mau ikutin gaya pengikut LSY, pake kutip cerita2 sepotong2
Tour ke Alam Surga
Di masa-masa saya memberikan pelayanan konsultasi kepada masyarakat, jumlah tamu yang berkonsultasi kepada saya mencapai puluhan ribu orang. Tamu-tamu itu sungguh bervariasi latar-belakang nya, dari orang kelas atas seperti raja dan bangsawan sampai ke rakyat jelata yang miskin dan gelandangan. Boleh dikata, segala jenis masalah sudah pernah saya alami.
Pada suatu kali, ada seorang wanita datang berkonsultasi. Memakai rok hijau, ia duduk di hadapan saya. Saya paling suka warna hijau. Karena itu, saya menatap nya beberapa kali. Wajah nya berseri-seri dan menawan. Alis mata nya bagai daun willow. Sepasang mata nya mengandung hasrat. Hidung nya kecil dan mancung. Bibir nya merah delima. Tubuh nya langsing. Penampilan nya berpendidikan. Usia nya sekitar 20-an. Rambut nya dipotong ala pelajar, namun agak panjang, menerpa lembut wajahnya. Begitu ia menggerakkan kepala nya, helai-helai rambut nya tergeser ke pelipis. Setelah selesai konsultasi, ia pun pergi. Saya menatap sekilas pada kertas formulir konsultasi nya. Nama nya adalah Yue Er.
Keesokan hari nya, ia antri lagi untuk konsultasi. Kulit nya sangat putih halus. Diantara kerumunan tamu, ia bergerak lemah gemulai, memancarkan kemanjaan yang unik. Selesai konsultasi, ia memutar rok nya bagai batu yang terjatuh di permukaan danau tenang sehingga menimbulkan banyak desir-desiran.
Beberapa hari kemudian, Yue Er datang lagi untuk ketiga kali nya.
Saya bertanya, "Ada masalah apa?"
"Tidak ada."
"Tidak ada itu artinya apa?"
"Saya ingin membuat janji pertemuan dengan Master Lu. Bolehkah kita bertemu saat tidak ada orang lain?
Selama ini, waktu untuk konsultasi sangat singkat. Juga, ada banyak orang yang bisa mendengar percakapan kita. Saya ingin bertanya tentang hal yang bersifat rahasia dan pribadi."
"Ini ......"
Pelayanan konsultasi yang saya berikan biasanya bersifat terbuka. Begitu pintu dibuka, siapapun boleh masuk. Memang saat konsultasi diberikan, ada banyak orang lain yang ikut mendengarkan. Beberapa orang tidak terbiasa dengan kondisi demikian. Terhadap orang yang ingin waktu khusus untuk berkonsultasi secara pribadi dengan saya, saya bias menolak ataupun tidak menolak. Saya hanya menyatakan bersedia bila masalah mereka sangat penting.
Saya bertanya, "Apakah masalah penting?"
"Penting."
"Yakin?"
"Yakin."
"Baiklah, Kau boleh datang dua hari lagi di sore hari, Hari itu saya libur."
Dua hari kemudian, ia datang. Yue Er memakai blus hijau yang indah segar, membawa hijau. Pokoknya, ia tampak sangat cantik jelita dan manis, Ia bertanya tentang masalah asmara yang sepele. Kakak sepupu nya jatuh cinta kepada nya, tapi ia tidak mencintainya. Sepele sekali.
Yue Er kemudian bertanya, "Menurutmu, bagaimana penampilan saya?"
Dengan jujur saya menjawab, "Indah bagai bunga anggrek."
"Apakah kau suka saya?" Ia bertanya terus-terang.
"Saya ...."
"Ayo katakan."
"Baiklah saya akan katakan. Awal dari dua orang saling mencinta biasanya dimulai dengan daya tarik fisik. Setelah saling mengenal, cinta bisa tumbuh. Tumbuhnya cinta hanya bisa dialami dan tidak bisa diungkapkan. Saya rasa begitu."
"Kau tidak menjawab pertanyaan saya."
"Saat ini saya tidak punya perasaan suka ataupun tidak suka. Jadi, saya harus berkata apa?"
"Apa maksudmu?" Ia menjadi dingin.
"Saya bukan orang yang sebentar suka sebentar tidak suka. Itu sebabnya saya tidak akan sembarangan mengatakan nya."
"Ucapan mu beralasan. Saya pikir kau akan mengatakannya.
"Mengapa?"
"Saya pernah membaca buku karya mu yang berjudul ~Kumpulan Asap Hambar~ (buku pertama), ~Kisah Taman Mimpi~ (buku kedua), dan ~Di bawah Jendela Hati~ (buku ke 13). Saya sangat menyukai buku-buku tersebut. Saya rasa kau adalah orang yang penuh dengan cinta."
Saya tertawa, "Oh. Itu saat saya masih muda."
"Lalu sekarang bagaimana?"
"Saya menekuni ajaran Budha, melatih batin."
"Tapi, saya merasa kau sangat tampan, sangat keren, tidak terikat oleh tradisi. Itu sebabnya saya sering rindu bertemu dengan mu."
"Oh!" Saya kaget, tidak sanggup menjawab.
Ketika Yue Er akan beranjak pergi, ia memberi saya sebuah kantong plastik merah. Di dalam nya, ada selembar kertas kecil bertuliskan dua kata: "Rindu padamu." Juga, ada alamat dan nomor telpon.
Meski saya memang terkejut sewaktu membaca tulisan di kertas itu, sebenarnya hal-hal seperti ini sudah sering terjadi pada diri saya.
Sebagai contoh, dulu pernah ada seorang wanita yang cantik dan genit datang berkonsultasi. Ia lalu jadi sering datang, mulai membantu saya mengulek tinta, mengambil kertas Hu ataupun kuas, menyusun kartu nama.
Suatu ketika, ia menyelipkan surat kepada saya yang bertuliskan tujuh kata, "Walet kecil pasti mematuk rumput keluarga Lu." (Wanita itu bernama Yu Yan. Yan berarti walet.) Saya mengabaikan nya. Saya menunjukkan surat itu kepada ibu saya yang juga tidak ambil pusing.
Contoh kedua adalah seorang wanita yang merupakan tetangga saya. Ia adalah putri Wen Yan. Ia sering datang ke rumah ibadah saya untuk bersujud. Adakalanya ia jalan-jalan di depan rumah saya. Sewaktu menatap saya, sepertinya ia ingin mengatakan sesuatu. Ia menaruh surat ke dalam kotak surat saya, mengharapkan saya bertemu dengan nya di taman bunga. Saya tidak pergi. Belakangan ia pun pindah rumah.
Yang menulis surat sebagai cara mendapatkan cinta saya juga tidak sedikit jumlahnya. Sekarang muncul pula Yue Er. Saya prihatin urusan ini berlarut-larut. Jadi, surat nya saya buang.
Pada suatu hari, saya pergi keluar untuk membeli sesuatu. Ketika sedang berjalan kaki, sebuah mobil mewah "mercedes benz" berhenti disamping saya. Orang di dalam mobil melambaikan tangan nya kepada saya. Ia menurunkan kaca jendela. Ternyata ia adalah Yue Er.
"Mari saya antar."
Saya masuk ke dalam mobil nya.
Ia menyetir sangat cepat. Dalam waktu singkat, mobil nya tiba di tempat kediaman nya, sebuah apartemen tinggi.
"Mengapa membawa saya kesini?"
"Kau tidak mengatakan mau kemana." Katanya genit.
Ia berkata lagi, "Bantulah saya melihat tempat sembahyang."
Saya tidak bisa menolak. Tapi, begitu masuk ke rumah nya, ternyata tidak ada tempat sembahyang. Juga, Yue Er hanya tinggal sendirian.
"Dimana tempat sembahyang nya?" ,
"Baru mau pasang."
Saya melihat sekeliling ruangan. Apartemen itu sangat mewah, dibangun dengan bahan berkwalitas tinggi. Dinding nya ditempel kertas dinding. Lampu dari lazuardi. Perabotan nya mahal. Dekorasi nya mewah. Ada dua kamar ticlur dan satu ruang tamu.
Saya menunjukkan tempat yang cocok untuk sembahyang. Ia tidak perhatikan. Sepertinya memasang tempat sembahyang hanya alasan belaka. Hati saya tidak tenang.
Yue Er menuang arak, "Mau minum?"
Saya menjawab jujur, "Sedikit."
Ia memberikan segelas kepada saya, tapi menumpahkan nya ke baju saya. Ia lalu mengambil kain, sepertinya ingin membantu membersihkan baju saya. Tapi, ia tidak mengusap bekas arak yang tumpah di baju saya. Yang ia lakukan adalah mengusap dada saya, lalu bersandar di dada saya. Saya mencium keharuman yang menggiurkan. Hampir saja buah dada nya terlihat saya. Wajah Yue Er bersemu merah. Bahkan lehernya juga merah. Bulu mata nya bagai sutra. Kedua tangan nya meraba lembut. Nafas nya sangat dekat. Nafas nya seperti bunga anggrek. Tangan nya memelintir ujung baju saya. Saya lihat bibir nya basah, lidah nya seperti cengkeh. Saya hanya perlu menundukkan kepala.
Dunia ini serasa berputar. Tubuh saya bergoncang hebat. Tulang dan nadi saya melemah dan kesemutan. Hati saya terlena.