//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: PENDERITAAN MENURUT AGAMA BUDDHA: SEBUAH TINJAUAN KRITIS DARI PERSPEKTIF kr****n  (Read 81706 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline tuwino gunawan

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 272
  • Reputasi: 8
  • Gender: Male
 [at]  bro joe...

kalo mau masuk surga di buddhism paling gampang deh....lakukan :
1. kurangi kejahatan
2. tambah kebajikan
mau percaya ama buddha atau tidak, terserah deh.... mau KTP nya tulis budha (di KTP harusnya di tulis buddha), atau kr****n, ka****k, islam, hindu.....kagak masalah, surga tetap GOLLLLLLLL kalo lakukan 2 hal diatas.

kalo di keristen, k4tolik, i5lam ---> lu mesti percaya dan yakin tuh ama PENCIPTA, baru bisa masuk ke surga kan???? gimana kalo gua sering2 buat kebaikan, tapi kagak percaya ama Allah, Tuhan, bisa ngak gua nembus ke surga? emang di gerbang surga ada pak camat yang periksa KTP ???  :))

Jadi pilih mana???

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
[at]  bro joe...

kalo mau masuk surga di buddhism paling gampang deh....lakukan :
1. kurangi kejahatan
2. tambah kebajikan
mau percaya ama buddha atau tidak, terserah deh.... mau KTP nya tulis budha (di KTP harusnya di tulis buddha), atau kr****n, ka****k, islam, hindu.....kagak masalah, surga tetap GOLLLLLLLL kalo lakukan 2 hal diatas.

kalo di keristen, k4tolik, i5lam ---> lu mesti percaya dan yakin tuh ama PENCIPTA, baru bisa masuk ke surga kan???? gimana kalo gua sering2 buat kebaikan, tapi kagak percaya ama Allah, Tuhan, bisa ngak gua nembus ke surga? emang di gerbang surga ada pak camat yang periksa KTP ???  :))

Jadi pilih mana???
kalau di bilang gitu pilih agama kr****n ga ada ruginya karena percaya tuhan masuk surga dan berbuat baik masuk surga, dan bagi umat buddha kalau ternyata tuhan itu ada dan anda memilih tidak percaya maka anda akan masuk neraka karena berbuat baik tidak cukup karena harus juga percaya sama tuhan =))
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline joemarselo

  • Teman
  • **
  • Posts: 54
  • Reputasi: 1
  • Gender: Male
  • -|---
[at] joemarselo
Terimakasih atas tanggapannya... Saya merasa Anda sangat bersahabat, postingan Anda tidak meresahkan kok. :) Saya juga menghargai pandangan dan jalan hidup Anda. Tapi saya ingin tahu bagaimana pendapat Anda mengenai postingan saya tentang beberapa contoh kejadian yang ada di dunia itu?

Saya tangkap, point-point pertanyaan Upasaka adalah:
Dari sepasang mata ini kita bisa melihat pemandangan memilukan. Ada orang yang terlahir cacat fisik (misalnya buta dan tuli), ada orang yang terlahir cacat mental, ada orang yang meninggal ketika masih bayi, ada orang yang meninggal ketika masih di dalam rahim; orang-orang seperti itu sama sekali tidak memiliki peluang untuk mengenal agama dengan baik. Dan bila mereka meninggal dunia, apakah adil bila mereka harus menempati surga atau neraka selamanya? Dalam analogi ini, sepertinya mustahil orang-orang seperti ini bisa masuk neraka; sebab mereka bahkan mungkin tidak bisa melakukan kejahatan. Demikian pula sepertinya mustahil bagi orang-orang seperti ini untuk masuk ke surga; sebab mereka juga bahkan tidak mungkin untuk melakukan perbuatan baik.
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

maka, demikian jawaban dari saya

Mengenai bayi-bayi dan anak-anak yang meninggal, ada beberapa pengertian dalam Gereja ka****k;

1. Gereja tidak mengenal sarana lain selain dari Pembaptisan, untuk menjamin langkah masuk ke dalam kebahagiaan abadi. Karena itu, dengan rela hati ia mematuhi perintah yang diterimanya dari Tuhan, supaya membantu semua orang yang dapat dibaptis, untuk memperoleh “kelahiran kembali dari air dan Roh”. Tuhan telah mengikatkan keselamatan pada Sakramen Pembaptisan, tetapi Ia sendiri tidak terikat pada Sakramen-sakramen-Nya.“

2. Dalam konsep keselamatan, dosa asal diampuni lewat Sakramen Baptis, yaitu suatu cara biasa (ordinary means) yang diinstitusikan sendiri oleh Kristus. Dikatakan di Katekismus Gereja ka****k, nomor 1263 (KGK, 1263) “Oleh Pembaptisan diampunilah semua dosa, dosa asal, dan semua dosa pribadi serta siksa-siksa dosa. Di dalam mereka yang dilahirkan kembali, tidak tersisa apa pun yang dapat menghalang-halangi mereka untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah. Baik dosa Adam maupun dosa pribadi demikian pula akibat-akibat dosa, yang terparah darinya adalah pemisahan dari Allah, semuanya tidak ada lagi.”

3) Tidak hanya ada Baptisan secara explisit (dalam hal ini Baptisan air). Ada baptisan rindu dan baptisan darah mensyaratkan seseorang untuk menggunakan akal budi, karena mensyaratkan pengambilan keputusan. Namun bayi tidak mempunyai akal budi secara aktual, hanya berupa kapasitas yang belum direalisasikan. Oleh karena itu, maka bayi tidak mungkin mengalami baptisan darah maupun baptisan rindu.
*** Bahwa dosa asal juga diampuni lewat keinginan yang murni (Baptisan rindu) untuk menerima Baptisan (secara eksplisit atau implisit), atau oleh baptisan darah (mati untuk Kristus). KGK, 1258 mengatakan “Gereja sudah sejak dahulu yakin bahwa orang-orang yang mengalami kematian karena iman, tanpa sebelumnya menerima Pembaptisan, telah dibaptis untuk dan bersama Kristus oleh kematiannya. Pembaptisan darah ini demikian pula kerinduan akan Pembaptisan menghasilkan buah-buah Pembaptisan walaupun tidak merupakan Sakramen.”

4) Bayi-bayi tidak pernah berbuat dosa pribadi (personal), maka mereka tidak akan menderita, baik secara fisik maupun secara spiritual.

5) Sebuah kebahagiaan yang sesuai dengan kodrat manusia adalah sesuatu yang mungkin setelah kehidupan ini. Secara proposional, dengan kodrat manusia, maka manusia dapat menikmati kebahagiaan dalam permenungan Tuhan (in loving contemplation of God), melaui ciptaan-Nya. Tempat inilah yang disebut “Limbo“.

Lima hal di atas adalah alasan-alasan yang mendasari pengajaran tentang Limbo. Dokrin limbo ini melalui sejarah yang panjang, dari St. Gregory Nazianzus, St. Augustine, St. Thomas Aquinas. St. Thomas yang berpendapat bahwa Limbo adalah “natural happiness“  bagi para bayi yang meninggal namun belum sempat dibaptis. Dan posisi ini kemudian didiskusikan lagi mulai dari St. Robert Bellarmine.

Pada saat ini, Gereja belum mengeluarkan dokumen secara resmi tentang Limbo. Dan Katekismus Gereja ka****k mengatakan:
KGK, 1261″Anak-anak yang mati tanpa Pembaptisan, hanya dapat dipercayakan Gereja kepada belas kasihan Allah, seperti yang ia lakukan dalam ritus penguburan mereka. Belas kasihan Allah yang besar yang menghendaki, agar semua orang diselamatkan (Bdk. 1 Tim 2:4.), cinta Yesus yang lemah lembut kepada anak-anak, yang mendorong-Nya untuk mengatakan: “Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku; jangan menghalang-halangi mereka” (Mrk 10:14), membenarkan kita untuk berharap bahwa untuk anak-anak yang mati tanpa Pembaptisan ada satu jalan keselamatan. Gereja meminta dengan sangat kepada orang-tua, agar tidak menghalang-halangi anak-anak, untuk datang kepada Kristus melalui anugerah Pembaptisan kudus.”
KGK, 1283 “Mengenai anak-anak yang mati tanpa dibaptis, liturgi Gereja menuntun kita, agar berharap kepada belas kasihan ilahi dan berdoa untuk keselamatan anak-anak ini.”

Dari beberapa dasar pro dan kontra tentang Limbo inilah, maka pada saat ini Gereja masih belum mengeluarkan secara terperinci doktrin tentang Limbo. Yang perlu kita pegang pada saat ini adalah belas kasih Allah kepada anak-anak yang tanpa dosa.


Mengenai orang yang cacat (fisik atau mental), dalam suatu kondisi tertentu yang tidak berkompeten untuk mencari kebenaran dan selama kegagalannya memperoleh kebenaran adalah dalam kondisi invincible ignorance;
ada arahan dari Gereja ka****k sbb.

Paus Pius XII:
Di lubuk hatinya manusia menemukan hukum, yang tidak di terimanya dari dirinya sendiri, melainkan harus ditaatinya. Suara hati itu selalu menyerukan kepadanya untuk mencintai dan melaksanakan apa yang baik, dan untuk menghindari apa yang jahat. Bilamana perlu, suara itu menggema dalam lubuk hatinya: jalankanlah ini, elakkanlah itu. Sebab dalam hatinya manusia menemukan hukum yang ditulis oleh Allah. Martabatnya ialah mematuhi hukum itu, dan menurut hukum itu pula ia akan diadili[16]. Hati nurani ialah inti manusia yang paling rahasia, sanggar sucinya; di situ ia seorang diri bersama Allah, yang sapaan-Nya menggema dalam batinnya[17]. Berkat hati nurani dikenallah secara ajaib hukum, yang dilaksanakan dalam cinta kasih terhadap Allah dan terhadap sesama[18]. Atas kesetiaan terhadap hati nurani Umat kristiani bergabung dengan sesama lainnya untuk mencari kebenaran, dan untuk dalam kebenaran itu memecahkan sekian banyak persoalan moral, yang timbul baik dalam hidup perorangan maupun dalam hidup kemasyarakatan. Oleh karena itu semakin besar pengaruh hati nurani yang cermat, semakin jauh pula pribadi-pribadi maupun kelompok-kelompok menghindar dari kemauan yang membabi-buta, dan semakin mereka berusaha untuk mematuhi norma-norma kesusilaan yang objektif. Akan tetapi tidak jaranglah terjadi bahwa hati nurani tersesat karena ketidaktahuan yang tak teratasi [invincible ignorance], tanpa kehilangan martabatnya. Tetapi itu tidak dapat dikatakan tentang orang, yang tidak peduli untuk mencari apa yang benar serta baik, dan karena kebiasaan berdosa hati nuraninya lambat laun hampir menjadi buta.“(Gaudium et Spes, 16)

Paus Pius XII mengatakan terhadap mereka yang tidak tergabung dalam Gereja ka****k oleh karena ketidaktahuan yang tidak dapat dihindari (invincible ignorance), namun yang selalu mencari kehendak Tuhan: Paus menyebutnya mereka ini sebagai “yang berhubungan dengan Tubuh Mistik Kristus dengan kerinduan dan keinginan tertentu yang tidak disadari” dan mereka ini bukannya tidak termasuk dalam keselamatan kekal, tetapi, “…mereka tetap kurang dapat memperoleh bermacam karunia surgawi dan bantuan-bantuan yang hanya dapat diberikan di dalam Gereja ka****k” (AAS, 1.c., p 243).

excerpted from www.katolisitas.org
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
peace yo!
jm

Offline tuwino gunawan

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 272
  • Reputasi: 8
  • Gender: Male
[at]  bro joe...

kalo mau masuk surga di buddhism paling gampang deh....lakukan :
1. kurangi kejahatan
2. tambah kebajikan
mau percaya ama buddha atau tidak, terserah deh.... mau KTP nya tulis budha (di KTP harusnya di tulis buddha), atau kr****n, ka****k, islam, hindu.....kagak masalah, surga tetap GOLLLLLLLL kalo lakukan 2 hal diatas.

kalo di keristen, k4tolik, i5lam ---> lu mesti percaya dan yakin tuh ama PENCIPTA, baru bisa masuk ke surga kan???? gimana kalo gua sering2 buat kebaikan, tapi kagak percaya ama Allah, Tuhan, bisa ngak gua nembus ke surga? emang di gerbang surga ada pak camat yang periksa KTP ???  :))

Jadi pilih mana???
kalau di bilang gitu pilih agama kr****n ga ada ruginya karena percaya tuhan masuk surga dan berbuat baik masuk surga, dan bagi umat buddha kalau ternyata tuhan itu ada dan anda memilih tidak percaya maka anda akan masuk neraka karena berbuat baik tidak cukup karena harus juga percaya sama tuhan =))

Logika mana yang jalan ??? :D

Offline The Ronald

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.231
  • Reputasi: 89
  • Gender: Male
[at] joe
sebenarnya di surga tidaklah kekal....
klo mo bukti...

ada mahluk surga.. yg akhirnya ke bumi... dan mengalami kematian

salah satunya yesus kristus... itu salah satu contoh ketidak-kekalan di surga...
kematiannya di surga (lenyap dari alam surga)...dan terlahir di bumi.. kemudian mati.... setelah itu bergentayangan di bumi ( lupa beberapa hari... ini agak cocok dgn konsep mahayana).. baru akhirnya kembali di surga....


di buddhist juga mengenal surga..dan penguasanya... dan kebetulan sekali dalam beberapa cerita jataka.. dia suka mencoba...
dan juga terkadang beranggapan bahwa surga itu kekal....


« Last Edit: 26 May 2010, 06:06:31 PM by The Ronald »
...

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
kalau memang surga/neraka itu kekal, bayangkan betapa penuh sesaknya surga/neraka itu ... konsep reinkarnasi malah menjadi lebih masuk akal

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
[at] joe
sebenarnya di surga tidaklah kekal....
klo mo bukti...

ada mahluk surga.. yg akhirnya ke bumi... dan mengalami kematian

salah satunya yesus kristus... itu salah satu contoh ketidak-kekalan di surga...
kematiannya di surga (lenyap dari alam surga)...dan terlahir di bumi.. kemudian mati.... setelah itu bergentayangan di bumi ( lupa beberapa hari... ini agak cocok dgn konsep mahayana).. baru akhirnya kembali di surga....


di buddhist juga mengenal surga..dan penguasanya... dan kebetulan sekali dalam beberapa cerita jataka.. dia suka mencoba...
dan juga terkadang beranggapan bahwa surga itu kekal....
Menurut Ajaran Kr1sten, Yesus tentu saja bukan meninggal dari alam sorga, namun memang diutus oleh Allah Bapa ke dunia untuk menebus dosa. Sebelum bangkit juga dikatakan berada di alam maut, bukan menunggu terlahir kembali. Beberapa aliran berpendapat Yesus mengajarkan Keselamatan kepada mereka di alam kematian yang telah meninggal sebelum penebusan.
Tidak bisa memakai sudut pandang Buddhisme ke dalam ajaran lain.






kalau memang surga/neraka itu kekal, bayangkan betapa penuh sesaknya surga/neraka itu ... konsep reinkarnasi malah menjadi lebih masuk akal

Kalau berspekulasi ke sesak/tidak sesak, akan terjebak lagi pada pandangan loka terbatas/tidak terbatas.

Offline Mr.Jhonz

  • Sebelumnya: Chikennn
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.164
  • Reputasi: 148
  • Gender: Male
  • simple life
 [at] joe
Kebetulan bro kr****n disini,sy mau tanya..
seingat sy,beberapa kali mengunjunggi gereja dan mengikuti proses ibadahnya..
Kok rasanya yg di omongin cuma iman,iman dan iman ya..
persentasenya 70% topiknya IMAN 30% topiknya LAIN-LAIN(termasuk topik KASIH)
Sy tonton chanel kr1sten juga isinya kurang-lebih sama..
Bagaimana menurut bro Joe,apakah memang ini ajaran j3sus,atau gereja telah menyimpang?
**apakah topik KASIH tidak penting??

Thank sebelumnya
« Last Edit: 26 May 2010, 08:55:31 PM by Mr.Jhonz »
buddha; "berjuanglah dengan tekun dan perhatian murni"

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
maka, demikian jawaban dari saya

Mengenai bayi-bayi dan anak-anak yang meninggal, ada beberapa pengertian dalam Gereja ka****k;

1. Gereja tidak mengenal sarana lain selain dari Pembaptisan, untuk menjamin langkah masuk ke dalam kebahagiaan abadi. Karena itu, dengan rela hati ia mematuhi perintah yang diterimanya dari Tuhan, supaya membantu semua orang yang dapat dibaptis, untuk memperoleh “kelahiran kembali dari air dan Roh”. Tuhan telah mengikatkan keselamatan pada Sakramen Pembaptisan, tetapi Ia sendiri tidak terikat pada Sakramen-sakramen-Nya.“

2. Dalam konsep keselamatan, dosa asal diampuni lewat Sakramen Baptis, yaitu suatu cara biasa (ordinary means) yang diinstitusikan sendiri oleh Kristus. Dikatakan di Katekismus Gereja ka****k, nomor 1263 (KGK, 1263) “Oleh Pembaptisan diampunilah semua dosa, dosa asal, dan semua dosa pribadi serta siksa-siksa dosa. Di dalam mereka yang dilahirkan kembali, tidak tersisa apa pun yang dapat menghalang-halangi mereka untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah. Baik dosa Adam maupun dosa pribadi demikian pula akibat-akibat dosa, yang terparah darinya adalah pemisahan dari Allah, semuanya tidak ada lagi.”

3) Tidak hanya ada Baptisan secara explisit (dalam hal ini Baptisan air). Ada baptisan rindu dan baptisan darah mensyaratkan seseorang untuk menggunakan akal budi, karena mensyaratkan pengambilan keputusan. Namun bayi tidak mempunyai akal budi secara aktual, hanya berupa kapasitas yang belum direalisasikan. Oleh karena itu, maka bayi tidak mungkin mengalami baptisan darah maupun baptisan rindu.
*** Bahwa dosa asal juga diampuni lewat keinginan yang murni (Baptisan rindu) untuk menerima Baptisan (secara eksplisit atau implisit), atau oleh baptisan darah (mati untuk Kristus). KGK, 1258 mengatakan “Gereja sudah sejak dahulu yakin bahwa orang-orang yang mengalami kematian karena iman, tanpa sebelumnya menerima Pembaptisan, telah dibaptis untuk dan bersama Kristus oleh kematiannya. Pembaptisan darah ini demikian pula kerinduan akan Pembaptisan menghasilkan buah-buah Pembaptisan walaupun tidak merupakan Sakramen.”

4) Bayi-bayi tidak pernah berbuat dosa pribadi (personal), maka mereka tidak akan menderita, baik secara fisik maupun secara spiritual.

5) Sebuah kebahagiaan yang sesuai dengan kodrat manusia adalah sesuatu yang mungkin setelah kehidupan ini. Secara proposional, dengan kodrat manusia, maka manusia dapat menikmati kebahagiaan dalam permenungan Tuhan (in loving contemplation of God), melaui ciptaan-Nya. Tempat inilah yang disebut “Limbo“.

Lima hal di atas adalah alasan-alasan yang mendasari pengajaran tentang Limbo. Dokrin limbo ini melalui sejarah yang panjang, dari St. Gregory Nazianzus, St. Augustine, St. Thomas Aquinas. St. Thomas yang berpendapat bahwa Limbo adalah “natural happiness“  bagi para bayi yang meninggal namun belum sempat dibaptis. Dan posisi ini kemudian didiskusikan lagi mulai dari St. Robert Bellarmine.

Pada saat ini, Gereja belum mengeluarkan dokumen secara resmi tentang Limbo. Dan Katekismus Gereja ka****k mengatakan:
KGK, 1261″Anak-anak yang mati tanpa Pembaptisan, hanya dapat dipercayakan Gereja kepada belas kasihan Allah, seperti yang ia lakukan dalam ritus penguburan mereka. Belas kasihan Allah yang besar yang menghendaki, agar semua orang diselamatkan (Bdk. 1 Tim 2:4.), cinta Yesus yang lemah lembut kepada anak-anak, yang mendorong-Nya untuk mengatakan: “Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku; jangan menghalang-halangi mereka” (Mrk 10:14), membenarkan kita untuk berharap bahwa untuk anak-anak yang mati tanpa Pembaptisan ada satu jalan keselamatan. Gereja meminta dengan sangat kepada orang-tua, agar tidak menghalang-halangi anak-anak, untuk datang kepada Kristus melalui anugerah Pembaptisan kudus.”
KGK, 1283 “Mengenai anak-anak yang mati tanpa dibaptis, liturgi Gereja menuntun kita, agar berharap kepada belas kasihan ilahi dan berdoa untuk keselamatan anak-anak ini.”

Dari beberapa dasar pro dan kontra tentang Limbo inilah, maka pada saat ini Gereja masih belum mengeluarkan secara terperinci doktrin tentang Limbo. Yang perlu kita pegang pada saat ini adalah belas kasih Allah kepada anak-anak yang tanpa dosa.


Mengenai orang yang cacat (fisik atau mental), dalam suatu kondisi tertentu yang tidak berkompeten untuk mencari kebenaran dan selama kegagalannya memperoleh kebenaran adalah dalam kondisi invincible ignorance;
ada arahan dari Gereja ka****k sbb.

Paus Pius XII:
Di lubuk hatinya manusia menemukan hukum, yang tidak di terimanya dari dirinya sendiri, melainkan harus ditaatinya. Suara hati itu selalu menyerukan kepadanya untuk mencintai dan melaksanakan apa yang baik, dan untuk menghindari apa yang jahat. Bilamana perlu, suara itu menggema dalam lubuk hatinya: jalankanlah ini, elakkanlah itu. Sebab dalam hatinya manusia menemukan hukum yang ditulis oleh Allah. Martabatnya ialah mematuhi hukum itu, dan menurut hukum itu pula ia akan diadili[16]. Hati nurani ialah inti manusia yang paling rahasia, sanggar sucinya; di situ ia seorang diri bersama Allah, yang sapaan-Nya menggema dalam batinnya[17]. Berkat hati nurani dikenallah secara ajaib hukum, yang dilaksanakan dalam cinta kasih terhadap Allah dan terhadap sesama[18]. Atas kesetiaan terhadap hati nurani Umat kristiani bergabung dengan sesama lainnya untuk mencari kebenaran, dan untuk dalam kebenaran itu memecahkan sekian banyak persoalan moral, yang timbul baik dalam hidup perorangan maupun dalam hidup kemasyarakatan. Oleh karena itu semakin besar pengaruh hati nurani yang cermat, semakin jauh pula pribadi-pribadi maupun kelompok-kelompok menghindar dari kemauan yang membabi-buta, dan semakin mereka berusaha untuk mematuhi norma-norma kesusilaan yang objektif. Akan tetapi tidak jaranglah terjadi bahwa hati nurani tersesat karena ketidaktahuan yang tak teratasi [invincible ignorance], tanpa kehilangan martabatnya. Tetapi itu tidak dapat dikatakan tentang orang, yang tidak peduli untuk mencari apa yang benar serta baik, dan karena kebiasaan berdosa hati nuraninya lambat laun hampir menjadi buta.“(Gaudium et Spes, 16)

Paus Pius XII mengatakan terhadap mereka yang tidak tergabung dalam Gereja ka****k oleh karena ketidaktahuan yang tidak dapat dihindari (invincible ignorance), namun yang selalu mencari kehendak Tuhan: Paus menyebutnya mereka ini sebagai “yang berhubungan dengan Tubuh Mistik Kristus dengan kerinduan dan keinginan tertentu yang tidak disadari” dan mereka ini bukannya tidak termasuk dalam keselamatan kekal, tetapi, “…mereka tetap kurang dapat memperoleh bermacam karunia surgawi dan bantuan-bantuan yang hanya dapat diberikan di dalam Gereja ka****k” (AAS, 1.c., p 243).

excerpted from www.katolisitas.org

Terimakasih atas pendapatnya.

Offline The Ronald

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.231
  • Reputasi: 89
  • Gender: Male
[at] joe
sebenarnya di surga tidaklah kekal....
klo mo bukti...

ada mahluk surga.. yg akhirnya ke bumi... dan mengalami kematian

salah satunya yesus kristus... itu salah satu contoh ketidak-kekalan di surga...
kematiannya di surga (lenyap dari alam surga)...dan terlahir di bumi.. kemudian mati.... setelah itu bergentayangan di bumi ( lupa beberapa hari... ini agak cocok dgn konsep mahayana).. baru akhirnya kembali di surga....


di buddhist juga mengenal surga..dan penguasanya... dan kebetulan sekali dalam beberapa cerita jataka.. dia suka mencoba...
dan juga terkadang beranggapan bahwa surga itu kekal....
Menurut Ajaran Kr1sten, Yesus tentu saja bukan meninggal dari alam sorga, namun memang diutus oleh Allah Bapa ke dunia untuk menebus dosa. Sebelum bangkit juga dikatakan berada di alam maut, bukan menunggu terlahir kembali. Beberapa aliran berpendapat Yesus mengajarkan Keselamatan kepada mereka di alam kematian yang telah meninggal sebelum penebusan.
Tidak bisa memakai sudut pandang Buddhisme ke dalam ajaran lain.

pandangannya memang kurang lebih demikian....
coba kalau riwayat kelahiran Buddha.. pasa saat masi menjadi dewa seketu..  kata2 nya di ubah menjadi di utus....jdnya juga di utus... bukan tunimbal lahir (hampir mirip2 bagi org kr****n klo baca kisahnya)

apa bedanya di utus dan bertunimbal lahir...
di utus... itu seharusnya mirip gabriel yg dtg ke bumi..buat memberitahu maria.., gabriel gak perlu terlahir dulu sebagai manusia
kalo ada kelahiran..berarti terlahir kembali... bahkan tiap tgl 25 desember ada peringatannya
kurasa mereka tau kok..yesus itu terlahir .. porsi tubuhnya dah beda..sudah ada unsur manusianya, walau seperti kebanyakan org yg memiliki kemampuan batin, yesus juga masih memiki kemapuan tsb
- menghidupkan yg telah mati... bukan hal mustahil di buddhist...
- terlahir oleh perawan juga bukan hal mustahil di buddhist...
- mengubah air menjadi anggur.. bukan luar biasa juga
- berjalan di atas air...bukan hal mustahil juga...


yah kematian di alam surga kan beda sama di bumi, emang gak mirip "di utus".. karena mereka lenyap dari alam surga.. pada saat memasuki rahim... dan terlahir.. dan untuk kembali hidup di alam surga lagi.. mereka harus mengalami kematian....

pertanyaan berikutnya?
apakah yesus mati di kayu salib? atau di tempat laen?

apa pun jawabannya kurasa kr****n tau bahwa yesus memang mati... karena klo tidak mati.. maka tidak ada perayaan kebangkitan yesus kristus....

...

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
maka, demikian jawaban dari saya

Mengenai bayi-bayi dan anak-anak yang meninggal, ada beberapa pengertian dalam Gereja ka****k;

1. Gereja tidak mengenal sarana lain selain dari Pembaptisan, untuk menjamin langkah masuk ke dalam kebahagiaan abadi. Karena itu, dengan rela hati ia mematuhi perintah yang diterimanya dari Tuhan, supaya membantu semua orang yang dapat dibaptis, untuk memperoleh “kelahiran kembali dari air dan Roh”. Tuhan telah mengikatkan keselamatan pada Sakramen Pembaptisan, tetapi Ia sendiri tidak terikat pada Sakramen-sakramen-Nya.“

2. Dalam konsep keselamatan, dosa asal diampuni lewat Sakramen Baptis, yaitu suatu cara biasa (ordinary means) yang diinstitusikan sendiri oleh Kristus. Dikatakan di Katekismus Gereja ka****k, nomor 1263 (KGK, 1263) “Oleh Pembaptisan diampunilah semua dosa, dosa asal, dan semua dosa pribadi serta siksa-siksa dosa. Di dalam mereka yang dilahirkan kembali, tidak tersisa apa pun yang dapat menghalang-halangi mereka untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah. Baik dosa Adam maupun dosa pribadi demikian pula akibat-akibat dosa, yang terparah darinya adalah pemisahan dari Allah, semuanya tidak ada lagi.”

3) Tidak hanya ada Baptisan secara explisit (dalam hal ini Baptisan air). Ada baptisan rindu dan baptisan darah mensyaratkan seseorang untuk menggunakan akal budi, karena mensyaratkan pengambilan keputusan. Namun bayi tidak mempunyai akal budi secara aktual, hanya berupa kapasitas yang belum direalisasikan. Oleh karena itu, maka bayi tidak mungkin mengalami baptisan darah maupun baptisan rindu.
*** Bahwa dosa asal juga diampuni lewat keinginan yang murni (Baptisan rindu) untuk menerima Baptisan (secara eksplisit atau implisit), atau oleh baptisan darah (mati untuk Kristus). KGK, 1258 mengatakan “Gereja sudah sejak dahulu yakin bahwa orang-orang yang mengalami kematian karena iman, tanpa sebelumnya menerima Pembaptisan, telah dibaptis untuk dan bersama Kristus oleh kematiannya. Pembaptisan darah ini demikian pula kerinduan akan Pembaptisan menghasilkan buah-buah Pembaptisan walaupun tidak merupakan Sakramen.”
boleh minta ayat2nya?

Quote
4) Bayi-bayi tidak pernah berbuat dosa pribadi (personal), maka mereka tidak akan menderita, baik secara fisik maupun secara spiritual.
tetap bagi kepercayaan kr****n, semua manusia itu berdosa tidak ada yang suci kecuali YESUS

Quote
5) Sebuah kebahagiaan yang sesuai dengan kodrat manusia adalah sesuatu yang mungkin setelah kehidupan ini. Secara proposional, dengan kodrat manusia, maka manusia dapat menikmati kebahagiaan dalam permenungan Tuhan (in loving contemplation of God), melaui ciptaan-Nya. Tempat inilah yang disebut “Limbo“.

Lima hal di atas adalah alasan-alasan yang mendasari pengajaran tentang Limbo. Dokrin limbo ini melalui sejarah yang panjang, dari St. Gregory Nazianzus, St. Augustine, St. Thomas Aquinas. St. Thomas yang berpendapat bahwa Limbo adalah “natural happiness“  bagi para bayi yang meninggal namun belum sempat dibaptis. Dan posisi ini kemudian didiskusikan lagi mulai dari St. Robert Bellarmine.

Pada saat ini, Gereja belum mengeluarkan dokumen secara resmi tentang Limbo. Dan Katekismus Gereja ka****k mengatakan:
KGK, 1261″Anak-anak yang mati tanpa Pembaptisan, hanya dapat dipercayakan Gereja kepada belas kasihan Allah, seperti yang ia lakukan dalam ritus penguburan mereka. Belas kasihan Allah yang besar yang menghendaki, agar semua orang diselamatkan (Bdk. 1 Tim 2:4.), cinta Yesus yang lemah lembut kepada anak-anak, yang mendorong-Nya untuk mengatakan: “Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku; jangan menghalang-halangi mereka” (Mrk 10:14), membenarkan kita untuk berharap bahwa untuk anak-anak yang mati tanpa Pembaptisan ada satu jalan keselamatan. Gereja meminta dengan sangat kepada orang-tua, agar tidak menghalang-halangi anak-anak, untuk datang kepada Kristus melalui anugerah Pembaptisan kudus.”
KGK, 1283 “Mengenai anak-anak yang mati tanpa dibaptis, liturgi Gereja menuntun kita, agar berharap kepada belas kasihan ilahi dan berdoa untuk keselamatan anak-anak ini.”

Dari beberapa dasar pro dan kontra tentang Limbo inilah, maka pada saat ini Gereja masih belum mengeluarkan secara terperinci doktrin tentang Limbo. Yang perlu kita pegang pada saat ini adalah belas kasih Allah kepada anak-anak yang tanpa dosa.
hal ini sama seperti alam bardo. hanya ka****k yang mengenal api penyucian, aliran yang lain rasanya tidak ada.

Quote
Mengenai orang yang cacat (fisik atau mental), dalam suatu kondisi tertentu yang tidak berkompeten untuk mencari kebenaran dan selama kegagalannya memperoleh kebenaran adalah dalam kondisi invincible ignorance;
ada arahan dari Gereja ka****k sbb.

Paus Pius XII:
Di lubuk hatinya manusia menemukan hukum, yang tidak di terimanya dari dirinya sendiri, melainkan harus ditaatinya. Suara hati itu selalu menyerukan kepadanya untuk mencintai dan melaksanakan apa yang baik, dan untuk menghindari apa yang jahat. Bilamana perlu, suara itu menggema dalam lubuk hatinya: jalankanlah ini, elakkanlah itu. Sebab dalam hatinya manusia menemukan hukum yang ditulis oleh Allah. Martabatnya ialah mematuhi hukum itu, dan menurut hukum itu pula ia akan diadili[16]. Hati nurani ialah inti manusia yang paling rahasia, sanggar sucinya; di situ ia seorang diri bersama Allah, yang sapaan-Nya menggema dalam batinnya[17]. Berkat hati nurani dikenallah secara ajaib hukum, yang dilaksanakan dalam cinta kasih terhadap Allah dan terhadap sesama[18]. Atas kesetiaan terhadap hati nurani Umat kristiani bergabung dengan sesama lainnya untuk mencari kebenaran, dan untuk dalam kebenaran itu memecahkan sekian banyak persoalan moral, yang timbul baik dalam hidup perorangan maupun dalam hidup kemasyarakatan. Oleh karena itu semakin besar pengaruh hati nurani yang cermat, semakin jauh pula pribadi-pribadi maupun kelompok-kelompok menghindar dari kemauan yang membabi-buta, dan semakin mereka berusaha untuk mematuhi norma-norma kesusilaan yang objektif. Akan tetapi tidak jaranglah terjadi bahwa hati nurani tersesat karena ketidaktahuan yang tak teratasi [invincible ignorance], tanpa kehilangan martabatnya. Tetapi itu tidak dapat dikatakan tentang orang, yang tidak peduli untuk mencari apa yang benar serta baik, dan karena kebiasaan berdosa hati nuraninya lambat laun hampir menjadi buta.“(Gaudium et Spes, 16)

Paus Pius XII mengatakan terhadap mereka yang tidak tergabung dalam Gereja ka****k oleh karena ketidaktahuan yang tidak dapat dihindari (invincible ignorance), namun yang selalu mencari kehendak Tuhan: Paus menyebutnya mereka ini sebagai “yang berhubungan dengan Tubuh Mistik Kristus dengan kerinduan dan keinginan tertentu yang tidak disadari” dan mereka ini bukannya tidak termasuk dalam keselamatan kekal, tetapi, “…mereka tetap kurang dapat memperoleh bermacam karunia surgawi dan bantuan-bantuan yang hanya dapat diberikan di dalam Gereja ka****k” (AAS, 1.c., p 243).

excerpted from www.katolisitas.org
tetap tidak bisa jadi patokan, tidak berdasarkan alkitab.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
pandangannya memang kurang lebih demikian....
coba kalau riwayat kelahiran Buddha.. pasa saat masi menjadi dewa seketu..  kata2 nya di ubah menjadi di utus....jdnya juga di utus... bukan tunimbal lahir (hampir mirip2 bagi org kr****n klo baca kisahnya)

apa bedanya di utus dan bertunimbal lahir...
di utus... itu seharusnya mirip gabriel yg dtg ke bumi..buat memberitahu maria.., gabriel gak perlu terlahir dulu sebagai manusia
kalo ada kelahiran..berarti terlahir kembali... bahkan tiap tgl 25 desember ada peringatannya
kurasa mereka tau kok..yesus itu terlahir .. porsi tubuhnya dah beda..sudah ada unsur manusianya,
Mengambil wujud manusia, tidak selalu terlahir kembali. Ingat Sakka yang mengambil wujud nenek tua untuk berdana pada Maha-Kassapa? Apakah ia mati dari Tavatimsa dulu dan terlahir jadi manusia?


Quote
walau seperti kebanyakan org yg memiliki kemampuan batin, yesus juga masih memiki kemapuan tsb
- menghidupkan yg telah mati... bukan hal mustahil di buddhist...
- terlahir oleh perawan juga bukan hal mustahil di buddhist...
- mengubah air menjadi anggur.. bukan luar biasa juga
- berjalan di atas air...bukan hal mustahil juga...
Saya tidak tahu kalau di Buddhisme ada menghidupkan kembali orang mati. Bisa minta referensinya?


Quote
pertanyaan berikutnya?
apakah yesus mati di kayu salib? atau di tempat laen?

apa pun jawabannya kurasa kr****n tau bahwa yesus memang mati... karena klo tidak mati.. maka tidak ada perayaan kebangkitan yesus kristus....
Menurut kepercayaan Umat Nasrani, memang mati di salib.

Yang saya sampaikan adalah jangan pakai sudut pandang Buddhisme untuk berbicara dengan umat lain yang belum mengenal Buddhisme, apalagi untuk menilai agamanya.

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Quote
- menghidupkan yg telah mati... bukan hal mustahil di buddhist...
Saya tidak tahu kalau di Buddhisme ada menghidupkan kembali orang mati. Bisa minta referensinya?

Ada di Sanjiva Jataka. (http://www.indo forum.org/showpost.php?p=1118862&postcount=28)
« Last Edit: 27 May 2010, 10:19:38 AM by upasaka »

Offline Mr. pao

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 792
  • Reputasi: 29
  • KeperibadianMuYanGakuSuka
to joe
Kalo konsep adam dan hawa itu kepercayaan dari nenek moyang timur tengah atau langsung dari yesus?
kalo dari nenek moyang apakah yesus menyetujuinya?
Atau Yesus ada juga menceritakan asal usul terciptanya bumi dan manusia.
Saya melihat dari kitap islam dan kr1sten ada kesamaan terciptanya bumi dan manusia.
Sementara anggapan gw asal usul  bumi dan  manusia  itu dari kepercayaan nenek moyang timur tengah, dan dimasukkan ke alkitap maupun Al-Qur'an.
 _/\_ salam damai
Jika ada yang menampar pipi kananku aku akan segera memberikan pipi kirinya telapak kananku, karena dengan demikian hutang karma kita akan segera selesai ditempat. ;D

Offline kusalaputto

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.288
  • Reputasi: 30
  • Gender: Male
  • appamadena sampadetha

Ada di Sanjiva Jataka. (http://www.indo forum.org/showpost.php?p=1118862&postcount=28)
[at]  upasaka kok linknya ga bisa d buka yah ada kesalahan link ga?
semoga kamma baik saya melindungi saya, semoga kamma baik saya mengkondisikan saya menemukan seseorang yang baik pada saya dan anak saya, semoga kamma baik saya mengkondisikan tujuan yang ingin saya capai, semoga saya bisa meditasi lebih lama.

 

anything