//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Jalur Bodhisattva dan Jalur Arahat Tidak Berbeda [copas]  (Read 25227 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Jalur Bodhisattva dan Jalur Arahat Tidak Berbeda [copas]
« on: 14 March 2010, 12:52:28 PM »
Ini ada artikel menarik tentang persamaan antara cita-cita Arahat (Theravada) dengan cita-cita Bodhisattva (Mahayana) berdasarkan sumber sutta-sutta Nikaya (Agama Sutra):

Quote
PENDAHULUAN

Ada banyak buku yang mengaku mengutip atau sesuai dengan sabda Buddha. Jika seseorang bersungguh-sungguh mempelajarinya dengan seksama (mungkin butuh waktu tahunan), maka dia akan menjumpai berbagai pertentangan dan ketidakcocokan yang telah bercampur dengan Dhamma dalam banyak buku.

Dua mazhab utama Buddhisme – Theravada dan Mahayana (termasuk Buddhisme Tibet atau Vajrayana) saling berbeda dalam beberapa ajaran yang penting. Sayangnya, harus diakui bahwa ajaran-ajaran yang salah terdapat di mazhab Theravada maupun Mahayana.

Satu-satunya kumpulan buku yang diakui bersama kedua mazhab sebagai sabda Buddha sendiri, dan juga cocok, tanpa pertentangan adalah keempat Nikaya terdahulu pada mazhab Theravada (Dîgha Nikaya, Majjhima Nikaya, Samyutta Nikaya, dan Anguttara Nikaya), yang merupakan Sutra Agama pada mazhab Mahayana. Kumpulan buku ini diterima oleh banyak bhikkhu dan sarjana sebagai ajaran Buddha yang asli. Buku-buku lainnya dapat diterima sepanjang tidak bertentangan dengan kumpulan buku ini.

Penting untuk memahami ajaran yang sebenarnya dan asli dari Buddha jika kita hendak mencapai tujuan sejati dari ajaran Buddha – untuk mengakhiri daur lahir-mati.

Kebanyakan Umat Buddha meyakini suatu ajaran karena ajaran tersebut berasal dari bhikkhu tertentu, tanpa menyadari bahwa beberapa dari ajaran tersebut berasal dari Atthakatha (Kitab Ulasan) atau buku lain yang bertentangan dengan Nikaya.

Sebagai contoh, banyak yang percaya cerita tentang Siddhattha Gotama (yang kemudian menjadi Buddha Sakyamuni) menyelinap keluar pada tengah malam – setelah melihat istri dan anaknya yang sedang tidur untuk terakhir kalinya – untuk pergi meninggalkan kehidupan berumah tangga, menjadi seorang pertapa. Cerita sesungguhnya diberitahukan oleh Buddha di dalam Majjhima Nikaya 26: "Kemudian, ketika masih muda, sebagai seorang pemuda berambut hitam yang memiliki berkah kemudaan, di dalam masa jaya kehidupan, walaupun ibu dan ayahku berharap sebaliknya dan menangis dengan wajah berlinang air mata, aku mencukur habis rambut dan jenggotku, memakai jubah oker, dan meninggalkan kehidupan berumah tangga menuju kehidupan tanpa rumah".

Dari sini kita mendapatkan contoh pemahaman salah yang telah tertanam di pikiran orang, tanpa mereka sadari. Masih ada beberapa ajaran penting yang bertentangan dengan keempat Nikaya yang asli yang akan kita diskusikan berikut ini.

JALUR BODHISATTVA DAN JALUR ARAHAT TIDAK BERBEDA

Ajaran lainnya yang tidak bersesuaian adalah adanya jalur Bodhisatta/Bodhisattva yang dibedakan dari jalur Ariya atau Arahat. Jalur Bodhisattva, cita-cita mazhab Mahayana, yang juga diterima oleh sebagian kecil penganut Theravada, dianggap sebagai jalan untuk menjadi seorang Sammasambuddha, dengan tujuan untuk mengajari dan membebaskan makhluk hidup, dan ini dicapai dengan bersumpah untuk menjadi seorang Sammasambuddha, kemudian melatih paramita atau parami (penyempurnaan diri) selama berkalpa-kalpa (siklus dunia). Jadi, bagi mereka yang meyakini hal ini, Buddha kita dulunya adalah pertapa Sumedha yang bertemu dengan Buddha Dîpankara dan kemudian bersumpah untuk menjadi seorang Sammasambuddha. Setelah itu, beliau diperkirakan mengembangkan parami selama 4 asankheyyakappa (kalpa tak terhitung) dan 100 mahakappa (kalpa besar), dan bertemu dengan 24 Buddha yang juga memperkirakan bahwa beliau kelak akan menjadi Buddha Sakyamuni (atau Gotama).

Jika kita meneliti keempat Nikaya maka kita akan menemukan Sutta (khotbah) yang bertentangan dengan kepercayaan ini.

Didalam Nikaya, kita menemukan Buddha menyebut dirinya Arahat dan bukan menggunakan istilah itu untuk siswa-siswa Arahat-Nya, melainkan menyebut mereka "siswa-siswa Ariya yang dibebaskan oleh kebijaksanaan". Kemudian, kita menemukan bahwa Buddha memiliki kemampuan mengingat kehidupan lampau dan Beliau menyebutkan di dalam Majjhima Nikaya 4 bahwa Beliau mengingat kembali kehidupan lampaunya berkalpa-kalpa sebelumnya, tetapi Beliau tidak pernah menyebutkan pernah bersumpah untuk menjadi seorang Buddha di masa lampau.

Kenyataannya, dalam Anguttara Nikaya 5.5.43, Buddha bersabda bahwa bukanlah doa dan sumpah yang akan membuat kita mendapatkan apa yang kita inginkan, melainkan kamma (perbuatan atau tindakan). Buddha meraih pencerahan melalui Jalan Mulia Berunsur Delapan, begitu juga dengan siswa-siswa Arahat-Nya.

Dalam Sutta Nipata 22.6.58, Buddha menjelaskan bahwa perbedaan antara diri-Nya dan siswa-siswa Arahat-Nya adalah Beliau lebih dulu menjalani Jalan Mulia Berunsur Delapan (camkan bahwa seorang Sammasambuddha menjalani Jalan Mulia) dan siswa-siswa Arahat-Nya menjalani jalan yang sama setelah diri-Nya – tidak ada perbedaan utama lainnya antara Beliau dan siswa-Nya. Di dalam Digha Nikaya 14, Buddha berkata Beliau hanya mengingat kembali 91 kalpa dan mengetahui hanya 6 Buddha (yaitu Sammasambuddha) dalam selang waktu tersebut – tidak menyebutkan adanya 24 Buddha.

Di Majjhima Nikaya 26, Buddha mengatakan bahwa setelah Beliau meraih pencerahan, Beliau tidak bermaksud untuk mengajarkan Dhamma, sebelum menerima permohonan dari Brahmâ Sahampati. Seandainya saja Beliau pernah bersumpah di masa lampau, kita tentunya berharap Beliau membabarkan Dhamma sesegera mungkin setelah pencerahan, karena ini adalah tujuan yang telah dinanti-nantikan selama kalpa yang tak terhitung lamanya.

Di dalam Majjhima Nikaya 116, Isigili Sutta, Buddha merujuk pada Bukit Isigili di luar Râjagaha dan mengatakan bahwa 500 Paccekabuddha pernah menetap di atas bukit tersebut serta menyebutkan nama-nama Buddha tersebut. Jadi, kita menemukan keberadaan banyak Paccekabuddha dibandingkan dengan Sammâsambuddha.

Walaupun Buddha Sakyamuni setelah meraih pencerahan bukan bermaksu untuk mengajar melainkan menjadi seorang Paccekabuddha, tetapi akhirnya dimohon Brahmâ untuk memutar roda Dhamma. Jadi kebanyakan Buddha enggan untuk mengajarkan Dhamma karena hanya sedikit makhluk hidup yang benar-benar mampu untuk mempraktikkannya. Paccekabuddha dan  Sammâsambuddha pada dasarnya adalah sama, hanya saja Sammâsambuddha mengajarkan Dhamma.

Berdasarkan hal ini, kita menemukan bahwa pembedaan jalur Bodhisattva dari jalur Arahat dengan dasar Arahat itu egois adalah tidak benar karena kebanyakan Buddha enggan untuk mengajarkan Dhamma.

Kesalahan yang paling fatal dalam teori pembedaan jalur Bodhisattva dengan jalur Ariya disampaikan melalui Majjhima Nikaya 81. Di dalam Sutta ini, Buddha mengingat kembali kehidupan lampaunya sebagai Brahmana Jotipâla yang bersahabat baik dengan Ghatikâra, seorang pendukung setia Buddha Kassapa (Buddha sebelumnya). Ghatikâra berkali-kali gagal mengajak Jotipâla untuk menemui Buddha Kassapa – yang menunjukkan bahwa sumpah yang dibuat pada masa lampau akan sia-sia belaka karena tidak ada ingatan mengenai hal ini. Kemudian ketika dia dipaksa menjumpai Buddha Kassapa, dia menolak untuk menghormati Buddha (berbeda sekali dengan kisah tentang sumpah!). Namun, setelah mendengarkan ajaran Buddha Kassapa, Jotipâla berubah total. Dia meninggalkan ajaran Brahmana dan menjadi seorang bhikkhu di bawah Buddha Kassapa.

Setelah kehidupan itu, beliau lahir kembali di Surga Tusita dan belakangan lahir di dunia dan menjadi Buddha Sakyamuni. Sangatlah mungkin bagi seorang Sotâpanna atau Sakadâgâmî (kemuliaan tingkat kedua) untuk kemudian menjadi seorang Buddha karena ketika Beliau lahir kembali di alam manusia, Buddha dan Dhamma mungkin sudah tidak ada lagi sehubungan dengan berlalunya jutaan tahun di surga dan waktu untuk pencerahan sudah tiba. Jadi dari Sutta ini kita menemukan bahwa seorang Ariya-lah yang menjadi Buddha. Apakah seorang Buddha adalah Paccekabuddha atau Sammâsambuddha – keduanya adalah sama saja seperti halnya Buddha Sakyamuni kita, terkecuali bahwa yang satu tidak mengajarkan Dhamma sedangkan yang lainnya dimohon untuk itu – bergantung pada masing-masing.

Jadi kita menemukan dalam Nikâya bahwa Buddha tidak pernah mengajarkan bahwa jalur ke-Buddha-an terpisah dari jalur Ariya, melainkan hanya buku-buku belakangan yang membedakannya. Melatih pârami tidak akan membawa kita keluar dari samsâra (lingkaran lahir-mati), melainkan hanya membawa kita menuju alam surga dan kemudian turun ke alam menderita dan berulang-ulang demikian.

Inilah yang terjadi pada Bodhisatta kita selama kalpa yang tak terhitung lamanya sampai berjumpa dengan Buddha Kassapa yang mengajarkan Jalan Mulia Berunsur Delapan, satu-satunya cara untuk keluar dari samsâra.

Cerita-cerita tentang bagaimana Bodhisatta melatih pâramî ditemukan dalam Jâtaka. Ketika kita menelaah Jâtaka, sangat jelas bahwa isinya adalah dongeng yang diciptakan untuk mengajari nilai-nilai kebajikan pada anak-anak, seperti Fabel Aesop dan Dongeng Grimm… bagaimana mungkin binatang dapat berbicara dan berkelakuan seperti manusia kecuali dalam dongeng. Cerita seperti Vessantara Jâtaka, dimana Bodhisatta, dalam usahanya untuk menyempurnakan dânapâramî, menyerahkan istri dan kedua anaknya kepada seorang pengemis kejam yang memukuli mereka, adalah bertentangan dengan Dhamma. Buddha berkata bahwa pemberian yang baik adalah pemberian yang tidak melukai diri sendiri maupun makhluk lain.

Penjelasan di atas menekankan pentingnya fakta bahwa Buddha hanya mengajarkan Jalan Mulia Berunsur Delapan untuk meraih pencerahan dan mengakhiri penderitaan, yang berbeda dengan jalan lainnya.

Sumber: http://www.w****a.com/forum/meditasi/5813-samatha-dan-vipassana.html

Bagaimana pandapat teman-teman se-Dhamma sekalian?
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline Rina Hong

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.255
  • Reputasi: -2
  • Gender: Female
Re: Jalur Bodhisattva dan Jalur Arahat Tidak Berbeda [copas]
« Reply #1 on: 14 March 2010, 02:13:33 PM »
<quote>Cerita-cerita tentang bagaimana Bodhisatta melatih pâramî ditemukan dalam Jâtaka. Ketika kita menelaah Jâtaka, sangat jelas bahwa isinya adalah dongeng yang diciptakan untuk mengajari nilai-nilai kebajikan pada anak-anak, seperti Fabel Aesop dan Dongeng Grimm… bagaimana mungkin binatang dapat berbicara dan berkelakuan seperti manusia kecuali dalam dongeng. Cerita seperti Vessantara Jâtaka, dimana Bodhisatta, dalam usahanya untuk menyempurnakan dânapâramî, menyerahkan istri dan kedua anaknya kepada seorang pengemis kejam yang memukuli mereka, adalah bertentangan dengan Dhamma. Buddha berkata bahwa pemberian yang baik adalah pemberian yang tidak melukai diri sendiri maupun makhluk lain.</quote>

fabel? apa penulis pernah mengingat kehidupan lalu beliau dialam binatang? kalau pernah... harusnya tau donk...kalo alam binatang itu juga punya dunia mereka sendiri... jadi bukannya seolah2 bertingkah seperti manusia (teori belakangan yg di ciptakan manusia alias fabel) tapi mereka bertingkah layaknya mereka di dunia mereka... manusia aja yg merasa mereka meniru manusia... atau jangan2 manusia yg bertingkah seperti hewan... sudah jelas2 penelitian membuktikan bahwa hewan duluan ada dibanding manusia.. jadi siapa meniru siapa...

saya rasa ga ada yg diherankan dengan cerita jataka...
mopi gw dirumah aja bisa nangis toh... nah loh... apa kah ini dongeng?
The four Reliances
1st,rely on the spirit and meaning of the teachings, not on the words;
2nd,rely on the teachings, not on the personality of the teacher;
3rd,rely on real wisdom, not superficial interpretation;
And 4th,rely on the essence of your pure Wisdom Mind, not on judgmental perceptions

Offline andrew

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 568
  • Reputasi: 22
Re: Jalur Bodhisattva dan Jalur Arahat Tidak Berbeda [copas]
« Reply #2 on: 14 March 2010, 03:32:41 PM »
Ini ada artikel menarik tentang persamaan antara cita-cita Arahat (Theravada) dengan cita-cita Bodhisattva (Mahayana) berdasarkan sumber sutta-sutta Nikaya (Agama Sutra):



jalan bodhisattva bukan monopoli mahayana, di Theravada juga dijelaskan jalan bodhisattva,

Theravada adalah sebutan untuk buddhis yang berpedoman pada tipitaka pali,  bisa mengambil jalan arahat atau jalan bodhisatta, ini tentang pilihan pribadi,

Offline carinex

  • Teman
  • **
  • Posts: 71
  • Reputasi: 4
Re: Jalur Bodhisattva dan Jalur Arahat Tidak Berbeda [copas]
« Reply #3 on: 14 March 2010, 03:45:56 PM »
Saya setuju dengan artikel diatas. Memang Jataka cukup meragukan.
Dan lagipula kita kan berlindung kepada Buddha, Dhamma dan Sanggha.
Bukan berlindung kepada Boddhisattva.

Saya bernaung kepada Buddha Siddharta Gotama, bukan kepada Pangeran Siddharta Gotama. Saya bernaung kepada Buddha, bukan bernaung kepada kehidupan beliau sebelum menjadi Buddha.




« Last Edit: 14 March 2010, 03:53:02 PM by carinex »

Offline GandalfTheElder

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.480
  • Reputasi: 75
  • Gender: Male
  • Exactly who we are is just enough (C. Underwood)
Re: Jalur Bodhisattva dan Jalur Arahat Tidak Berbeda [copas]
« Reply #4 on: 14 March 2010, 03:54:59 PM »
 [at] atas:

Berbeda dengan Theravada, Dalam Mahayana dan Vajrayana, Bodhisattva termasuk dalam Arya Sangha, salah satu objek perlindungan (Triratna) karena tingkatan bhumi2 Bodhisattva dalam Mahayana adalah tingkat kesucian.

Selebihnya artikel dari TS ini arahnya dari perspektif Theravada saja, bukan Mahayana.

 _/\_
The Siddha Wanderer
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Jalur Bodhisattva dan Jalur Arahat Tidak Berbeda [copas]
« Reply #5 on: 14 March 2010, 04:01:13 PM »
[at] atas:

Berbeda dengan Theravada, Dalam Mahayana dan Vajrayana, Bodhisattva termasuk dalam Arya Sangha, salah satu objek perlindungan (Triratna) karena tingkatan bhumi2 Bodhisattva dalam Mahayana adalah tingkat kesucian.

Selebihnya artikel dari TS ini arahnya dari perspektif Theravada saja, bukan Mahayana.

 _/\_
The Siddha Wanderer

Benar, ini dari perspektif Theravada karena mengambil referensi dari sutta-sutta yang ada pada Panca Nikaya Pali atau Agama Sutra Sanskerta.
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline carinex

  • Teman
  • **
  • Posts: 71
  • Reputasi: 4
Re: Jalur Bodhisattva dan Jalur Arahat Tidak Berbeda [copas]
« Reply #6 on: 14 March 2010, 04:14:43 PM »
btw, itu penulis artikelnya Ven Dhammavuddho Thero dari Malaysia.
Dia pernah menjadi Bhiksu Mahayana selama 3 tahun.
kalau mau tau tentang ceramah Beliau yang lain2 bisa buka

vbgnet.org
« Last Edit: 14 March 2010, 04:17:57 PM by carinex »

Offline sobat-dharma

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.286
  • Reputasi: 45
  • Gender: Male
  • sharing, caring, offering
Re: Jalur Bodhisattva dan Jalur Arahat Tidak Berbeda [copas]
« Reply #7 on: 14 March 2010, 04:40:41 PM »
Sepakat dengan gandalf dan seniya,
perspektifnya cuma Theravada, tidak ada Mahayananya. Meski pernah menjadi Bhiksu Mahayana, artikel di atas lebih banyak mencerminkan pandangannya yang Theravadin.
Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

Offline GandalfTheElder

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.480
  • Reputasi: 75
  • Gender: Male
  • Exactly who we are is just enough (C. Underwood)
Re: Jalur Bodhisattva dan Jalur Arahat Tidak Berbeda [copas]
« Reply #8 on: 14 March 2010, 05:38:26 PM »
Yap. Dhammavuddho Thera cenderung agak ofensif terhadap Mahayana, ini dilihat dari video2nya di youtube........ tetapi ketika datang ke Surabaya, beliau malah dikritik oleh pandit2 Theravada Surabaya karena wejangannya ada beberapa pengaruh Mahayana.....hohoho

 _/\_
The Siddha Wanderer
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

Offline carinex

  • Teman
  • **
  • Posts: 71
  • Reputasi: 4
Re: Jalur Bodhisattva dan Jalur Arahat Tidak Berbeda [copas]
« Reply #9 on: 14 March 2010, 05:41:35 PM »
 [at] atas.

Contohnya apa?

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Re: Jalur Bodhisattva dan Jalur Arahat Tidak Berbeda [copas]
« Reply #10 on: 14 March 2010, 05:58:06 PM »
eit..saya tahu bro Seniya copas itu cerita dari mana..Dari Segengam Daun Bodhi yang ditulis oleh kepala vihara Malaysia Bhante Dhammavudho kan? :)

bagus kalau dicopas karena saya juga penasaran dengan pernyataan2 bhante tersebut..!!

:)

Anumodana _/\_
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline GandalfTheElder

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.480
  • Reputasi: 75
  • Gender: Male
  • Exactly who we are is just enough (C. Underwood)
Re: Jalur Bodhisattva dan Jalur Arahat Tidak Berbeda [copas]
« Reply #11 on: 14 March 2010, 06:05:23 PM »
Antarabhava  ;D

 _/\_
The Siddha Wanderer
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

Offline carinex

  • Teman
  • **
  • Posts: 71
  • Reputasi: 4
Re: Jalur Bodhisattva dan Jalur Arahat Tidak Berbeda [copas]
« Reply #12 on: 14 March 2010, 06:08:38 PM »
 [at]  atas

antarabhava itu apa?

Offline carinex

  • Teman
  • **
  • Posts: 71
  • Reputasi: 4
Re: Jalur Bodhisattva dan Jalur Arahat Tidak Berbeda [copas]
« Reply #13 on: 14 March 2010, 06:11:13 PM »
btw, tentang sutta-sutta itu. Saya sedih juga dengan Indonesia. Karena di Indonesia susah dapat sutta dalam bahasa indonesia yang lengkap. :(


Offline carinex

  • Teman
  • **
  • Posts: 71
  • Reputasi: 4
Re: Jalur Bodhisattva dan Jalur Arahat Tidak Berbeda [copas]
« Reply #14 on: 14 March 2010, 06:19:54 PM »
Yap. Dhammavuddho Thera cenderung agak ofensif terhadap Mahayana, ini dilihat dari video2nya di youtube........ tetapi ketika datang ke Surabaya, beliau malah dikritik oleh pandit2 Theravada Surabaya karena wejangannya ada beberapa pengaruh Mahayana.....hohoho

 _/\_
The Siddha Wanderer

yg kontradiksi abidhamma yang dengan sutta?

Kalau saya pribadi sih tidak menutup mata dengan pandangan Mahayana juga. Selama sesuai dengan kenyataan kenapa tidak..
« Last Edit: 14 March 2010, 06:24:19 PM by carinex »