gue asal comot beberapa ajaran Ferry, silahkan ber-ehipashiko
Buah Pikiran, Perbuatan dan Tumimbal Lahir
OLEH
: Y.M.Sering Tulku Yongdzin Rinponche
TEMPAT
: Warta Walubi, Edisi 2
TANGGAL
: Nopember 2003
Kalau kita perhatikan siapa yang berbicara di depan anda ini dan siapa yang mendengarkan, itu adalah bagian dari pikiran. Saya berbicara karena saya berpikir daan begitu juga dengan anda. Anda mendengar ceramah yang masuk ke telinga anda, yang berfungsi sebagai indera pendengar, tetapi telinga itu sendiri tidak mengerti, ada sesuatu di belakang telinga yang membuat anda mengerti apa yang sedang saya bicarakan di depan. Oleh sebab itu apakah pikiran itu atau apakah buah pikiran itu ? Saya pun akan sulit menjawabnya, karena yang menanyakan apakah itu, sebenarnya Sang pikiran itu sendiri ?
Pada malam hari sewaktu kita mulai tidur, akan timbul buah - buah pikiran atau mimpi. Contohnya anda bermimpi melihat sekumpulan sapi yang mengeluarkan bunyi “ iiiiik” . apabila anda tidur bersama teman, teman anda tidak melihat sapi itu maupun mendengarnya, hanya anda yang melihat dan mendengarnya. Didalam pandangan agama Buddha sewaktu kita tidur bukannya ada sesuatu jiwa atau roh yang keluar dari tubuh anda baik melewati kuku atau ujung rambut atau batok kepala atau ujung kaki. Tidak ada sesuatu roh yang keluar dari tubuhmu dan roh itu bertemu dengan sekawanan sapi. Semua ini terjadi karena anda mempunyai pikiran.
Jika anda dapat menyadari kemampuan sang batin pikiran ini dengan sepenuhnya dengan cara meditasi atau menenangkan pikiran, kehidupan anda akan menjadi lebih baik dalam segala hal. Pikiran kita ini adalah ibarat lembu. Seluruh tubuh kita yang yang lain seperti pedati yang ditarik lembu. Bila anda berpikir baik pasti ucapan dan perbuatan anda baik, Jika pikiran anda marah, ucapan anda pun akan penuh dengar emosi dan perbuatan anda pun menjadi buruk.
Oleh sebab itu batin merupakan suatu misteri besar sejak adanya manusia, “Siapakah saya sesungguhnya ?” Bila diselidiki, anda akan menemukan jalan buntu. Yang sedang duduk mendengar ini sesungguhnya siapa ? Kalau yang mendengar ini namaya Si Amir, siapa si Amir itu ? Kalau dia mempunyai bentuk, bentuknya seperti apa ? Kalau si pendengar itu mempunyai warna, apa warnanya ? Di mana dia sesungguhnya, apakah di kepala, di jantung, di kaki dan lain lain. Sampai suatu saat anda akan menemukan bahwa tidak ada satupun yang disebut batin ini dalam bentuk konkritnya.
Nah, sesungguhnya disitulah dalam pandangan ajaran Agama Buddha walaupun anda tidak menemukan, sesungguhnya anda telah berhasil. Mengapa berhasil ? Karena Buddha Sakyamuni menyatakan bahwa batin sejati adalah tanpa inti, tidak berbentuk atau berwarna. Kalau kita lakukan demikian, akhirnya kita mengerti bahwa yang disebut dengan rumahku, anakku, hartaku, semua “Aku” ini akhirnya tidak ada. Kalau kita sudah menyadari bahwa sang Aku tidak ada, segala perbuatan anda segala ucapan anda bukan lagi untuk sang Aku, berarti untuk semua makhluk. Oleh sebab itulah Sang Bodhisattva mereka yang telah menyadari Bodhicitta, pikiran yang telah cerah , yang telah mengenalnya. Kita akan mengerti bahwa perbuatan ini dilakukan karena ada sesuatu dibaliknya, yaitu pikiran tersebut. Sesudah demikian kita akan melangkah lebih maju tentang tumimbal lahir.
Sejak awal saya selalu berpikir apa yang bisa saya berikan pada anda oleh sebab itu masalah tumimbal lahir ini akan saya bicarakan hanya sedikit dan saya akan lebih banyak membicarakan kematian. Kita percaya bahwa karena kita dilahirkan kembali kita harus mengalami kematian. Dari ajaran Guru-guru Besar yang disampaikan kepada saya dikatakan bahwa proses menjelang kematian, atau saat-saat sekarat, tidaklah berbeda jauh dengan proses bagaimana seseorang mulai jatuh tertidur . Pada saat seseorang mulai tidur, segala indera : penciuman, pendengaran, penglihatan dan lain-lain secara perlahan lenyap. Demikian juga pada seseorang yang menjelang kematian. Di sini yang saya bicarakan adalahkematian secara biasa, bukan kecelakaan dan sebagainya.
Tubuh kita memiliki unsur- unsur yang terdapat di alam semesta. Kita memiliki unsur bumi, berupa tulang dan daging - daging, sebagi penopang dari segalanya.Demikian juga kita mempunyai unsur air, cairan dan darah bersifat air. Demikian pula kita mempunyai unsur api, yaitu kehangatan tubuh. Demikian juga dengan unsur udara dalam pernafasan.
Sewaktu kematian tiba, unsur-unsur yang terdapat di dalam tubuh seseorang akan mulai mengurai dan melenyap dari tubuhnya. Pada awalnya unsur bumi akan mengurai sehingga seseorang merasa tubuhnya menjadi berat, seolah-olah jatuh melorot. Umumnya mereka yang akan mengalami kematian akan meminta tolong agar tubuhnya dinaikkan karena dia merasa ada sesuatu yang lenyap dari tubuhnya.
Sesudah itu dia akan mengalami melenyapnya unsur air . Dikatakan air akan keluar dari segala lubang tubuh. Sesudah itu unsur api melenyap. Seseorang akan menggigil dingin, sehingga ia akan meminta tolong sanak keluarga atau teman-temannya untuk menyelimutinya. Sesudah demikian nafasnya menjadi bergemurutuk, artinya sesak nafas. Nafas yang dihisap sedikit tetapi yang keluar lebih banyak.
Di situlah tanda-tanda bahwa unsur udara sudah mulai mengurai lenyap dari tubuhnya. Yang terakhir adalah unsur kesadaran, kesadaran batin pikirannya. Guru Besar saya mengajarkan bahwa di dalam kepala terdapat satu cairan yang berwarna putih, yang diperoleh dari Ayah sewaktu terjadinya konsepsi, yaitu pembuahan antara sperma dan sel telur. Kita juga mempunyai satu cairan kehidupan yang berwarna merah yang diperoleh dari Ibu dan berada di daerah pusar, ini adalah Ajaran Tantra.
Sewaktu unsur-unsur di dalam tubuh menghilang tetapi kesadaran batin masih belum terpisah dari tubuh, sebelum terjadinya kematian total, cairan dari Ayah akan turun dan cairan dari Ibu akan naik dan bertemu di jantung dengan kesadaran batin pikiran kita yang sejati. Sesudah bertemu, nafas luar dan nafas dalam terhenti, batin dan tubuh terpisah. Di situlah dalam pandangan Ajaran Agama Buddha dikatakan seseorang mati.
Sesudah itu hanya kesadaran batin kita yang merupakan penyebab timbulnya kelahiran kembali. Tetapi sayangnya kesadaran batin kita dipengaruhi oleh energi yaitu kekuatan karma. Karena perbuatan sebab akibat kita, batin kita yang sangat dikuasai oleh kekuatan ini hampir tidak dapat berbuat apa-apa, hanya karmalah yang menentukan kelahiran kita yang bisa lebih baik dan mungkin mengalami kelahiran di alam suci, tanah suci Buddha atau di alam Para Dewa atau alam Asura (setengan Dewa) atau di dunia binatang atau di dunia setan kelaparan atau di alam neraka.
Oleh sebab itu seorang umat Buddha sangat dianjurkan untuk melaksanakan moralitas sejak awal, tentang apa yang dilarang atau diperbolehkan/ dianjurkan. Bukan karena bila kita melanggar suatu larangan maka akan ada kekuasaan yang menghukum atau mengutuk kita, tetapi hanya karena hukum karma. Kalau kita dekat dengan api pasti akan timbul rasa panas, begitu juga apabila kita berbuat baik pasti amal atau buah baiklah yang akan kita terima. Kalau kita berbuat buruk, hasil dari perbuatan buruklah yang akan kita terima.
Oleh sebab itu, umat Buddha diajarkan untuk bermeditasi semata-mata hanya untuk mengenal hakekat kesadaran batin kita. Yang kita sebut dengan Kebuddhaan kita adanya di dalam diri kita, dan tidak mungkin kita cari di luar atau yang kita harapkan dilimpahkan seorang Buddha atau Dewa. Inilah sesuatu yang harus kita ketahui.
Kesadaran batin kita ini diperumpamakan sebagai cermin. Cermin akan memantulkan segala sesuatu yang ada di hadapannya. Itulah hakekatnya. Cermin adalah tanpa isi/inti, misalnya didepannya ada gambar gajah, di dalam cermin akan kelihatan gajah. Bila kita perhatikan demikian juga dengan batin kesadaran kita. Apa yang ada di luar akan tertangkap oleh indera-indera kita dan semua ini akan kembali ke kesadaran kita. Nah, segala perbuatan, ucapan dan pikiran kita akan mempunyai bekas. Kalau cermin anda pegang, di situ ada tersisa bekas pegangan anda. Dengan demikian pada saat tidur atau mengalami kematian kesadaran batin pikiran kita ini yang sebetulnya maha sadar, maha cerah, maha terang atau sempurna, ibarat cermin itu. Ia akan seolah-olah disinari oleh suatu cahaya. Jadi kalau di kacanya terdapat bekas tapak tangan anda, nantinya cahaya yang dipantulkan cermin juga akan timbul bekas tapak tangan. Itulah bekas-bekas atau jejak-jejak karma.
Pada saat anda tidur atau mengalami kematian, segala sesuatu yang bekerja hanya kesadaran batin dan kesadaran batin inilah yang saya bilang dari awal adalah sadar, cerah, terang dan sempurna. Namun segala perbuatan-perbuatan kita baik atau buruk yang telah anda lakukan akan menimbulkan bekas.
Dengan demikian kalau anda tidur maka anda akan mengalami proses mulai batin anda bercahaya cerah, segera setelah indera anda tidak bekerja. Kenapa tidak bekarja ? Karena di dalam mimpi anda bisa mendengar, berbicara, atau berpikir walaupun anda tidak mengucapkan sesuatu. Dalam mimpi anda dapat berkata akan pergi ke Sogo, ke shopping mall, kalau anda gunakan mulut biasanya orang atau teman di sebelahmu akan mendengar tetapi di sini tanpa menggunakan mulut, tidak menggunakan apa-apa, hanya dengan menggunakan batin yang telah sadar, dan di situ anda dapat bercakap dan melakukan segala macam hal.
Nah, sewaktu anda bermimpi itu, di situ anda lihat itulah kekuatan karma. Anda tidak bisa mengatur mimpi. Kadangkala dalam mimpi anda pun bisa terbawa oleh mimpi seperti ketemu macan. Anda anggap benar-benar ada macan yang menyerang anda, sebenarnya tubuh macan dalam mimpi adalah tubuh mental, tubuh dari kesadaran. Tubuh mental tidak mungkin akan membahayakan tubuh daging. Karena kita tidak terlatih atau terbiasa akhirnya kita tidak menyadari bahwa kita sedang bermimpi.
Begitu juga dengan kematian, kalau anda belum bisa menguasai mimpi berarti kematian pun belum bisa dikuasai. Anda ikut saja bagaimana mimpi itu, bagaimana kematian berjalan.
Dalam buku Tibetan Book of The Death diceritakan dari sudut pandang Agama Buddha apa yang dialami manusia sewaktu mengalami kematian dan sesudahnya, di masa antara sebelum dilahirkan kembali. Masa itu dinamakan bardo. Bardo artinya jarak dari satu ke jarak satu lagi, intermediate, antara. Dikatakan bahwa sewaktu seseorang menjelang ajalnya, sesudah lima unsur mengurai dan cairan dari kekuatan Ayah dan Ibu sudah mulai bersatu di jantung, berkumpul di kesadaran di situlah lepas kesadaran dari fungsi-fungsi tubuh.
Kesadaran ini akan muncul sendirian, Kebuddhaan kita muncul sendirian, di situ merupakan kesempatan. Kalau kita menyadari bahwa kesadaran itu adalah bagian dari kita, dan sempurna adanya, kita dalam sekejap mencapai kesempurnaan, menjadi Buddha. Kalau kita tidak menyadari itu disitulah kita akan mengalami tiga setengah hari blackout, artinya seperti orang pingsan atau tidaj sadar (unconscious). Sesudah tiga setengah hari, anda akan seperti orang bangun. Disitulah anda berada pada masa bardo dharmakaya, di mana anda masih merasa mempunyai tubuh dan masih berpikir sudah meninggal atau belum. Masa ini disebut masa peralihan. Di situ pada kesadaran batin yang ternoda dengan jejak karma, akan timbul segala perbuatan yang telah dilakukan pada masa lampau. Pada umumnya anda merasa takut.
Kesadaran batin adalah sempurna, penuh cahaya. Contohnya adalah seperti cahaya yang melewati film di proyektor. Cahaya menyinari film. Film-film itu berwarna sehingga gambar akan tampak di layar. Disitulah anda akan melihat segala macam perbuatan anda termasuk binatang ular dan segala macam. Bila kita belum menyadari tanpa Aku, maka akan ada sang Dia. Aku dan Dia. Di situ anda takut, kenapa ada ular ? Kenapa ada perbuatan begini ? Kenapa begini ? Karena Aku dan Dia masih terpisah. Tetapi Kalau anda bisa menyadari bahwa ini semua berasal dari kesadaran Buddha kita, Kebudhaaan kita, walaupun di depan ada gambar ular kita tahu ini semua berasal dari cahaya kesadaran kita. Itulah gunanya meditasi.
Di dalam Tantrayana, pada saat meditasi anda akan mengalami proses di mana semua karma-karma, bekas karma anda itu, anda lancarkan ke depan dan hapus habis. Tanpa karma berarti anda sudah mencapai Kebuddhaan. Supaya karma ini tidak ada, anda perlu mengeluarkan karma anda, didatangkan, lalu dilepaskan. Pada waktu latihan meditasi, mungkin Kuan Im Phu Sa datang, sebenarnya itu adalah godaan. Bila kita anggap itu Kuan Im Pu Sa berarti ini saya, itu Kuan Im Phu Sa, di sini masih ada subjek dan objek, suatu perbedaan. Nah, di situ kita belum mencapai (Kebuddhaan), tetapi bagi seseorang yang berada di bawah bimbingan seorang Guru, akan mengetahui bahwa Kuan Im Phu Sa yang hadir merupakan bagian dari kesadaran kita yang sempurna, yang penuh dengan welas asih, sehingga kesadaran ini akan timbul di hadapan kita dan kita tahu bahwa yang timbul merupakan bagian dari kita. Demikian kita tidak takut atau tidak mengharapkan atau tidak bahagia. Begitu juga kadang kala waktu meditasi, timbul sesuatu yang seram, mungkin bertemu dengan iblis. Sesungguhnya itu bukan iblis, itu merupakan sifat dari iblis di dalam kesadaran batinmu yang dipancarkan. Waktu dipancarkan ke depan, anda akan melihat sosok menyeramkan misalnya, seekor ular. Kalau anda masih belum bisa meditasi dengan baik anda akan takut, jangan-jangan ular ini akan mamatok saya, tetapi bagi seorang yang bermeditasi dengan baik, semua ini merupakan bagian kesadaran yang dipancarkan ke luar dan berupa wujud.