Beralih ke Dhammanupasana dengan objek pikiran itu maksudnya gimana ya ?
Pengetahuan saya masih terbatas, jadi saya bahas yang saya tau saja. Kalau Rooney mau, coba baca lagi detilnya di
Mahasatipatthana Sutta (Digha Nikaya 22).Saya ambil daftar isinya:
1 PERENUNGAN JASMANI (Kayanupassana)
1.1. Perhatian pada pernafasan
1.2. Empat postur
1.3. Kesadaran jernih
1.4. Perenungan menjijikkan: Bagian-bagian tubuh
1.5. Empat Unsur
1.6. Sembilan perenungan tanah pekuburan
2 PERENUNGAN PERASAAN (Vedananupassana)
3 PERENUNGAN PIKIRAN (Cittanupassana)
4 PERENUNGAN OBJEK-OBJEK PIKIRAN (Dhammanupassana)
4.1. Lima Rintangan
4.2. Lima gugus (bentuk, perasaan, persepsi, bentukan-bentukan batin, dan kesadaran)
4.3. Enam Landasan Indria Internal dan Eksternal
4.4. Tujuh Faktor Penerangan Sempurna
4.5. Empat Kebenaran Mulia
Misalnya nafas dipilih sebagai objek utama (di mana perhatian pada nafas adalah bagian dari Perenungan Jasmani atau Kayanupassana).
Saat sedang memperhatikan nafas, apapun yang mengalihkan perhatian kita, ini seperti anak kecil yang merengek-rengek minta diperhatikan. Ada kalanya, anak kecil ini cukup diperhatikan sebentar, dia bisa diam. Lalu kita bisa kembali ke nafas. Tapi terkadang sulit, karena dia tidak mau diam atau karena kita justru tertarik padanya.
Kalau tipe anak kecil yang tidak mau diam atau kita tertarik padanya, maka, selama kita tidak terseret olehnya (tidak membenci dan tidak menyukainya), selanjutnya ia bisa dijadikan bahan perenungan (beralih ke Dhammanupassana).
************
Dalam kasus Rooney, muncul sebuah ingatan. Ingatan adalah objek pikiran. Kalau Rooney tertarik, maka ingatan ini termasuk dalam poin 4.3. Bagaimana cara menyelidikinya?
"Ia mengetahui pikiran dan mengetahui objek-objek pikiran, dan ia mengetahui belenggu apa pun yang muncul bergantung pada kedua hal ini. Dan ia mengetahui bagaimana belenggu yang belum muncul itu muncul, dan ia mengetahui bagaimana melepaskan belenggu yang telah muncul, dan ia mengetahui bagaimana ketidakmunculan belenggu yang telah dilepaskan itu akan muncul di masa depan.’"*******
Kadang bisa juga memanfaatkan ingatan tertentu, diselidiki untuk lebih memahami Dukkha. Misalnya kebetulan teringat tentang anggota keluarga yang meninggal. Atau misalnya teringat tentang ketidakpuasan karena menginginkan suatu keadaan tetap sama (padahal itu tidak mungkin).
*******
Atau kalau misalnya muncul kegelisahan atau rintangan batin. Ini bisa dijadikan bahan perenungan juga, yaitu termasuk dalam poin 4.1. Cara menyelidikinya:
"Di sini, para bhikkhu, jika kegelisahan hadir dalam dirinya, seorang bhikkhu mengetahui bahwa kegelisahan hadir. Jika kegelisahan tidak ada dalam dirinya, seorang bhikkhu mengetahui bahwa kegelisahan tidak ada. Dan ia mengetahui bagaimana kegelisahan yang belum muncul itu muncul, dan ia mengetahui bagaimana menyingkirkan kegelisahan yang telah muncul, dan ia mengetahui bagaimana ketidak-munculan di masa depan dari kegelisahan yang telah disingkirkan.’"___________________________
Yang di atas, itu alternatif saja. Masih banyak kemungkinan yang lain, terserah kecenderungan Rooney nanti saja saat meditasi.
Btw, dalam praktik, tidak semudah seperti yang tertulis. Seringkali saya hanya bisa merasakan betapa saya menolak satu hal dan menginginkan hal yang lain. Pengetahuan tentang bagaimana mengatasi belenggu atau rintangan batin, juga sama sekali belum muncul. Kadang hanya tau, ya ada belenggu/rintangan muncul. Tapi saya belum tau bagaimana agar belenggu/rintangan itu tidak muncul lagi di masa depan. Kalaupun tau, selalu saja saya gagal memperhatikan munculnya "penyebabnya" sehingga jatuh ke belenggu yang sama. Kadang setelah "ber-melankolis ria" atau "ber-madesu ria" bersama kebodohan, setelah beberapa waktu barulah saya sadari kebodohan saya. Tapi ya, berusaha terus saja
Vipassana itu sebenarnya proses berkelanjutan, bahkan - idealnya - juga dipraktikkan sewaktu tidak sedang duduk dalam meditasi formal. Keinginan yang saya pupuk, mempengaruhi gejolak saya dalam meditasi. Semakin banyak keinginan, maka saat meditasi saya semakin membenci yang satu dan bernafsu pada yang lainnya, mudah terseret, dan sulit berpikir objektif. Kalau tertarik, boleh baca Digha Nikaya 21 (mulai dari nomor 1.13), atau Samyutta Nikaya buku ke-4 (coba baca Perumpamaan Enam Binatang, di Samyutta Nikaya buku ke-4, halaman 1370).