//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Ibu, Maafkan Saya  (Read 9767 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Hikoza83

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.295
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
  • panda is so cute... ^-^
Ibu, Maafkan Saya
« on: 08 December 2007, 01:22:34 AM »
ini adalah artikel dari Dharma Prabha edisi ke-47 yang menarik untuk dibaca.
mungkin beberapa dari kita tidak sempat membacanya,
maka saya bermaksud men-share kepada anggota forum DC.
mengingat tgl 22 Desember nanti adalah hari ibu,
mungkin ada baiknya jika kita mengingat kembali jasa-jasa ibu kita selama ini.

Hal-hal yang terbaik yang pernah mereka lakukan untuk kita.
sejak kita dalam kandungan, dilahirkan, masa kecil, remaja, dewasa,
hingga saat ini, kita masih menerima kebaikan-kebaikan dari ibu kita.

Kasih ibu kepada beta
Tak terhingga sepanjang masa
Hanya memberi
Tak harap kembali
Bagai sang surya menyinari dunia


hari ini, sebelum tgl 22 Desember, hari ibu.
saya mengingat jasa-jasa besar Ibuku, dan kebaikan dari semua makhluk,
yang telah melakukan berbagai hal demi kebaikanku,
yang menjagaku dengan penuh kasih sayang,
merenungkan hal ini, aku berdoa,
semoga aku dapat membebaskan makhluk-makhluk yang tanpa perlindungan ini. 

Salam bahagia bagi semua makhluk!
 _/\_


By : Zen
Aku akan melaksanakannya dengan tubuhku,
Karena apa gunanya hanya membaca kata-kata belaka?
Apakah mempelajari obat-obatan saja
Dapat menyembuhkan yang sakit?
[Bodhicaryavatara, Bodhisattva Shantideva]

Offline Hikoza83

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.295
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
  • panda is so cute... ^-^
Re: Ibu, Maafkan Saya
« Reply #1 on: 08 December 2007, 01:26:12 AM »
Ibu, Maafkan Saya
(All is for our own good)

Kunyatakan, O para bhikkhu, ada dua orang yang tidak pernah dapat dibalas budinya oleh seseorang. Apakah yang dua itu? Ibu dan Ayah.

Bagaikan seorang ibu yang melindungi anak tunggalnya dengan mempertaruhkan nyawanya sendiri. Demikianlah hendaknya pikiran yang penuh cinta kasih terpancar kepada semua makhluk tanpa batas. (Khuddaka Nikaya 5; Suttanipata Pali I; Uragavagga 8; Metta Sutta 7).

“Ibu, Mami, Mama, Mom, Mother, Mak, Emak, Mak E,” panggilan ini sangat akrab sekali di telinga kita. Mungkin hanya beberapa dari kita yang belum pernah mengucapkan panggilan tersebut; bisa jadi karena ibunya telah meninggal sejak kecil ataupun karena hal lainnya. Umumnya kita semua memiliki seorang ibu karena kita dilahirkan dari rahim seorang ibu. Tentu saja, umumnya kita akan merasakan kasih sayang seorang ibu yang penuh kehangatan dan cinta dalam menjaga, merawat, membesarkan, mendidik kita semua, dan masih banyak lagi pengorbanan besar mereka. Tidak dapat dibayangkan betapa besarnya perjuangan dan penderitaan seorang ibu dalam membesarkan anak-anaknya, terutama pada saat melahirkan. Sebelum ibu melahirkan kita, ibu mengandung kita selama 9 bulan dengan penuh pengorbanan. Coba bayangkan apabila kita harus beraktivitas dengan selalu membawa beban di perut, apakah kita akan sanggup melakukannya dengan baik dan leluasa? Bayangkan betapa banyaknya nutrisi, zat makanan yang kita sedot dari tubuh ibu kita sewaktu kita masih dalam kandungan? Belum lagi penderitaan ketika ibu melahirkan kita, nyawa mereka jadi taruhannya. Setiap wanita pasti akan merasakan penderitaan melahirkan ini dan mungkin itu saatnya kita akan tahu betapa berharganya perjuangan ibu kita ketika melahirkan kita. Hingga ada pepatah mengatakan “Surga berada di bawah telapak kaki ibu.” Sadar akan semua hal itu, tetap saja kita masih suka melawan ibu kita, masih begitu jahat kepada sang ibu.

Guru Buddha menyabdakan bahwa terdapat 10 jenis perbuatan baik, yang telah kita terima dari seorang ibu, yang berhati mulia. Sepuluh jenis perbuatan baik itu adalah:
1. Kebaikan di dalam memberikan perlindungan dan penjagaan, selama kita dalam kandungan.
2. Kebaikan menanggung derita selama kelahiran.
3. Kebaikan melupakan semua kesakitan begitu kita lahir.
4. Kebaikan dari memakan bagian yang pahit bagi dirinya dan menyimpan bagian yang manis buat kita.
5. Kebaikan memindahkan kita ke tempat yang kering dan dirinya sendiri di tempat yang basah.
6. Kebaikan menyusui dan memberikan makan serta memelihara kita.
7. Kebaikan membersihkan yang kotor.
8. Kebaikan selalu memikirkan kita bila berjalan jauh.
9. Kebaikan karena kasih sayang yang dalam dan pengabdian.
10. Kebaikan dari rasa welas asih yang dalam dan simpati.
Aku akan melaksanakannya dengan tubuhku,
Karena apa gunanya hanya membaca kata-kata belaka?
Apakah mempelajari obat-obatan saja
Dapat menyembuhkan yang sakit?
[Bodhicaryavatara, Bodhisattva Shantideva]

Offline Hikoza83

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.295
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
  • panda is so cute... ^-^
Re: Ibu, Maafkan Saya
« Reply #2 on: 08 December 2007, 01:29:31 AM »
Adakah cara untuk membalas jasa ibu kita yang begitu mulia? Guru Buddha juga pernah menjelaskan tentang betapa besarnya jasa seorang ibu, seperti yang tertulis dalam Anguttara Nikaya II, iv, 2 berikut ini:

Kunyatakan, O para bhikkhu, ada dua orang yang tidak pernah dapat dibalas budinya oleh seseorang. Apakah yang dua itu? Ibu dan Ayah.

Bahkan seandainya saja seseorang memikul ibunya ke mana-mana di satu bahunya dan memikul ayahnya di bahu yang lain, dan ketika melakukan ini dia hidup seratus tahun, mencapai usia seratus yahun; dan seandainya saja dia melayani ibu dan ayahnya dengan meminyaki mereka, memijit, memandikan, dan menggosok kaki tangan mereka, serta membersihkan kotoran mereka di sana— bahkan perbuatan itu pun belum cukup, dia belum dapat membalas budi ibu dan ayahnya. Bahkan seandainya saja dia mengangkat orang tuanya sebagai raja dan penguasa besar di bumi ini, yang sangat kaya dalam tujuh macam harta, dia belum berbuat cukup untuk mereka, dia belum dapat membalas budi mereka. Apakah alasan untuk hal ini? Orang tua berbuat banyak untuk anak mereka; mereka membesarkannya, memberi makan, dan membimbingnya melalui dunia ini.

Tetapi, O para bhikkhu, seseorang yang mendorong orang tuanya yang tadinya tidak percaya, membiasakan, dan mengukuhkan mereka di dalam keyakinan; yang mendorong orang tuanya yang tadinya tidak bermoral, membiasakan dan mengukuhkan mereka di dalam moralitas; yang mendorong orang tuanya yang tadinya kikir, membiasakan dan mengukuhkan mereka di dalam kedermawanan; yang mendorong orang tuanya yang tadinya bodoh batinnya, membiasakan dan mengukuhkan mereka di dalam kebijaksanaan—orang seperti itu, O para bhikkhu, telah berbuat cukup untuk ibu dan ayahnya; dia telah membalas budi mereka dan lebih dari membalas budi atas apa yang telah mereka lakukan.


Selanjutnya, dikatakan dalam Anguttara Nikaya III, 71 bahwa membunuh ibu (matughata) merupakan salah satu bentuk karma buruk yang memberikan akibat langsung dari lima Anantariyakama. Lima macam karma ini adalah bentuk kejahatan yang paling berat (akusala garuka kamma): mereka menghalangi seseorang untuk mencapai alam-alam kebahagiaan dan juga Nibbana. Mereka adalah parajika bagi semua umat Buddha. Mereka tidak boleh dilakukan dalam keadaan apapun juga.

Sang Buddha juga membabarkan tiga sappurisapannatti (hal-hal yang patut dilakukan) seperti yang tertulis dalam Anguttara Nikaya I, 151, di antaranya merawat ibu dan ayah sehingga mereka berbahagia (matapitu upatthana).
Aku akan melaksanakannya dengan tubuhku,
Karena apa gunanya hanya membaca kata-kata belaka?
Apakah mempelajari obat-obatan saja
Dapat menyembuhkan yang sakit?
[Bodhicaryavatara, Bodhisattva Shantideva]

Offline Hikoza83

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.295
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
  • panda is so cute... ^-^
Re: Ibu, Maafkan Saya
« Reply #3 on: 08 December 2007, 01:33:13 AM »
Dalam Buddhisme, bulan Juli disebut “Bulan anak-anak membalas kasih sayang orang tuanya”. Tujuannya adalah untuk mengenang cinta kasih ibu. Kita dapat mencapai cinta sejati untuk semua makhluk dengan mengungkapkan cinta kita kepada ibu. Oleh sebab itu, kita harus berbahagia mengenang semua kebaikan ibu, mengerti kesabaran ibu, dan berpikir bagaimana membalas kebaikannya. Maka kita bisa lebih mengerti Buddha Dharma. Menyadari semua makhluk adalah ibu kita, kita harus meningkatkan kualitas cinta pada ibu dan melakukan yang terbaik untuk berbakti kepada ibu.

Ada yang berkata, “Ibu saya tidak hidup di dunia ini”. Ibunya telah meninggalkan dunia ini, tetapi dia masih ada di alam lain, di alam Dharma; dia ada di samping kita setiap saat, maka kita harus berusaha keras melimpahkan semua kebajikan dan karma-karma baik kita untuk menghormati ibu kita.

Biksu Hai-Tao menggambarkan cinta sejati seorang ibu dalam bukunya yang berjudul Cinta Sejati, di antaranya sebagai berikut.

Pertama, saat memikirkan ibu, terpikirkan cinta, cinta yang manis, lembut, dan harum. Tanpa cinta, anak-anak tidak bisa tumbuh, remaja tidak bisa menjadi dewasa. Tanpa cinta, semuanya akan pergi dan lenyap.

Kedua, jika ada yang kehilangan cinta ibunya, ia kehilangan dunia, kemalangan terbesar menimpanya.

Ketiga, cinta ibu adalah cinta pertama yang kita rasakan. Ia adalah akar dari semua cinta. Ibu adalah guru pertama yang mengajarkan cinta kepada kita dan cinta adalah pelajaran terpenting di dalam hidup kita. Tanpa ibu, kita tidak akan pernah mengenal cinta. Berterimakasihlah kepada ibu, karena kita telah mampu mencintai tetangga kita. Berterimakasihlah kepada ibu, karena kita telah mampu mencintai semua makhluk hidup. Melalui ibu, kita belajar konsep tentang pengertian dan kasih sayang untuk pertama kalinya, ibu adalah dasar bagi semua cinta.

Keempat, ibu adalah sumber cinta yang tiada akhir, harta yang tak akan pernah habis. Ibu juga merupakan pemberian terbaik kehidupan ini. Jika hadiah ini tidak bisa memuaskan kita, kita juga tidak akan puas sekalipun kita presiden dari perusahaan besar atau penguasa alam semesta.

Kelima, jangan pernah membuat ibu Anda kuatir atau menderita.

Keenam, kita membutuhkan ibu untuk menghubungkan kita dengan cinta terdalam yang ada di hati kita sekaligus menginspirasi kita untuk berjanji melenyapkan penderitaan semua makhluk.
Aku akan melaksanakannya dengan tubuhku,
Karena apa gunanya hanya membaca kata-kata belaka?
Apakah mempelajari obat-obatan saja
Dapat menyembuhkan yang sakit?
[Bodhicaryavatara, Bodhisattva Shantideva]

Offline Hikoza83

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.295
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
  • panda is so cute... ^-^
Re: Ibu, Maafkan Saya
« Reply #4 on: 08 December 2007, 01:36:14 AM »
Kasih ibu kepada beta
Tak terhingga sepanjang masa
Hanya memberi
Tak harap kembali
Bagai sang surya menyinari dunia


Itulah syair lagu tentang ibu yang sangat akrab kita nyanyikan sewaktu kita masih kecil. Mungkin sewaktu itu, kita masih belum mengerti apa-apa makna dari lagu tersebut. Jika kita melihat jauh ke belakang akan masa-masa kecil, kita akan tahu betapa berjasanya ibu kita, tahu akan perjuangan ibu kita yang keras untuk membesarkan kita.

Kita juga sering mendengar istilah “durhaka” atau “bo hau”. Seorang ibu tentunya sangat mengharapkan anaknya berbakti. Tetapi, kita sering melihat beberapa contoh kasus di masyarakat yang menunjukkan hal sebaliknya, misalnya seorang ibu yang sakit hati (khek-sim), bersedih karena anak-anaknya pergi meninggalkannya setelah mereka berumah tangga. Meskipun dari luar kelihatan orang tua membiarkan anak-anaknya tinggal pisah dengan mereka, tetapi sebenarnya mereka sangat berharap untuk dapat berkumpul bersama anak cucu mereka, menghabiskan masa tua mereka bersama keluarga. Marilah kita merenung sejenak, apalah yang kita harapkan setelah tua nanti setelah menjadi orang tua? Apakah kita masih akan mengejar karier, pekerjaan, harta, nama baik, dan sebagainya? Tentulah sangat logis, orang tua cuma bisa berharap berkumpul bersama keluarga menghabiskan sisa umur mereka. Perlu diingat bahwa sebagai anak yang berbakti, kita memiliki kewajiban merawat orang tua kita sebagaimana yang tertera pada Sigalovada Sutta. Sebagai anak yang berbakti, kita memiliki kewajiban untuk merawat dan menjaga orang tua kita, terutama di hari tua mereka.

Guru Buddha menyabdakan bahwa ibu adalah sahabat yang terbaik di rumah. Kemudian apakah akibatnya, jika kita melupakan jasa-jasa mulia ibu, yang telah mengasuh kita dengan penuh kasih sayang? Di dalam Sonanda Jataka dikatakan, jika seorang anak berani menipu ibu, apakah yang akan diperolehnya, selain neraka? Di dalam agama Buddha, ibu merupakan salah satu dari empat ladang kebajikan yang tersubur, untuk menyemai/menimbun karma baik. Orang yang semasa hidupnya sangat mencintai, menyayangi, dan melindungi serta merawat ibunya, akan senantiasa hidup dengan penuh kebahagiaan dan kesejahteraan. Dan sebaliknya, jika hidupnya selalu menyakiti dan membuat penderitaan bagi ibunya, maka setelah kematiannya, tiada alam lain yang akan didiami, selain alam neraka. Anak yang durhaka terhadap ibunya, tidak akan pernah menikmati kebahagiaan, baik di kehidupan ini maupun mendatang. Sang Buddha bersabda:
“Bila seseorang tidak berbhakti (mencintai, melindungi, dan memelihara) ibunya, maka ketika hidupnya berakhir dan badannya membusuk, dia akan jatuh ke dalam neraka avici yang tak terbatas. Neraka yang besar ini dikelilingi oleh delapan puluh ribu yojana dan juga dikelilingi oleh dinding dinding besi pada ke empat sisinya. Di atasnya ditutup oleh jarring-jaring dan lantainya juga dibuat dari besi, api akan membakar dengan berkobar-kobar, sementara itu petir bergemuruh dan sambaran kilat yang berapi api akan membakar. Perunggu yang cair dan cairan besi akan disiramkan ke atas badan orang-orang yang bersalah ini. Anjing-anjing perunggu dan ular-ular besi, terus menerus memuntahkan api dan asap, yang membakar orang-orang bersalah dan memanggang badan dan lemaknya, hingga menjadi bubur. Oh, penderitaan yang hebat! Sukar menahankannya, sukar menanggungnya! Ada galah yang mengait, mengait, lembing-lembing, tombak-tombak besi dan rantai-rantai besi, pemukul-pemukul dari besi, dan jarum-jarum besi. Roda-roda dari pisau besi bagai hujan dari udara. Orang yang bersalah itu dicincang, dipotong atau ditikam dan mengalami hukuman-hukuman yang mengerikan ini selama berkappa-kappa lamanya dan tiada henti hentinya. Kemudian mereka memasuki neraka-neraka berikutnya, di mana kepala mereka akan ditutupi dengan mangko-mangkok yang panas sekali, sedangkan roda-roda besi akan menggilas badan mereka secara mendatar dan tegak lurus, sehingga perut mereka pecah dan daging serta tulang tulangnya menjadi lebur. Dalam satu hari, mereka mengalami beribu-ribu kelahiran dan kematian. Penderitaan-penderitaan yang demikian adalah akibat melakukan kelima perbuatan jahat (membunuh ayah, ibu, arahat, melukai Sang Buddha dan memecah belah Sangha (persaudaraan bhikkhu bhikkhuni) dan karena tidak berbhakti selama seseorang masih hidup.”
Aku akan melaksanakannya dengan tubuhku,
Karena apa gunanya hanya membaca kata-kata belaka?
Apakah mempelajari obat-obatan saja
Dapat menyembuhkan yang sakit?
[Bodhicaryavatara, Bodhisattva Shantideva]

Offline Hikoza83

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.295
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
  • panda is so cute... ^-^
Re: Ibu, Maafkan Saya
« Reply #5 on: 08 December 2007, 01:38:10 AM »
Mungkin sejak kecil sering dimarahi dan diingati orang tua ini itu dan di antara kita pasti ada yang melawan, dan mungkin lebih parah lagi, kita membantah hingga bersikeras dengan ibu kita sendiri. Mungkin kita juga pernah membuat ibu kita menangis karena kita bertengkar dengannya atau membuat malu keluarga dengan tindakan buruk kita di masyarakat. Perlu diingat bahwa apa yang ibu lakukan pada kita adalah demi kebaikan kita.

Mungkin kita kadang-kadang menganggap ibu kita terlalu mengatur, melarang, mengatakan ini itu untuk kita. All is for your own good—inilah ungkapan yang ada dalam hati seorang ibu ketika seorang ibu melarang, memarahi, ataupun menasehati anaknya. Jika Anda pernah menonton film “I not Stupid,” kalimat tersebut cukup sering keluar mengisi beberapa adegannya dan dari film ini dapat diambil banyak makna untuk hubungan seorang ibu dan anaknya. Meskipun ibu marah pada kita, tetapi ibu selalu membela anak-anaknya ketika anak-anaknya bermasalah dengan orang lain. Ibu menangis saat memukuli kita. Ibu memukul kita karena ia memperingatkan kita untuk tidak melakukan hal-hal yang bisa menyusahkan kita. Sebab itu, hukuman demikian adalah salah satu bentuk cinta bukan, karena alasan lain.

Mungkin kita masih ingat ketika ibu kita dengan rela memberikan makanannya untuk kita meskipun ibu kita saat itu juga dalam keadaan lapar. Bahkan sebenarnya ini hanya sebagai contoh kecil pengorbanan seorang ibu. Mengingat ibu yang selalu saja berkorban demi anaknya, sudah seharusnya kita menjadi anak yang berbakti padanya dan selalu berusaha memberikan yang terbaik baginya. Kita tentunya tidak mau dikatakan anak yang dibesarkan dengan sia-sia saja, yang hanya bisa menghabiskan beras saja.

Tulisan ini akan diakhiri dengan sebuah kutipan dari internet: “Tunjukkan kasih sayangmu kepada ibumu sekarang selama masih ada waktu, sebelum segala sesuatunya terlambat.”
Aku akan melaksanakannya dengan tubuhku,
Karena apa gunanya hanya membaca kata-kata belaka?
Apakah mempelajari obat-obatan saja
Dapat menyembuhkan yang sakit?
[Bodhicaryavatara, Bodhisattva Shantideva]

Offline Hikoza83

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.295
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
  • panda is so cute... ^-^
Re: Ibu, Maafkan Saya
« Reply #6 on: 08 December 2007, 01:39:35 AM »
Mawar untuk Ibu
C.W. McCall


Seorang pria berhenti di toko bunga untuk memesan seikat karangan bunga yang akan dipaketkan pada sang ibu yang tinggal sejauh 250 km darinya. Begitu keluar dari mobilnya, ia melihat seorang gadis kecil berdiri di trotoar jalan sambil menangis tersedu-sedu. Pria itu menanyainya kenapa dan dijawab oleh gadis kecil, “Saya ingin membeli setangkai bunga mawar merah untuk ibu saya. Tapi saya cuma punya uang lima ratus saja, sedangkan harga mawar itu seribu.” Pria itu tersenyum dan berkata, “Ayo ikut, aku akan membelikanmu bunga yang kau mau.” Kemudian ia  membelikan gadis kecil itu setangkai mawar merah, sekaligus memesankan karangan bunga untuk dikirimkan ke ibunya sendiri.

Ketika selesai dan hendak pulang, ia menawarkan diri untuk mengantar gadis kecil itu pulang ke rumah. Gadis kecil itu melonjak gembira, katanya, “Ya tentu saja. Maukah Anda mengantarkan ke tempat ibu saya?” Kemudian mereka berdua menuju ke tempat yang ditunjukkan gadis kecil itu, yaitu pemakaman umum, di mana gadis kecil itu lalu meletakkan bunganya pada sebuah kuburan yang masih basah. Melihat hal ini, hati pria itu menjadi tersentuh dan teringat sesuatu. Bergegas ia kembali menuju ke toko bunga tadi dan membatalkan kirimannya. Ia mengambil karangan bunga yang dipesannya dan mengendarai sendiri kendaraannya sejauh 250 km menuju rumah ibunya. [Julifin]


Sumber : Dharma Prabha, Edisi ke-47, November 2005.
http://www.dhammacitta.org/pustaka/ebook/dharma-prabha/dharma-prabha-47.pdf
Aku akan melaksanakannya dengan tubuhku,
Karena apa gunanya hanya membaca kata-kata belaka?
Apakah mempelajari obat-obatan saja
Dapat menyembuhkan yang sakit?
[Bodhicaryavatara, Bodhisattva Shantideva]

Offline mei_lee

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 433
  • Reputasi: 14
  • Gender: Female
Re: Ibu, Maafkan Saya
« Reply #7 on: 08 December 2007, 11:33:44 AM »
huaaaaaa ceddiihh banget.. jd nget sama mom. Mei kan sering jaat sama mom.. :(

Offline GiNong

  • Sebelumnya X-aeons
  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 177
  • Reputasi: 4
  • Gender: Male
  • wkwkwk
Re: Ibu, Maafkan Saya
« Reply #8 on: 08 December 2007, 02:04:32 PM »
huaaaaaa ceddiihh banget.. jd nget sama mom. Mei kan sering jaat sama mom.. :(
wew
penjahat ya
wkkwkwkwkwkwkkw
kidding
i love my mom
 ;D ;D ;D
ginong




kwkwkwkwkkwkwk

Offline Hikoza83

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.295
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
  • panda is so cute... ^-^
Re: Ibu, Maafkan Saya
« Reply #9 on: 08 December 2007, 07:45:09 PM »
kalo kita nonton film, i am not stupid dan i am not stupid too 2, bisa untuk membantu memahami cara pandang antara ortu dan anak. Buat yg single ataupun yg udah punya keluarga dan punya anak juga bisa nonton bareng filmnya, dijamin ga nyesel koq nonton film-nya. Dan semoga semua orang tua dan anak2 bisa saling memahami satu sama lain, dan keluarganya jadi lebih harmonis.  _/\_
i love my mom too...  :x :lotus:

nb: sebelum nonton, jgn lupa siapin 1 kotak tissue di dekat anda. ;D


By : Zen
Aku akan melaksanakannya dengan tubuhku,
Karena apa gunanya hanya membaca kata-kata belaka?
Apakah mempelajari obat-obatan saja
Dapat menyembuhkan yang sakit?
[Bodhicaryavatara, Bodhisattva Shantideva]

Offline Ginny

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 485
  • Reputasi: 10
  • Gender: Female
Re: Ibu, Maafkan Saya
« Reply #10 on: 09 December 2007, 12:18:25 AM »
 _/\_
 
Iya ya... tanggal 22 ntar. Thx dah ingatin ko hikoza hampir aja lupa..

ginny sangat... sangat... cinta sama mama

kasih anak sepanjang galah. kasih ibu sepanjang jalan.

Semoga kebajikan yang pernah ginny buat bisa berbuah dengan membahagiakan mama ginny juga mama-mama semua makluk di samsara ini.

Beliin hadiah buat mama ar... kasih ide dong teman seDC? yang bisa bikin surprise banget.
 
Semoga Semua Mama di Samsara ini Berbahagia

Offline Forte

  • Sebelumnya FoxRockman
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 16.577
  • Reputasi: 458
  • Gender: Male
  • not mine - not me - not myself
Re: Ibu, Maafkan Saya
« Reply #11 on: 09 December 2007, 06:49:00 AM »
_/\_
 
Iya ya... tanggal 22 ntar. Thx dah ingatin ko hikoza hampir aja lupa..

ginny sangat... sangat... cinta sama mama

kasih anak sepanjang galah. kasih ibu sepanjang jalan.

Semoga kebajikan yang pernah ginny buat bisa berbuah dengan membahagiakan mama ginny juga mama-mama semua makluk di samsara ini.

Beliin hadiah buat mama ar... kasih ide dong teman seDC? yang bisa bikin surprise banget.
 
Semoga Semua Mama di Samsara ini Berbahagia
Gak perlu repot, bersihkan 1 rumah dan siapin sarapan pagi sebelum ma2 bangun pasti membuat ma2 terharu..  :>-
Ini bukan milikku, ini bukan aku, ini bukan diriku
6 kelompok 6 - Chachakka Sutta MN 148

Offline mei_lee

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 433
  • Reputasi: 14
  • Gender: Female
Re: Ibu, Maafkan Saya
« Reply #12 on: 09 December 2007, 08:13:50 PM »
X_aeons : iyeh neh penjahat!! huhuhu baru tw yaaa >:) (devil mode on) =))

wah ko hedi keg na sering tu bantu2 mom!!! hahahaha
jd anak momy dy.. :P

momyyyy...........  kangenn!!! hahahaha (pdhl lg dihumz ni n mom ge disebelah) :P

Offline Hendra Susanto

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.197
  • Reputasi: 205
  • Gender: Male
  • haa...
Re: Ibu, Maafkan Saya
« Reply #13 on: 09 December 2007, 08:31:29 PM »
mak lagi ngapain?? uda makan belon  :)

Offline mei_lee

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 433
  • Reputasi: 14
  • Gender: Female
Re: Ibu, Maafkan Saya
« Reply #14 on: 09 December 2007, 08:40:21 PM »
mamy koko sehat2 ajah tu :D ebat kan aku isa tau hahaha