//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Show Posts

This section allows you to view all posts made by this member. Note that you can only see posts made in areas you currently have access to.


Messages - sobat-dharma

Pages: 1 2 3 4 [5] 6 7 8 9 10 11 12 ... 85
61
Regional / Re: Regional Surabaya
« on: 01 January 2012, 10:27:55 PM »
Yang aku tahu:
Bro Gandalftheelder
Bro Siwu

62
Regional / Re: Regional Surabaya
« on: 01 January 2012, 10:24:35 PM »

ngikut deh...
kapan ?

Enaknya gimana ya... Saya sih bisa menyediakan tempatnya, cukup luas.Jadi nggak perlu menghabiskan biaya terlalu besar. Soal waktunya, ayok kita diskusikan bersama. Urun rembug yok :)

63
KontraS itu singkatan untuk Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan. Pusatnya di Jakarta, yang di Surabaya itu bagian dari Federasi KontraS. Jadi urusannya memang tentang korban tindak kekerasan, jadi tidak perlu mengatasnamakan Umat Buddha. Kemarin beberapa gereja, seperti GKI, GJW, Gereja Katholik juga ikut menyumbang lewat KontraS. Semuanya dititipkan secara anonim. Jadi Umat Buddha yang simpati pada pengungsi kekerasan di Sampang bisa meniru cara ini :)

64
salurkan saja bantuannya ke alamat di atas, itu alamatnya LSM, yaitu KontraS Surabaya. Jadi tidak perlu mengesankan umat Buddha ikut campur tangan. Di sana kondisi para pengungsinya sangat mengenaskan, banyak sebagian besar adalah permpuan dan anak-anak. Teman saya yang ke sana menceritakan betapa kondisi pengungsi sangat memilukan (tempat pengungsian sangat dingin dan pengungsi harus tidur di alas yang tipis langsung menempel lantai, banyak bayi dan anak-anak yang mulai sakit karena terpaksa dimandikan air dingin, ada ibu yang hamil 9 bulan, dll), selain itu masih tidak adanya bantuan yang datang. Untuk mengakses puskesmas setempat saja mereka dihalang-halangi oleh polisi.

Semuanya hanya soal kemanusiaan. Bagi teman2 yang kebetulan tinggal di Sby, bisa langsung datangi kantor KontraS di atas. Gelombang bantuan selanjutnya akan dikirimkan ke Hari Selasa siang.

65
Regional / Re: Regional Surabaya
« on: 31 December 2011, 11:14:17 AM »
Untuk DCers yang kebetulan berada di wilayah Sby & sekitarnya,  :) kalau kita kopdar bagaimana? Tertarik nggak?

66
Meditasi / Re: ask meditasi
« on: 31 December 2011, 11:09:25 AM »
Coba sebelum meditasi, tarik nafas sedalam-dalam lalu buang hingga benar2 habis. Lakukan 3X
Setelah itu lakukan body screening dulu, rileks kan seluruh anggota tubuh dari kepala hingga kaki.
Kalau masih juga tegang, coba duduk diam saja tanpa perlu melakukan apa-apa, amati saja semua proses.



67
Kesempatan Berbuat Baik / Mohon Bantuan untuk Pengungsi Syiah di Sampang!
« on: 30 December 2011, 11:21:18 PM »
Kasus Penyerangan Syiah di Sampang

Sejak para ulama mengeluarkan fatwa sesat terhadap ust. Tajul Muluk dan Jemaah Syiah pada tahun 2004, dimulailah mata rantai permusuhan terhadap jamaah Syiah di di Omben dan Karang Penang, Sampang. Pada Oktober 2009, ratusan orang yang diidentifikasi berasal dari kelompok Aswaja mengepung Jemaah Syiah di Nangkrenang, Desa Karang Gayem, Sampang.

Pada tahun 2010, Jemaah Syiah dan Ust. Tajul Muluk dilaporkan oleh sekelompok orang ke MUI Sampang dengan tuduhan menyebarkan aliran sesat.

Situasi memuncak pada April 2011, ketika massa kembali mengepung Desa Karang Gayem,ketika Jamaah Syi’ah hendak memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW. Peristiwa tersebut berujung pada pengusiran yang dilakukan oleh pupati dan Muspida, Bakesbanglinmas Sampang, dan Gubernur Jawa Timur, dan Kepolisian terhadap Ust. Tajul Muluk. Sebelumnya, ust. Tajul Muluk sempat ditahan selama 12 hari di Polres Sampang yang berakhir dengan pengusiran ustad tajul Muluk keluar dari Sampang pada tanggal 16 April.

Yang terbaru ini, dengan tuduhan jamaah Syiah melanggar perjanjian, sekelompok massa melakukan pembakaran rumah Jamaah Syi’ah di Desa Blu’uran, Karang Penang, Sampang pada 20 Desember 2011, dini hari. Sebelum membakar rumah, menurut kesaksian seorang korban, massa memalangi pintu rumahnya. Hal ini memperlihatkan bahwa ada niat dari massa untuk mencelakai dan membunuh korbannya. Pembakaran terhadap rumah ust, Tajul Muluk terjadi pada tanggal 29 Desember 2011. Bersamaan dengan itu dua rumah warga turut terbakar, lima warga cedera dan berada dalam puskesmas.

Saat ini, sekitar 150an warga Syiah Sampang tengah diamankan oleh polisi di GOR Sampang. Mayoritas korban adalah anak-anak, perempuan dan lansia. Informasi terakhir dari lapangan adalah kehidupan mereka dipengungsian sangat prihatin, MCK yang tidak berfungsi, tidak tersedia bahan pangan, tidak tersedia obat-obatan dan tidak memiliki pakaian ganti. Mereka dipaksa keluar dari rumah mereka, tanpa sempat membawa pakaian ganti maupun kebtuhan lain di rumah mereka.

KAMI BUTUH BANTUAN ANDA...

Saat ini kami membuka Posko Darurat Sampang yang dapat menjadi tempat bagi kawan-kawan yang ingin membantu korban Sampang.

Bantuan Berupa pakaian bekas layak pakai, obat-obatan, bahan pangan (beras, biskuit, telur dll), pembalut, makanan anak, mainan, dll dapat dialamatkan ke:

Kantor KontraS Surabaya
Jl. Wolter Monginsidi no 5 (diantara kantor Pos Jl. Kartini dan Pencucian Mobil)
Surabaya no telp: 031 78 29 96 54

Sementara bantuan berupa dana finansial dapat dikirimkan ke:

Rek KontraS Surabaya
Bank Mandiri KCP Surabaya Menanggal
no rek: 142 00 1053575 4

Ikuti perkembangannya di group fb:
http://www.facebook.com/groups/168521613249201/?ref=notif&notif_t=group_activity

68
Jurnal Pribadi / Re: Me, myself and S...
« on: 30 December 2011, 08:49:07 PM »
Gambarnya diambil di Bromo ya?  :)

69
Kafe Jongkok / Re: Bullying dalam Forum Online
« on: 30 December 2011, 06:11:47 PM »
 [at] Ryu:
kalau soal manfaat membaca sutra, rasanya sama saja, racun yang dimaksud adalah kekotoran batin. Tapi ini tafsiran saya loh.

Tapi, kita sulit sekali mengandaikan apa yang diperbuat oleh Sang Buddha dan Para Arahat sebagai ukuran untuk kita sendiri. Selain itu, saya yakin kalau Buddha-dharma tidak mengajarkan umat Buddha melakukan bullying.   

 [at] DragonHung:
Mungkin saja demikian :)

 [at] DeNova:
Saya dulu juga sering mengalami bullying. Bayangkan seorang Cina kafir yang bersekolah di sekolah negeri di sebuah kota yang bangga dengan iman agamanya, dari SD-SMA, 12 tahun lamanya :))  Bullying adalah santapan sehari2, dari siapa saja dan di mana saja :). Tapi sebagai  korban bullying yang survive, saya belajar untuk bersikap santai dengan cemoohan, memandangnya enteng, dan tidak terlalu ambil pusing. Meskipun demikian, saya masih mengingat bullying adalah perbuatan yang menyakitkan. Kita boleh memaafkan, tapi tidak boleh melupakan (forgive but not forget). Dengan mengingatnya, saya menjadikan pengalaman saya sebagai guru. Sebagai korban bullying pun saya memiliki potensi untuk menjadi bulliers, itu yang selalu kuwaspadai. Benar katamu, sis DeNova, perbuatan yang tidak kita sukai jangan diperbuat pada orang lain. Pandangan demikian, menurutku adalah kata kunci untuk hubungan yang saling empatik dan menghormati. 

 [at] Dilbert:
Bedanya tipis antara bullying di dunia nyata dan dunia maya, yang satu melibatkan pertemuan fisik yang satunya lagi tidak. Yang penting adalah sama-sama adalah perbuatan yang menyakitkan bullying. Saya tidak membatasi bullying hanya pada kasus-kasus spesifik. "Sok pinter" ataupun "sok bodoh" atapun tidak sok sama sekali, sebaiknya kita tidak membenarkan perbuatan bullying. Saya percaya, dalam kasus bullying, seperti dalam kasus kekerasan di manapun, persoalannya selalu ada pada pelakunya, bukan pada korbannya.

70
Kafe Jongkok / Re: Bullying dalam Forum Online
« on: 28 December 2011, 12:32:47 AM »
http://www.samaggi-phala.or.id/naskah-dhamma/menaklukkan-raja-naga-nandopananda/

Keren bro :))
Ceritanya kayak bagian dari cerita Sun Gokong. Tapi sayang ya bro tidak ada referensi lebih jauh dari mana asal ceritanya.

kalau sepintas baca sih, rasanya ceritanya hanya simbolisasi belaka, bukan catatan historis. Soalnya, saya belum menemukan catatan dalam Tipitaka/  Tripitaka, kitab komentar, sastra, dll ataupun dari biografi para praktisi, bahwa seorang yang mencapai Jhana IV itu kebal racun :) Setahuku sih, kalau seseorang yang sedang memasuki jhana, kalau fisiknya diracun ya tetap mati (CMIIW). Racun naga yang dimaksud tampaknya adalah simbolisasi kekotoran batin (yang kadangkala disebut sebagai racun juga). Kalau asumsi ini benar, berarti cerita ini hendak menyampaikan bahwa pentingnya keterampilan untuk masuk dan keluar jhana dengan cepat (Jhana IV) dapat membantu seseorang terlepas dari kekotoran batin dalam kehidupan sehari-hari di mana kekotoran batin dapat menyerang setiap saat: seperti serangan patukan berbisa ular (baca: naga) yang tiba-tiba. Sedangkan raja naga yang ditaklukkan berarti kekotoran batin yang berhasil dinetralisir dan menjadi berdamai dengan seorang praktisi lagi, terutama praktisi telah mahir dalam masuk dan keluar dari jhana dengan cepat. 

Ini tafsiran sementara saya atas kisah spektakuler ini. Untuk lebih jelasnya saya perlu tahu referensi asli kisah ini. 

71
Kafe Jongkok / Re: Bullying dalam Forum Online
« on: 28 December 2011, 12:10:44 AM »
Iya, saya juga tidak tahu sasaran dari TS. Hanya saja kemarin di thread sebelah ada yang menyinggung tentang 'pengeroyokan' dan kemudian muncul juga istilah itu di sini sebagai karakteristik 'bullying', jadi saya mau bahas sedikit bahwa belum tentu jumlah banyak berarti bullying.

Ketika membahas tentang "pengeroyokan," saya sedang membahas taktik yang biasanya senang digunakan oleh para pelaku bullying:

Quote
taktik-taktik yang biasanya dilakukan oleh para pelaku bullying:
- Bekerja secara kelompok (keroyok) untuk menghadapi seorang korban,  biasanya dinamakan sebagai: mobbing
- Selalu saling mendukung dalam bullying antar-pelaku bullying sekelompok. Apabila si korban  mulai melawan, tekan terus dan selalu menganggap apapun yg dikatakan sang korban selalu salah. Intinya satu: “He/She is ALWAYS WRONG whether he/she is right”

Umumnya bullying memang dilakukan secara berkelompok. Bullying yang dilakukan oleh satu orang, dalam pengalaman saya, biasanya hanya dilakukan oleh orang yang memang memiliki kekuasaan yang lebih besar terhadap nasib korban (misalnya atasan trhdp bawahan). Kalau korbannya adalah orang yang sederajat atau setara secara kekuasaan, maka para pelaku bullying sangat sulit melakukannya secara perseorangan. Maka taktiknya adalah agar bullying bisa berhasil, maka harus dilakukan secara bersama-sama. taktik ini sebenarnya kadang-kadang juga dilakukan oleh para pelaku bullying yang memiliki kekuasaan lebih atas korban. Biasanya agar benar-benar efek bullying berhasil, seorang atasan yang membully bawahannya juga mencari dukungan dari bawahannya yang bersedia asbun (asal bunyi) demi kedekatannya dengan atasannya. Kelompok para pembully yang sederajat pun biasanya akan menghasilkan seorang pemimpin yang dominan dan sekelompok orang yang bersikap ABS (Asal Bapak Senang) di sekitarnya seabagai bawahan yang tampil konform (patuh atau sekadar pura2 patuh atau pura2 tampil sepaham).

Kondisi ini biasanya bisa menimbulkan bullying pula pada sesama anggota kelompok pula, apabila ada yang melawan pendapat si pemimpin atau anggota kelompok lainnya yang disegani, maka biasanya sesama anggota kelompok pembully bersikap saling menyensor-diri (self-sensorship) agar pendapatnya terkesan sesuai dengan kemauan kelompok (baca=kemauan pemimpin) sebelum ia menjadi korban bullying juga. Oleh karena itu, dalam kelompok yang demikian, yang ditandai dengan kepatuhan dan konformitas tinggi di dalamnya dengan pemimpin yang otoriter (tidak tanggung2 menyerang "pengikutnya" yang tidak sepaham), maka terjadilah kesan adanya ilusi keseragaman paham dalam kelompok. Untuk mempertegas ilusi keseragaman paham dalam kelompok tersebut, kelompok demikian akan menekan outsider (atau yang dianggap bukan bagian dari kelompoknya) untuk mencari lawan bersama untuk dinjak2 bersama-sama oleh kelompoknya. Lawan kemudian diandaikan bersekongkol untuk menghancurkan kelompok mereka, yang sebenarnya bisa jadi hanya ilusi kolektif belaka. Bahkan kadang-kadang orang yang tidak terkait langsung target dengan mudah dipersepsi sebagai "anggota kelompok lawan", asal terlihat membela lawan ataupun sekadar tidak sepaham dengan kelompok tersebut. Logikanya sederhana: Berpihak pada kami atau berpihak pada mereka, tidak ada yang namanya netral ketika terlibat. Cara demikian, memiliki keuntungan untuk kelompok itu sendiri: 1. dengan mencari musuh bersama, maka kohesifitas (keakraban) kelompok sendiri semakin diperkuat; 2. Semakin memperbesar ilusi kedigjayaan kelompoknya (We are the best, the others are the worst): akhirnya muncul keyakinan dalam kelompok bahwa "yang terburuk dari kita pun masih lebih baik dibandingkan dengan semua kelompok lawan,"  atau "tidak peduli salah atau benarnya anggota kelompok kita, yang pasti anggota kelompok "lawan" pasti salah. Kondisi kelompok demikian yang dapat terus menghasilkan bullying, entah itu pada individu yang dianggap sebagai "musuh bersama" ataupun "pengkhianat." Dalam kondisi kelompok seperti ini, bullying bisa menjadi instrumen belaka untuk mempertahankan keseragaman yang terbentuk dalam kelompok.

Intinya: pada bagian ini saya sedang membahas taktik yang dilakukan oleh para pembully untuk menjadikan tekanannya efektif atas korban. Kelompok bisa hanya merupakan alat untuk bullying belaka, tidak terkait dengan isi perilaku tersebut. Akan tetapi, tipe kelompok tertentu, terutama kelompok  seperti yang saya gambarkan di atas sangat berpotensi menghasilkan bullying: terutama kelompok yang rela mengorbankan apa saja agar mempertahankan ikatan dalam kelompok dengan menyerang pendapat yang berbeda atau dianggap nyleneh sebagai musuh bersama (yang bagian ini adalah tambahan dari saya dalam pembahasan di atas). Kelompok dapat menjadi taktik bullying, sekaligus, apabila memenuhi syarat tertentu yang saya sebutkan di atas, dapat menjadi kondisi yang menyuburkan bullying.

 

72
Kafe Jongkok / Re: Bullying dalam Forum Online
« on: 27 December 2011, 11:13:27 PM »
buat apa? :P

Supaya tahu konteks ceritanya, sekaligus konfirmasi :) Apalagi saya memang belum pernah dengar cerita itu

73
Kafe Jongkok / Re: Bullying dalam Forum Online
« on: 27 December 2011, 11:12:01 PM »
Anda sedang berkomentar dengan netral? Bagaimana mungkin anda di satu pihak memberikan hak bagi seseorang berargumen dengan logical fallacy -walaupun tidak sengaja- dan kewajiban bagi pihak lain untuk mendengarkan logical fallacy tanpa membantah? ;D

Logica fallacy bukan "hak", tapi kadang-kadang bisa terjadi karena insiden, sedangkan "mendengarkan" bukan kewajiban dapi merupakan bagian dari praktik memahami orang lain. Jika saya adalah anda, maka solusi inilah yang akan kulakukan: mendengarkan. Saya tidak sedang menuntut siapapun untuk "mendengarkan" lawan bicaranya. Menurut saya cara demikian, setidaknya, lebih sesuai dengan jalan Buddhadharma (minimal Buddhadharma seperti yang kupahami), dibandingkan mengeluarkan kata-kata kasar karena keidaksenangan. Apakah kata-kata kasar diizinkan dalam Buddhdharma?  Minimal, menurut agama buddha yang kupelajari tidaklah sesuai. Entah bagaimana dengan Buddhadharma yang bro pelajari? kalaupun bro melihat mendengar lawan bicara dan memahami itu adalah "kewajiban" dan "paksaan", saya hanya bisa katakan setidaknya ini adalah kewajibanku yang kutanamkan pada diriku serta praktikku untuk mendalami Buddhadharma, dan kutawarkan kepada bro sebagai cara untuk memperbaiki kualitas diskusi. Kalau bro keberatan, ya tidak masalah :)

Iya, saya juga setuju kok pandangan anda ini. Hanya saja tidak semua orang memang berniat diskusi, ada yang memang ingin mengacau. Menghina yang memang semata-mata menghina juga saya tidak setuju, namun kalau kita menyerang berdasarkan fakta yang nyata, saya lihat tidak ada masalah dengan hal itu, walaupun tentu saja sebisa mungkin jangan sampai dikuasai kebencian.
Itulah yang berat bro, tidak dikuasai oleh kebencian. Saya lebih suka tersenyum pada diri saya kala diriku dipenuhi ketidaksetujuan, dorongan membantah, membalas balik serangan seseorang yang saya nilai secara negatif. Setelah menenangkan diri, biasanya saya berusaha untuk memahami orang tersebut, alasan di balik tindakannya, membayangkan andaikan saya berada di posisi orang tersebut, setelah itu baru saya memutuskan untuk mencari solusi. Saya percaya pada win-win solution (untung sama untung), ketimbang win-lose solution (aku harus menang tanpa peduli apapun akibatnya bagi orang lain). Dan selama saya melaksanakan solusi saya tersebut, saya masih terus mengoreksi langkah-langkah saya apakah memang ada landasan "kebencian" di baliknya atau tidak. Jika ya, berarti saya harus mengoreksi ulang tindakan saya, demikian terus menerus, sampai saya belajar untuk bisa berdamai dengan amarah dan rasa benci saya. Selama ini saya berusaha untuk behati-hati dengan rasionalisasi di dalam pikiran pribadi yang menutupi-tutupi dorongan kebencian di balik tindakan dengan berbagai dalih: jangan sampai pikiran saya menipu diriku sendiri. Jadi refleksi terus menerus, memeriksa batin yang menjadi alasan sebenarnya dari tindakan itu sangat penting. Saya tidak mudah puas dengan jawaban "saya tidak benci dia kok, saya hanya ingin membantu dia berubah." Jika jawaban demikian muncul dalam pikiran saya, maka saya akan bertanya dengan tegas pada diri saya, "Benarkan demikian???? jika benar demikian, mengapa kamu berbuat X, mengapa kamu masih merasakan perasaan tidak nyaman demikian, perasaan apa di balik semua ini. Jujurlah pada diri sendiri, dst" Jadi saya tidak hanya rajin mengkritis orang lain, tapi berusaha untuk kritis dengan diri sendiri. Apabila ada yang mengatakan "mulutmu adalah harimaumu," maka saya ingin menambahkannya dengan "pikiranmu adalah musangmu." Pikiran seringkali mengibuli kita dengan menampilkan apa yang kita harapkan darinya, menyesatkan kita, sehingga kita terjebak pada langkah yang salah. Pikiran bisa jadi tidak semengerikan harimau, tapi dapat menjadi selicik musang.

Kalau kebencian dan amarahnya memang terlalu besar, maka saya memutuskan untuk menghentikan semua tidakan dan menjauh hingga berhasil meredakannya. Butuh waktu yang sangat lama untuk menghapuskan sebuah rasa tidak senang, bisa berminggu-minggu, berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun. sampai sekarangpun saya masih memiliki rasa benci pada seseorang yang belum berhasil kutangani :) ==> Dan orang itu sudah pasti tidak bukan member DC :)) 

Dan, sekali lagi, ini cara yang biasanya saya usahakan dalam menangani perbedaan pendapat dan pertikaian demgan orang lain yang menimbulkan kebencian ataupun sekadar rasa tidak senang. Tidak ada "kewajiban" untuk dijalankan oleh orang lain.


Betulkah? Saya punya pengalaman yang berbeda, dan bukan hanya 1-2 kali. Tapi memang betul kata-kata kasar itu bukan yang sekadar emosi dan penghinaan, tapi penekanan dan penggunaan gaya bahasa yang berbeda saja agar meredakan kepercayaan diri seseorang yang berlebihan. Dan betul, memang tidak semua orang bisa diubah dengan gaya kasar, ada tipe-tipe orang keras dan defensif, namun bisa dibimbing dengan pendekatannya yang halus, sabar, dan nyaman.

Singkat kata, saya tidak menggunakan satu tolok ukur yang sama terhadap semua jenis orang. Tapi kalau ada yang protes dengan cara bicara saya, tentu kapanpun boleh mengemukakan pendapatnya, beri masukan, atau minta klarifikasi. Lewat PM juga tidak masalah.
Kalau tiada kesalahpahaman saya akan maksud dari kata-kata bro (smoga demikian), maka dari sepintas kalimat di atas, saya kira sebenarnya bro termasuk yang bijak dalam hal ini :)

74
Kafe Jongkok / Re: Bullying dalam Forum Online
« on: 27 December 2011, 10:34:22 PM »
kalau misalnya mogalana menyakiti lawannya agar takluk sama buda, apakah berarti dia menyakiti dirinya sendiri?

Referensi plizzz :)

75
Kafe Jongkok / Re: Bullying dalam Forum Online
« on: 26 December 2011, 09:02:25 PM »
ya begitulah, ada yang buruk bisa kita bandingkan dengan yang baik.

kadang baik bagi kita belum tentu baik bagi yang lain, juga sebaliknya.

Baik dan buruk memang bersifat relatif. Tapi ketika seseorang melukai orang lain, sebenarnya yang ia juga melukai diri sendiri. Orang lain menderita dan dirinya ikut menderita. Penderitaan dari saling melukai satu sama lain bukan sekadar soal baik dan buruk secara moral saja, tapi soal keadaan batin. Bagi praktisi Buddhadharma, keadaan batin itu sangat penting dalam menjalani praktik. Ada keadaan batin yang menghalangi kemajuan praktik dan ada keadaan batin yang mendukung kemajuan praktik.

Pages: 1 2 3 4 [5] 6 7 8 9 10 11 12 ... 85
anything