//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Show Posts

This section allows you to view all posts made by this member. Note that you can only see posts made in areas you currently have access to.


Messages - Gwi Cool

Pages: 1 2 3 4 [5] 6 7 8 9 10 11 12
61
Penerjemahan dan penulisan Teks Buddhisme / Re: Buku "Jalur Nibbana"
« on: 27 November 2017, 08:59:36 AM »
Coba dikasih tahu dulu intisari isi buku anda di sini...
Saya berencana mempublikasinya di web saya, secara lengkap, tetapi saya sedang menambah topik (tambahan) boroknya kehidupan duniawi.

Mungkin akhir bulan ini, atau awal bulan Des.

62
Penerjemahan dan penulisan Teks Buddhisme / Re: Buku "Jalur Nibbana"
« on: 27 November 2017, 08:56:35 AM »
gak akan diterbitin kayaknya, tuan
iya, kayaknya DC hanya menerima karya dari orang bernama, tetapi siapa yang peduli? Yang penting isinya dibaca bhikkhu terpelajar, ini yang terpenting (intinya).

63
Buddhisme untuk Pemula / Re: Pattidana hanya untuk org mati?
« on: 26 November 2017, 07:50:05 PM »

bagian yg saya tidak sertakan adalah [apa adanya]. ini tidak saya sertakan bukan dengan tujuan untuk membelokkan maknanya, melainkan karena saya sudah sepakat dgn anda bahwa kata dalam kurung itu memang bermakna sama dengan kata yg mendahuluinya sehingga tidak perlu diulang. baiklah agar tidak berbelok kemana2, saya akan ulangi lagi dengan lengkap

saya yakin dari ribuan member di sini tidak ada satupun yang hapal semua sutta/sutra, tapi hal itu bukan berarti kita tidak boleh mencari dari sumber yg sudah tersedia di mana2, online maupun offline. anda mengatakan menerima diskusi yg pedas sekalipun yang penting benar [apa adanya]. benar [apa adanya] yang bagaimana jika tanpa pembanding yang dapat dijadikan acuan?

Silakan ditanggapi

Jawab:Diskusi yang pedas sekalipun, yang penting benar (apa adanya). Maksudnya: walaupun ia mencela saya, jika hal itu pantas, saya terima karena apa adanya (benar).
Misalnya:
A: Anda tolol, Anda sebelumnya mengatakan ini kemudian itu dan sekarang beda lagi isinya.
Saya: Baiklah saya akui kesalahan saya, saya keliru (seandainya saya salah).

Kata "Tolol" itu kan "pedas", jika saya salah, saya terima. Inilah apa adanya. Jika ia mencoba mencela namun saya yang benar (saya tidak salah namun ia cukup kasar dan salah) maka saya diam, ia pasti ingin berdebat walaupun berkata "Saya tidak ingin berdebat". Karena, saya tidak ingin berdebat. Jika memungkinkan, saya kasih tahu kalau ia yang keliru. Jika ia menolak atau salah menafsirkan "lagi" maka saya diam, "dialah pemenangnya".

Seseorang boleh saja mengatakan: "Saya tidak ingin debat." Akan tetapi, jika isinya debat, ia ingin debat. Seseorang boleh saja mengatakan "Saya menghindari debat." Akan tetapi, jika isinya debat, ia ingin debat.




Jika hampir semua yg anda jelaskan telah keliru saya pahami, bukankah itu juga bisa terjadi dengan para pembaca lainnya. Apakah anda tidak merasa berkewajiban untuk meluruskan apa yg telah keliru dipahami itu yang bersumber dari pernyataan2 yang anda buat? dan jika hampir semua yg anda jelaskan telah keliru saya pahami, bukankah anda seharusnya menggunakan bahasa yang lebih mudah untuk dipahami saya dan mungkin para pembaca lainnya juga? dalam hal berdiskusi, saya ingat terjadi diskusi panas puluhan tahun lalu yang pernah saya baca, diksusi/debat itu berlangsung melalui majalah buddhism antara Bhikkhu Myanmar dan Srilanka, kalau gak salah majalah ini terbit 3 bulan sekali, dan debat itu berlangsung tiap terbit selama bertahun2 (3 tahun kalo gak salah), jadi soal online atau offline tidak ada masalah untuk berdiskusi, hanya mungkin cara penyampaiannya memerlukan usaha lebih banyak tapi bukan tidak bisa.

Jawab: Oleh karena itu, saya punya signature: tidak menerima debat.
Diskusi adalah satu hal, debat adalah hal lainnya, diskusi dan debat adalah berbeda dalam makna dan berbeda dalam kata. di sini Tuan juga keliru akan makna diskusi dan debat.

anda mulai berputar-putar, sebelumnya anda secara  jelas mengatakan "apakah saya boleh membantu pencuri? silakan dilihat lagi ke atas kalau anda merasa perlu berkelit, awalnya anda memang mengatakan hanya saja maukah kita membagi jasa kebajikan kepada orang jahat? tapi kemudian anda memberikan contoh dengan kalimat apakah saya boleh membantu pencuri?, silakan dibaca kembali secara kronologis, respon saya dengan kasus Angulimala itu adalah tanggapan atas membantu pencuri itu, bukan atas membagi jasa kebaikan yang memang tentu saja tidak apple to apple.
Dan persamaan "Apakah saya boleh membantu pencuri?" = "Apakah saya boleh ikut mencuri?" sptnya agak terlalu dipaksakan, karena bahkan seorang tolol pun akan dapat memahami perbedaannya.

Jawab:
(a) hanya saja maukah kita membagi jasa kebajikan kepada orang jahat?
Maknanya: mau gak situ ikut berbuat jahat.
(b) apakah saya baik, boleh membantu pencuri?
Maknanya juga sama: mau gak situ ikut berbuat jahat.


Di sini anda membuat pernyataan baru lagi yg saya perlu minta klarifikasi, Jasa = menginginkan perbuatan baik berbuah., jadi menurut anda dari kalimat itu jasa adalah sebuah keinginanItulah sebabnya saya minta penjelasan dari anda agar saya tidak salah memahami.sudah menjadi kebiasaan kami untuk membaca sebelum mengajukan atau menanggapi dengan pertanyaan. dan setelah membaca dan ternyata salah memahami, adalah kewajiban pemberi pernyataan untuk menjelaskan sejelas2nya.

Jawab: ini saya jelaskan di poin utama (di bawah) atau dengan kata lain, yang paling utama harus Tuan pahami (seharusnya).
Poin utama:
Karena Tuan tidak memahami arti pelimpahan jasa maka ini harusnya dipahami terlebih dahulu, jika tidak maka akan berputar-putar terus. Seperti yang saya katakan, komentar pertama saya sudah cukup jelas.

Pelimpahan jasa
Pelimpahan jasa adalah seseorang melimpahkan kebaikannya kepada seseorang (bisa satu atau lebih). Ini seperti halnya seseorang mengkopi file dan memindahkannya ke flashdisk seseorang. Tidak ada yang berkurang, kebajikan yang diterima orang pertama walaupun dibagi, tidak akan berkurang.

Ini berbeda dengan menolong seseorang. Misalnya orang itu orang jahat, kita ingin dia menjadi baik, "pelimpahan jasa" belum tentu membuatnya menjadi baik, sekali lagi, belum tentu. Pelimpahan jasa melimpahkan jasa kebajikan agar limpahan itu berbuah untuk si penerima, bukan berarti si penerima langsung jadi baik. Artinya, jika si penerima memiliki perbuatan jahat, perbuatan jahat itu akan berbuah padanya, dengan bantuan pelimpahan jasa, ia memiliki kebajikan baru, kebajikan tambahan. Seperti halnya jika warisan, pelimpahan jasa itu seperti warisan yang diberikan, jika seseorang miskin, itu akibat perbuatan buruknya, pelimpahan jasa adalah untuk meringankannya, tergantung limpahan itu, seperti tergantung jumlah warisan. jumlah warisan bisa saja cuman (katakanlah) sejuta, (jika) ia memiliki hutang besar (misalnya) maka ia hanya terbantu sedikit.

hutang besar = kamma buruk
sejuta = pelimpahan jasa.

Pelimpahan jasa = untuk meringankan seseorang, jika ia (si penerima) bermoral, itu bisa sangat bagus, jika tidak bermoral, ya, kamma buruk tidak cukup untuk limpahan yang ada.

Jasa
Jasa = hasil dari perbuatan baik.
Siapa yang tidak mau perbuatan baik menjadi berbuah? Kita kesampingkan para Arahanta.
Jasa adalah akibat dari perbuatan baik. walaupun ia mengatakan saya tidak mau jasa, tetap saja jika ia berbuat baik maka "pikirannya" mau jasa, mau perbuatan baik itu berbuah. Kita kesampingkan para Arahanta.

Perbuatan baik berbuah, inilah jasa.

Beda "pelimpahan jasa", "membantu seseorang", dan "jasa"
Contoh kalimat:
1. Saya limpahkan jasa saya kepada si "A"
Artinya: ia ingin berbagi kebaikan dari hasil perbuatannya. Seperti halnya orangtua mewariskan warisan kepada anaknya. Baik anaknya jahat ataupun baik, si anak akan menerima warisan, tetapi orangtua mana yang mau memberikan warisan yang banyak kepada anak yang jahat? Jika orangtua itu bijak? Kecuali mungkin anak satu-satunya, atau mungkin kasihan/belas kasih. Tetap saja, orangtua yang bijak, tidak akan memberikan warisan yang banyak kepada anaknya yang jahat.

2. Saya membantu si "A"
Artinya: si "A" kurang baik atau pelaku kejahatan, saya membantunya agar ia menjadi baik, tidak terjerumus ke yang jahat karena itu akan menuntun pada kesengsaraannya. Saya akan membantunya di jalan yang baik karena itu akan menuntunnya kepada kesejahteraannya. Saya kira ini cukup jelas, tidak perlu panjang lebar.

3. Saya  mau perbuatan baik saya berbuah.
Saya berbuat baik, saya menolong seseorang, saya menjalankan sila, saya menghormati mereka yang pantas, "Semoga saya terlahir di alam yang baik"; "Semoga perbuatan baik menuntunku pada kesejahteraanku." Inilah "jasa". Ketika dikatakan para deva ingin "jasa", inilah maksudnya.

64
Buddhisme untuk Pemula / Re: Pattidana hanya untuk org mati?
« on: 26 November 2017, 05:35:22 PM »
saya yakin dari ribuan member di sini tidak ada satupun yang hapal semua sutta/sutra, tapi hal itu bukan berarti kita tidak boleh mencari dari sumber yg sudah tersedia di mana2, online maupun offline. anda mengatakan menerima diskusi yg pedas sekalipun yang penting benar. benar yang bagaimana jika tanpa pembanding yang dapat dijadikan acuan?

Jawab: Misalkan seseorang menulis: "Saya orang jahat (mungkin)." Jika tanda kurung itu ditiadakan maka maknanya, ia orang jahat. Jika apa adanya, tidak dibuang maka maknanya bisa jahat/baik. Demikian pula, Tuan memotong pernyataan saya yang diberi tanda kurung siku, maknanya jadi hilang. Maksud saya adalah "Benar" = fakta = apa adanya, bukan tentang benar atau salah, tetapi apa adanya. Apa adanya memang pastinya ke yang benar. Oleh karena itu, saya kurung kata lanjutan, atau mungkin bisa digunakan tanda petik.
Beberapa pernyataan orang lain, tidak dapat dipotong atau dipisah sepotong-potong, Tuan, beberapa mungkin bisa. Seperti halnya layar, tidak bisa dilipat karena akan hancur, demikian pula, beberapa pernyataan tidak bisa dipotong atau dipisah sepotong-potong karena mungkin ada tambahan pada kalimat berikutnya.


ketika anda mengatakan hanya saja maukah kita membagi jasa kebajikan kepada orang jahat? ini adalah bentuk pertanyaan rhetoris yang menyiratkan bahwa sebenarnya "kita" tidak mau berbagi dengan orang jahat. dan "kita" di sini tentu bukan merujuk pada anda dan saya dan semua orang di sini, melainkan hanya kebiasaan dalam komunikasi yang sebenarnya merujuk pada diri anda sendiri, bukankah demikian atau saya yg keliru memahami? sehubungan dengan contoh kasus "apakah saya boleh membantu pencuri?" jika ini ditujukan ke saya, maka saya akan menjawab "ya, saya akan membantu pencuri, perampok, dan penjahat apa pun; seperti dalam contoh yg saya kutip sebelumnya, toh Sang Buddha juga membantu Angulimala, bukankah sebagai seorang pengikut Sang Buddha kita selayaknya meneladani perilaku Sang Buddha, walaupun tidak semua setidaknya semampu saya.

Jawab: Tuan, hampir semua yang saya jelaskan, Tuan keliru memahaminya. Saya tidak mungkin menjelaskan A-Z karena ini percakapan online, bukan secara langsung. Tuan pastinya memahami hal ini.
Maksud saya ketika mengatakan: "Apakah saya boleh membantu pencuri?" = "Apakah saya boleh ikut mencuri?" (tadi kelewat).

"... hanya saja maukah kita membagi jasa kebajikan kepada orang jahat?" Ini maksudnya bukan membantu dia jadi baik, tentu saja membantunya menjadi baik, itu perbuatan yang tidak bisa dikatakan "ditolak". Akan tetapi, maksud saya adalah "Maukah kita ikut berbuat jahat, membantunya melakukan perbuatan jahat?" Jika kita melimpahkan jasa kepada mereka yang jahat, "bisa jadi", kebajikan itu malah menolong sifat jahatnya bertahan lama, bisa juga sifat jahatnya jadi berkurang.
Dalam kasus Yang Mulia Angulima, ini bukan kasus "pelimpahan jasa". Tuan harusnya mengerti makna "pelimpahan jasa". Pelimpahan jasa berbeda dengan "membantu seseorang menjadi baik", ini dua kasus yang berbeda.

Pelimpahan jasa = membagi kebajikan
Membantu = menyarankan ia berbuat baik.
Jasa = menginginkan perbuatan baik berbuah.

Sepertinya ini sudah cukup jelas untuk pertanyaan berikutnya karena saya lihat, Tuan sepertinya salah memahami makna "pelimpahan jasa".

Baik sekali jika komentar pertama saya dibaca kembali (jika tidak keberatan).

65
Buddhisme untuk Pemula / Re: Pattidana hanya untuk org mati?
« on: 26 November 2017, 02:44:36 PM »
Bukan bermaksud mendebat anda, karena pada signature anda tertulis "Yang mau debat, saya diam, dan mengaku kalah karena saya hanyalah makhluk lemah, debat sama yang lain saja."

Tapi di sini,agar tidak menyebarkan pandangan sesat maka dihimbau agar semua opini yang mengandung kata "Sang Buddha mengajarkan..." didukung oleh referensi yang otentik, di sutta/sutra mana ajaran itu terdapat.

Jawab: Kalau ini, susah bagi saya untuk tidak memuji Sang Buddha, Yang Tercerahkan Sempurna. Kitab suci Buddha terlalu tebal, saya tidak bisa hapal di mana kata-kata itu, pastinya repot sekali setiap ngomong harus buka buku (syukur kalau ketemu). Ok ra, nanti saya lebih hati-hati. (Debat dan diskusi berbeda, saya menerima diskusi, yang pedas sekali pun gak apa-apa, yang penting itu benar [apa adanya]).

Mengapa anda tidak mau membagi jasa kepada orang jahat? apakah sewaktu melatih cinta kasih, belas kasihan, anda tidak mengarahkannya kepada semua makhluk, melainkan kepada semua makhluk yg baik saja? tidak mungkinkah seorang jahat juga bisa menjadi baik? bahkan Angulimala seorang pembunuh pun masih diterima oleh Sang Buddha dan menjadi Arahat.

Jawab: saya tidak mengatakan tidak mau berbagi jasa. Saya hanya memberi tanda tanya. Ini seperti halnya ketika seseorang bertanya: "Apakah saya boleh membantu pencuri?" Maka saya jawab: "Apakah baik, pencuri itu dibantu?" Biarlah dijawab masing-masing.

Jika suatu perbuatan berjasa dapat dilimpahkan kepada orang/makhluk lain, bagaimana dengan efektivitas hukum karma? dapatkah jasa itu mengintervensi hukum karma? Dalam Dhammapada tercantum syair yg intinya kurang lebih "Oleh diri sendiri seseorang melakukan kejahatan, dan diri sendiri kejahatan ditinggalkan, oleh diri sendiri seseorang menjadi murni, tidak ada orang lain yang dapat memurnikan orang lain."  Bagaimana koneksinya antara opini anda dengan syair ini.

Jawab: yang di atas.

Dalam Anguttara Nikaya 7.53 Nandamata Sutta diceritakan bahwa Raja Dewa Vessavana meminta agar umat awam Nandamata "mendedikasikan" kepadanya jasa atas perbuatan berdana makanan kepada Sangha, ini tidak sesuai dengan statement anda di atas. bahkan seorang RAJA DEWA pun masih butuh jasa.

Jawab: oleh karena itu, saya katakan jika bisa lihat si deva (manusia bisa lihat deva), si deva mungkin mau. Sebelumnya saya juga tulis, beberapa deva "mungkin" songong, artinya beberapa mau. Tetapi, deva mana yang mau dilimpahkan, jika kita tidak bisa melihat mereka?

Mungkin karena anda adalah orang baik, tapi seorang yg jahat mungkin tidak keberatan menerima kejahatan. bahkan saya (gak tau apakah saya baik atau jahat) tidak akan menolak jika seorang koruptor melimpahkan uang hasil korupsinya kepada saya.

Jawab: semua orang mau perbuatan baik. Tetapi, orang jahat umumnya tidak tahu fungsi "Pelimpahan jasa". Kita boleh membagi kepada mereka, seperti yang saya tulis sebelumnya, mau gak kita bantu pencuri? Kalau kita kasihan atau mungkin keluarga kita/belas kasih, ya jawabnya silakan. Saya tidak mengatakan "Tidak".
Arahat penuh belas kasih, saya tahu itu.

Apakah anda mengatakan bahwa selain hewan, asura, dan makhluk neraka akan DAPAT menerima pelimpahan jasa?
Bisa dijelaskan bagaimana mekanisme "dihalang kamma buruk" ini? apakah selain spesies di atas akan tidak "dihalangi kamma buruk" dan selalu bisa menerima pelimpahan jasa?

Jawab: ada sambungannya, mungkin harus dibaca ulang.

kalilmat di sini agak membingungkan, para deva tidak akan menerima, lalu para deva hanya mau menerima jasa, bukan pelimpahan. para deva akan menerima jika manusia itu bisa melihatnya.' Adalah sewajarnya manusia tidak bisa melihat dewa, kecuali dewa itu yang sengaja menampakkan/memperdengarkan dirinya kepada manusia spt pada kasus Nandamata.
mohon diulang dengan kalimat yg lebih mudah.
Di atas saya sudah menyinggung tentang Nandamata Sutta, mungkinkah seorang raja dewa meminta sesuatu yang tidak akan ia terima?

Jawab: di atas juga sudah saya jawab.

ini ibarat seseorang kelaparan hampir mati yang meminta makanan lalu kita beri nasihat-nasihat bagaimana agar ia menjadi kaya, saya pikir setan kelaparan tidak membutuhkan jasa, setan atau siapapun juga yg kelaparan hanya butuh makan.

Jawab: sayang sekali setan kelaparan membutuhkan kebahagiaan untuk "Mati cepat", segera bertumimbal lahir. Karena, usia mereka cukup panjang, bisa ribuan tahun, mungkin ada yang cepat. "Pelimpahan Jasa" inilah makanan kebahagiaan untuk mereka.
Bagaikan nasihat baik yang menuntun seseorang pada kesejahteraannya, demikianlah pelimpahan jasa bagi si "peta".

Saya harap ini memenuhi "Mari berbicara Dhamma yang indah di awal, indah di pertengahan, dan indah di akhir. Indah dengan pikiran penuh cinta kasih."

Jawab: Tentu saja, Anda ingin mengujiku.

66
Buddhisme untuk Pemula / Re: Pattidana hanya untuk org mati?
« on: 26 November 2017, 11:54:15 AM »
Hallo teman2 ada yg ingin sy tanyakan. Menurut tradisi dikatakan Pattidana hanya bisa dilakukan kepada org yg telah meninggal apakah harus demikian? Tidak tidak bisakah kepada org yg masih hidup? Karena setahu saya pernah ada seorang ibu yg mempersembahkan dana kepada Sangha agar anaknya bisa berumur panjang.


Salam
Pattidana artinya pelimpahan jasa, melimpahkan jasa kebajikan kita. Pattidana perbuatan yang terpuji, hanya saja maukah kita membagi jasa kebajikan kepada orang jahat? Karena, ia tidak akan memanfaatkannya dengan baik. Justru ia mungkin akan merajalela dengan perbuatan jahatnya. Ini seperti halnya terus membantu orang namun orang yang dibantu tidak tahu berterimakasih, tidak mau mandiri, kecuali mungkin untuk orang yang kita sayangi mungkin keluarga atau sahabat, atau lainnya.

Pelimpahan jasa hanya dapat terjadi apabila si penerima menerimanya. Jika kita melimpahkan jasa kepada para deva, beberapa deva mungkin songong, dengan mengatakan gak butuh, terlebih lagi, deva mana yang mau kita limpahkan? Mereka sudah hidup nyaman (dalam waktu panjang).

Lalu bagaimana jika dilimpahkan kepada (manusia) anak dan anak itu tidak tahu? Jika anak itu bermoral, ia akan mendapatkannya dengan sendiri (karena perbuatan baiknya memurnikan pemberian), jika anak itu tidak bermoral maka itu akan menjadi asuransinya, jika ia menolak pelimpahan jasa (suatu saat) maka asuransi hangus. Kalau masih tidak menyadari, mungkin akan berbuah kecil, itupun kalau si pelimpah jasa cukup bermoral.

Ingat! Hanya jasa kebajikan yang bisa dilimpahkan, bukan kajahatan Kejahatan tidak bisa dilimpahkan. Siapa yang mau menerima kejahatan? Ia sendiri pun tidak mau, apalagi orang lain.

Intinya, hewan, asura, makhluk di alam Neraka; tidak akan mendapatkan pelimpahan jasa akibat dihalang kamma buruk dan terlebih lagi, mereka tidak mengetahui dan tidak percaya kebajikan itu akan berbuah seperti apa. atau mungkin seperti hewan dikasih duit, tidak tahu cara menggunakannya.

Para deva tidak mungkin menerima pelimpahan jasa (biasa), atau dengan kata lain, mereka tidak akan menerimanya, mereka hanya mau menerima jasa, bukan pelimpahan. Mereka mungkin akan menerimanya jika manusia itu bisa melihatnya, atau mereka akan menerimanya dari sesama deva.

Manusia bisa dapat, bisa tidak, seperti asuransi yang saya jelaskan. Sama kayak si deva-deva.

Nah, setan kelaparan, inilah makanan terbaik untuk mereka. Semakin senang si setan kelaparan, semakin cepat ia bertumimbal lahir. Pelimpahan jasalah yang bisa membuat mereka senang. Mereka senantiasa kelaparan, setiap saat, setiap detik, jadi mereka selalu mencari kebahagiaan. Pelimpahan jasalah yang bisa membuat mereka senang, mereka akan sangat menerima pelimpahan jasa dari manapun, karena itu membuatnya bahagia.

Namun, sepertinya pelimpahan jasa adalah yang langka ditemukan mereka.

Semakin bahagia, semakin cepat ia bertumimbal lahir. Oleh karena itu, pelimpahan jasa untuk para leluhur yang misalnya terlahir menjadi setan kelaparan, akan sangat membuat mereka untuk segera bertumimbal lahir.

Kalau keluarganya tidak ada yang menjadi setan kelaparan trus??

Sang Buddha mengatakan: "Mustahil dalam samsara ini, tidak ada keluarga yang tidak terlahir menjadi setan kelaparan."

Keluarga itu banyak, bisa dari pihak ayah, ibu, saudara, dan saudara, atau yang agak jauh dari silsilah, atau yang pernah menjadi keluarga kita. Pasti ada keluarganya yang menjadi ini itu. Terimakasih.

67
Belakangan ini banyak buku-buku Dhamma berbahasa Indonesia yang menuliskan kata-kata Pali dalam ejaan Bahasa Indonesia, seperti wihara, biku, Sanggha, dll. Bagaimana menurut teman2? mohon tanggapannya

Terima kasih
 _/\_
Kalau begitu harusnya thankyou jadi tulisnya harus tengkiu :P
Welcome, tulisnya harus welkomsel. Refrigerator gimana y? :))

Sangha tetap Sangha. Kayak Sri Lanka, bukan Sri langka.
Sri Lanka bacanya Sri Langka, tetapi tulisnya "Sri Lanka".
Demikian pula, Sangha, bacanya Sanggha, tulisnya "Sangha".
Kalau mau, harusnya seperti ini "Sangha (sang-gha)" atau (baca: Sang-gha).

Kalau "bhikkhu", jangan diubah deh. Beberapa poin penting seharusnya tetap tulisan Pali. Sebagai penghormatan atas bahasa Pali, yang dilestarikan dengan susah payah oleh para bhikkhu. Oleh karena bhikkhu yang melestarikan maka kata "bhikkhu", kalau bisa jangan diganggu. 8)

Kalau Vihara jadi (tulisannya) Wihara, ini sudah "kata serapan", sudah diterima dalam bahasa Indonesia. Pakai Vihara atau Wihara, boleh-boleh aja jika di ranah bahasa Indonesia dan yang terpenting gunakan huruf kapital karena tempat suci (tempat ibadah).

Akan tetapi, (misalnya) kalau vipassana, tidak bisa ditulis wipassana dalam bahasa Indonesia karena belum diterima secara bahasa, belum legal.

Catatan: Sebenarnya "V" dalam bahasa Pali, tidaklah dibaca "W". Akan tetapi, mirip (mendekati) "W".

"Cara baca huruf "v" dalam bahasa Pāli adalah antara "v" dan "w". Misalnya huruf "vā" pada kata Bhagavā, dibaca "vwa" ([v]'wa), mendekati kata "wa". Seperti dalam bahasa Inggris untuk kata "think", dibaca "ftink" ([f]'think]), atau dalam bahasa Jepang untuk kata "hito", dibaca "hsito" ([h]'sto)." Sumber:
 http://www.brahmathira.com/2017/09/kisah-lengkap-buddha-i-bab-ix.html

Masuk ke google translate, masukkan kata "think", dengar sendiri, seperti ada kata "t" di depan.
Untuk kata "v" dalam bahasa Pali, mungkin bisa dengar lagu "Ratana Sutta". (Cari liriknya di google lalu cari yang ada huruf "V", dengar baik-baik.)

68
Meditasi / Re: Salah persepsi mengenai meditasi direct Vipassana.
« on: 26 November 2017, 09:03:51 AM »
Setahu saya meditasi Vipassana untuk memunculkan sang Jalan.
Pada saat momen sang Jalan maka itu tidak lagi disebut vipassana, tetapi sudah sang Jalan.

Kemudian sang jalan dikembangkan hingga 4 jalan (3 jalan berikutnya), 4 buah, dan Nibbana.

Vippasana adalah titik awalnya. Vipassana itu tujuannya untuk melihat Dhamma, melihat segala sesuatu apa adanya, melihat tilakkhana, menembus Empat Kesunyatan Mulia pada momen memasuki-arus. atau dengan kata lain, untuk memperoleh "Mata-Dhamma = menjadi Pemasuk-arus".

Sebelum memasuki-arus maka ia hanya dikatakan "melatih vipassana". Ketika memasuki-arus, tidak lagi disebut vipassana, tetapi sang Jalan. Vipassana untuk membuka sang Jalan.

Vipassana hanya untuk membuka Pandangan Benar lokuttara = menghancurkan 3 belenggu.
Ketika terbuka maka sudah memasuki sang Jalan. Sang Jalanlah yang akan dikembangkan. Dalam pengembangan sang Jalan, itu tidak lagi disebut vipassana, tetapi sang Jalan.

Ketika seseorang menjadi Arahat, ia memang menggunakan vipassana, tetapi itu sebelumnya, ketika memasuki-arus. Arahat dikembangkan melalui "sang Jalan" atau "Buah dari sang Jalan".
Oleh karena itu, seseorang tidak mungkin menjadi Arahat kalau sebelumnya belum memasuki-arus. Semua Arahat mulai dari Yang Mulia Anna Konddanna (dan lima bhikkhu pertama), dua siswa utama, dan bhikku manapun, semuanya berawal dari memasuki-arus kemudian Arahat (atau setahap demi setahap).

Bahkan dikatakan, Sang Buddha juga (terlebih dulu) memasuki-arus kemudian mencapai Arahat. Dikatakan pula, Sang Buddha memasuki-arus (tanpa-jeda) langsung mencapai Arahat.

Setahu saya seperti ini.


Catatan:
Sang Jalan (magga) = Sotapanna magga, Sakadagami magga, Anagami magga, dan Arahat magga.
Buah (phala) dari sang Jalan = sotapanna phala, Sakadagami phala, Anagami phala, Arahat phala

69
Sutta Vinaya / Re: Studi tentang Citta dan Viññ??a
« on: 26 November 2017, 08:21:11 AM »
vinnana itu kesadaran, sudah cukup jelas (batin)
mano = pikiran (bagian 6 landasan indria/jasmani)
citta = javana dari mano = pemikiran.
Manas = akal = ide

Mano itu pikiran atau dengan kata lain: akal,
Manas itu akal, bukan pikiran, tetapi ide (idea),
kalau citta, javana (proses keberlangsungan) dari pikiran, yaitu pemikiran (proses/hasil dari mano).

Contoh kalimat:
Saya punya mano (Benar), artinya saya mempunyai pikiran, saya punya otak
Saya punya manas (Benar), artinya saya punya akal (ide)
Saya punya citta (salah), artinya citta-nya adalah otaknya

Itu adalah hasil dari citta yang baik (benar), artinya itu merupakan pemikiran yang baik
Itu adalah hasil dari manas yang baik (benar), artinya itu ide (akal) yang bagus
Itu adalah hasil dari mano yang baik (salah), artinya pikirannya atau otaknya punya nilai

Kalau orang berantam maka seperti ini:
Mana mano-mu? Artinya, mana pikiranmu? (akal, otak)
Mana manas-mu? Artinya, mana akalmu (ide)? = ini mungkin salah ide kali ye ..
Mana citta-mu? Artinya, mana pemikiranmu? Mana kelangsungan pikiranmu (akal/otak) = ini mungkin orang gila kali ya ...


Ibaratnya ada aksi ada reaksi, ada reaksi berarti ada aksi (Kimia)
Atau dalam Ajaran Buddha, ada sebab ada akibat, ada akibat berarti ada sebab.

Ada mano ada citta, ada citta berarti ada mano

Mano (berhubungan dengan) otak seseorang,
Otak seseorang kalau dapat berfungsi, nah, fungsinya itulah "citta".

Atau ibaratnya "awal pikiran" dan "kelangsungan pikiran".

Mano itu ibaratnya awal pikiran
Citta itu ibaratnya kelangsungan pikiran.

70
Kafe Jongkok / Re: [RAMAL] Jasa Gratis ramal tarot, runes, lenormand dll
« on: 25 November 2017, 05:21:07 PM »
Well, aku buat thread ini buat pemahaman lebih ke dalam dunia ramal meramal dan bagaimana konsep Buddhism bisa kita terapkan ke dalam ramal-meramal.

cara kerja-nya begini...

kalo ada yang mau diramal, tinggal posting aja di sini dan kalo ada yang berniat untuk membantu meramal orang tersebut bisa langsung ramal orang tersebut, dan kalo bisa tentu saja memasukkan hasil ramalan beserta gambar di thread ini (kalo yang diramal setuju).

Jadi bukan TS yang bakal nge-ramal semua member DC disini. aku buat thread ini hanya sebagai wadah yang suka ngeramal dan suka diramal untuk bertemu. intinya sama2 belajar lah~ ;D

TS juga tau persis kalo sang Buddha bilang meramal itu pekerjaan tidak berguna, tapi setelah saya ehipassiko sendiri, ramal meramal itu bukan memberikan vonis kalo masa depan anda akan sial atau beruntung, ramal meramal lebih memberi nasehat dan warning untuk kedepannya...

Dan feel free untuk bahas apa aja tentang ramalan dan buddhism, and please don't spam... _/\_
Kapan saya akan menjadi Arahat?

71
Buddhisme untuk Pemula / Re: Apa yang disembah dalam agama Buddha?
« on: 25 November 2017, 05:19:00 PM »
Ref pls?
Komentar Dhammapada XV.7

72
Buddhisme untuk Pemula / Re: Apa yang disembah dalam agama Buddha?
« on: 25 November 2017, 02:50:24 PM »
Saya pernah ditanya oleh seseorang; pertanyaannya begini ,"Kalau dlm agama kr****n & Islam" umatnya menyembah Tuhan atau Allah, kalau dlm agama Buddha apa yg kamu sembah?" "Apakah patung Buddha?" Sy jawab kami tidak menyembah patungnya tapi kita menghormati pribadi yg ada di patung tersebut. Sebenarnya ini merupakan pertanyaan yg menarik, bisalah para saudara memberi penjelasan/jawaban yg lebih baik.
Harusnya dijawab walaupun kami menyembah Sang Buddha ataupun katakanlah siapa pun, jika kami tidak mengikuti ajaran itu maka itu sama saja kosong. Bagi kami adalah menjalankan praktik, yaitu Dhamma, Ajaran Buddha.

Sang Bhagava mengatakan: "Mereka yang menyembah-Ku (Sang Buddha), sebenarnya mereka tidaklah menghormati-Ku, tetapi mereka yang menjalankan Ajaran-Ku, merekalah yang sebenarnya menghormati-Ku."

Beberapa pengikut Buddhis, mereka hanya ingin jasa, tetapi tidak mau mempraktikkan Ajaran Buddha, di sinilah mereka dikatakan menghormati, tetapi sesungguhnya tidak, sebaliknya jika mereka hanya mempraktikkan apa yang Beliau ajarkan walaupun mereka tidak menghormati Beliau (tidak terlihat), mereka sebenarnya sangat menghormati Beliau.

Seperti halnya mereka yang menghormati leluhur, jika mempertahankan budaya leluhur mereka maka mereka sangat menghormati leluhur, tetapi jika mereka tidak mempertahankan budaya leluhur walaupun menyembah leluhur tinggi-tinggi, sebenarnya mereka tidak punya rasa hormat kepada leluhur.

73
Diskusi Umum / Re: Merokok, melanggar sila-kah?
« on: 25 November 2017, 02:35:07 PM »
_/\_

Meniru topik sebelah (namun dengan pembatasan dalam pembahasan).

Apakah merokok itu melanggar sila?
Disini konteksnya hanya melanggar sila atau tidak, karena saya rasa tentu saja merokok itu perbuatan yang tidak baik karena merusak kesehatan dan mengganggu orang lain. Namun, termasuk dalam kesalahan apakah merokok itu, masuk kedalam pelanggaran silakah?

Mari bersama-sama maju dalam Dhamma  _/\_
Merokok sebenarnya kategori sila ke lima, cuman agak jauh, kayak "gosip" masuk kategori sila ke empat namun orang gosip "biasanya" dikatakan tidak langgar sila karena uda kebiasaan manusia untuk gosip (hindari gosip yang mengarah ke fitnah). Demikianlah "merokok" kategori ke lima namun bisa dibilang tidak termasuk sebenarnya (agak jauh).

Namun, orang yang merokok biasanya silanya (5 sila) gak akan maju pesat, bahkan yang tidak merokok saja silanya mungkin agak "down". Jadi, kalau mau maju pesat dalam sila, setidaknya kurangi rokok, perlahan-lahan hingga berhenti merokok. Misalnya sehari kadang 2 bungkus (atau mungkin lebih/kurang), setahun sekali kurangi satu batang, lambat laun akan berkurang hingga berhenti.

Mengapa setahun hanya sebatang? Tidak harus demikian kog karena perokok umumnya susah berhenti, oleh karena itu, kalau susah, pelan-pelan kurangi. Lihat kemampuan diri sendiri, mana yang lebih mudah dan mana yang lebih bisa ditekuni. Karena, Anda yang merokok atau ingin berhenti, bukan orang lain.

74
Buddhisme untuk Pemula / Re: 4 Jenis Buddha
« on: 24 November 2017, 10:21:30 AM »
Buddha itu cuman dua:
1. Sammasambuddha, dan
2. Paccekabuddha.

Savakabuddha; artinya murid Buddha (bukan Buddha).

Misalnya Albert Einsten punya anak didikan, murid itu akan disebut "murid (Albert) Einstein". Apakah murid Albert Einstein = Albert einstein? Tidak. Murid ya, murid. Jangan hanya karena murid, terus disebut Albert Einstein. Demikian pula, savakabuddha, artinya (hanya) murid Buddha, bukan seorang Buddha, savakabuddha, bisa saja Upasaka/upasika namun umumnya condong ke bhikkhu, anggota Sangha.

Biasanya Sang Buddha ketika mengatakan Sammasambuddha lampau, Beliau akan menggunakan kata "para Tathagata". Untuk mengacu pada para Paccekabuddha, Beliau menggunakan kata "para Buddha". Hanya saja beberapa orang umumnya menggunaka kata "para Buddha" untuk mengacu pada dua-duanya. Kalau saya, ikut Sang Buddha saja, Sang Buddha bicara selalu yang mutlak, bahasa-Nya selalu yang tepat.

75
Diskusi Umum / Re: Apakah Ananda bersalah?
« on: 24 November 2017, 10:09:51 AM »
Kasihan donk, jika Sang Buddha hidup lebih lama lagi, jadinya sia-sia juga Sang Buddha mengajarkan Dhamma, murid-murid malah terus berharap kepada Sang Buddha, jadinya tidak bisa mandiri, mengapa terus mengandalkan Sang Buddha? Harusnya cukup jelas, Dhamma telah dibabarkan dengan sempurna. Harus ingat pesan terakhir dari Sang Buddha, Yang Tercerahkan Sempurna: “Sekarang, para Bhikkhu, Aku nyatakan kepada kalian: segala sesuatu yang berkondisi pasti mengalami kerusakan–berusahalah dengan tekun.” Ini adalah kata-kata terakhir Sang Tathāgata. [DN 16:6.7].

Bukan hanya Sang Buddha, guru manapun juga akan meninggalkan muridnya, dengan menyisakan ajaran. Yang Mulia Ananda tidak bisa disalahkan hanya karena masalah kecil ini. Justru jika Sang Buddha hidup lebih lama lagi, murid-murid-Nya akan lengah, dengan berpikir ada Sang Buddha, santai saja. Harusnya sudah bisa mandiri karena Sang Buddha telah mengajar selama 45 tahun Pengajaran. Istilahnya Sang Buddha pensiun di usia 80 tahun, sudah cukup tepat. Para bhikkhu-lah (bhikkhu terpelajar) yang menjadi pedomannya sekarang, yang mengajar Dhamma, bagi yang ingin belajar Dhamma yang menuntun pada kesejahteraan masing-masing jika dipraktikkan dengan baik dan benar.

Bab XLV–Siswa Utama mencapai Nibbāna Akhir–3. Tiga bulan sebelum Parinibbāna

... Walaupun Sang Buddha telah mengatakan bahwa 3 bulan lagi akan mencapai Nibbāna akhir, Yang Mulia Ānanda berniat memohon kepada Sang Buddha ketika Beliau akan segera Parinibbāna (di saat Sang Buddha akan mencapai Nibbāna akhir). Oleh karenanya, dikatakan pikirannya dikuasai oleh kematian. Ia berpikir akan memohon hal tersebut di saat-saat Sang Buddha menjelang Nibbāna akhir.

Sebelumnya Sang Buddha juga berulang kali menyatakan hal tersebut di Rājagaha, di Puncak Nasar; di Taman Banyan; Tebing Perampok; Gua Satapaṇṇi di lereng Gunung Vebhāra; Batu Hitam di lereng Gunung Isigili; tepi Kolam Ular di Hutan Sejuk; Taman Tapodā; Taman Suaka Tupai di Veḷuvana; Hutan Mangga Jīvaka; dan juga di Taman Rusa Maddakucchi. Semuanya di Rājagaha. Namun, Yang Mulia Ānanda berpikir ia akan memintanya saat detik-detik terakhir.

... Kemudian Yang Mulia Ānanda berulang kali meminta Sang Buddha untuk hidup lebih lama, ia pikir akan memintanya di saat-saat terakhir, akan tetapi Sang Buddha telah melepaskan prinsip kehidupan, Beliau tidak mungkin lagi menarik kata-kata Beliau, hanya karena hal tersebut.

sumber: http://www.brahmathira.com/2017/10/kisah-lengkap-buddha-iii-xlvl.html

Pages: 1 2 3 4 [5] 6 7 8 9 10 11 12