Masih ada om..
Ada etnis(keturunan) tertentu yg merasa derajatnya lebih tinggi dari etnis lainnya
mau sy sebutkan etnisnya om?
Sebaiknya jangan deh, Mr.Jhonz. Takutnya berpotensi menyinggung.
Saya juga melihat memang ada pihak tertentu yang begitu, dan sesungguhnya saya merasa kasihan dengan mereka.
*katanya,pelayanan pramusaji rumah makan di china sangat jelek,katanya,pelayan mengambil piring/mangkok dari meja konsumen(kondisi meja masih ditempati konsumen) tanpa satu katapun,dan dilakukan dgn terges-gesa..
Bagaimana menurut sikap ini?
*kalo di indonesia,pelayan idonesia sangat segan dan ramah kepada yg bertampang tajir.
Dulu waktu saya ke Hong Kong memang banyak yang seperti itu (namun tidak semuanya, ada beberapa yang ramah juga). Bahkan menurut orang setempat, kalau mereka merasa orangnya terlalu lama, belum habispun makanannya, sudah diangkat. Ini memang 'keramahan' ciri khas mereka. Belakangan lagi saya dengar pemerintah China menggalakkan turismenya sekaligus persiapan untuk Olympiade kemarin, dan rakyatnya dihimbau untuk menghilangkan kebiasaan-kebiasaan buruk yang bikin "takut" turis. Seharusnya sikap begitu sudah makin sedikit.
Kalau dilihat, mungkin mereka demikian karena cara hidup mereka saja. Mereka punya cara pandang "uang adalah yang terpenting" dan orang yang kelamaan duduk itu berpotensi mengurangi omzet. Orang sana bilang lebih baik mengaku pelacur daripada orang yang tidak punya uang. Dengan cara pandang yang begitu, saya pikir tidak heranlah mereka kurang bisa menghargai orang lain.
Ramah kepada calon pelanggan yang terlihat tajir bukan hanya di sini, di hampir semua tempat juga begitu, kecuali Jepang. Di Jepang masuk keluar toko disambut penghormatan. Lirik barang sedikit, walau tidak diminta, barang diambilkan, dibukakan untuk kita lihat. Pegang-pegang, tidak jadi beli, tetap tidak apa-apa. Perbedaan demikian muncul karena memang perbedaan budaya saja. Bagaimana orang memandang dirinya, pekerjaan, dan orang lain menentukan sikapnya.