//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Show Posts

This section allows you to view all posts made by this member. Note that you can only see posts made in areas you currently have access to.


Messages - sobat-dharma

Pages: 1 2 [3] 4 5 6 7 8 9 10 ... 85
31
Mahayana / Re: ternyata dalam sutra saddharma ada ancaman2 juga yak =))
« on: 16 January 2012, 04:06:13 PM »
dalam hal ini misalnya suatu kepercayaan penyembah tuhan, ada umat lain menghina, mencela tuhan ini, apakah tidak akan ada hukuman?

kemudian kasus lain, ada ajaran, dihina oleh penyembah tuhan apakah hukumannya?

kedua hal itu bisa di buktikan darimana akibatnya?

Sori bro Ryu, aku kurang paham ke mana arah pembicaraanmu :) Pliz, mohon penjelasannya

32
Mahayana / Re: ternyata dalam sutra saddharma ada ancaman2 juga yak =))
« on: 16 January 2012, 12:44:41 PM »
dalam hal ini adalah akibat dari misalnya menghina sutra yang benar2 bisa mengakibatkan hal2 diatas, kebenaran2nya masih belum bisa dibuktikan, sama seperti ajaran lain, jangan ada tuhan lain selain dirinya, apabila menyembah tuhan lain maka neraka akibatnya.

Semua akibat dari karma/kamma dalam sutta/sutra tidak dapat dibuktikan kebenarannya dengan obyektif. Tapi hukum itu dikatakan berjalan secara objektif tanpa campur tangan suatu makhluk tertentu. Jadi tidak ada ancaman.

Dalam keyakinan akan tuhan, ada yang berkuasa penuh menentukan segalanya, yang patuh akan diganjar dengan janji, sedangkan yang tidak diganjar dengan ancaman.

Kalau soal apakah "benar2" terjadi atau tidak, sifat demikian tidak bisa digunakan untuk menentukan apakah sebuah perilaku adalah ancaman atau tidak. Sebuah ancaman bisa saja benar2 terjadi, misalnya seseorang mengancam akan membunuh seorang gadis apabila tidak mau menikahinya, dan orang tersebut bisa melaksanakan ancamannya apabila yang bersangkutan tidak menggubris ancamannya ataupun tidak jadi melaksanakan ancamannya. Jadi sifat dari ancaman bukan ditentukan oleh apakah benar2 terjadi atau tidak, benar atau salahnya ancaman tersebut, tapi yang penting adalah si pengancam memaksa terancam untuk mematuhi perintahnya dengan mengandaikan bahwa dirinya dapat melaksanakan ancamannya. Sedangkan menyatakan konsekuensi dari perilaku tidak butuh membuat seseorang mengandaikan bahwa yang menyatakan konsekuensi itu dapat melaksanakan apa yang yang menjadi konsekuensi.





33
Diskusi Umum / Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
« on: 16 January 2012, 12:32:21 PM »
MN 43.13-14

Dua kondisi bagi munculnya pandangan benar: 1. suara orang lain; 2. perhatian yang bijaksana.

5 Faktor pandangan benar: 1. kesusilaan, 2. belajar, 3. diskusi, 4. ketenangan, 5. kebijaksanaan.

MN 44. 11.
Ucapan benar, tindakan benar, penghidupan benar masuk dalam kelompok Moralitas (Vinaya)
Usaha bena, kewaspadaan benar, konsentrasi benar masuk dalam kelompok Konsentrasi (Samadhi).
Pandangan benar dan niat benar, masuk dalam kelompok Kebijaksanaan (Panna)


34
Mahayana / Re: ternyata dalam sutra saddharma ada ancaman2 juga yak =))
« on: 16 January 2012, 12:08:53 PM »
Wah saya kok tidak sepakat ya kalau isi saddharmapudarika sutra itu dibaca sebagai ancaman ya. Ini penjelasan saya mengapa isi sutra tersebut sama sekali bukan ancaman:

 Apa yang disebut sebagai ancaman adalah pernyataan menyebutkan konsekuensi negatif, dari seseorang/sekelompok orang (X) kepada seseorang/sekelompok orang lain (Y), yang akan diberikan oleh X kepada Y apabila Y tidak mengikuti permintaan dari X.

1: Dalam hal ini, sutra ini ditujukan pada Sang Buddha (X) kepada Sariputra (Y). Sang Buddha hanya menyarankan agar sutra tersebut tidak dibabarkan kepada "orang-orang yang sombong, yang congkak, maupun kepada para yogi yang tak menguasai diri; para dungu yang selalu mendambakan nafsu-nafsu kesenangan; dalam kebutaannya mereka dapat menghina Dharma yang sudah dinyatakan." Katakanlah orang2 yang dimaksud tersebut adalah "Z". Kata2 tersebut dapat dikatakan sebagai ancaman, apabila X menujukan secara langsung kata2 itu di hadapan  Z.  Tapi pada nyatanya kata2 X pada sutra di atas ditujukan pada Y agar tidak menyampaikan isi sutra tersebut pada Z, dengan tujuan mencegah Z dari berbuat hal yang konsekuensinya disebutkan kemudian. Daripada dikatakan sebagai ancaman, kata2 tersebut adalah pencegahan.

Mungkin kalau Z yang mendengar kata2 tersebut, mungkin dalam dirinya dapat merasa teancam. Tapi mengancam dan merasa terancam adalah 2 hal yang berbeda :)

2: X hanya menyampaikan konsekuensi dari sebuah perbuatan. Perbuatan A akan menghasilkan konsekuensi A'. Tapi tidak mengatakan bahwa X yang akan melaksanakan ancaman tersebut. Sesuatu pernyataan disebut ancaman apabila secara eksplisit/implisit mengandaikan bahwa X sebagai si pengancam akan melaksanakan suatu hukuman atas Z (yang diancam) apabila perintahnya tidak dilaksanakan/tidak dipatuhi. Tapi dalam kata2 Buddha di atas sama sekalitidak ada penandaian secara eksplisit/implisit bahwa X dapat melaksanakan ancaman tersebut. Sebaliknya yang ditunjukkan oleh X adalah konsekuensi obyektif apabila suatu perilau dlakukan.

Oleh karena itu, kata2 tersebut sama sekali bukan ancaman layaknya dalam agama tetangga.  Kalau dalam agama tetangga, misalnya: X mengatakan bahwa kalau tidak patuh pada dirinya, maka X akan memasukkan Y ke dalam neraka ciptaan X. 1. Kata-kata itu ditujukan secara langsung pada yang akan menerima akibat hukuman; 2. Kata-kata itu secara jelas menunjukkan bahwa X lah yang akan menghukum (dan mempunyai kekuasaan untuk menghukum) apabila Y tidak patuh.

Inilah bedanya antara hukum karma/kamma dengan hukum tuhan. Kalau hukum karma/kamma merupakan kenyataan obyektif yang berlaku bukan karena kuasa siapapun, sedangkan hukum tuhan dalam agama sebelah mengandaikan adanya ang berkuasa penuh atas suatu hukum. Kuasa penuh itu yang dapat menjadikan suatu perintah dari sosok tertentu menjadi janji/ancaman apabila perintah itu dipatuhi/dilanggar. Dalam Buddhisme, baik dalam Mahayana ataupun Theravada, tidak ada perintah absolut mengenai perilaku tertentu yang harus dipatuhi/dijauhi. Yang ada hanya Sang Buddha menunjukkan suatu jalan yang kalau ditempuh maka hasilnya adalah..., dan memperlihatkan hal2 yang memdukung dan merintangi seseorang dalam menempuh jalan tersebut yang semuanya adalah hasil dari sebab-akibat objektif yang mana bukanlah Sang Buddha yang menentukan apakah sebab-akibat itu berlaku atau tidak.

 



 

35
Diskusi Umum / Re: membedakan hantu beneran dengan hantu halusinasi
« on: 12 January 2012, 08:10:29 PM »
Coba sepak aja... kalau hantunya palsu kita pasti dilaporkan ke polisi  ;D


36
Diskusi Umum / Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
« on: 12 January 2012, 11:23:20 AM »
memang rencananya meditabo itu biar cepet2 tidur, agar pikiran berhenti ;D

 :)) bener2 mirip pikiranku waktu kuliah dulu :)) memanfaatkan meditasi untuk tidur

37
Diskusi Umum / Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
« on: 11 January 2012, 08:25:12 PM »
sekarang sih belum dulu, mungkin nanti kalau ada karma baik bertemu guru yang bisa membimbing mungkin itu saatnya.


Menurut saya, sebenarnya bro ryu pengetahuannya sudah cukup untuk memulai praktik meditasi. Dari beberapa diskusi saya dengan bro ryu, menurut saya Kekritisan bro ryu selama ini di forum terhadap praktik2 yang salah sudah cukup jadi benteng diri dari praktik yang salah. Kalau bro ryu sadar bahwa meditasi itu bukan untuk mencari2 pengalaman mistis,  menurutku sikap ini saja bisa jadi salah satu modal untuk menjalani praktik yang benar (bukankah ini salah satu bentuk dari pandangan benar, cmiiw).

Saya dulu juga pernah terperosok dalam jalan praktik yang salah, kayak yang dikhawatirkan bro Ryu, tapi tidak seserem itu kok  ;D Asal kita punya pengetahuan tentang Buddhadharma yang cukup baik, selalu bisa melakukan koreksi ulang atas praktik kita. Jangan tinggalkan membaca Tipitaka.

Lagipula, melakukan kesalahan dalam praktik itu lumrah. Saya banyak belajar dari kesalahan yang lalu2.  Jadi, kadang2 kalau ada teman yang salah jalan saya bisa segera mengingatkan, karena pernah juga mengalami hal yang sama. Bodhisatta saja pernah menjalani praktik salah penyiksaan diri kan :)

By the way, saya menghormati pilihan bro ryu, apapun itu. Semoga kamu bisa menemukan guru yang sesuai.

38
Diskusi Umum / Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
« on: 11 January 2012, 06:25:33 PM »
Buat Bro Ryu,
benarkah kamu benar2 memutuskan untuk tidak mau meditasi dulu? Sekadar pertanyaan konfirmasi. No offense :)

39
Judulnya bikin salah sangka, waku baca saya kira "penampakan" kayak pocong, sundel bolong, dll  :)) Ternyata MLDD toh ;D

40
Kalau kata meditasi diganti dengan konsentrasi dan samadhi?

41
Bhikkhu Nagasena berkata dalam Milinda Panha:

Jadi, Bhikkhu Sariputta tidak bisa mengetahui pikiran para Buddha masa lalu, masa sekarang, dan masa depan krn kemampuan tsb berada di luar ruang lingkupnya sebagai seorang Arahat.

Arahat memang tidak bisa membaca pikiran Sammasambuddha, tapi apakah Arahat bisa membaca pikiran sesama Arahat?

42
memang buda secara objektif menanyakan apakah sudah melihat pikiran arahat dulu, sekarang dan masa depan, tapi ada kemungkinan seseorang bisa melihat pikiran arahat dulu, sekarang dan masa depan tidak misalnya dengan meditasi?

Tergantung "seseorang" yang dimaksud itu siapa. Kalau Sammasambuddha rasanya bisa. Pertanyaannya adalah apakah sesama Arahat bisa melihat pikiran Arahat lainnya? Yang bisa mengenali apakah seseorang mencapai tingkat kesucian Arahat kan hanya Arahat dan Sammasambuddha. kalau nggak salah topik ini dulu juga sudah pernah didiskusikan.

43
Seremonial / Re: [2012] Hari Penciptaan tuhan
« on: 07 January 2012, 06:09:21 PM »
selamat 'hari penciptaan' ya  ;D

44
buda di sini bertanya karena sariputa memberikan auman singa ketegasan, buda bertanya apakah sariputa punya kemampuan itu?

apakah mungkin seseorang bisa memiliki pengetahuan atas pikiran para Buddha masa lampau, masa depan, atau masa sekarang, misalnya dengan meditasi?

ketika seseorang misalnya melihat kelahiran terdahulu, terus kebelakang, terus sampai ke jaman buda, apakah dia melihat kejadian pada masa itu, melihat pikiran arahat, atau bisa berinteraksi pada jaman itu?

Apa yang dimaksud sebagai 'auman singa' adalah pujian yang berani. Karena itu Sang Buddha, yang bersikap objektif, menanggapi pujian dari Sariputta dengan balik bertanya, dalam bagian yang bro ryu kutip, yang sebenarnya kurang lebih mempertanyakan atas dasar apakah Sariputta mengeluarkan pernyataannya. Apakah Sariputta dapat melihat langsung dan menengok isi batin Para Buddha di masa depan, masa kini, dan masa lalu? Singkatnya, apakah isi pujian Sariputta terhadap Sang Buddha itu berdasarkan pengamatan langsung ataukah berdasarkan suatu alasan lain. Dan,  Sariputta menjawab bahwa beliau tidak mampu melihat ke dalam batin Para Buddha di masa depan, kini, maupun lampau.  Oleh karena itu Sang Buddha menyebutnya sebagai
Quote
"suara seekor banteng dan mengaumkan auman singa".
Bagaimana mungkin seekor banteng yang bersuara dapat mengeluarkan auman singa?
Spoiler: ShowHide
sepertinya pada bagian ini ada pembedaan antara tingkatan Arahant ("Banteng") dengan Sammasambuddha ("Singa"), ini cuma asumsi loh :)


Pada bagian selanjutnya, Sariputta baru menjelaskan landasan dari pujiannya kepada Sang Buddha. Bahwa, meskipun beliau tidak dapat melihat isi batin dari semua Buddha dan membanding-bandingkannya antara yang satu dengan yang lain, namun ia dapat:
Quote
"‘[...] mengetahui arus Dhamma."
Apa yang dimaksud sebagai Arus Dhamma adalah bahwa:
Quote
" [...] Semua Buddha Arahant masa lampau mencapai Penerangan Sempurna dengan cara meninggalkan lima rintangan, kekotoran batin yang melemahkan pemahaman, setelah dengan kokoh menegakkan empat landasan kesadaran dalam batin mereka, dan menembus tujuh faktor penerangan sempurna sebagaimana adanya. Semua Buddha masa depan akan melakukan hal yang sama, dan Bhagavā, yang sekarang adalah Arahant, Buddha yang mencapai Penerangan Sempurna, juga telah melakukan hal sama."
Pada bagian ini, Sariputta menegaskan bahwa dengan meyakini bahwa Jalan Praktik dan Pencapaian (yaitu Arus Dhamma) menuju Penerangan Sempurna adalah praktik yang dilakukan oleh Semua Buddha, maka ia meyakini bahwa Sang Buddha, yaitu Buddha Gotama, yang ada di hadapannya telah menjalani praktik yang sama pula. Dalam menanamkan keyakinannya kepada Sang Buddha, yaitu 'Buddha masa kini,' Sariputta tidak menjadikan aspek individu perseorangan Sang Buddha sebagai landasannya, namun berpegang pada 'Arus Dhamma' yang sifatnya impersonal, yaitu praktik dan pencapaian yang setara atau sama bagi semua Buddha.

Landasan ini yang digambarkan oleh Sariputta sebagai 'pengetahuan' akan 'Arus Dhamma', yang membentuk keyakinan kepada Tri Ratana yang diumpamakan seperti sebuah benteng kokoh satu pintu yang dijaga oleh pengawal yang bijak dan mengawasinya dari orang asing yang hendak menerobos.  'Satu pintu'  itu adalah 'satu yang terutama', yaitu
Quote
"keyakinan tenang (Sampasādanīya) di dalam Sang Guru, bahwa Sang Bhagavā adalah Buddha yang mencapai Penerangan Sempurna, bahwa Dhamma telah dibabarkan dengan sempurna, dan bahwa Sangha telah terlatih sempurna.’"

Ini sekilas pembacaan saya mengenai sutta ini. 
Spoiler: ShowHide
Agak ngelantur  dan terlalu panjang lebar :P


Kalau saya melihatnya sih bagian yang dikutip sama TS lebih tepatnya mengenai bahwa tidak ada seorangpun dapat melihat ke dalam batin 'Buddha Arahant', yaitu 'Sammasambuddha', bukan sekadar Arahant. Oleh karena itu, dalam salah satu bagian sutta ini terdapat penjabaran demikian:

Quote
Dan jika kemudian aku ditanya: “Yang Mulia Sāriputta, mengapa engkau mengakui yang tertinggi ini pada seseorang dan bukan pada orang lainnya?” Aku akan mengatakan: “Aku telah mendengar dari mulut Sang Bhagavā sendiri: ‘Telah ada di masa lampau, akan ada di masa depan, para Buddha Arahant yang sama dalam hal penerangan dengan diri-Ku.’ Aku juga telah mendengar dari mulut Sang Bhagavā sendiri bahwa tidak mungkin, dalam satu alam semesta yang sama, ada dua Buddha Arahant tertinggi, muncul bersamaan

Dalam hal ini, untuk menguatkan argumennya bahwa 'tidak seorang pun dapat melihat ke dalam batin Para Arahant', menurut saya, sebaiknya TS tidak  hanya menggunakan sutta ini, karena tampaknya sutta ini secara eksklusif hanya merujuk pada 'Buddha Arahant', yaitu Sammasambuddha. Untuk melengkapi argumennya, TS perlu menyertakan juga kutipan dari sutta lain yang menunjukkan bahwa: 1.  memang benar secara eksplisit bahwa tidak ada seorangpun dapat melihat ke dalam batin Para Arahant (yang bukan Sammasambuddha; 2) Tidak ada perbedaan antara batin Sammasambuddha dan Arahant, yang dalam hal ini juga berarti bahwa sesama Arahant tidak dapat melihat isi batin Arahant lainnya.

Ini pendapat saya. Sifatnya hanya memberikan saran, bukan menyanggah :)


 

45
Pertanyaan Sang Buddha terhadap Sariputta tersebut muncul karena pernyataan Sariputta sebagai berikut:

Quote
‘Jelas bagiku, Bhagavā, bahwa belum pernah ada, tidak akan ada, dan tidak ada sekarang ini petapa atau Brāhmaṇa lainnya yang lebih baik atau lebih tercerahkan daripada Bhagavā.’

Sekadar melengkapi konteks kutipan sutta yang dilempar oleh TS.  :) Silahkan melanjutkan diskusi.

Pages: 1 2 [3] 4 5 6 7 8 9 10 ... 85
anything