//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Show Posts

This section allows you to view all posts made by this member. Note that you can only see posts made in areas you currently have access to.


Topics - Tante Zoen

Pages: [1]
1
Sutra Mahayana / SUTRA CORDIS MAGNÆ SAPIENTIÆ TRANSCENDENTIS
« on: 18 March 2011, 07:50:01 AM »
OM - LAUDETUR DOMINA NOBILISSIMA SAPIENTIA TRANSCENDENS


Bodhisattva Avalokita,
profundam Sapientiam transcendentem excolens,
quinque complexuum vacuam naturam conspexit,
et hoc modo omnes dolores superavit.

- Shariputra, forma dissimilis non est vacuitatis,
vacuitas dissimilis formæ non est.
Forma est vacuitas, vacuitas forma est.
Idem accidit sensibus, perceptionibus, propensionibus, conscientiis.

- Shariputra, omnia phænomena natura vacua sunt:
non nata neque extincta, non pura neque impura,
non crescentia neque decrescentia.
Ideo in vacuitate
forma, sensus, perceptio, propensio, conscientia non est;
non oculus, auris, nasus, lingua, corpus, mens;
non species, sonus, odor, sapor, contactus, notio.
Sensus videndi non est, neque alia elementa huius generis
usque ad mentis conscientiam.
Ignorantia non est, neque finis eius, aliaque huius generis
usque ad senectutem et mortem, neque finis eorum est.
Labor non est, non causa, non exitus, non Via.
Scientia non est, neque adeptio.
Cum nihil adipiscendum sit
bodhisattva Sapientia transcendente nisus,
animo libero ab impedimentis vivit.
Impedimentis non obstantibus nulla timet,
falsas cogitationes relinquit et summum Nirvana fit.
Cum Sapientia transcendente nitantur, omnes Buddha trium temporum
perfectam Illuminationem consequuntur.
Scito igitur Sapientiam transcendentem
sublimem mantra esse, mantra magnum et fulgentem,
maximum mantra, mantra sine æquali,
quod omnes labores dissolvere potest.
Verum est, sine errore.
Proinde mantra Sapientiæ transcendentis ita pronuntia:

GATE GATE PARAGATE PARASAMGATE BODHI SVAHA! (x3)
(Ivit, ivit, transivit, totum transivit, Illuminatio tum sit!)

2
Walaupun judulnya ‘serem’ namun gw nggak bermaksud ‘merendahkan’ Theravada lho. ^:)^ No offense ^:)^.

Tujuan saya membuka diskusi ini adalah untuk membuka mata rekan-rekan se-dharma/dhamma sekalian bahwa kita semua tidak pernah tahu siapa yang benar : Theravada atau Mahayana. Klaim bahwa masing-masing aliran adalah aliran PALING BENAR adalah klaim yang mendorong saya menjadi Buddhist non sektarian.

Namun di sisi lain, saya melihat Theravada mengambil istilah-istilah Jainisme, sebuah ajaran non Buddhisme, misalnya istilah JINA & SAVAKA (Sansekerta: SRAVAKA)
 
---000---

Konon pula, menurut Theravada, ketika Sang Buddha hidup, Sang Buddha dimusuhi oleh Nigantha Nataputta [Pali] / Nigantha Nataputra [Sansekerta], seorang pemimpin terkenal Jainisme. Theravada paling anti terhadap Jainisme.

Bahkan Theravada melangkah lebih jauh dengan menyatakan bahwa Nigantha Nataputta adalah Mahavira, Jain/Tirthankara terakhir, Bapa Jainisme.

Referensi Mahavira sebagai Jain terakhir
http://en.wikipedia.org/wiki/Jainism
Referensi Theravada yang menyamakan Nigantha Nataputta dengan Mahavira:
DICTIONARY OF PALI NAMES 
http://www.palikanon.com/english/pali_names/n/nigantha_nataputta.htm
Bahkan konon Nigantha Nataputta bekerjasama dengan Devadatta.

---000----


Referensi mengenai istilah SRAVAKA dalam Jainisme
http://en.wikipedia.org/wiki/Buddhism_and_Jainism Kesimpulan: sravaka/sravika identik dengan upasaka/upasika dalam Theravada

Apakah pemakaian istilah SHRAVAKA yang khas Jainisme ini menunjukkan adanya hubungan erat antara Jainisme dengan Buddhisme? :) ^:)^

Apakah pemakaian istilah JINA/JAIN yang khas Jainisme ini menunjukkan adanya hubungan erat antara Jainisme dengan Buddhisme? :) ^:)^


---000---

Saya berikan contoh yang menunjukkan bahwa Theravada memakai istilah-istilah Jainisme:

Supatipanno Bhagavato SAVAKAsangho
Sangham namami

"SRAVAKA Sangha (Sangha para siswa) dari Sang Bhagava telah bertindak sempurna;
aku bersujud di hadapan Sangha."

Yamamha kho mayam Bhagavantam saranam gata, ... imehi sakkarehi tam Bhagavantam sa-SADDHAMMAM sa-SAVAKAsangham abhipujayama

"Kami berlindung kepada Sang Bhagava, ... dengan persembahan ini kami melakukan puja kepada Sang Bhagava, serta SADDHARMA (Dharma Sejati), serta SHRAVAKA Sangha (Sangha para siswa)."

Supatipanno Bhagavato SAVAKAsangho
Ujupatipanno Bhagavato SAVAKAsangho
Nayapatipanno Bhagavato SAVAKAsangho
Samicipatipanno Bhagavato SAVAKAsangho


"SRAVAKA Sangha (Sangha para siswa) dari Sang Bhagava telah bertindak baik;
SRAVAKA Sangha (Sangha para siswa) dari Sang Bhagava telah bertindak lurus;
SRAVAKA Sangha (Sangha para siswa) dari Sang Bhagava telah bertindak benar;
SRAVAKA Sangha (Sangha para siswa) dari Sang Bhagava telah bertindak patut.

Yadidam cattaripurisa yugani atthapurisa puggala
Esa Bhagavato SAVAKAsangho
Ahuneyyo pahuneyyo dakkhineyyo anjalikaraniyo
Anuttaram punnakkhettam lokassa

Mereka, yang merupakan empat pasangan = terdiri dari delapan jenis makhluk suci,
itulah SRAVAKA Sangha (Sangha para siswa) dari Sang Bhagava.
Mereka layak menerima pemberian, tempat bernaung, persembahan, dan penghormatan.
Mereka adalah ladang tempat menanam jasa yang tiada taranya di dunia.


Penyembahan kepada para Jina:


PARITTA "JINAPANJARA" (Penjara/Sangkar Perlindungan Sang Jina)
- versi Thai:
JINANA vara samyutta, satta pakaralamkata ... JINApanjara majjhamhi viharantang mahitale ... Iccevamanto sugutto surakkho, JINAnubhavena jitupaddavo


- versi Srilanka:
JINANA bala samyutte, dhammapakaralankate ... JINApanjara majjhatthang viharantang mahitale ... Iccevamacanta kato surakkho, JINAnubhavena jitupaddavo

Penutup versi Thai: SADDHAMMAnubhava palito carami JINApanjare'ti
JINApanjara parittam mam rakkhatu sabbada

(Kiranya paritta Penjara Sang Jina selalu melindungiku.)


PARITTA "CULLA MANGALA CAKKAVALA"
Sabbabuddhanubhavena
Sabbadhammanubhavena
Sabbasanghanubhavena
...
Pitakatayanubhavena
JINA-SAVAKAnubhavena


"Dengan kekuatan semua Buddha.
Dengan kekuatan semua Dhamma.
Dengan kekuatan semua Sangha.
...
Dengan kekuatan Tripitaka
Dengan kekuatan SRAVAKA dari sang JINA."



3
PERHATIAN: Thread ini bersifat sementara sampai thread asli yang telah dipindahkan dengan seenak udel oleh moderator sok pintar dikembalikan ke tempat asalnya.
Terima kasih.

Quote
Surat suci Too Dharma.
Judul asal: «Thai Siang Kam Ying Phian».


——————————————————————
BAB I — MENERANGKAN PENGERTIAN
——————————————————————

Thai Siang Lo Kun berkata:

  Bencana dan rezeki tiada berpintu;
  hanyalah manusia sendiri yang memanggilnya datang.
  Pembalasan atas bajik dan buruk
  seperti bayangan mengikuti gerakan rupa.


——————————————————————
BAB II — MEMBERIKAN PERINGATAN
——————————————————————

Langit dan bumi senantiasa diliputi Dewa Pengurus Dosa. Berlandaskan pada ringan dan berat kedosaan yang telah dilanggar manusia, Dewa Pengurus Dosa secara langsung menetapkan “Perhitungan Manusia”.

Bilamana pada penetapan “Perhitungan Manusia” itu dikenakan sanksi pengurangan,
akibatnya akan:
- Menderita kemiskinan dan keborosan,
- Menemui aneka kesedihan dan kegelisahan,
- Segala orang menaruh kebencian dan kejahatan,
- Hukuman dan bencana saling mengikuti,
- Karunia baik selalu menghindari,
- Bintang buruk selalu menurunkan malapetaka.

Bilamana pada penetapan “Perhitungan Manusia” itu dikenakan sanksi penuntasan,
akibatnya akan:
  Menemui kematian.


——————————————————————
BAB III — MENGADAKAN PEMERIKSAAN
——————————————————————

Ada pula Dewa Pak Tou dan Dewa Sam Thai bersaksi di atas kepala manusia untuk mencatat atas kedosaan dan kesalahan, serta menetapkan “Perhitungan Jauh” dan “Perhitungan Dekat”.
Ada pula Dewa Sam Si bersemayam dalam raga manusia. Pada tiap hari keng-sin, tatkala manusia sedang tidur, Dewa Sam Si naik ke atas langit untuk melaporkan hal-ikhwal kedosaan. Pada hari rembulan gelap, Dewa Dapur juga melakukan hal yang sama.

Barangsiapa sudah pernah melakukan kedosaan: bagi yang besar kedosaannya akan ditetapkan dalam “Perhitungan Jauh”; bagi yang kecil kedosaannya akan ditetapkan dalam “Perhitungan Dekat”. Segala besar-kecil kedosaan itu berada dalam berbagai-bagai perihal. Barangsiapa menghendaki usia panjang, seharusnya suka menghindari segala macam kedosaan itu.


——————————————————————
BAB IV — MENGUMPULKAN KEBAJIKAN
——————————————————————

1. Majulah pada jalan yang searah kelogisan;
2. Mundurlah dari jalan yang melawan kelogisan;
3. Tiada menginjak jalan yang menyeleweng;
4. Tiada mengelabui pada saat gelap gulita;
5. Menimbun kebajikan dan kejasaan;
6. Menaruh kasih sayang pada segala makhluk;
7. Setia pada kaisar/raja dan bakti pada ayah-ibu;
8. Sayang pada adik dan hormat pada kakak;
9. Meluruskan diri sendiri dan melayani orang lain;
10. Mengasihani pada piatu dan membantu para janda;
11. Menghormati kaum tua dan memperhatikan para anak;
12. Tiada memusnahkan serangga dan tanaman;
12. Ikut berkasih-sayang pada orang lain yang tengah dalam keadaan buruk;
13. Ikut bersuka-ria pada orang lain yang tengah dalam keadaan bajik;
14. Membantu orang lain yang tengah dalam keadaan kepepet;
15. Menolong orang lain yang tengah dalam keadaan kritis;
16. Melihat orang lain beroleh bagaikan diri sendiri yang beroleh;
17. Melihat orang lain kehilangan bagaikan diri sendiri yang kehilangan;
18. Tiada menyebarkan keburukan orang lain;
19. Tiada menonjolkan kebaikan diri sendiri;
20. Memadamkan kejahatan dan mengembangkan kebajikan;
21. Menyingkirkan keserakahan dan mendapatkan kesederhanaan;
22. Mendapatkan penghinaan tiada menaruh rasa dendam;
23. Mendapatkan kepercayaan harus menyimpan rasa waspada;
24. Memberikan kebajikan tanpa mengharapkan pembalasan;
25. Memberikan segala sesuatu tanpa merasakan penyesalan.


——————————————————————
BAB V — PEMBALASAN KEBAJIKAN
——————————————————————

  Yang disebut orang bajik:
  Segala orang selalu menghormati,
  Thian selalu memberkati,
  Segala keberkatan selalu mengikuti,
  Segala kejahatan selalu menjauhi,
  Para dewa selalu melindungi,
  Apa yang dilaksanakan selalu dapat kesuksesan,
  Sampai berhasrat menjadi dewa pun akan kewujudan.

Bilamana berhasrat menjadi tingkatan Dewa Langit, maka hendaknya menyelenggarakan 1.300 jenis kebajikan.
Bilamana berhasrat menjadi tingkatan Dewa Bumi, maka hendaknya menyelenggarakan 300 jenis kebajikan.


——————————————————————
BAB VI — ANEKA KEBURUKAN
——————————————————————

1. Melakukan segala sesuatu yang sifatnya mematuhi kesalahan;
2. Melakukan segala sesuatu yang sifatnya menyimpangi kelogisan;
3. Menganggap kejahatan sebagai keterampilan;
4. Melakukan dengan tak segan-segan atas segala kedzaliman;
5. Melakukan sesuatu dengan jalan licin guna mencelakai orang bajik;
6. Melakukan sesuatu dengan jalan gelap guna mengelabui kaum keluarga;
7. Melakukan kecongkakan terhadap guru;
8. Mengkhianati pada kewajiban diri sendiri;
9. Mengelabui orang awam;
10. Menghasut rekan sepelajar;
11. Melakukan perilaku yang bersifat maya, fitnah, tipu, dan moenafik;
12. Membongkar rahasia sanak saudara sendiri;
13. Melakukan kekerasan dan tidak menyimpan kesayangan;
14. Melakukan kekejaman dan keanehan untuk kepentingan diri sendiri;
15. Melakukan kebenaran atau kesalahan bukan pada tempatnya;
16. Melakukan pengkhianatan dan pelanggaran;
17. Menindas bawahan untuk mendapatkan pahala;
18. Menjilat atasan untuk mendapatkan pujian;
19. Menerima budi kebaikan tidak suka membalas kasih;
20. Selalu merenungkan tentang dendam kesumat;
21. Memandang rendah pada rakyat yang jujur;
22. Selalu mengacau untuk meributkan pemerintahan;
23. Memberikan jasa pahala pada yang tak benar;
24. Menghukum rakyat yang tak berdosa;
25. Membunuh orang lain untuk merampas harta kekayaan orang itu;
26. Menyingkirkan orang lain untuk merebut kedudukan orang itu;
27. Membunuh lawan yang tengah menyerah;
28. Menginjak kebenaran dan menyingkirkan para budiman;
29. Menindas para yatim dan mengancam para janda;
30. Menyimpang hukum dan menerima suap;
31. Memutarbalikkan perkara lurus untuk dibikin liku;
32. Memutarbalikkan perkara liku untuk dibikin lurus;
33. Memberatkan perkara yang ringan;
34. Memutuskan hukuman dengan disertai caci maki;
35. Tidak suka bertobat atas peri kesalahan;
36. Tidak suka melakukan peri kebajikan;
37. Menyeret orang lain agar berpadu dengan diri sendiri yang penuh kedosaan;
38. Menghalangi jalan kehidupan para nujum;
39. Mencaci dan mengejek pada kemuliaan para nabi;
40. Menindas pada kebenaran dan kebajikan;
41. Memanah burung yang sedang terbang dan menghalau binatang yang sedang lari;
42. Mencangkul ular yang sedang berteduh dan mengaburkan burung yang sedang mengaso;
43. Menyumbat jalan hewan dan meruntuhkan sarang burung;
44. Membuang anak unggas dan merusak telur burung;
45. Mengharap orang lain agar memperoleh kehilangan;
46. Merusak jasa baik orang lain;
47. Membahayakan orang lain untuk keselamatan diri sendiri;
48. Mengurangi penghasilan orang lain untuk keuntungan diri sendiri;
49. Menyodorkan yang buruk untuk diganti yang baik;
50. Melalaikan kedinasan untuk kepentingan diri sendiri;
51. Mencuri kepandaian orang lain;
52. Menyembunyikan kebaikan orang lain;
53. Mengembangkan keburukan orang lain;
54. Menyiarkan rahasia orang lain;
55. Menghamburkan kekayaan orang lain;
56. Memutuskan keakoran antara saudara orang lain;
57. Mengusik sesuatu yang dicintai orang lain;
58. Membantu orang lain untuk melakukan kejahatan;
59. Mengandalkan kecakapan untuk memamerkan kewibawaan;
60. Menghina orang lain agar diri sendiri mendapatkan kemenangan;
61. Merusak semi dan padi kepunyaan bapak tani;
62. Merusak pernikahan orang lain;
63. Mendadak kaya lalu menyombongkan diri;
64. Melepaskan diri sendiri dari kewajiban dengan tiada mengenal malu;
65. Mengaku-aku kebaikan namun menolak kesalahan;
66. Mengalihkan kemalangan dan mendorong kejahatan;
67. Membeli nama/kehormatan secara ilegal;
68. Menyimpan akal jahat di dalam hati;
69. Merusak kepandaian orang lain;
70. Melindungi kebodohan diri sendiri;
71. Menggunakan kewibawaan untuk memaksa dan mengancam;
72. Menggunakan kedzaliman untuk membunuh dan melukai;
73. Memotong kain tanpa kepentingan;
74. Menyembelih hewan tanpa kewajaran;
75. Menghambur dan membuang hasil bumi;
76. Mengacaukan dan meributkan sesama amanusia;
77. Merusak rumah tinggal orang lain;
78. Mengambil harta kekayaan orang lain;
79. Memecahkan bendungan dan menyulut api agar dapat menghancurkan wisma rakyat;
80. Mengacaukan rancangan baik orang lain agar dapat memusnahkan kejasaan orang itu;
81. Menghancurkan sarana hidup orang lain agar dapat menimbulkan kekurangan orang itu;
82. Melihat orang lain mendapatkan kebahagiaan, lalu mengaharapkan orang itu terisolasi;
83. Melihat orang lain mendapatkan kekayaan, lalu mengaharapkan orang itu tercerai-berai;
84. Memandang kecantikan orang lain, lalu menginginkan diperoleh untuk diri sendiri;
85. Meminjam kekayaan orang lain, lalu mengharpkan orang itu lekas-lekas mati;
86. Memohon tidak dikabulkan, lalu melakukan kutuk dan antipati;
87. Melihat orang lain menemui kasus/problem, lalu menuturkan keburukan orang itu;
88. Melihat orang lain memiliki cacat fisik, lalu menertawakan kecacatan orang itu;
89. Melihat kepandaian orang lain terpuji, lalu melakukan penindasan;
90. Menggunakan ilmu sishir agar orang lain mejadi gila;
91. Menggunakan obat tuba agar tanaman menjadi layu;
92. Melakukan kemurkaan terhadap guru;
93. Menimbulkan kontradiksi antara kakak yang lebih tua;
94. Memohon dan mengambil dengan jalan paksa;
95. Mengganggu dan merampas dengan jalan semena-mena;
96. Membegal dan menculik agar dapat menjadi kaya;
97. Mengggunakan akal licik agar dapat menaikkan pangkat;
98. Memberikan pahala dan hukuman dengan tidak adil;
99. Menikmati kesenangan sampai melampaui batas;
100. Menindas bawahan dengan jalan kejam;
101. Memberi ancaman pada orang lain;
102. Menggerutu pada Thian dan menyesal pada manusia;
103. Mencaci-maki pada angin dan hujan;
104. Mengadu-domba agar dapat menimbulkan kasus/perkara;
105. Mengusir sesama rekan dengan jalan yang tidak benar;
106. Menggunakan kata kepada istri yang mengandung sifat merendahkan;
107. Melanggar nasihat ayah dan ibu;
108. Melupakan yang lama tatkala bersua dengan yang baru;
109. Mengucapkan kata yang tidak sejalan dengan isi hati;
110. Melakukan keserakahan pada harta yang tidak sah;
111. Menipu dan mengelabui atasan;
112. Mengucapkan kata yang bersifat penuh kejahatan;
113. Memfitnah pada orang bijak;
114. Merusak nama baik orang lain dan mengaku diri sendiri melakukan kejujuran;
115. Mencaci-maki para dewa dan mengaku diri sendiri melakukan kebenaran;
116. Melepas orang yang patuh dan menerima orang yang melanggar;
117. Menjauhi kaum keluarga dan mendekati kaum asing;
118. Menunjuk pada langit dan bumi untuk membuktikan isi hati yang rendah;
119. Mengundang para dewa untuk menyaksikan perilaku yang dekil;
120. Merasakan kecewa pada barang yang telah diberikan;
121. Mengadakan hutang dengan tidak suka melakukan pembayaran;
122. Mencari segala sesuatu pada luar bagian;
123. Melakukan perbuatan dengan sekuat tenaga dan berlebih-lebihan;
124. Menikmati nafsu birahi sampai melampaui batas;
125. Melakukan kemunafikan dengan muka berpura-pura alim;
126. Memberikan makanan kotor pada orang lain;
127. Menjalankan ilmu hitam agar dapat mengelabui orang lain;
128. Memendekkan ukuran;
129. Menyempitkan luasan;
130. Meringankan timbangan;
131. Menyusutkan takaran;
132. Mengadakan campur-baur antara barang yang palsu dengan barang yang tulen;
133. Mencari keuntungan dengan jalan tidak sah;
134. Menindas orang bajik agar menjadi murka;
135. Membujuk orang dungu;
136. Melakukan keserakahan dengan tiada mengenal jemu;
137. Melakukan sumpah agar dapat meluruskan kesalahan;
138. Bermabuk-mabukkan sampai mengacaukan diri sendiri;
139. Bertengkar antara saudara sendiri;
140. Suami tidak setia pada istri;
141. Istri tidak patuh pada suami;
142. Tiada kerukunan dalam rumah tangga;
143. Kaum istri tidak menghormat pada kaum suami;
144. Selalu suka menyombongkan diri sendiri;
145. Selalu suka menyimpan iri dan dengki;
146. Tidak mendidikkan kebajikan pada anak dan istri;
147. Tidak menunjukkan kesusilaan pada ayah dan ibu mertua;
148. Menghina arwah leluhur;
149. Selalu melanggar perintah atasan;
150. Melakukan perbuatan tanpa kemanfaatan;
151. Menyimpan pikiran yang khianat;
152. Melakukan kutukan pada diri sendiri dan orang lain;
153. Membenci dan menyayang bukan pada tempatnya;
154. Melangkahi perigi dan dapur;
155. Menyia-nyiakan makanan dan manusia;
156. Membunuh anak orok dan melakukan abortus;
157. Melakukan perbuatan dengan sembunyi-sembunyi;
158. Bernyanyi dan berdansa pada akhir bulan dan tahun;
159. Meneriak dan memaki pada awal bulan dan waktu pagi;
160. Mengingus dan meludah serta membuang air seni dengan menghadap Bintang Utara;
161. Menghidung dan menangis di depan dapur;
162. Menggunakan api dapur menyalakan batang hio atau dupa untuk melakukan puja bakti atau sembahyang;
163. Menggunakan kayu kotor untuk memasak;
164. Bertelanjang bulat pada waktu bangun di tengah malam;
165. Melaksanakan azab hukuman pada pertengahan musim;
166. Meludah pada meteor;
167. Menunjuk pada pelangi;
168. Menunjuk pada tri ratna: bintang, mentari, dan rembulan;
169. Memandang lama pada mentari dan rembulan;
170. Membakar gunung dan memburu hewan pada permulaan musim semi;
171. Mencaci-maki dengan menghadap Bintang Utara;
172. Membunuh kura-kura dan ular dengan semena-mena.


——————————————————————
BAB VII — PEMBALASAN KEBURUKAN
——————————————————————

Sesuai dengan aneka ragam keburukan sebagaimana tersebut di atas, para dewa akan mengikuti ringan dan berat atas kejahatan yang telah dilanggar manusia untuk menetapkan “Perhitungan Jauh” dan “Perhitungan Dekat”. Bilamana “Perhitungan Dekat” sudah mencapai tuntas, akibatnya akan menemui kematian. Bilamana sampai kematian pun masih ada sisa kedosaan, maka “Perhitungan Jauh” akan dilanjutkan sampai pada anak dan cucu.

Barangsiapa mengambil harta benda yang dimiliki orang lain secara paksa dan tidak sah, akibatnya akan diperhitungkan pada istri dan anak serta keluarganya, sehingga lambat laun menemui kematian. Bilamana perhitungan itu tidak dikenakan pada penetapan kematian, maka sudah tentu dilibatkan pada bermacam-macam malapetaka:
- Mengalami kebanjiran dan kebakaran,
- Merasai kecurian dan kerampokan,
- Mendapati kehilangan harta benda,
- Menderita penyakit dan pertengkaran.
Semua penderitaan itu adalah sebagai pembalasan atas perbuatan yang telah dilakukan tanpa prinsip kebenaran.

Barangsiapa melenyapkan jiwa raga yang dimiliki orang lain secara semena-mena, akibatnya akan membangkitkan dendam: membalas dendam serta membunuh diri sendiri.

Barangsiapa yang mengambil secara tidak adil atas kekayaan yang dimiliki orang lain, sama pula dengan menelan makanan atau minuman yang mengandung tuba — hal mana bukannya dapat sementara mengenyangkan perut atau menghilangkan dahaga, namun sekaligus akan menemui akibat kematian.


——————————————————————
BAB VIII — MENUNJUKKAN INTISARI
——————————————————————

Bilamana timbulnya pikiran di dalam hati ternyata bajik, kendatipun peri kebajikan belum juga dilakukan, namun Dewa Bajik sudah senantiasa mengikutinya. Bilamana timbulnya pikiran di dalam hati ternyata buruk, kendatipun peri keburukan belum juga dilakukan, namun Dewa Buruk sudah senantiasa mengikutinya.


——————————————————————
BAB IX — BERTOBAT ATAS KEDOSAAN
——————————————————————

Barangsiapa sudah pernah melakukan keburukan dan kemudian suka bertobat sendiri, serta tidak mengulangi segala peri keburukan dan menjalani segala peri kebajikan, maka lama-kelamaan akan mendapatkan karunia kebajikan.

Itulah yang disebut sebagai: membalikkan malapetaka menjadi besar rezeki.


——————————————————————
BAB X — MELAKSANAKAN SECARA INTENSIF
——————————————————————

Yang disebut orang bajik senantiasa mengucapkan kata yang bajik, melihat sesuatu yang bajik, melaksanakan ikhwal yang bajik. Bilamana tiap hari melaksanakan tiga macam kebajikan, maka dalam tiga tahun Thian akan memberkati rezeki.

Yang disebut orang jahat senantiasa mengucapkan kata yang buruk, melihat sesuatu yang buruk, melaksanakan ikhwal yang buruk. Bilamana tiap hari melaksanakan tiga macam keburukan, maka dalam tiga tahun Thian akan mendatangkan malapetaka.

  Mengapa teecu sekalian tidak dengan giat dan rajin melaksanakan peri kebajikan?

4
Surat suci Too Dharma.
Judul asal: «Thai Siang Kam Ying Phian».


——————————————————————
BAB I — MENERANGKAN PENGERTIAN
——————————————————————

Thai Siang Lo Kun berkata:

  Bencana dan rezeki tiada berpintu;
  hanyalah manusia sendiri yang memanggilnya datang.
  Pembalasan atas bajik dan buruk
  seperti bayangan mengikuti gerakan rupa.


——————————————————————
BAB II — MEMBERIKAN PERINGATAN
——————————————————————

Langit dan bumi senantiasa diliputi Dewa Pengurus Dosa. Berlandaskan pada ringan dan berat kedosaan yang telah dilanggar manusia, Dewa Pengurus Dosa secara langsung menetapkan “Perhitungan Manusia”.

Bilamana pada penetapan “Perhitungan Manusia” itu dikenakan sanksi pengurangan,
akibatnya akan:
- Menderita kemiskinan dan keborosan,
- Menemui aneka kesedihan dan kegelisahan,
- Segala orang menaruh kebencian dan kejahatan,
- Hukuman dan bencana saling mengikuti,
- Karunia baik selalu menghindari,
- Bintang buruk selalu menurunkan malapetaka.

Bilamana pada penetapan “Perhitungan Manusia” itu dikenakan sanksi penuntasan,
akibatnya akan:
  Menemui kematian.


——————————————————————
BAB III — MENGADAKAN PEMERIKSAAN
——————————————————————

Ada pula Dewa Pak Tou dan Dewa Sam Thai bersaksi di atas kepala manusia untuk mencatat atas kedosaan dan kesalahan, serta menetapkan “Perhitungan Jauh” dan “Perhitungan Dekat”.
Ada pula Dewa Sam Si bersemayam dalam raga manusia. Pada tiap hari keng-sin, tatkala manusia sedang tidur, Dewa Sam Si naik ke atas langit untuk melaporkan hal-ikhwal kedosaan. Pada hari rembulan gelap, Dewa Dapur juga melakukan hal yang sama.

Barangsiapa sudah pernah melakukan kedosaan: bagi yang besar kedosaannya akan ditetapkan dalam “Perhitungan Jauh”; bagi yang kecil kedosaannya akan ditetapkan dalam “Perhitungan Dekat”. Segala besar-kecil kedosaan itu berada dalam berbagai-bagai perihal. Barangsiapa menghendaki usia panjang, seharusnya suka menghindari segala macam kedosaan itu.


——————————————————————
BAB IV — MENGUMPULKAN KEBAJIKAN
——————————————————————

1. Majulah pada jalan yang searah kelogisan;
2. Mundurlah dari jalan yang melawan kelogisan;
3. Tiada menginjak jalan yang menyeleweng;
4. Tiada mengelabui pada saat gelap gulita;
5. Menimbun kebajikan dan kejasaan;
6. Menaruh kasih sayang pada segala makhluk;
7. Setia pada kaisar/raja dan bakti pada ayah-ibu;
8. Sayang pada adik dan hormat pada kakak;
9. Meluruskan diri sendiri dan melayani orang lain;
10. Mengasihani pada piatu dan membantu para janda;
11. Menghormati kaum tua dan memperhatikan para anak;
12. Tiada memusnahkan serangga dan tanaman;
12. Ikut berkasih-sayang pada orang lain yang tengah dalam keadaan buruk;
13. Ikut bersuka-ria pada orang lain yang tengah dalam keadaan bajik;
14. Membantu orang lain yang tengah dalam keadaan kepepet;
15. Menolong orang lain yang tengah dalam keadaan kritis;
16. Melihat orang lain beroleh bagaikan diri sendiri yang beroleh;
17. Melihat orang lain kehilangan bagaikan diri sendiri yang kehilangan;
18. Tiada menyebarkan keburukan orang lain;
19. Tiada menonjolkan kebaikan diri sendiri;
20. Memadamkan kejahatan dan mengembangkan kebajikan;
21. Menyingkirkan keserakahan dan mendapatkan kesederhanaan;
22. Mendapatkan penghinaan tiada menaruh rasa dendam;
23. Mendapatkan kepercayaan harus menyimpan rasa waspada;
24. Memberikan kebajikan tanpa mengharapkan pembalasan;
25. Memberikan segala sesuatu tanpa merasakan penyesalan.


——————————————————————
BAB V — PEMBALASAN KEBAJIKAN
——————————————————————

  Yang disebut orang bajik:
  Segala orang selalu menghormati,
  Thian selalu memberkati,
  Segala keberkatan selalu mengikuti,
  Segala kejahatan selalu menjauhi,
  Para dewa selalu melindungi,
  Apa yang dilaksanakan selalu dapat kesuksesan,
  Sampai berhasrat menjadi dewa pun akan kewujudan.

Bilamana berhasrat menjadi tingkatan Dewa Langit, maka hendaknya menyelenggarakan 1.300 jenis kebajikan.
Bilamana berhasrat menjadi tingkatan Dewa Bumi, maka hendaknya menyelenggarakan 300 jenis kebajikan.


——————————————————————
BAB VI — ANEKA KEBURUKAN
——————————————————————

1. Melakukan segala sesuatu yang sifatnya mematuhi kesalahan;
2. Melakukan segala sesuatu yang sifatnya menyimpangi kelogisan;
3. Menganggap kejahatan sebagai keterampilan;
4. Melakukan dengan tak segan-segan atas segala kedzaliman;
5. Melakukan sesuatu dengan jalan licin guna mencelakai orang bajik;
6. Melakukan sesuatu dengan jalan gelap guna mengelabui kaum keluarga;
7. Melakukan kecongkakan terhadap guru;
8. Mengkhianati pada kewajiban diri sendiri;
9. Mengelabui orang awam;
10. Menghasut rekan sepelajar;
11. Melakukan perilaku yang bersifat maya, fitnah, tipu, dan moenafik;
12. Membongkar rahasia sanak saudara sendiri;
13. Melakukan kekerasan dan tidak menyimpan kesayangan;
14. Melakukan kekejaman dan keanehan untuk kepentingan diri sendiri;
15. Melakukan kebenaran atau kesalahan bukan pada tempatnya;
16. Melakukan pengkhianatan dan pelanggaran;
17. Menindas bawahan untuk mendapatkan pahala;
18. Menjilat atasan untuk mendapatkan pujian;
19. Menerima budi kebaikan tidak suka membalas kasih;
20. Selalu merenungkan tentang dendam kesumat;
21. Memandang rendah pada rakyat yang jujur;
22. Selalu mengacau untuk meributkan pemerintahan;
23. Memberikan jasa pahala pada yang tak benar;
24. Menghukum rakyat yang tak berdosa;
25. Membunuh orang lain untuk merampas harta kekayaan orang itu;
26. Menyingkirkan orang lain untuk merebut kedudukan orang itu;
27. Membunuh lawan yang tengah menyerah;
28. Menginjak kebenaran dan menyingkirkan para budiman;
29. Menindas para yatim dan mengancam para janda;
30. Menyimpang hukum dan menerima suap;
31. Memutarbalikkan perkara lurus untuk dibikin liku;
32. Memutarbalikkan perkara liku untuk dibikin lurus;
33. Memberatkan perkara yang ringan;
34. Memutuskan hukuman dengan disertai caci maki;
35. Tidak suka bertobat atas peri kesalahan;
36. Tidak suka melakukan peri kebajikan;
37. Menyeret orang lain agar berpadu dengan diri sendiri yang penuh kedosaan;
38. Menghalangi jalan kehidupan para nujum;
39. Mencaci dan mengejek pada kemuliaan para nabi;
40. Menindas pada kebenaran dan kebajikan;
41. Memanah burung yang sedang terbang dan menghalau binatang yang sedang lari;
42. Mencangkul ular yang sedang berteduh dan mengaburkan burung yang sedang mengaso;
43. Menyumbat jalan hewan dan meruntuhkan sarang burung;
44. Membuang anak unggas dan merusak telur burung;
45. Mengharap orang lain agar memperoleh kehilangan;
46. Merusak jasa baik orang lain;
47. Membahayakan orang lain untuk keselamatan diri sendiri;
48. Mengurangi penghasilan orang lain untuk keuntungan diri sendiri;
49. Menyodorkan yang buruk untuk diganti yang baik;
50. Melalaikan kedinasan untuk kepentingan diri sendiri;
51. Mencuri kepandaian orang lain;
52. Menyembunyikan kebaikan orang lain;
53. Mengembangkan keburukan orang lain;
54. Menyiarkan rahasia orang lain;
55. Menghamburkan kekayaan orang lain;
56. Memutuskan keakoran antara saudara orang lain;
57. Mengusik sesuatu yang dicintai orang lain;
58. Membantu orang lain untuk melakukan kejahatan;
59. Mengandalkan kecakapan untuk memamerkan kewibawaan;
60. Menghina orang lain agar diri sendiri mendapatkan kemenangan;
61. Merusak semi dan padi kepunyaan bapak tani;
62. Merusak pernikahan orang lain;
63. Mendadak kaya lalu menyombongkan diri;
64. Melepaskan diri sendiri dari kewajiban dengan tiada mengenal malu;
65. Mengaku-aku kebaikan namun menolak kesalahan;
66. Mengalihkan kemalangan dan mendorong kejahatan;
67. Membeli nama/kehormatan secara ilegal;
68. Menyimpan akal jahat di dalam hati;
69. Merusak kepandaian orang lain;
70. Melindungi kebodohan diri sendiri;
71. Menggunakan kewibawaan untuk memaksa dan mengancam;
72. Menggunakan kedzaliman untuk membunuh dan melukai;
73. Memotong kain tanpa kepentingan;
74. Menyembelih hewan tanpa kewajaran;
75. Menghambur dan membuang hasil bumi;
76. Mengacaukan dan meributkan sesama amanusia;
77. Merusak rumah tinggal orang lain;
78. Mengambil harta kekayaan orang lain;
79. Memecahkan bendungan dan menyulut api agar dapat menghancurkan wisma rakyat;
80. Mengacaukan rancangan baik orang lain agar dapat memusnahkan kejasaan orang itu;
81. Menghancurkan sarana hidup orang lain agar dapat menimbulkan kekurangan orang itu;
82. Melihat orang lain mendapatkan kebahagiaan, lalu mengaharapkan orang itu terisolasi;
83. Melihat orang lain mendapatkan kekayaan, lalu mengaharapkan orang itu tercerai-berai;
84. Memandang kecantikan orang lain, lalu menginginkan diperoleh untuk diri sendiri;
85. Meminjam kekayaan orang lain, lalu mengharpkan orang itu lekas-lekas mati;
86. Memohon tidak dikabulkan, lalu melakukan kutuk dan antipati;
87. Melihat orang lain menemui kasus/problem, lalu menuturkan keburukan orang itu;
88. Melihat orang lain memiliki cacat fisik, lalu menertawakan kecacatan orang itu;
89. Melihat kepandaian orang lain terpuji, lalu melakukan penindasan;
90. Menggunakan ilmu sishir agar orang lain mejadi gila;
91. Menggunakan obat tuba agar tanaman menjadi layu;
92. Melakukan kemurkaan terhadap guru;
93. Menimbulkan kontradiksi antara kakak yang lebih tua;
94. Memohon dan mengambil dengan jalan paksa;
95. Mengganggu dan merampas dengan jalan semena-mena;
96. Membegal dan menculik agar dapat menjadi kaya;
97. Mengggunakan akal licik agar dapat menaikkan pangkat;
98. Memberikan pahala dan hukuman dengan tidak adil;
99. Menikmati kesenangan sampai melampaui batas;
100. Menindas bawahan dengan jalan kejam;
101. Memberi ancaman pada orang lain;
102. Menggerutu pada Thian dan menyesal pada manusia;
103. Mencaci-maki pada angin dan hujan;
104. Mengadu-domba agar dapat menimbulkan kasus/perkara;
105. Mengusir sesama rekan dengan jalan yang tidak benar;
106. Menggunakan kata kepada istri yang mengandung sifat merendahkan;
107. Melanggar nasihat ayah dan ibu;
108. Melupakan yang lama tatkala bersua dengan yang baru;
109. Mengucapkan kata yang tidak sejalan dengan isi hati;
110. Melakukan keserakahan pada harta yang tidak sah;
111. Menipu dan mengelabui atasan;
112. Mengucapkan kata yang bersifat penuh kejahatan;
113. Memfitnah pada orang bijak;
114. Merusak nama baik orang lain dan mengaku diri sendiri melakukan kejujuran;
115. Mencaci-maki para dewa dan mengaku diri sendiri melakukan kebenaran;
116. Melepas orang yang patuh dan menerima orang yang melanggar;
117. Menjauhi kaum keluarga dan mendekati kaum asing;
118. Menunjuk pada langit dan bumi untuk membuktikan isi hati yang rendah;
119. Mengundang para dewa untuk menyaksikan perilaku yang dekil;
120. Merasakan kecewa pada barang yang telah diberikan;
121. Mengadakan hutang dengan tidak suka melakukan pembayaran;
122. Mencari segala sesuatu pada luar bagian;
123. Melakukan perbuatan dengan sekuat tenaga dan berlebih-lebihan;
124. Menikmati nafsu birahi sampai melampaui batas;
125. Melakukan kemunafikan dengan muka berpura-pura alim;
126. Memberikan makanan kotor pada orang lain;
127. Menjalankan ilmu hitam agar dapat mengelabui orang lain;
128. Memendekkan ukuran;
129. Menyempitkan luasan;
130. Meringankan timbangan;
131. Menyusutkan takaran;
132. Mengadakan campur-baur antara barang yang palsu dengan barang yang tulen;
133. Mencari keuntungan dengan jalan tidak sah;
134. Menindas orang bajik agar menjadi murka;
135. Membujuk orang dungu;
136. Melakukan keserakahan dengan tiada mengenal jemu;
137. Melakukan sumpah agar dapat meluruskan kesalahan;
138. Bermabuk-mabukkan sampai mengacaukan diri sendiri;
139. Bertengkar antara saudara sendiri;
140. Suami tidak setia pada istri;
141. Istri tidak patuh pada suami;
142. Tiada kerukunan dalam rumah tangga;
143. Kaum istri tidak menghormat pada kaum suami;
144. Selalu suka menyombongkan diri sendiri;
145. Selalu suka menyimpan iri dan dengki;
146. Tidak mendidikkan kebajikan pada anak dan istri;
147. Tidak menunjukkan kesusilaan pada ayah dan ibu mertua;
148. Menghina arwah leluhur;
149. Selalu melanggar perintah atasan;
150. Melakukan perbuatan tanpa kemanfaatan;
151. Menyimpan pikiran yang khianat;
152. Melakukan kutukan pada diri sendiri dan orang lain;
153. Membenci dan menyayang bukan pada tempatnya;
154. Melangkahi perigi dan dapur;
155. Menyia-nyiakan makanan dan manusia;
156. Membunuh anak orok dan melakukan abortus;
157. Melakukan perbuatan dengan sembunyi-sembunyi;
158. Bernyanyi dan berdansa pada akhir bulan dan tahun;
159. Meneriak dan memaki pada awal bulan dan waktu pagi;
160. Mengingus dan meludah serta membuang air seni dengan menghadap Bintang Utara;
161. Menghidung dan menangis di depan dapur;
162. Menggunakan api dapur menyalakan batang hio atau dupa untuk melakukan puja bakti atau sembahyang;
163. Menggunakan kayu kotor untuk memasak;
164. Bertelanjang bulat pada waktu bangun di tengah malam;
165. Melaksanakan azab hukuman pada pertengahan musim;
166. Meludah pada meteor;
167. Menunjuk pada pelangi;
168. Menunjuk pada tri ratna: bintang, mentari, dan rembulan;
169. Memandang lama pada mentari dan rembulan;
170. Membakar gunung dan memburu hewan pada permulaan musim semi;
171. Mencaci-maki dengan menghadap Bintang Utara;
172. Membunuh kura-kura dan ular dengan semena-mena.


——————————————————————
BAB VII — PEMBALASAN KEBURUKAN
——————————————————————

Sesuai dengan aneka ragam keburukan sebagaimana tersebut di atas, para dewa akan mengikuti ringan dan berat atas kejahatan yang telah dilanggar manusia untuk menetapkan “Perhitungan Jauh” dan “Perhitungan Dekat”. Bilamana “Perhitungan Dekat” sudah mencapai tuntas, akibatnya akan menemui kematian. Bilamana sampai kematian pun masih ada sisa kedosaan, maka “Perhitungan Jauh” akan dilanjutkan sampai pada anak dan cucu.

Barangsiapa mengambil harta benda yang dimiliki orang lain secara paksa dan tidak sah, akibatnya akan diperhitungkan pada istri dan anak serta keluarganya, sehingga lambat laun menemui kematian. Bilamana perhitungan itu tidak dikenakan pada penetapan kematian, maka sudah tentu dilibatkan pada bermacam-macam malapetaka:
- Mengalami kebanjiran dan kebakaran,
- Merasai kecurian dan kerampokan,
- Mendapati kehilangan harta benda,
- Menderita penyakit dan pertengkaran.
Semua penderitaan itu adalah sebagai pembalasan atas perbuatan yang telah dilakukan tanpa prinsip kebenaran.

Barangsiapa melenyapkan jiwa raga yang dimiliki orang lain secara semena-mena, akibatnya akan membangkitkan dendam: membalas dendam serta membunuh diri sendiri.

Barangsiapa yang mengambil secara tidak adil atas kekayaan yang dimiliki orang lain, sama pula dengan menelan makanan atau minuman yang mengandung tuba — hal mana bukannya dapat sementara mengenyangkan perut atau menghilangkan dahaga, namun sekaligus akan menemui akibat kematian.


——————————————————————
BAB VIII — MENUNJUKKAN INTISARI
——————————————————————

Bilamana timbulnya pikiran di dalam hati ternyata bajik, kendatipun peri kebajikan belum juga dilakukan, namun Dewa Bajik sudah senantiasa mengikutinya. Bilamana timbulnya pikiran di dalam hati ternyata buruk, kendatipun peri keburukan belum juga dilakukan, namun Dewa Buruk sudah senantiasa mengikutinya.


——————————————————————
BAB IX — BERTOBAT ATAS KEDOSAAN
——————————————————————

Barangsiapa sudah pernah melakukan keburukan dan kemudian suka bertobat sendiri, serta tidak mengulangi segala peri keburukan dan menjalani segala peri kebajikan, maka lama-kelamaan akan mendapatkan karunia kebajikan.

Itulah yang disebut sebagai: membalikkan malapetaka menjadi besar rezeki.


——————————————————————
BAB X — MELAKSANAKAN SECARA INTENSIF
——————————————————————

Yang disebut orang bajik senantiasa mengucapkan kata yang bajik, melihat sesuatu yang bajik, melaksanakan ikhwal yang bajik. Bilamana tiap hari melaksanakan tiga macam kebajikan, maka dalam tiga tahun Thian akan memberkati rezeki.

Yang disebut orang jahat senantiasa mengucapkan kata yang buruk, melihat sesuatu yang buruk, melaksanakan ikhwal yang buruk. Bilamana tiap hari melaksanakan tiga macam keburukan, maka dalam tiga tahun Thian akan mendatangkan malapetaka.

  Mengapa teecu sekalian tidak dengan giat dan rajin melaksanakan peri kebajikan?

5
Teman-teman se-Tao yth.

Berikut ini kesaksian-kesaksian yang terdapat dalam berbagai kitab suci Taoisme:




I. Berdasarkan kitab Daoshi Falun Jing 《道士法輪經》
Mahadewa (天尊) mengucapkan gāthā berikut sebagai nasihat bagi para Taois (daoshi 道士):

  若見佛圖  思念無量
  當願一切  普入法門
  若見沙門  思念無量
  願早出身  以習佛真

  “Apabila menjumpai stūpa Buddha, renungkanlah tanpa batas:
  Semoga semua makhluk dapat secara universal memasuki Pintu Dharma.
  Apabila menjumpai śramaṇa, renungkanlah tanpa batas:
  Semoga selekasnya terbebas dari badan jasmani berkat mempelajari Kebenaran Buddha.”




II. Berdasarkan kitab Taishang Qingjing Xiaomo Baozhen Anzhi Zhihui Benyuan Dajie Shangpin Jing 《太上清淨消魔寶真安志智慧本願大戒上品經》
Dalam ikrar-Nya yang ke-49, Mahadewa bertekad:

  若見沙門尼,當願一切,明解法度,得道如佛
  “Apabila menjumpai śramaṇa/i, semoga semua makhluk memahami Dharma dan memperoleh Pencerahan seperti Buddha.”




III. Berdasarkan kitab Laozi Shengxuan Jing 《老子昇玄經》
Mahadewa memberitahu (Zhang) Daoling untuk pergi ke timur menerima Ajaran Dharma.

Shengxuan Jing juga mengisahkan:
Tathāgata di sebelah timur memerintahkan Shansheng Dashi (善勝大士 Sujita Mahāsattva) untuk menemui Taishang (Laojun) dan berkata, “Tathāgata mendengar bahwa Anda telah membabarkan Dharma kepada Daoling, maka Beliau memerintahkan saya datang menengok Anda.” Lalu, ia berkata kepada Zhang, “Marilah mengikut saya menuju ke tempat Sang Buddha agar engkau dapat melihat yang belum pernah kaulihat dan mendengar yang belum pernah kaudengar.” Ling pun bersujud kepada Sang Mahāsattva dan mengikutinya menuju ke tempat Sang Buddha untuk mendengarkan Dharma.




IV. Dalam Daoshi Zhang Ling Biezhuan 《道士張陵別傳》 dikisahkan:
Di Gunung Geming (鴿鳴山) Ling memuja sebuah rupang emas dan melafalkan sūtra-sūtra Buddha.




V. Berdasarkan Laozi Xisheng Jing 《老子西昇經》:
“Guruku pergi ke Tianzhu (天竺 Indu/India) dan memasuki Nirvāṇa.”

Fuzi (符子) juga menyebutkan:
“Guru Laoshi (老氏) bernama Śākyamuni Buddha (釋迦文佛).”




VI. Dalam kitab Zhihui Guanshen Dajie Jing 《智慧觀身大戒經》 dikatakan:
Mereka yang mempelajari Tao haruslah selalu ingat mengelilingi Baktisala Kemurnian Agung (大梵流影宮) untuk menghormati Buddha (dengan pradakṣiṇa).




VII. Dalam kitab Shengxuan Jing 《昇玄經》 dikatakan:
Apabila terdapat śramaṇa yang datang hendak mendengarkan (ceramah) kitab-kitab suci, pengawas persembahan (供主) janganlah memperhitungkan biaya makan-minumnya atau menghalanginya agar tak dapat mendengar. Sebaliknya, persilakanlah ia duduk di tempat yang terhormat (上座, sebagai yang dituakan/Thera) dan daoshi penceramah kitab suci (道士經師) hendaknya menempatkan diri di bawahnya.

Lebih lanjut Shengxuan Jing juga mengatakan:
Ketika seorang daoshi mengadakan perjamuan, apabila ada bhikṣu yang datang, persilakanlah ia menempati tempat duduk yang terhormat dan berikan persembahan sebaik-baiknya. Daoshi penceramah kitab suci hendaknya menempatkan diri di bawahnya. Apabila śramaṇa/i datang mendengarkan Dharma, pada tempat yang tertutup persilakan ia duduk di tempat yang terhormat. Penyelenggara persembahan hendaklah memberinya persembahan sesuai Dharma dan tidak menghalanginya.




VIII. Berdasarkan kitab Huahu Jing 《化胡經》
Mahadewa menghormati Buddha dengan mengucapkan gāthā:

  願採優曇華  願燒旃檀香
  供養千佛身  稽首禮定光
  佛生何以晚  泥洹一何早
  不見釋迦文  心中常懊惱

  “Aku hendak memetik bunga udumbara.
  Aku hendak membakar dupa cendana.
  Sebagai persembahan bagi seribu Buddha
  Dan hormatku kepada Dīpaṅkara (定光佛).

  Mengapa Buddha lahir begitu lama?
  Dan mencapai Nirvāṇa begitu cepat?
  Tidak dapat menjumpai Śākyamuni,
  Hatiku senantiasa merasa gundah.”




IX. Berdasarkan kitab Lingbao Xiaomo Anzhi Jing 《靈寶消魔安志經》
Mahadewa mengucapkan gāthā sbb.:

  道以齋為先  勤行當作佛
  故設大法橋  普度諸人物

  “Tao dimulai dari puasa–vegetarian.
  Mereka yang tekun berlatih akan menjadi Buddha.*)
  Karenanya, dirikanlah jembatan Dharma
  Untuk menyeberangkan semua makhluk secara universal.
_____________
*) N.B. Dalam cetakan edisi baru, kalimat kedua ini diubah oleh para Taois menjadi 勤行登金闕 “Mereka yang tekun berlatih akan naik ke Jinque (Istana Kencana)…”




X. Dalam kitab Laozi Daquan Pusa Jing 《老子大權菩薩經》 disebutkan:
Laozi adalah Bodhisattva Kāśyapa (迦葉菩薩) yang pergi berkelana ke Cīna untuk mengubahnya (ke Jalan Dharma).




XI. Berdasarkan kitab Lingbao Falun Jing 《靈寶法輪經》 diceritakan:
Beberapa hari setelah Ge Xiangong lahir, ada seorang śramaṇa dari luar negeri yang melihat Xiangong, bernamaskāra dan menggendongnya, lalu berkata kepada ibu-bapa Xiangong, “Kanak-kanak ini ialah Bodhisattva Shanjian (善見菩薩 Sudṛṣti) dari Sebelah Barat yang kini datang ke Tanah Han untuk mengajar semua makhluk di sini. Ia akan menempuh Jalan Kedewaan (仙道) dan naik ke surga pada siang hari.”

Xiangong sendiri pernah berkata kepada murid-muridnya, “Guruku bermarga Boyue (波閱 ?Vajra), bernama Weinuohe (維那訶 ?Vinapa). Beliau adalah orang dari Negeri Barat.”




XII. Berdasarkan kitab Xianren Qingwen Zhongsheng Nan Jing 《仙人請問眾聖難經》
Ge Xiangong berkata kepada murid-muridnya, “Dahulu aku dengan empat orang — Shi Daowei (釋道微), Zhu Fakai (竺法開), Zhang Tai (張太), Zheng Siyuan (鄭思遠) — bersama-sama membuat tekad. Daowei dan Fakai bertekad menjadi śramaṇa (anggota saṅgha). Sedangkan Zhang Tai dan Zheng Siyuan bertekad menjadi Taois (daoshi 道士).”




XIII. Dalam Xiangong Qiju Zhu 《仙公起居注》 tertulis:
Pada saat itu… lahirlah di rumah Ge Shangshu (葛尚書). Shangshu telah berumur lebih dari 80 tahun; barulah memiliki seorang putra.

Ketika itu, ada seorang śramaṇa yang mengaku sebagai bhikṣu dari India dan membeli banyak wewangian di pasar. Orang di pasar kehéranan dan menanyainya. Ia menjawab, “Semalam aku bermimpi melihat Bodhisattva Shansi (善思菩薩) yang turun lahir di rumah Ge Shangshu. Aku hendak menggunakan wewangian ini untuk memandikannya.”

Saat waktu kelahirannya tiba, bhikṣu itu pun membakar dupa, mengelilinginya sebanyak 7 putaran (pradakṣiṇa), bernamaskāra, dan memandikannya dengan hormat.




XIV. Berdasarkan kitab Xiangong Qingwen Shang Jing 《仙公請問上經》
… berkata-kata dengan śramaṇa dan Taois, “Bercita-cita bagi Buddha; kehormatan bagi Saṅgha.”




XV. Dalam kitab Shangpin Dajie Jing 《上品大戒經》 bab “Mengukur Jasa Kebajikan” 〈校量功德品〉 disebutkan:
Berdāna untuk stūpa/caitya Buddha akan memperoleh pahala seribu kali lipat.
Berdāna untuk śramaṇa akan memperoleh pahala seratus kali lipat.




XVI. Dalam kitab Shengxuan Neijiao Jing 《昇玄內教經》 tertulis:
Jikalau terdapat seseorang yang sehari-harinya tidak pernah berbuat kebaikan — bahkan tidak sebulan sekali — namun dapat menjumpai śramaṇa atau guru Tao yang membabarkan Dharma dan menganjurkan kebaikan, maka orang tersebut akan memahami Pikiran yang Tak Tertelusuri.




XVII. Daoshi Tao Yinju (陶隱居) pernah mengarang sebuah teks yang berjudul Li Fo Wen 《禮佛文 ‘Penyembahan kepada Buddha’》.




XVIII. Berdasarkan kitab Zhihui Benyuan Jie Shangpin Jing 《智慧本願戒上品經》 disebutkan:
Berdāna makanan pada suatu hari secara khusus untuk saṅgha Sang Buddha atau satu sen untuk stūpa/vihāra — semua kebajikan di atas akan memperoleh pahala 24.000 kali lipat. Semakin banyak kebajikan, semakin banyak pahala. Dari generasi ke generasi akan menjadi pandai dan gemar melakukan kebaikan tanpa jenuh. Tujuh tingkatan leluhur semuanya akan memasuki Negeri Buddha yang Tak Terukur (無量佛國).




XIX. Berdasarkan kitab Xiangong Qingwen Jing 《仙公請問經》:
Ada orang yang melaksanakan kebajikan dan bertekad hendak menjadi śramaṇa (沙門), Taois (daoshi 道士), atau sarjana (大博); dalam kelahirannya mendatang ia akan menjadi śramaṇa, mempelajari Buddhadharma, dan menjadi guru Dharma bagi orang banyak.
Ada pula seseorang yang melihat śramaṇa atau Taois yang diundang untuk membacakan sūtra. Ia menertawai, “Berhadapan dengan kesia-siaan saja mereka melafalkan sūtra! Keunikan apa yang mereka harapkan dari berperut kosong dan makan sekali sehari?” Sungguh orang ini berdosa. Seorang daoshi hendaknya berbelas kasih dan menasihatinya sebab ia takkan lepas dari pembalasan. Setelah meninggal ia akan masuk neraka dan mengalami lima penderitaan.








Dari kutipan-kutipan di atas dapat kita lihat bahwa ternyata guru-guru yang kita muliakan seperti Tao Yinju, Ge Xiangong, bahkan Zhang Daoling dan Mahadewa Taishang Laojun (Laozi) pun belajar Dharma dari Buddha. Apalagi kita — alangkah tidak berbaktinya kita, sebagai murid, jika kita mengabaikan teladan mereka dan menolak Buddhadharma! Tentu tidak pantas kita disebut sebagai murid yang sejati.

Seperti orang yang membalikkan apa yang terbalik, menunjukkan jalan kepada yang tesesat, atau menerangi mereka yang berada dalam kegelapan, Buddha telah mengajarkan Dharma yang demikian luhur, agung, dan mendalam: indah pada awal, pertengahan, dan akhirnya; indah baik bahasa maupun artinya. Maka mulai hari ini dan seterusnya, marilah kita bersama-sama menyatakan:

  Aku berlindung kepada Buddha.
  Aku berlindung kepada Dharma.
  Aku berlindung kepada Saṅgha. (3x)

Semoga kiranya Buddha, Dharma, dan Saṅgha (Triratna) berkenan menerima kita sebagai siswa selama hayat dikandung badan.







____________________

OṂ YE DHARMA HETUPRABHAVĀ, HETUN TESĀṂ TATHĀGATO HYAVADAT, TESĀÑ CA YO NIRODHA, EVAṂ VĀDĪ MAHĀŚRAMAṆAḤ, SVĀHĀ.

諸法因緣生,諸法因緣滅,我佛大沙門,常作如是說
(Semua fenomena lahir karena sebab dan kondisi; semua fenomena lenyap karena sebab dan kondisi. Hal-hal seperti inilah yang senantiasa diajarkan oleh Buddha, sang Mahāśramaṇa).




Pages: [1]