//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: MANUSIA DALAM TIGA TINGKATAN DHARMA  (Read 5028 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
MANUSIA DALAM TIGA TINGKATAN DHARMA
« on: 04 March 2008, 11:11:58 PM »
MANUSIA DALAM TIGA TINGKATAN DHARMA

BY : AJI / BODHIYANTO

Saudara Siswa Dhamma Yang berbahagia, Di dalam kehidupan kita sehari hari, masih saja ada orang yang sering salah mengartikan kata Dhamma (Pali) atau Dharma (Sansekerta). Yang ingin kami coba jelaskan kepada Saudara sekalian adalah Dhamma dalam kata BUDDHA DHAMMA, Yang artinya ajaran kebenaran dari Sang Buddha. Sebelum kita memasuki bahasan Dhamma dalam ajaran Sang Buddha, marilah kita menoleh kembali sejenak ke dalam sejarah kehidupan Guru Agung kita Sang Buddha Gautama, pada kurang lebih 25 abad yang lalu.
Sesaat setelah Pangeran Sidharta telah mencapai penerangan sempurna di bawah pohon Bodhi, Beliau melihat keseluruh penjuru dunia ini, sambil merenungkan dan berpikir, "Dhamma Yang akan aku ajarkan ini sungguh sulit, sangat halus dan dalam, apakah manusia akan mampu menembus Dhamma?”
Pada waktu itu, kalau saja Brahma Sahampati penguasa dunia ini tidak memohon kepada Sang Buddha untuk mengajarkan Dhamma kepada manusia dan seluruh makhluk, maka sampai hari ini kita belum mengenal Dhamma.
Oleh karena peristiwa tersebut, sampai sekarang setiap kebaktian di vihara Yang dihadiri oleh seorang bhikkhu Sangha, apabila kita ingin mendengarkan khotbah Dhamma dari seorang bhikkhu, kita selalu membacakan paritta ARADHANA DHAMMA DESANA atau permohonan khotbah Dhamma. Untuk itu sebagai rasa terima kasih kita kepada Brahma Sahampati,kita harus sering melimpahkan jasa jasa kebaikan kita kepadanya.
Seperti biasanya pada setiap kebaktian umat Buddha di cetiya maupun di vihara, kita sering membacakan paritta DHAMMA NUSATI atau perenungan akan Dhamma. Kami ingin mencoba menggaris bawahi arti daripada paritta tersebut Yang telah ditulis dan diartikan oleh murid murid Sang Buddha sebelumnya tentang isi daripada paritta perenungan terhadap Dhamma.'
Untuk lebih mengingatkan kita akan perenungan terhadap Dhamma Yang sesungguhnya, marilah bersama   sama kita uraikan arti daripada kalimat paritta tersebut, Yang terjemahannya sebagai berikut :
“DHAMMA Sang Bhagava telah sempurna dibabarkan, berada sangat dekat, tak lapuk oleh waktu,  mengundang untuk dibuktikan, menuntun ke dalam batin, dapat diselami oleh para bijaksana dalam batin masing masing"
Sekali lagi para siswa Dhamma sekalian, yang ingin kami garis bawahi adalah kalimat terakhir dari arti paritta tersebut, yaitu : Dhamma dapat diselami oleh para bijaksana dalam hati masing  masing.
Jadi menurut kami, kalau kita mau membaca dan merenungkan lebih dalam arti daripada paritta tersebut adalah: bahwa tidak semua orang bijaksana dapat menyelami Dhamma. Benar sekali apa yang telah dikatakan oleh Sang Buddha sebelumnya bahwa Dhamma itu sungguh sulit, sangat halus dan sangat dalam.
Setelah kita mengetahui hal tersebut di atas, lalu akan timbul di dalam pikiran kita; "Sungguh sulit menjadi orang suci atau menjadi seorang arahat, yang tidak akan pernah terlahir lagi di alam manapun."

Sedangkan hanya untuk menjadi seorang SOTAPANNA saja, tingkat kesucian pertama dari empat tingkat kesucian menurut ajaran Sang Buddha, akan sulit sekali dan memerlukan perjuangan yang keras.
Setelah pikiran ini timbul di dalam batin kita, apakah kita akan menjadi umat Buddha yang pesimis? Tentunya tidak, Saudara Siswa Dhamma sekalian. Kami mengajak kepada Saudara sekalian untuk mengkaji lebih jauh lagi, apa sesungguhnya Dhamma yang diajarkan oleh Sang Buddha kepada kita semua?
Di dalam kitab suci Dhamma pada Bab XIV BUDDHA VAGGA ayat 183 ada disebutkan kata kata yang artinya:
"Janganlah berbuat jahat, tambahkan kebajikan, sucikan hati dan pikiran, inilah ajaran para Buddha"
Kalimat tersebut begitu mudahnya kita ucapkan, bahkan anak umur lima tahun saja mudah sekali mengucapkannya. Padahal Saudara sekalian, orang yang berumur tujuh puluh tahun saja belum tentu dapat mempraktekannya.
Ayat Dhammapada 183 ini adalah inti dari ajaran Buddha yang sebenarnya. Ayat ini ringkasan keseluruhan daripada kitab Ti pitaka yang besar yang berarti tiga keranjang yang ditulis di daun lontar, pada masa setelah Sang Buddha mencapai PARI NIBBANA.
"Janganlah berbuat jahat" ini adalah ringkasan dari kitab Vinaya Pitaka yang berisi tentang peraturan atau sila sila yang harus dilaksanakan oleh setiap para Bhikkhu khususnya dan juga umat Buddha pada umumnya. Untuk para Bhikkhu berisi 227 sila atau Patimokha, untuk para Pandita ada 8 sila yang harus dilaksanakan, sedangkan untuk Upasaka dan Upasika melaksanakan 5 sila atau pancasila.
"Tambahkan kebajikan atau berbuatlah kebajikan", kalimat ini merupakan ringkasan daripada kitab Sutta Pitaka khotbah khotbah Sang Buddha, yang menganjurkan kepada para siswa Sang Buddha untuk selalu. melakukan kebajikan atau perbuatan baik.
"Sucikan hati dan pikiran" kalimat yang ketiga ini merupakan ringkasan dari kitab suci Abhi Dhamma Pitaka, terdiri dari 7 (tujuh) buah kitab, berisi tentang pelajaran batin dan metafisika dari sang Buddha, dimana di dalamnya diuraikan tentang; CITTA (kesadaran), CETASIKA (bentuk bentuk batin), RUPA (jasmani) dan NIBBANA. Kitab ini adalah ajaran tertinggi dari Sang Buddha, sesuai dengan namanya, Abhi berarti halus atau tinggi, Dhamma berarti ajaran. Jadi Abhi Dhamma berarti ajaran tertinggi dari Sang Buddha. Pelajaran Abhi Dhamma ini pernah diajarkan oleh Sang Buddha kepada ibunya, Dewi Maha Maya ketika beliau sedang berada di surga Tusita selama 7 (tujuh) hari.
Sebagai seorang Buddha yang telab sadar dan telah mencapai penerangan sempurna, beliau mengetahui bahwa masih ada makhluk makhluk yang hanya ditutupi oleh sedikit debu kekotoran batin sedikit, mereka akan mampu menyelami Dhamma dan mencapai tingkan kesucian. Dengan hanya diberikan sedikit uraian Dhamma, mereka akan dapat menjadi orang suci.
Di sini di dalam buku ini' ' saudara Siswa Dhamma sekalian, bukanlah saatnya kita membahas masalah pesimis

dan optimis yang ada di dalam pikiran kita. Sesungguhnya yang akan kami jelaskan kepada Saudara sekalian adalah realitas atau kenyataan dari Dhamma yang telah sang Buddha ajarkan.
Dhamma bukanlah doktrin mati menurut beberapa kepercayaan yang lain, tetapi Dhamma adalah sebuah hokum kebenaran universal yang siap menantang kepada umatnya atau umat yang lain untuk dapat dibuktikan secara logika.
Kita datang bukan untuk melihat dan percaya, tetapi kita datang untuk melihat, mengalami dan membuktikan,  baru kita boleh percaya apa yang diucapkan Sang Buddha bahwa Dhamma itu, indah pada awalnya, indah pada pertengahannya dan indah pada akhimya.
Sesuai dengan judul buku ini yaitu : MANUSIA DALAM TIGA TINGKATAN DHAMMA, kalau kami boleh membagi-bagi manusia menurut tingkatan batinnya, maka kami akan mencoba untuk membagi tingkatan batin tersebut menurut pandangan kami dalarn Buddha Dhamma menjadi:
1. Orang baik
2. Orang bijaksana
3. Orang suci

1. ORANG BAIK
Pertama   tama yang akan kita bahas bersama adalah mengenai orang baik. Kebanyakan orang mudah sekali mengucapkan kata baik dan biasanya menurut hukum kata yang berlawanan, kata baik akan selalu diikuti kata buruk atau dalam arti tidak baik, seperti juga hukum karma ada "sebab dan ada akibat."
Saudara Siswa Dhamrna yang berbahagia, Kalau boleh kami bertanya kepada Saudara sekalian, "Siapakah sesungguhnya yang pantas menilai bahwa seseorang dikatakan orang baik? Atau sebaliknya seseorang dikatakan orang tidak baik?"
Kalau kita melihat suatu hukum dari kacamata manusia pada umumnya, dan bukan dari kacamata Dhamma, orang dikatakan orang baik adalah orang yang tidak melanggar Hukum negara, dan sebaliknya orang yang dikatakan orang tidak baik adalah yang melanggar hukum negara. Seperti pencuri, perampok, penipu dan masih banyak lagi pembuat kejahatan lainnya.
Apakah dengan pembahasan ini saja masalah mengenai orang baik ini selesai? Akan kami berikan sebuah contoh cerita nyata yang sering terjadi di dalam kehidupan kita sehari hari. Misalnya, ada seorang yang tinggal di satu kota katakanlah kota A. Kemudian di kota A ini orang tersebut melakukan kejahatan dengan cara menipu uang orang lain yang jumlahnya ratusan juta rupiah. Oleh karena takut tertangkap polisi, akhimya orang tersebut melarikan diri ke kota B, lalu di kota yang baru tersebut untuk menutupi…. bersambung
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))