Menurut Anda inilah kunci keberhasilannya?

SY: Ya, ini kuncinya. Anda mungkin memiliki ego yang lemah atau kecil, tetapi apabila Anda tidak peduli akan hal ini dan Anda tidak memiliki keinginan yang kuat, maka Anda takkan semakin dekat dengan pencerahan.

--END--

100
Chan atau Zen / Guru tercerahkan dan Sila
« on: 12 December 2011, 11:53:58 AM »
WIE: Dalam tiga puluh tahun terakhir ini, terdapat banyak guru yang berpengaruh, yang memiliki pemahaman dan pengalaman spiritual mendalam, serta telah menarik minat sejumlah besar siswa, akan tetapi pada akhirnya reputasinya rusak dikarenakan pembusukan dan skandal, kadang-kadang dengan cara yang sangat mencengangkan. Apakah mungkin bahwa pengalaman dan pemahaman spiritual, pada kasus tertentu, sebenarnya dapat menguatkan ego?
 

SY: Sulit untuk dikatakan demikian. Sebenarnya aku tidak ingin mengomentari hal ini. Ini adalah masalah. Ada beberapa individu yang berpikir bahwa mereka tercerahkan, bahwa mereka terbebaskan, dan mereka juga memiliki gagasan bahwa setelah mereka terbebaskan, sehingga mereka tidak membutuhkan moralitas apapun lagi, mereka merasa tidak perlu lagi menegakkan sila [kewajiban dasar yang dilakukan oleh umat Buddha ] lagi. Dan menurut pemahaman Buddhisme saya –-di sini, saya hanya bisa berbicara untuk diri saya sendiri—kami meneladani Buddha Shakyamuni, dan apabila kita melihat Sang Buddha setelah Beliau tercerahkan, Beliau tidak mabuk-mabukan. Beliau tidak bergaul bebas dengan wanita, ’meniduri’ di sana sini, dan menipu uang orang lain. Dan itulah yang kita teladani. Para master Ch'an Cina menekankan pentingnya menegakkan sila [aturan-moralitas].


WIE: Untuk semuanya, guru maupun murid?


SY: Dalam sutra, kitab suci Buddha, disebutkan bahwa apabila Anda benar-benar tercerahkan, secara natural Anda tentu akan menegakkan sila.

101
Chan atau Zen / Psikoterapi dan Praktik Ch'an
« on: 12 December 2011, 10:53:36 AM »
WIE: Saat ini banyak guru spiritual Barat percaya bahwa jalan spiritual tradisional, termasuk Buddhisme, tidak dapat memenuhi semua kebutuhan para pencari modern. Secara khusus, mereka merasa bahwa dibutuhkan psikoterapi untuk melengkapi latihan spiritual mereka dalam rangka mengatasi kemelekatan emosional mereka dan persoalan ego mereka. Apakah Anda juga merasa bahwa jalan Ch'an tidak lengkap dalam mengatasi penderitaan para pencari modern dan bahwa seseorang lebih baik disarankan untuk mempertimbangkan pendekatan-ganda ini --psikoterapi dan spiritual—dalam pencarian mereka akan pencerahan? Atau praktik spiritual saja, apabila dilakukan dengan tulus dan tekun, cukup untuk membebaskan kita dari ego?

SY: Terdapat dua permasalahan berbeda di sini. Pertama, individu yang memiliki masalah psikologis yang sangat berat tidak dianjurkan menggunakan metode Ch'an. Ini tidak baik bagi mereka. Bila mereka sekadar ingin belajar meditasi duduk untuk pemula, kami akan mengajarkannya dan mereka akan menuai faedah darinya, misalnya kesehatan yang semakin membaik. Namun, orang dengan masalah [kejiwaan] berat harus pergi ke dokter untuk memulihkan mereka sebelum memulai praktik Ch'an.

Akan tetapi, pada umumnya, bagi individu yang tidak memiliki masalah kejiwaan yang parah, praktek Ch'an sudah cukup. Tidak perlu  mencari bantuan seorang psikiater atau terapis. Bahkan, kadang-kadang psikiater atau terapis datang dan meminta bantuan saya.



102
Chan atau Zen / Individu ber-Ego besar dan kecil
« on: 12 December 2011, 10:06:16 AM »
WIE: Bagian lain dari buku Anda berbunyi, ”Jika rasa kedirian Anda kuat, padat, dan dahsyat, maka Anda tidak mungkin dapat mengalami pencerahan.” Apa yang Anda maksudkan dengan ini? Mengapa sulit bagi seseorang dengan rasa kedirian yang kuat, atau apa yang orang Barat sebut sebagai “ego yang kuat”, untuk mengalami pencerahan?

SY: Tidaklah selalu benar demikian, bahwa orang dengan ego yang sangat kuat tidak dapat tercerahkan. Bahkan, mereka yang tahu bahwa mereka memiliki ego yang kuat, pada kasus tertentu, sebenarnya adalah calon terbaik untuk mempraktikkan Buddha-dharma. Anda lihat, ada tipe orang yang sangat egosentris namun pada saat yang sama memiliki keinginan yang kuat akan pencerahan. Karena keinginan yang kuat, mereka secara alami akan sangat tidak bahagia dan tidak puas dengan memiliki ego besar, dan sikap demikian baik untuk praktik mereka. Bila Anda memiliki ego kuat demikian, Anda harus rela melakukan sesuatu terhadapnya. Jadi orang seperti ini bisa menjadi kandidat yang baik untuk berlatih dan belajar Ch'an.

Kemudian ada juga individu yang memiliki apa yang kita sebut ego yang lebih lemah atau lebih lembut. Hal ini dapat membantu mereka, tetapi hanya apabila mereka masih sungung-sungguh ingin mengatasi ego mereka. Apabila tidak demikian, mereka tidak akan semakin maju mendekati pencerahan, karena mereka tidak akan memiliki kepercayaan diri dalam praktik. Mereka tidak akan memiliki ketekunan dalam berlatih. Namun apabila seorang individu yang memiliki ego yang lebih lemah atau lebih lembut dan masih memahami bahwa mereka harus berlatih dengan tekun untuk mengatasinya, maka kita bisa mengatakan bahwa orang-orang ini, dikarenakan mereka memiliki keinginan yang kuat akan pembebasan maupun ego yang lebih kecil, mereka lebih dekat dengan pencerahan .


103
Chan atau Zen / Re: Chan-Seon-Zen poem/poetry/quotation
« on: 09 December 2011, 04:52:58 PM »
tiada awal,
benar-benar tiada akhir,
batin lahir
berjuang dan menghadapi kesulitan,
kemudian mati - itulah kekosongan.

Ikkyū (1394-1481)

104
Chan atau Zen / Metode didik keras untuk hapus kemelekatan ego?
« on: 09 December 2011, 04:37:35 PM »
WIE: Beberapa patriark agung Ch'an dan Zen terkenal sebagai guru sangat galak yang akan berusaha dengan keras untuk mencapai hasil dan menggunakan tindakan yang sangat ekstrim untuk membebaskan murid mereka dari ego. Dalam buku Anda, Anda menulis tentang bagaimana beberapa guru Anda sendiri juga sangat keras terhadap Anda. Apakah dikarenakan kemelekatan kita pada ego yang sedemikian mendalam dan sedemikian kuatnya, maka para master yang mulia ini butuh menggunakan cara-cara ekstrim demikian untuk membuat murid mereka melampaui ego?

SY: Sebenarnya, tidak semua orang membutuhkan metode yang keras. Jenis metode yang digunakan harus sesuai dengan kebutuhan individu si murid dan kondisi saat itu. Penentuan waktu adalah sangat penting. Misalnya, tatkala saya mengajari murid-murid saya, saya hanya menggunakan metode keras apabila dibutuhkan. Seringkali saya lebih banyak menggunakan cara menyemangati, khususnya bagi siswa pemula. Bagi mereka yang telah berlatih untuk beberapa saat, yang telah memiliki keyakinan kuat akan praktiknya namun masih memiliki kemelekatan pada ego ini, maka saya akan menggunakan beberapa metode yang lebih keras untuk membantu mereka maju. Tapi dibutuhkan seorang guru yang sangat berpengalaman, yang sangat baik, untuk mengetahui kapan waktu yang tepat menggunakan metode tersebut.

105
Chan atau Zen / Tidak ada Diri besar ataupun diri kecil
« on: 09 December 2011, 03:48:02 PM »
WIE: Dalam buku Anda selanjutnya Anda mengatakan bahwa ego ini berada dalam keadaan sangat bahagia dapat terjadi dikarenakan, ”ego bahkan mungkin dikenali sebagai menyatu dengan alam semesta atau keilahian." Bisakah Anda menjelaskan apa yang Anda maksudkan?

SY: Perasaan menyatu dengan alam semesta tersebut sebenarnya adalah salah satu jenis samadhi [absorpsi meditasi], hasil dari konsentrasi mendalam, dan tatkala seseorang berada dalam tahap ini, mereka mengenali seluruh alam semesta adalah sama seperti dirinya sendiri. Yang terjadi adalah ia memperluas ego kecilnya menuju ke luar, untuk mencakup semua sudut pandang, untuk mencakup semua alam semesta dan segala isinya. Jadi pada titik ini, seseorang  tidak akan lagi memiliki gagasan-gagasan atau pikiran egois yang bersifat individu, yang biasanya muncul dari egoisme sempit. Bahkan, seseorang mungkin mengalami kekuatan yang luar biasa yang dihasilkan dari samadhi ini, kekuatan yang berasal dari gagasan bahwa "alam semesta itu sama dengan saya." Orang yang memiliki realisasi demikian seringkali dapat menjadi pemimpin agama yang sangat besar.

Akan tetapi, Sang Buddha, setelah pencerahan-Nya, tidak mengatakan, "Aku pusat alam semesta." Tidak juga Beliau menyatakan bahwa ia mewakili seluruh alam semesta. Apa yang Beliau katakan adalah bahwa Sang Buddha hadir untuk mendorong semua makhluk hidup untuk melihat bahwa ego itu berasal dari kemelekatan, dan apabila kita semua dapat melepaskan kemelekatan ini, maka kita akan terbebaskan. Dan Sang Buddha melihat dirinya sebagai seorang teman, seorang teman yang bijaksana bagi semua makhluk hidup, yang mendorong mereka untuk memahami bahwa ego berasal dari kemelekatan serta mendorong semua orang untuk berpraktik, melepaskan kemelekatan ini.

Oleh karenanya, dalam Nirvana Buddha, tiada lagi kemunculan dan tiada lagi pemadaman. Tidak ada Diri –tidak ada Diri besar, tidak ada diri kecil –dan inilah pencerahan sejati. Inilah pencerahan Buddha.

WIE: Jadi, apabila seorang individu disamakan dengan alam semesta sebagai keseluruhan, dalam kasus ini, masih terdapat kemelekatan pada ego yang belum dilepaskan oleh orang tersebut?

SY: Ya.


Pages: 1 2 3 4 5 6 [7] 8 9 10 11 12 13 14 ... 85