//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...  (Read 647931 times)

0 Members and 3 Guests are viewing this topic.

Offline Tan

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 510
  • Reputasi: 31
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #420 on: 15 April 2009, 10:56:42 PM »
JAWABAN KEPADA UPASAKA (2)

Upasaka:

Orang yang telah merealisasi Pembebasan (Nibbana / Nirvana) sudah tidak dapat lagi ditemukan dalam bentuk 'orang' atau 'pribadi'. Wujud personal itu terbelenggu oleh anicca-dukkha-anatta. Bila orang yang dikatakan sudah merealisasi Pembebasan itu masih bisa ditemukan dalam bentuk 'orang' atau 'pribadi', maka orang itu sesungguhnya belum merealisasi Pembebasan.

TAN:

Apakah yang dimaksud dengan "orang" dan "pribadi" di sini? Apakah orang dalam arti fisik atau bagaimana?

Upasaka:

Orang yang terbebas pun adalah orang yang tidak lagi terikat oleh dualisme duniawi ini. Selama masih berada di lingkup jagad raya, maka dualisme akan selalu ada. Orang yang terbebas tidak akan lagi masuk atau keluar. Karena masuk atau keluar adalah sifat dualistis. Dan hal itu tidak kongruen dengan sifat Nibbana / Nirvana yang dalam konsep sejatinya dikatakan absolut.

TAN:

Justru karena itu. Karena tidak adanya konsep masuk atau keluar, belas kasih seorang Buddha akan tetap eksis - TIDAK DIBATASI RUANG DAN WAKTU. Saya tidak menerima pandangan Anda di atas, karena:

1.Seolah-olah menyatakan bahwa nirvana hanya dapat dicapai setelah seseorang wafat atau tidak hidup di jagad raya ini. Bagaimana dengan nirvana dengan sisa (saupadisesa nirvana)? Ini nampak nyata dari pernyataan Anda: "Selama masih berada di lingkup jagad raya, maka dualisme akan selalu ada." - artinya selama masih di jagad raya seseorang tak akan mencapai nirvana.

2.Pernyataan Anda kontradiksi dengan poin 1 di atas dengan menyatakan bahwa "Orang yang terbebas tidak akan lagi masuk atau keluar." Dengan demikian, mustahil bagi seseorang mencapai nirvana atau terbebaskan. Begitu terbebaskan, ia akan "keluar" dari jagad raya dan tidak masuk lagi. Jika demikian, dalam benaknya selamanya akan tetap ada dualisme. Bagaimana mungkin ada pembebasan sejati? Justru konsep Mahayana bahwa samsara dan nirvana adalah sama lebih sesuai dengan konsep tidak ada masuk dan keluar. Pantai seberang adalah pantai ini juga (lihat Sutra Prajnaparamitahrdaya) - Gate-gate Paragate Parasamgate Boddhi Svaha!

Apakah Anda tidak sadar bahwa pernyataan Anda "Orang yang bebas itu seharusnya tidak dibatasi ruangan atau apapun (tidak perlu keluar-masuk)" justru mendukung konsep Trikaya dan juga kesamaan samsara dan nirvana.
Peryataan "Orang yang dapat seenaknya keluar-masuk itu bukan orang yang bebas, itu hanyalah orang yang memiliki izin keluar-masuk" ini hanya permainan kata2 Anda saja. Bagaimana kalau saya tanggapi dengan permainan kata-kata pula: "ORANG YANG MENURUT ORANG YANG BELUM TERCERAHI NAMPAK SEPERTI KELUAR MASUK, TETAPI SESUNGGUHNYA DALAM BATINNYA TIDAK ADA KELUAR MASUK." Nah pertanyaan, saya apakah orang itu "keluar masuk"?
Keluar masuk dari sudut pandang siapa?

Amiduofo,

Tan

« Last Edit: 15 April 2009, 11:00:05 PM by Tan »

Offline sobat-dharma

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.286
  • Reputasi: 45
  • Gender: Male
  • sharing, caring, offering
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #421 on: 15 April 2009, 11:03:10 PM »

Jadi Apa/Siapa yang memancarkan belas kasih tersebut (ketika sudah merealisasikan nibbana tanpa sisa) ?

pertanyaan siapa dan apa tidak berlaku bagi yang telah merealisasikan nirvana, karena pada dasarnya tidak ada aku dan orang lain, bagaimana bisa ada "siapa" atau "apa"? Pada dasarnyanya di dalam diri setiap orang ada Sifat Kebuddhaan, maka kehadiran nirvana adalah mutlak di dalam "samsara"; karena samsara menjadi ada semata-mata kita tertutup oleh debu duniawi ego-diri,jika kita bisa melnghentikan gerak ego-diri yang liar, maka realisasi nirvana akan terjadi dengan sendirinya. Oleh karena itu, nirvana sebenarnya adalah hakikat sejati yang konstan terus menerus yang dilupakan oleh kita karena sifat ego-diri.
Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #422 on: 15 April 2009, 11:04:14 PM »
ANDA:

Jika Nirvana dan Samsara itu tidak berbeda (terlepas dari dualisme), darimana adanya maitri karuna yang sejati itu tak terbatas dan tak terkatakan, yang terus menerus di pancarkan, bahkan setelah seorang BUDDHA merealisasikan nibbana tanpa sisa...

INKONSISTEN...

TAN:

Justru sebaliknya, Bang. SANGAT KONSISTEN. Jika seseorang telah merealisasi kesamaan nirvana dan samsara, maka ia akan dapat memancarkan maitri karuna yang sejati. Bagi dia sudah tak ada segala bentuk pembedaan. Dualisme telah hilang. Sekarang saya balik bertanya, kemana perginya semua paramita yang ditimbun seorang Buddha saat Beliau masih menempuh jalan Bodhisattva? Saya melihat Anda menganut pandangan nihilisme penuh, karena yakin bahwa setelah seorang Buddha parinirvana, kekuatan maitri karunanya ikut musnah total. Ini bertolak belakang dengan pandangan sains bahwa materi tidak dapat diciptakan dan tak dapat dimusnahkan, melainkan materi hanya dapat ditransformasikan menjadi materi lainnya. Justru saya melihat pandangan Mahayana ini lebih sesuai dengan sains modern.
Saya balik pula bertanya, seorang Buddha dapat mengingat kehidupan lampaunya hingga sejauh yang Beliau inginkan. Pertanyaan saya, di manakan ingatan atau memori atas masa lampau itu tersimpan? Berarti bukankah ada suatu gudang penyimpanan yang ada terus menerus selama berkalpa2? Terus setelah seorang Buddha parinirvana ke manakah perginya "gudang" tersebut. Kalau tidak ada "gudang" itu, bagaimana seorang Buddha dapat merekoleksi kembali kehidupannya hingga jutaan kalpa yang lampau? Mohon penjelasannya secara jelas. Sebelumnya saya ucapkan banyak terima kasih.

Amiduofo,

Tan


Timbunan paramita seorang Bhodhisattva memuncak pada pencapaian Sammasambuddha.

Disebut nihilis apabila tidak ada apa-apa samasekali sebagai kebalikan dari ada, masalahnya disini Parinibbana bukanlah dalam konteks ada dan tiada atau bahkan biasanya ditambahkan masih dan sudah. Melainkan diluar ada dan tiada. Kata nihilis tidak berlaku dalam kondisi ini.

Baru kali ini saya membaca Nibbana diidentikkan dengan materi..??  :-?

Yang saya bold hijau menunjukkan analisa bro Upasaka memang benar2 tajam, yaitu Nibbana diinterpretasikan sebagai tempat sebagaimana yang ditunjukkan oleh Bro Tan, GRP send. 8)
« Last Edit: 15 April 2009, 11:08:52 PM by hendrako »
yaa... gitu deh

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #423 on: 15 April 2009, 11:06:52 PM »

Jadi Apa/Siapa yang memancarkan belas kasih tersebut (ketika sudah merealisasikan nibbana tanpa sisa) ?

pertanyaan siapa dan apa tidak berlaku bagi yang telah merealisasikan nirvana, karena pada dasarnya tidak ada aku dan orang lain, bagaimana bisa ada "siapa" atau "apa"? Pada dasarnyanya di dalam diri setiap orang ada Sifat Kebuddhaan, maka kehadiran nirvana adalah mutlak di dalam "samsara"; karena samsara menjadi ada semata-mata kita tertutup oleh debu duniawi ego-diri,jika kita bisa melnghentikan gerak ego-diri yang liar, maka realisasi nirvana akan terjadi dengan sendirinya. Oleh karena itu, nirvana sebenarnya adalah hakikat sejati yang konstan terus menerus yang dilupakan oleh kita karena sifat ego-diri.

Yang dimaksud oleh Bro Dilbert adalah Parinibbana, Nibbana tanpa sisa.
yaa... gitu deh

Offline Tan

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 510
  • Reputasi: 31
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #424 on: 15 April 2009, 11:13:20 PM »
JAWABAN KEPADA UPASAKA (3)

Upasaka:

Jika Nirvana dan samsara adalah identik, berarti dalam pandangan Mahayana secara jelas menyatakan bahwa Nirvana adalah 'tempat' / 'ruang' ? Apakah benar demikian?

Jika Nirvana memang adalah tempat / ruang / alam, maka sudah seharusnya Nirvana pun tunduk di bawah Panca Niyama (5 Hukum Tertib Kosmis), Tilakkhana (anicca-dukkha-anatta), Paticcasamuppada (Sebab-Musabab yang saling Bergantung), 4 Kebenaran Ariya.

Jika Nirvana bukanlah tempat, lantas mengapa Nirvana identik dengan samsara? Apakah Nirvana itu yang mengkondisikan samsara, atau samsara yang mengkondisikan Nirvana?

Lantas jika memang identik, mengapa orang yang telah merealisasi Nirvana dikatakan tidak ingin memasuki Nirvana tanpa sisa? Bukankah Nirvana dan samsara saling berkaitan, sehingga orang yang telah merealisasi Nirvana memang tidak akan bisa memasuki Nirvana tanpa sisa?

TAN:

Pertanyaan ini tidak tepat, seperti menanyakan jika api mati ke mana perginya api itu. Tetapi pertanyaan Anda saya tanggapi dengan pertanyaan pula. Menurut Anda apakah samsara itu sebuah "tempat" atau "ruang"? Samsara adalah kondisi pikiran. Pikiran yang menentukan Anda "terlahir" di mana saat ini. Anda dilanda keserakahan, artinya Anda sedang terlahir di alam preta. Anda sedang berbahagia, artinya Anda ada di alam dewa. Samsara adalah kondisi pikiran. Jika pikiran tidak mengkondisikan samsara, maka samsara itu tidak ada lagi. Karena itu, samsara adalah nirvana dan nirvana adalah samsara.
Pertanyaan Anda ini juga inkonsten: "Jika Nirvana bukanlah tempat, lantas mengapa Nirvana identik dengan samsara? Apakah Nirvana itu yang mengkondisikan samsara, atau samsara yang mengkondisikan Nirvana?" Anda mengatakan bahwa nirvana adalah absolut, maka tentunya tak ada lagi dualisme. Tak ada lagi yang mengkondisikan nirvana. Tetapi Anda mempertentangkan nirvana dengan menyatakan mana yang mengkondisikan mana. Jika Anda berpegang bahwa nirvana adalah sesuatu yang absolut, maka tidak ada yang saling mengkondisikan lagi. Justru pandangan bahwa nirvana identik dengan samsara memperlihatkan bahwa keduanya tidak saling mengkondisikan. Di sini saya melihat filosofi Mahayana sangat konsisten. Saya tidak perlu menjawab pertanyaan "Jika Nirvana bukanlah tempat, lantas mengapa Nirvana identik dengan samsara? Apakah Nirvana itu yang mengkondisikan samsara, atau samsara yang mengkondisikan Nirvana?" karena berpandangan bahwa nirvana identik dengan samsara. Tidak ada yang saling mengkondisikan. Justru orang yang berpandangan nirvana beda dengan samsara itulah yang harus menjawab pertanyaan tersebut. Pertanyaan Anda boleh dikatakan salah alamat.

Anda menyatakan: "Lantas jika memang identik, mengapa orang yang telah merealisasi Nirvana dikatakan tidak ingin memasuki Nirvana tanpa sisa? Bukankah Nirvana dan samsara saling berkaitan, sehingga orang yang telah merealisasi Nirvana memang tidak akan bisa memasuki Nirvana tanpa sisa?"

Pertanyaan saya: Logika dari mana itu? Saya tidak paham maksud Anda pun tidak mengerti apa keterkaitannya dengan topik diskusi kita.

Amiduofo,

Tan



Offline sobat-dharma

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.286
  • Reputasi: 45
  • Gender: Male
  • sharing, caring, offering
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #425 on: 15 April 2009, 11:14:27 PM »

Yang dimaksud oleh Bro Dilbert adalah Parinibbana, Nibbana tanpa sisa.

Apakah "sisa" itu kalau gitu? Apa yang bisa tersisa dari pencapaian nibbana? Kalau tanpa sisa apa yang tak tersisa kalau demikian? Mohon masukkannya. Terimakasih.
Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #426 on: 15 April 2009, 11:16:46 PM »

Yang dimaksud oleh Bro Dilbert adalah Parinibbana, Nibbana tanpa sisa.

Apakah "sisa" itu kalau gitu? Apa yang bisa tersisa dari pencapaian nibbana? Kalau tanpa sisa apa yang tak tersisa kalau demikian? Mohon masukkannya. Terimakasih.

Pancakhanda.
yaa... gitu deh

Offline sobat-dharma

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.286
  • Reputasi: 45
  • Gender: Male
  • sharing, caring, offering
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #427 on: 15 April 2009, 11:17:25 PM »

Pertanyaan Anda ini juga inkonsten: "Jika Nirvana bukanlah tempat, lantas mengapa Nirvana identik dengan samsara? Apakah Nirvana itu yang mengkondisikan samsara, atau samsara yang mengkondisikan Nirvana?" Anda mengatakan bahwa nirvana adalah absolut, maka tentunya tak ada lagi dualisme. Tak ada lagi yang mengkondisikan nirvana. Tetapi Anda mempertentangkan nirvana dengan menyatakan mana yang mengkondisikan mana. Jika Anda berpegang bahwa nirvana adalah sesuatu yang absolut, maka tidak ada yang saling mengkondisikan lagi. Justru pandangan bahwa nirvana identik dengan samsara memperlihatkan bahwa keduanya tidak saling mengkondisikan. Di sini saya melihat filosofi Mahayana sangat konsisten. Saya tidak perlu menjawab pertanyaan "Jika Nirvana bukanlah tempat, lantas mengapa Nirvana identik dengan samsara? Apakah Nirvana itu yang mengkondisikan samsara, atau samsara yang mengkondisikan Nirvana?" karena berpandangan bahwa nirvana identik dengan samsara. Tidak ada yang saling mengkondisikan. Justru orang yang berpandangan nirvana beda dengan samsara itulah yang harus menjawab pertanyaan tersebut. Pertanyaan Anda boleh dikatakan salah alamat.

Anda menyatakan: "Lantas jika memang identik, mengapa orang yang telah merealisasi Nirvana dikatakan tidak ingin memasuki Nirvana tanpa sisa? Bukankah Nirvana dan samsara saling berkaitan, sehingga orang yang telah merealisasi Nirvana memang tidak akan bisa memasuki Nirvana tanpa sisa?"

Pertanyaan saya: Logika dari mana itu? Saya tidak paham maksud Anda pun tidak mengerti apa keterkaitannya dengan topik diskusi kita.

Amiduofo,

Tan




Bro Tan,
nice point. GRP sent.
Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

Offline sobat-dharma

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.286
  • Reputasi: 45
  • Gender: Male
  • sharing, caring, offering
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #428 on: 15 April 2009, 11:22:26 PM »

Pancakhanda.

Jadi yang membedakan antara nibbana dan parinibbana, hanya pada hilang dan lenyapnya tubuh belaka atau alias mati? Bukankah demikian maksudnya? Kalau demikian, maka nibbana masih bisa dicemari oleh pancakandha. Kalau seseorang dikatakan sudah merealisasikan nibbana/nirvana tapi masih tercemar oleh pancakandha bukankah sulit dikatakan bahwa ia merealisasikan nibbana/nirvana? Jika kematian masih membawa dampak perubahanan padanya dapatkah dikatakan ia mencapai nibbana/nirvana? Bukankah nibbana/nirvana adalah kondisi yang melampaui kehidupan dan kematian?
Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

Offline Tan

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 510
  • Reputasi: 31
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #429 on: 15 April 2009, 11:22:46 PM »
ANDA:

Timbunan paramita seorang Bhodhisattva memuncak pada pencapaian Sammasambuddha.

TAN:

Setelah itu habis sama sekali ya? Sungguh ironis! Seseorang berjuang sungguh-sungguh demi membebaskan diri dari lobha dosa, dan moha. Tetapi begitu "gong"nya sudah dicapai, semua "hilang" sama sekali. Tidak ada sisa2 maitri karunanya.  Ini yang saya tidak bisa terima. Mohon maaf bagi saya tidak logis.

***



Disebut nihilis apabila tidak ada apa-apa samasekali sebagai kebalikan dari ada, masalahnya disini Parinibbana bukanlah dalam konteks ada dan tiada atau bahkan biasanya ditambahkan masih dan sudah. Melainkan diluar ada dan tiada. Kata nihilis tidak berlaku dalam kondisi ini.

TAN:

Oke. Saya balik bertanya. Begini: "bukan dalam konteks ada dan tiada" itu maksudnya gimana? Coba dijelaskan pandangan Anda. Sehingga arah diskusi menjadi jelas.

***

Baru kali ini saya membaca Nibbana diidentikkan dengan materi..??  

TAN:

Siapa yang mengidentikkan nirvana dengan materi? Anda salah mengerti. Yang Anda bold hijau itu pertanyaan saya untuk Sdr. Dilbert atau Upasaka. Silakan Anda jawab pertanyaan tersebut.

****

Yang saya bold hijau menunjukkan analisa bro Upasaka memang benar2 tajam, yaitu Nibbana diinterpretasikan sebagai tempat sebagaimana yang ditunjukkan oleh Bro Tan, GRP send.

TAN:

Penafsiran Anda salah. Tidak perlu saya tanggapi lebih lanjut.

Amiduofo,

Tan

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #430 on: 15 April 2009, 11:23:26 PM »
JAWABAN KEPADA UPASAKA (3)

Upasaka:

Jika Nirvana dan samsara adalah identik, berarti dalam pandangan Mahayana secara jelas menyatakan bahwa Nirvana adalah 'tempat' / 'ruang' ? Apakah benar demikian?

Jika Nirvana memang adalah tempat / ruang / alam, maka sudah seharusnya Nirvana pun tunduk di bawah Panca Niyama (5 Hukum Tertib Kosmis), Tilakkhana (anicca-dukkha-anatta), Paticcasamuppada (Sebab-Musabab yang saling Bergantung), 4 Kebenaran Ariya.

Jika Nirvana bukanlah tempat, lantas mengapa Nirvana identik dengan samsara? Apakah Nirvana itu yang mengkondisikan samsara, atau samsara yang mengkondisikan Nirvana?

Lantas jika memang identik, mengapa orang yang telah merealisasi Nirvana dikatakan tidak ingin memasuki Nirvana tanpa sisa? Bukankah Nirvana dan samsara saling berkaitan, sehingga orang yang telah merealisasi Nirvana memang tidak akan bisa memasuki Nirvana tanpa sisa?

TAN:

Pertanyaan ini tidak tepat, seperti menanyakan jika api mati ke mana perginya api itu. Tetapi pertanyaan Anda saya tanggapi dengan pertanyaan pula. Menurut Anda apakah samsara itu sebuah "tempat" atau "ruang"? Samsara adalah kondisi pikiran. Pikiran yang menentukan Anda "terlahir" di mana saat ini. Anda dilanda keserakahan, artinya Anda sedang terlahir di alam preta. Anda sedang berbahagia, artinya Anda ada di alam dewa. Samsara adalah kondisi pikiran. Jika pikiran tidak mengkondisikan samsara, maka samsara itu tidak ada lagi. Karena itu, samsara adalah nirvana dan nirvana adalah samsara.
Pertanyaan Anda ini juga inkonsten: "Jika Nirvana bukanlah tempat, lantas mengapa Nirvana identik dengan samsara? Apakah Nirvana itu yang mengkondisikan samsara, atau samsara yang mengkondisikan Nirvana?" Anda mengatakan bahwa nirvana adalah absolut, maka tentunya tak ada lagi dualisme. Tak ada lagi yang mengkondisikan nirvana. Tetapi Anda mempertentangkan nirvana dengan menyatakan mana yang mengkondisikan mana. Jika Anda berpegang bahwa nirvana adalah sesuatu yang absolut, maka tidak ada yang saling mengkondisikan lagi. Justru pandangan bahwa nirvana identik dengan samsara memperlihatkan bahwa keduanya tidak saling mengkondisikan. Di sini saya melihat filosofi Mahayana sangat konsisten. Saya tidak perlu menjawab pertanyaan "Jika Nirvana bukanlah tempat, lantas mengapa Nirvana identik dengan samsara? Apakah Nirvana itu yang mengkondisikan samsara, atau samsara yang mengkondisikan Nirvana?" karena berpandangan bahwa nirvana identik dengan samsara. Tidak ada yang saling mengkondisikan. Justru orang yang berpandangan nirvana beda dengan samsara itulah yang harus menjawab pertanyaan tersebut. Pertanyaan Anda boleh dikatakan salah alamat.

Anda menyatakan: "Lantas jika memang identik, mengapa orang yang telah merealisasi Nirvana dikatakan tidak ingin memasuki Nirvana tanpa sisa? Bukankah Nirvana dan samsara saling berkaitan, sehingga orang yang telah merealisasi Nirvana memang tidak akan bisa memasuki Nirvana tanpa sisa?"

Pertanyaan saya: Logika dari mana itu? Saya tidak paham maksud Anda pun tidak mengerti apa keterkaitannya dengan topik diskusi kita.

Amiduofo,

Tan




Bukan BEDA dengan samsara, melainkan BUKAN samsara.
yaa... gitu deh

Offline Tan

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 510
  • Reputasi: 31
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #431 on: 15 April 2009, 11:25:40 PM »
Jadi yang membedakan antara nibbana dan parinibbana, hanya pada hilang dan lenyapnya tubuh belaka atau alias mati? Bukankah demikian maksudnya? Kalau demikian, maka nibbana masih bisa dicemari oleh pancakandha. Kalau seseorang dikatakan sudah merealisasikan nibbana/nirvana tapi masih tercemar oleh pancakandha bukan sulit dikatakan bahwa ia merealisasikan nibbana/nirvana? Jika kematian masih membawa dampak perubahanan padanya dapatkah dikatakan ia mencapai nibbana/nirvana? Bukankah nibbana/nirvana adalah kondisi yang melampaui kehidupan dan kematian?

TAN:

Bagus sekali. Bro Sobat Dharma. Ini masalahnya, yakni antara anaupadisesa nirvana dan saupadisesa nirvana. Anda telah menemukan pointnya dan merumuskannya secara jitu. GRP Sent.

Amiduofo,

Tan

Offline sobat-dharma

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.286
  • Reputasi: 45
  • Gender: Male
  • sharing, caring, offering
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #432 on: 15 April 2009, 11:28:41 PM »

Bukan BEDA dengan samsara, melainkan BUKAN samsara.

"Beda" dan "bukan" bedanya apa bro?
Contohnya:
Hitam adalah "bukan" apapun yang berwarna putih
Putih adalah "bukan" apapun yang berawarna hitam
maka, hitam dan putih adalah "beda".

Yang baik adalah "bukan" apapun yang jahat
Yang jahat adalah "bukan" apapun yang baik
Bukan \kah tepat dikatakan "baik" dan "jahat" adalah dua hal yang berbeda

gimana bro?
Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

Offline Tan

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 510
  • Reputasi: 31
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #433 on: 15 April 2009, 11:29:24 PM »
HENDRAKO:

Bukan BEDA dengan samsara, melainkan BUKAN samsara.

TAN:

Saya bingung dengan pernyataan Anda. Jika "bukan beda" dengan samsara, mengapa Anda menyebutnya "bukan" samsara. Ibaratnya Anda menyatakan "Jakarta bukan beda dengan ibukota Republik Indonesia, melainkan BUKAN ibukota Republik Indonesia"? Bagaimana tuh logikanya. Kok saya makin bingung saja.

Amiduofo,

Tan

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #434 on: 15 April 2009, 11:31:55 PM »
ANDA:

Timbunan paramita seorang Bhodhisattva memuncak pada pencapaian Sammasambuddha.

TAN:

Setelah itu habis sama sekali ya? Sungguh ironis! Seseorang berjuang sungguh-sungguh demi membebaskan diri dari lobha dosa, dan moha. Tetapi begitu "gong"nya sudah dicapai, semua "hilang" sama sekali. Tidak ada sisa2 maitri karunanya.  Ini yang saya tidak bisa terima. Mohon maaf bagi saya tidak logis.

***

Setelah Parinibbana, dimana tubuh telah melapuk, Buddha adalah Dhamma.



Disebut nihilis apabila tidak ada apa-apa samasekali sebagai kebalikan dari ada, masalahnya disini Parinibbana bukanlah dalam konteks ada dan tiada atau bahkan biasanya ditambahkan masih dan sudah. Melainkan diluar ada dan tiada. Kata nihilis tidak berlaku dalam kondisi ini.

TAN:

Oke. Saya balik bertanya. Begini: "bukan dalam konteks ada dan tiada" itu maksudnya gimana? Coba dijelaskan pandangan Anda. Sehingga arah diskusi menjadi jelas.

***
Pada saat anda berbicara tentang warna, apakah kata tinggi dan pendek dapat digunakan untuk menggambarkan warna??

Baru kali ini saya membaca Nibbana diidentikkan dengan materi..??  

TAN:

Siapa yang mengidentikkan nirvana dengan materi? Anda salah mengerti. Yang Anda bold hijau itu pertanyaan saya untuk Sdr. Dilbert atau Upasaka. Silakan Anda jawab pertanyaan tersebut.

****
Kalimat anda berkesan demikian, berikut kutipannya:

TAN:

Ini bertolak belakang dengan pandangan sains bahwa materi tidak dapat diciptakan dan tak dapat dimusnahkan, melainkan materi hanya dapat ditransformasikan menjadi materi lainnya. Justru saya melihat pandangan Mahayana ini lebih sesuai dengan sains modern.



TAN:

Penafsiran Anda salah. Tidak perlu saya tanggapi lebih lanjut.

Amiduofo,

 _/\_

Tan
yaa... gitu deh

 

anything