ikutan kasih comment ya ttg hal ini.
saya setubuh eh setuju dgn pendapat bro Morpheus.
kita yang belajar Buddhism seharusnya bersikap aktif dalam memberi penjelasan yang benar ttg Buddhism.
jadi inget tour kemarin ke Tibet, saya sempet jd tukang koreksinya tour leader.
penjelasan2 yg diberikan oleh tour leadernya ttg Buddhism simpang siur dan rancu (menurutku).
karena kebanyakan peserta tour non-Buddhism dan kalaupun ada, buddhis ktp (istilahnya ya).
i berusaha meluruskan informasi2 yg disampaikan ke seluruh peserta, agar mereka punya pemahaman yg tepat ttg Buddhism.
penjelasan yg diberikan oleh tour leader (kurang lebihnya) :
Buddhis di Tibet aliran Tantrayana, di Indonesia contohnya ferry. Bhiksunya boleh nikah
, dsb...
langsung gw cut omongannya, and jelasin istilah2 Tibet :
La ma = Guru; ge long = samanera (calon bhante); ge dun = bhante, rinpoche = yang berharga.
Guru tidak harus seorang bhante. yang namanya bhante (dalam aliran Buddhism manapun) mana boleh nikah.
Guru (dgn realisasi/pencapaian tertentu) mengajar, lalu ketika mau meninggal, menuliskan pesan terakhir kpd murid2nya, trs dicari reinkarnasinya, lalu diuji, kalo lulus, yg ditemukan ini disebut tulku (Lama yang bereinkarnasi), biasanya dipanggil rinpoche. rinpoche blm tentu seorang bhante. di dunia saat ini ada lebih dr 100.000 rinpoche, mo cari yg mana ?
trs gw bilangin jg ama mrk: org indo itu kubu (dusun/ndeso), jarang liat bhante. jd di Tibet musti puas2in liat bhante.
soalnya kan di Potala Palace (Istana Potala) itu tempat tinggalnya 5.000 org Bhikshu, wihara; sekolah; universitas; pusat spiritual; sekaligus kantor pemerintahan HH Dalai Lama (pada masa pemerintahannya), dsb.
hasilnya positif koq. semua peserta tour (yg 1 bus dgn i) jd respek dgn Buddhism.
positif thinking bro, ok?
By : Zen