Di Sutta seringkali dijumpai Buddha mengucapkan "dungu", "tolol", "bodoh", dll. Bukan cuma Buddha aja. Ditemukan juga Bhikkhu dan Deva mengucapkan hal kasar. Berikut potongan Suttanya:
(1) Deva mengatakan "tolol" pada Bhikkhu
...
“Bhikkhu itu menyambarku bagaikan seorang
tololYang tidak pada saat yang tepat, menasihati seorang pemburu
Yang mengembara di gunung-gunung berbatu
Dengan sedikit kebijaksanaan, tanpa akal sehat.
“Ia mendengarkan tetapi tidak memahami,
Ia menatap tetapi tidak melihat;
Walaupun Dhamma dibabarkan,
Si dungu tidak menangkap maknanya.
“Bahkan jika engkau membawa sepuluh pelita [ke hadapannya], Kassapa,
Ia tetap tidak melihat bentuk-bentuk,
Karena ia tidak memiliki mata untuk melihat.”
...
(SN 9.3)
(2) Bhikkhu mengatakan dungu kepada Deva
...
“Tidak tahukah engkau,
dungu,
Peribahasa para Arahant?
Segala bentukan adalah tidak kekal;
Bersifat muncul dan lenyap.
Setelah muncul, mereka lenyap:
Penenangannya adalah kebahagiaan.
“Sekarang aku tidak akan pernah lagi berdiam
Di antara kelompok para deva, Jālinī!
Pengembaraan dalam kelahiran telah berakhir:
Sekarang tidak ada lagi penjelmaan baru.”
(SN 9.6)
###
Apakah kata-kata kasar boleh diucapkan jika waktunya tepat? 🤔