Surat-surat Bhikkhu Bodhi mengenai Penahbisan Bhikkhuni di Perth
The Buddhist Channel, 11 November 2009
Untuk menghargai saran dari para pembaca kami, dengan ini kami menerbitkan kembali 2 buah surat yang dikirimkan oleh Bhikkhu Bodhi kepada Ajahn Sujato mengenai hal Penahbisan Bhikkhuni di Perth, Australia pada September 2009. Sebagai petunjuk, surat pertama pada tanggal 3 November adalah surat dukungan, tetapi tiga hari kemudian pada tanggal 6 November, Bhikkhu Bodhi memberikan penarikan kembali pernyataannya. Kedua surat-surat itu pertama kali diterbitkan di
http://sujato.wordpress.com/ New Jersey, USA – 3 November 2009
Kepada yang Mulia Sujato,
Terima kasih karena telah mengabarkan saya kejadian ini, yaitu sebuah pemberitahuan yang saya secara kebetulan sudah membacanya di internet minggu kemarin, sesaat sebelum saya meninggalkan wihara untuk mengunjungi ayah saya. Tolong sampaikan ucapan selamat saya kepada Ajahn Brahm atas keberanian keputusannya, dan juga terimalah penghargaan saya untuk Anda karena mempelopori perkembangan ini. Juga, jika Anda dapat melakukannya, tolong sampaikan ucapan selamat saya kepada para bhikkhuni baru itu, terutama kepada Ajahn Vayama, teman lama Dhamma saya sejak hari-hari saya di Sri Lanka.
Kemungkinan Ajahn Brahm mulai sekarang akan diperlakukan tidak hormat oleh para bhikkhu dari komunitas Wat Poh Pong. Ini, bagaimanapun, seharusnya tidak mengecilkan hatinya, atau pun Anda, untuk kelangsungan jalan yang sudah Anda mulai dengan membuat keputusan yang penting ini. Kami semua tahu bahwa Anda ada di barisan paling depan. Saya merasa prihatin bahwa para bhikkhu senior dari Barat Wihara WPP tidak maju ke depan untuk membela Anda, khususnya ketika beberapa dari mereka menghadiri konferensi Hamburg dan kelihatannya mendukung posisi kita. Barangkali mereka takut membuat perselisihan internal dan menjadi diasingkan oleh “Tuan Rumah” di Thailand.
Walaupun konsevatif (kolot) di dalam sanggha akan menolak keras dan berusaha menimbulkan halangan-halangan, pergerakan ke depan munculnya secara penuh Sanggha Bhikkhuni Therawada adalah saat ini, Saya percaya, tidak terelakkan di semua negara-negara yang penduduk utamanya Therawada. Saya ingat pada awal tahun 1980-an dan bahkan pada tahun 1990-an, bagaimana kita semua yakin bahwa meremajakan kembali Sanggha Bhikkhuni adalah sebuah ketidakmungkinan yang legal/sah. Namun, seperti Bob Dylan terbiasa menyanyi, “Waktu-waktu mereka adalah sebuah perubahan” Sri Lanka sudah memiliki Sanggha Bhikkhuni yang kuat, yang betapapun belum diakui secara resmi oleh pemerintah atau pemimpin yang berwenang di dalam Sanggha Bhikkhu. Pucuk-pucuk dari Sanggha Bhikkhuni sudah diam-diam berkecambah di Thailand, tepat di bawah hidung para Chao Khuns dan Phra Khrus, walaupun mereka berusaha untuk tidak—atau berpura-pura tidak—memperhatikannya. Mungkin para perempuan di negara-negara Asia Bagian Tenggara lainnya akan segera ditahbiskan secara penuh; barangkali beberapa dari mereka sudah melakukannya. Perempuan Buddhis India dan Nepal sudah menjadi Bhikkhuni, dan di U.S beberapa perempuan Burma telah mengambil langkah ini, mengingat ketatnya pelanggaran di dalam Myanmar itu sendiri, bahkan dapat dihukum penjara.
Jika para pemimpin dari komunitas monastik Buddhis Asia tidak memberikan lampu hijau untuk penahbisan bhikkhuni, mereka akan menemukan diri mereka sendiri jatuh ketinggalan zaman, teman yang cocok bagi para petinggi (wali gereja) Vatican yang menolak mengijinkan wanita untuk menjadi pendeta. Semoga saja, betapapun, monastik Theravada Asia generasi selanjutnya, memperoleh manfaat dari pendidikan universitas dan dengan demikian sebagai akses cara pemikiran zaman sekarang, akan memotong pada arah yang baru, dimulai oleh bhikkhu semacam Ajahn Brahm dan diri Anda sendiri (sama halnya dengan kemajuan para thera di Sri Lanka). Jika perkembangan itu selesai, Ajahn Brahm dan Anda akan dihormati sebagai pelopor. Jadi, walaupun saat ini Anda mungkin merasa kesepian, terisolasi dan bahkan tersiksa, pusatkanlah di dalam pikiran bahwa semua itu sebenarnya terjadi di setiap bidang – dari filosofi dan religi sampai kepada ilmu seni, politik dan ekonomi – siapa yang tahan menghadapai beban berat dari tradisi-tradisi yang menindas berbagi nasib yang serupa.
Walaupun saya tidak berada di dalam posisi memberi penahbisan, Jika saya ada di posisi tersebut, saya akan memiliki ketidakragu-raguan untuk memberikan penahbisan bhikkhuni kepada para perempuan yang secara tepat memenuhi syarat. Dalam situasi saya, saya merasa senang bahwa setiap tahun saya dapat mengatur pendanaan untuk menyediakan beasiswa bagi bhikkhuni Thailand untuk mengikuti universitas (berbeda-beda setiap tahun). Saya percaya bahwa, di Asia, pendidikan universitas akan memenangkan demi penghormatan para bhikkhuni di tengah-tengah umat awam dan pemikiran ke depan para bhikkhu, dan ini akan memberikan beban lebih berat kepada aspirasi-aspirasi mereka untuk pengakuan penuh oleh teman laki-laki sebaya mereka yang senior.
Dengan kasih sayang dan berkat Dhamma,
Ven. Bhikkhu Bodhi