Myanmar Than Shwe, Jenderal yang Percaya Takhayul Junta Myanmar
dianggap sebagai salah satu rezim yang paling diliputi rahasia di dunia. Karena
itu cerita soal tokoh terkuat junta itu, Than Shwe, yang mengetuai Dewan
Perdamaian dan Pembangunan Negara (State Peace and Development Council/SPDC) ,
badan 12 jenderal penguasa negara itu, selalu saja menarik. Lahir Februari 1933
di dekat Mandalay, Myanmar tengah, saat masih dijajah Inggris, Than Shwe bekerja
sebagai seorang pegawai pos sebelum bergabung dengan tentara tahun
1953. Dia seorang perwira militer karier yang berani dan loyal. Giginya sampai
terpotong saat memberantas pemberontakan militer. Dia juga pernah bergabung di
bagian perang psikologis. Loyalitasnya membuatnya meraih 16 bintang kehormatan.
Than Shwe akhirnya menjadi orang tertinggi militer dengan gelar "Jenderal
Senior" tahun 1992. Dia menggantikan Jenderal Saw Maung, yang pensiun karena
kesehatan. "Dia menuntut kesetiaan. Dia sungguh seorang serdadu asli," kata
Razali Ismail, mantan utusan khusus PBB ke Myanmar yang telah bertemu Than Shwe
berkali-kali.
"Dia menganggap dirinya seorang patriot, seorang nasionalis. Dia kerap
berbicara mengenai pengorbanan yang dia dan generasinya telah buat." Dia
kabarnya seorang yang introver dan percaya takhayul, dengan sering meminta
nasihat para ahli nujum. Diplomat Barat yang bertemu Than menggambarkannya
sebagai tak punya rasa humor, kaku, dan cupet. Than Shwe jarang memberi
pernyataan di muka umum kecuali pada Hari Angkatan Bersenjata Myanmar. Tahun
ini, jenderal berusia 74 tahun itu di depan militer memperingatkan bahwa Myanmar
masih menghadapi bahaya dari
"negara-negara kuat" yang mencoba melemahkan militer. "Mereka mencoba
menanamkan bibit-bibit perselisihan dan pertikaian tidak hanya di antara ras-ras
nasional, tetapi juga di dalam masing-masing kelompok etnis di berbagai bidang,
seperti agama, ideologi, dan kelas sosial," kata Than Shwe. Menurut diplomat dan
analis, pada tahun-tahun terakhir, saat kesehatannya menurun, perilakunya kian
aneh. Tahun 2005, nyaris dalam sekejap, ia memindahkan ibu kota Myanmar dari
Yangon ke tempat terpencil 400 kilometer di utara. Ibu kota baru bernama
Naypyidaw (Naypyitaw) alias kediaman para raja. Untuk menyambut Hari Angkatan
Bersenjata pertamanya di sana, dia membangun patung raksasa dari era raja-raja
Burma. "Dia ingin tampak agung," ujar seorang diplomat Barat yang minta tak
disebutkan namanya. Kini, kesehatannya yang memburuk memaksanya untuk lebih
banyak di Naypyidaw. "Dia kini lebih bergantung pada perwira-perwira junior dan
ahli nujumnya sebagai panduan," ujar
Larry Jagan, analis Myanmar. Salah satu perjalanannya ke luar ibu kota adalah
menghadiri pesta perkawinan putrinya tahun lalu di Yangon. Pesta senilai 300.000
dollar AS (sekitar Rp 2,85 miliar) yang membuat marah rakyat. Pasangan itu juga
menerima hadiah perkawinan bernilai 50 juta dollar
AS. Dia menolak memberi kekuasaan ke Liga Nasional untuk Demokrasi pimpinan
Aung San Suu Kyi. Dia sangat tak menyukai Suu Kyi. Than Shwe pernah meninggalkan
acara pertemuan dengan seorang dubes hanya karena nama Suu Kyi disebut.