Login with username, password and session length
0 Members and 1 Guest are viewing this topic.
Ketika awal2x forum ini menggunakan emoticon, ada tamu yang mengungkapkan di shoutbox kalau seorang buddhis tidak boleh mengungkapkan perasaannya, harus tanpa perasaan dsb.Bagaimana tanggapan teman2x ?
I. Kalau perasaan sendiri tidak mau diakui secara jujur, bagaimanakah bisa jujur terhadap orang lain?II. Kalau menahan-nahan perasaan padahal berperasaan, berarti ada sesuatu yang ditekan. Kalau sesuatu ditekan berarti adanya penolakan, dgn kata lain berarti adanya aversion (dosa). Dus berarti tidak seperti apa adanya. Bisakah mencapai kesucian? III. Berusaha menjaga penampilan luar agar tampak alim (dengan tidak mengungkapkan perasaan) adalah sebuah gejala keakuan. Si aku menginginkan tampak 'suci'. Bila salah memahami masalah ekspresi perasaan ini justru semakin menjadikan terseret dalam sakayaditthi.IV. Tetapi perasaan juga bukan diumbar, melainkan selayaknya kita selalu mindful terhadap gejolak perasaan kita. Pada saat mindful maka perasaan berada dalam kendali kesadaran.V. Emoticon adalah alat untuk membantu menyampaikan pesan dalam berkomunikasi secara lebih akurat. VI. Pesan yang tertampilkan dalam emoticon belum tentu mewakili gejolak perasaan penyampai pesan, melainkan lebih sebagai isyarat dalam memperjelas pesan.Kesimpulan :- Jangan ragu-ragu gunakan emoticon untuk alat bantu komunikasi.
jujurlah pada diri sendiri kalo masi punya perasaan ya tunjukin lah . tapi kalo udah kayak arahat yang seimbang (seimbang loh bukannya tanpa perasaan) ya apa adanya aja.
kalo senyum si sering yah.... tuh liat aja foto2 sang buddha biasanya senyum khan
Quote from: kosdi on 01 December 2007, 11:27:48 AMkalo senyum si sering yah.... tuh liat aja foto2 sang buddha biasanya senyum khan Ada foto? Setau gue, teknologi kam ditemukan berabad-abad kemudian.. Yang ada cuma lukisan dan patung..Dan penggambaran Buddha pada lukisan dan patung hanya berdasarkan imajinasi si seniman..