Topik Buddhisme > Buddhisme dengan Agama, Kepercayaan, Tradisi dan Filsafat Lain

Kepercayaan-kepercayaan yang ada pada jaman Sang Buddha

<< < (3/4) > >>

sobat-dharma:
Saya sepakat jika kata "sesat" sebaiknya tidak digunakan...
Jika yang dimaksud "sesat" adalah semata-mata tidak sesuai dengan perspektif Buddhis, maka jadinya bias sekali...
Kata "berbeda" saya pikir lebih pantas daripada "sesat", karena cenderung lebih netral dan tidak mengandung klaim "benar" atau "salah".
Terhadap ajaran pihak lain kita mudah sekali menyimpulkan ini atau itu tanpa banyak pertimbangan, tapi ketika membicarakan ajaran guru sendiri kita selalu banyak pembelaan dan pertimbangan.

Meski, saya tetap setuju pembahasan tentang kepercayaan-kepercayaan lain masa kehidupan Sang Buddha, jika dilakukan dengan mendalam dan tidak hanya sepintas-pintas seperti ini :) semoga teman-teman dapat memperdalam pemahaman kita

hariyono:
hehehehe
alangkah bijaksananya kalau tidak menggunakan kalimat 6 guru sesat diperhalus sedikit...
agar tidak menimbulkan presepsi negatip thinking dari sahabat non Buddhis yang ada di forum ini
Walaupun saya sendiri se orang Buddhis

Namo Sanghyang Adi Buddhaya

darwin hua:


Anumodana

wong cilik:

SESAT??????????????

Kayaknya penyebutan 6 guru sesat perlu dipikirkan lagi. Dan yang perlu dipertanyakan, siapa yang mengklaim ini? kalau pendapat pribadi sih ga pa pa ya. Tetapi kalau dipahami sebagai suatu klaim oleh agama Buddha atau bahkan Sang Buddha sendiri, kayaknya perlu direnungkan lagi dan di cek dengan Sāmaññaphala Sutta dari Dīgha Nikaya baik yang di dalam bahasa Pāli maupun di dalam bahasa Inggris dan Indonesia.

Menurut alur ceritanya kan Raja Ajatasatu bertanya kepada Sang Buddha tentang apa hasil dari menempuh kehidupan sebagai seorang petapa (samaṇa). Lalu Sang Buddha balik bertanya apakah raja Ajatasatu pernah menanyakan hal ini kepada guru spiritual/philosophy yang lain? Raja menjawab bahwa pernah menanyakannya kepada 6 orang. Lalu, Sang Buddha bertanya apa yang menjadi jawaban dari 6 orang tersebut.
lalu raja menjelaskan kepada Sang Buddha tentang jawaban ke-6 philosophers teachers tersebut kepada Buddha. Dan setelah mendengarkannya Sang Buddha tidak membuat komentar apapaun. Tidak mengklaimnya sebagai sesat atau tidak. Jelas, ajaran-ajaran tersebut tidak mengantarkan kita kepada pencapaian Nibbāna, tetapi klaim bahwa mereka sesat atau tidak tidak disebutkan di dalam sutta.

Selanjutnya Sang Buddha menjelaskan apa itu manfaat menempuh kehidupan sebagai seorang samaṇa.

fabian c:
Teman-teman saya usul, bila kita ingin menggunakan kata-kata yang lebih halus mungkin bukan sesat, tetapi berpandangan salah (miccha ditthi)

 _/\_

Navigation

[0] Message Index

[#] Next page

[*] Previous page

Go to full version