//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan  (Read 588396 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline rooney

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.750
  • Reputasi: 47
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia...
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #1050 on: 20 December 2011, 02:36:08 PM »
Bisa dijelaskan batasan 'duniawi' ini apa saja, dan mungkin contohnya di bidang apa?

Contoh : bisnis

Offline Rico Tsiau

  • Kebetulan terjoin ke DC
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.976
  • Reputasi: 117
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #1051 on: 20 December 2011, 02:37:35 PM »
mempelajari keduanya sebagai ajaran yang independen, ini yang susah.
karena konsep yang satu akan mengusik konsep lainnya.

tapi tidak apa2 lah, ambil yang bermanfaat saja.
seperti ceramah Pak Wowor, kamu cocoknya yang mana?  :D

pertanyaan selanjutnya :

seorang Sottapanna telah mematahkan 3 belenggu :
- Pandangan salah tentang aku(Sakkāya-diṭṭhi)
- Keragu-raguan terhadap Buddha, Dharma, Sangha (Vicikicchā)
- Kemelekatan terhadap peraturan dan ritual (Sīlabbata-parāmāsa)

pada sebuah tulisan yang saya baca ada tulisan berikut :

Terdapat 4 hal yang bila dikembangkan dan dilatih, menuntun kepada buah Pemasuk Arus yakni:
1. Bergaul dengan mereka yang bijaksana
2. Mendengarkan Dhamma yang asli
3. Perhatian/Pengamatan yang seksama
4. Praktek yang sesuai dengan Dhamma.

point 1,3 dan 4 mungkin masih bisa saya mengerti dan tidak membuat saya dilema
tapi point 2. Mendengarkan Dhamma yang asli ini yang membuat saya kepikiran terus.
maksudnya dhamma yang asli itu bagaimana?

terus menurut bro Kain sendiri keempat hal diatas bagaimana? apa benar begitu?

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #1052 on: 20 December 2011, 02:44:28 PM »
Contoh : bisnis
Tidak bisa, setidaknya secara langsung. Buddha tidak mengajarkan bagaimana mengembangkan bisnis secara khusus. Tapi pengembangan diri apapun, pasti berimbas dalam semua aspek kehidupan kita. Misalnya Buddha mengajarkan agar tidak menipu, jika diikuti, maka otomatis kita akan menjadi orang yang tidak menipu. Orang bukan penipu akan memiliki kredibilitas dan integritas tinggi, yang pada gilirannya akan membawa keuntungan juga bagi bisnisnya.

Fokus pengajaran Buddha adalah non-duniawi, namun bukan berarti hanya bermanfaat bagi para petapa. Semua orang, bahkan kriminal yang mau berubah sekalipun bisa mendapatkan kemajuan dari Ajaran Buddha, yang secara tidak langsung juga dalam prosesnya, memperbaiki sisi kehidupan duniawi juga. Menurut saya begitu.

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #1053 on: 20 December 2011, 02:55:17 PM »
mempelajari keduanya sebagai ajaran yang independen, ini yang susah.
karena konsep yang satu akan mengusik konsep lainnya.

tapi tidak apa2 lah, ambil yang bermanfaat saja.
seperti ceramah Pak Wowor, kamu cocoknya yang mana?  :D

pertanyaan selanjutnya :

seorang Sottapanna telah mematahkan 3 belenggu :
- Pandangan salah tentang aku(Sakkāya-diṭṭhi)
- Keragu-raguan terhadap Buddha, Dharma, Sangha (Vicikicchā)
- Kemelekatan terhadap peraturan dan ritual (Sīlabbata-parāmāsa)

pada sebuah tulisan yang saya baca ada tulisan berikut :

Terdapat 4 hal yang bila dikembangkan dan dilatih, menuntun kepada buah Pemasuk Arus yakni:
1. Bergaul dengan mereka yang bijaksana
2. Mendengarkan Dhamma yang asli
3. Perhatian/Pengamatan yang seksama
4. Praktek yang sesuai dengan Dhamma.

point 1,3 dan 4 mungkin masih bisa saya mengerti dan tidak membuat saya dilema
tapi point 2. Mendengarkan Dhamma yang asli ini yang membuat saya kepikiran terus.
maksudnya dhamma yang asli itu bagaimana?

terus menurut bro Kain sendiri keempat hal diatas bagaimana? apa benar begitu?
Untuk mengetahui 'keaslian dhamma', seseorang harus memiliki perhatian dan penyelidikan terhadap dhamma itu sendiri. Apakah benar sebuah ajaran membawa orang pada padamnya keserakahan dan kebencian, apakah benar sebuah ajaran mengajarkan kita melihat realitas apa adanya bukan sekadar indoktrinasi dogmatis. Dengan patokan ini, seseorang bisa menilai sendiri tanpa perlu dibiaskan dengan merk 'aseli'.

Bergaul dengan para bijaksana maksudnya memang kita mencari bimbingan dari mereka yang bisa mengarahkan pada kebaikan. Dari mereka kita mendapatkan dhamma yang 'aseli' lalu kita selidiki sendiri dhamma tersebut, kemudian kita praktikkan.

Juga kalau kita bicara konteks pencapaian kesucian, tidak ada praktik lain selain pengembangan meditasi (ketenangan & perhatian). Sebagai penganut Ajaran Buddhisme, tidak akan mendapatkan hasil optimal tanpa pengembangan meditasi tersebut.


Offline will_i_am

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.163
  • Reputasi: 155
  • Gender: Male
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #1054 on: 20 December 2011, 03:05:50 PM »
makasih om kainyn penjelasannya, tapi saya ralat sedikit, dari buku yang saya baca(buddha abhidhamma), memang yang berfungsi sebagai memory itu adalah sanna atau persepsi...

Quote
3 Sanna
Sanna takes note of the sense-objects as to colour, form, shape,
name, etc. It functions as memory. It is sannà that enables one to
recognize an object that has once been perceived by the mind
through the senses. Without sannà, we would not remember our
names, our parents, our wives and children, our houses, etc. So
it would be impossible to live in the community.
« Last Edit: 20 December 2011, 03:08:01 PM by will_i_am »
hiduplah hanya pada hari ini, jangan mengkhawatirkan masa depan ataupun terpuruk dalam masa lalu.
berbahagialah akan apa yang anda miliki, jangan mengejar keinginan akan memiliki
_/\_

Offline Rico Tsiau

  • Kebetulan terjoin ke DC
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.976
  • Reputasi: 117
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #1055 on: 20 December 2011, 03:10:12 PM »
Untuk mengetahui 'keaslian dhamma', seseorang harus memiliki perhatian dan penyelidikan terhadap dhamma itu sendiri. Apakah benar sebuah ajaran membawa orang pada padamnya keserakahan dan kebencian, apakah benar sebuah ajaran mengajarkan kita melihat realitas apa adanya bukan sekadar indoktrinasi dogmatis. Dengan patokan ini, seseorang bisa menilai sendiri tanpa perlu dibiaskan dengan merk 'aseli'.

Bergaul dengan para bijaksana maksudnya memang kita mencari bimbingan dari mereka yang bisa mengarahkan pada kebaikan. Dari mereka kita mendapatkan dhamma yang 'aseli' lalu kita selidiki sendiri dhamma tersebut, kemudian kita praktikkan.

Juga kalau kita bicara konteks pencapaian kesucian, tidak ada praktik lain selain pengembangan meditasi (ketenangan & perhatian). Sebagai penganut Ajaran Buddhisme, tidak akan mendapatkan hasil optimal tanpa pengembangan meditasi tersebut.

banyak cerita, salah satunya yang saya ingat tentang anatapindika (tulisannya bener gak sih?) beliau hanya mendengarkan beberapa patah kata dari sang buddha langsung mencapai buah pemasuk arus.
tidak ada meditasi disitu, bagaimana bisa?
atau apakah mungkin orang yang lahir pada saat para buddha muncul dan memiliki akses bertemu dan mendengarkan langsung dhamma yang dibabarkan oleh sang buddha adalah orang yang sangat didukung oleh kamma baik lampau, sehingga hanya dengan mendengarkan sedikit dhamma saja cukup memberikan pencerahan pada dirinya?

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #1056 on: 20 December 2011, 03:22:13 PM »
makasih om kainyn penjelasannya, tapi saya ralat sedikit, dari buku yang saya baca(buddha abhidhamma), memang yang berfungsi sebagai memory itu adalah sanna atau persepsi...
Thanks buat kutipannya.
Saya tidak sependapat. Betul, sanna yang mengenali, namun sanna mengenali berdasarkan bentukan pikiran. Jadi di sini misalnya kita melihat kucing, maka persepsi pikiran mengenali kontak persepsi mata tersebut, dan memeriksa bentuk pikiran masa lampau yang berhubungan dengan bentuk tersebut. Ketika ada bentuk pikiran masa lampau yang dipersepsi berhubungan dengan bentuk tersebut, maka persepsi mengenalnya sebagai objek yang sama. Singkatnya sanna yang memproses ingatan, namun ingatan sendiri adalah bentukan pikiran.


Offline will_i_am

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.163
  • Reputasi: 155
  • Gender: Male
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #1057 on: 20 December 2011, 03:26:47 PM »
banyak cerita, salah satunya yang saya ingat tentang anatapindika (tulisannya bener gak sih?) beliau hanya mendengarkan beberapa patah kata dari sang buddha langsung mencapai buah pemasuk arus.
tidak ada meditasi disitu, bagaimana bisa?
atau apakah mungkin orang yang lahir pada saat para buddha muncul dan memiliki akses bertemu dan mendengarkan langsung dhamma yang dibabarkan oleh sang buddha adalah orang yang sangat didukung oleh kamma baik lampau, sehingga hanya dengan mendengarkan sedikit dhamma saja cukup memberikan pencerahan pada dirinya?
setahu saya kalau dalam komentar-komentar yang saya baca, setelah mendengarkan khotbah dari sang buddha, orang tersebut merenungkan kata dan makna tersebut dalam pikirannya, dan menggunakannya sebagai subjek meditasi dan di tempat duduk itu juga, ia mencapai tingkat kesucian...
jadi bukannya orang tersebut tidak bermeditasi, hanya saja ia bermeditasi dalam waktu yang singkat dan mencapai buah kesucian pada saat itu juga..
hiduplah hanya pada hari ini, jangan mengkhawatirkan masa depan ataupun terpuruk dalam masa lalu.
berbahagialah akan apa yang anda miliki, jangan mengejar keinginan akan memiliki
_/\_

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #1058 on: 20 December 2011, 03:34:03 PM »
banyak cerita, salah satunya yang saya ingat tentang anatapindika (tulisannya bener gak sih?) beliau hanya mendengarkan beberapa patah kata dari sang buddha langsung mencapai buah pemasuk arus.
tidak ada meditasi disitu, bagaimana bisa?
Pencapaian kesucian adalah sebuah rangkaian perjuangan panjang selama berkalpa-kalpa. Kadang kita hanya melihat 'ujung'-nya saja, yaitu kehidupan terakhirnya, sehingga seolah-olah gampang sekali memperoleh kesucian. Untuk ini, ada contoh paling gampang yaitu Thera Cula-panthaka yang terkenal itu. Ia pelupa dan modal satu kalimat dan kain yang diusap-usap, langsung mencapai Arahatta. Bayangkan dari tukang lupa langsung ke Arahat yang sangat sakti. Kesannya semua instant. ;D Padahal dikisahkan pada masa Buddha Kassapa saja, Culapanthaka ini melatih Odata-kasina selama 20.000 tahun penuh.

Jadi pencapaian itu tetap adalah hasil dari perjuangan panjang seseorang, hanya saja cara mencapainya berbeda-beda, ada yang kelihatan susah-payahnya, ada yang seperti sepele saja. Tapi sebetulnya semuanya telah berlatih dengan sungguh-sungguh di masa lampau dalam waktu yang sangat lama.


Quote
atau apakah mungkin orang yang lahir pada saat para buddha muncul dan memiliki akses bertemu dan mendengarkan langsung dhamma yang dibabarkan oleh sang buddha adalah orang yang sangat didukung oleh kamma baik lampau, sehingga hanya dengan mendengarkan sedikit dhamma saja cukup memberikan pencerahan pada dirinya?
Tentu saja begitu. Dikatakan menjadi manusia itu sulit. Munculnya seorang Samma Sambuddha lebih langka lagi. Menjadi manusia di saat Samma Sambuddha muncul, dan bisa bertemu langsung dan mendengarkan pengajaran, itu sudah pasti bukan hasil kamma 'biasa-biasa aja'. Dan kalau kita sering perhatikan di komentar, orang-orang yang 'berjodoh' dengan Buddha Gotama ini adalah memang yang sejak masa lampau pun sudah sering bertemu dan berinteraksi, membangun ikatan kamma yang kuat. 


Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #1059 on: 20 December 2011, 03:35:38 PM »
setahu saya kalau dalam komentar-komentar yang saya baca, setelah mendengarkan khotbah dari sang buddha, orang tersebut merenungkan kata dan makna tersebut dalam pikirannya, dan menggunakannya sebagai subjek meditasi dan di tempat duduk itu juga, ia mencapai tingkat kesucian...
jadi bukannya orang tersebut tidak bermeditasi, hanya saja ia bermeditasi dalam waktu yang singkat dan mencapai buah kesucian pada saat itu juga..
Tidak selalu bermeditasi juga. Misalnya Sariputta yang dengar 2 baris syair dari Asajji langsung Sotapanna.

Offline will_i_am

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.163
  • Reputasi: 155
  • Gender: Male
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #1060 on: 20 December 2011, 03:44:45 PM »
Tidak selalu bermeditasi juga. Misalnya Sariputta yang dengar 2 baris syair dari Asajji langsung Sotapanna.
kalau "merenungi" bait dhamma bisa gak??  ;D ;D
hiduplah hanya pada hari ini, jangan mengkhawatirkan masa depan ataupun terpuruk dalam masa lalu.
berbahagialah akan apa yang anda miliki, jangan mengejar keinginan akan memiliki
_/\_

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #1061 on: 20 December 2011, 03:48:02 PM »
kalau "merenungi" bait dhamma bisa gak??  ;D ;D
Iya, tentu direnungkan, tapi karena kematangan kebijaksanaannya, perenungan sebentar langsung membuahkan hasil, tidak perlu 'masuk' pada perhatian mendalam seperti dalam meditasi.

Offline Rico Tsiau

  • Kebetulan terjoin ke DC
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.976
  • Reputasi: 117
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #1062 on: 20 December 2011, 03:57:35 PM »
tengkiu...


next :

mengetahui bahwa harus mematahkan 3 belunggu ini (sebagai pemasuk arus)
tau harus dipatahkan namun tidak mampu mematahkan dalam kehidupan ini, bisa kah seseorang bertekad untuk melanjutkan usahanya di kelahiran selanjutnya? bagaimana caranya?

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #1063 on: 20 December 2011, 04:06:11 PM »
tengkiu...


next :

mengetahui bahwa harus mematahkan 3 belunggu ini (sebagai pemasuk arus)
tau harus dipatahkan namun tidak mampu mematahkan dalam kehidupan ini, bisa kah seseorang bertekad untuk melanjutkan usahanya di kelahiran selanjutnya? bagaimana caranya?
Tentu saja bisa. Kalau semua harus instant dalam 1 kehidupan, saya tidak mau pilih Ajaran Buddha. ;D

Caranya adalah dengan mengarahkan pikiran sesuai dhamma, dan hidup sesuai dhamma. Apapun yang kita pikirkan atau kembangkan, akan menjadi kecenderungan kita. Seseorang yang cenderung pada dhamma, maka tentu akan 'mencari' dhamma, apakah kehidupan sekarang maupun selanjutnya. Jadi tidak perlu khawatir. Jagalah sila (sebab tanpa sila, orang tidak terlahir di alam baik, sementara dhamma hanya 'beredar' dan dipahami oleh makhluk di alam yang baik), kemudian kembangkan samadhi dan panna. Hal ini akan selalu membuat kita terkondisi pada dhamma.

Offline Rico Tsiau

  • Kebetulan terjoin ke DC
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.976
  • Reputasi: 117
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #1064 on: 20 December 2011, 04:15:30 PM »
Tentu saja bisa. Kalau semua harus instant dalam 1 kehidupan, saya tidak mau pilih Ajaran Buddha. ;D

Caranya adalah dengan mengarahkan pikiran sesuai dhamma, dan hidup sesuai dhamma. Apapun yang kita pikirkan atau kembangkan, akan menjadi kecenderungan kita. Seseorang yang cenderung pada dhamma, maka tentu akan 'mencari' dhamma, apakah kehidupan sekarang maupun selanjutnya. Jadi tidak perlu khawatir. Jagalah sila (sebab tanpa sila, orang tidak terlahir di alam baik, sementara dhamma hanya 'beredar' dan dipahami oleh makhluk di alam yang baik), kemudian kembangkan samadhi dan panna. Hal ini akan selalu membuat kita terkondisi pada dhamma.

terima kasih

next :

apakah para deva 'pasti' akan memiliki ingatan akan kelahirannya sebelumnya? sehingga seorang manusia yang sebelumnya tekun mempraktekkan dhamma setelah mati dan 'pindah' ke alam deva masih bisa meneruskan apa yang ditekuninya pada kehidupan lampau?

 

anything