Baik, saya akan menjelaskannya.
Adalah wajar bila kita bertanya, "jika Allah itu pengasih, mengapa Ia membiarkan penderitaan?"
Sebelum menjawab hal ini, saya ingin memberi gambaran:
Misal ada seorang Guru yang bijak mengajar di sebuah kelas. Sewaktu menerangkan suatu rumus di papan tulis, tiba-tiba seorang murid -- katakanlah si Jono -- menyela dan dengan sombong mengatakan cara Guru itu salah. Apa yang akan Guru itu lakukan? Si murid langsung di usir? Ini hanya akan menimbulkan keraguan dalam hati murid-murid lain. Mereka bisa berpikir, "Jangan-jangan si Jono benar!". Apa yang akan Guru itu lakukan? Cara terbaik menyelesaikan 'sengketa' ini adalah dengan memberi waktu kepada si Jono membuktikan di papan tulis benar-tidaknya tuduhan itu.
Jika kita memeriksa kembali apa yang terjadi di Taman Eden, juga ada suatu 'sengketa'. Setan mengatakan kepada Hawa bahwa apabila ia memakan buah itu, ia akan menjadi "seperti Allah, tahu yang baik dan yang jahat". Dengan kata lain, Setan mengatakan bahwa manusia bisa menetukan mana yang benar dan yang salah, tanpa perlu bergantung kepada Allah. Apa yang akan Allah lakukan? Langsung melenyapkan mereka? Ingat peristiwa itu tidak hanya melibatkan mereka saja, melainkan juga disaksikan oleh malaikat-malaikat. Maka untuk membuktikan benar-tidaknya tuduhan Setan itu, Allah memberi waktu kepada Setan dan manusia yang menolak jalanNya.
Kita lihat di dunia ini, banyak orang -- sekalipun mengaku percaya kepada Allah -- namun tidak hidup dengan standar Allah tentang yang benar dan yang salah. Apa hasilnya? Kita melihat memang dunia ini menjadi semakin buruk. Ketika Adam dan Hawa memakan buah itu, maka mulailah terjadi penyimpangan. Dan seraya manusia bertambah, maka bertambah juga penyimpangan, yang melahirkan penderitaan. Karena Allah memberi waktu kepada Setan dan manusia yang menolak jalanNya (membiarkan mereka ada), maka Allah -- tentu saja dengan berat hati -- juga terpaksa membiarkan adanya pederitaan.
Tetapi sebagaimana Guru tadi tidak membiarkan selamanya si murid memberi pembuktian (karena memang dia-lah yang salah), maka Allah juga tidak akan selamanya membiarkan Setan dan manusia yang menolak jalanNya. Suatu saat Ia akan menghentikan mereka, yang berarti suatu saat Ia juga akan mengakhiri penderitaan.
Itulah kira-kira jawaban singkat yang bisa saya berikan.
Terima kasih atas ilustrasinya dan terima kasih sudah sharing pengalaman kamu.
Ilustrasi guru itu jadi benar kalau memang allah berpribadi pencipta alam semesta itu ada,
tapi sayangnya tidak.
Maaf bila kamu mungkin tidak terbiasa hidup tanpa konsep tuhan berpribadi karena sudah begitu melekatnya konsep ini dari dulu di benak kamu. Tapi memang seperti itulah realitanya, dan saya harap dari diskusi ini kamu ada kemajuan dalam melihat alam ini.
FYI, teori Intelligent Design sudah dibantah dengan telak sehingga jawaban terakhir para creationist adalah "Tuhan maha segalanya, jadi itu mungkin." Para evolusionist sudah malas berdebat dengan orang yang berkabut seperti itu.
_____________________________________________________________________________________________
Oya, jadi ada satu lagi yang mengganjal.
Si hawa kan makan Buah Pengetahuan yang Baik dan Jahat, agar tahu yang baik dan jahat.
Nah, berarti sebelum itu, si hawa
belum mengetahui bahwa mengambil buah itu salah donk
_____________________________________________________________________________________________
Tentang kelapa sawit.
Tidak mengetahui tidak menjadikan tuhan berpribadi ada.