11 Mereka menyerahkannya kepada sang thera dan sang thera pun mengundang Sangha. Setelah memberikan, sang thera melimpahkannya kepada ibunya, ayahnya, dan saudara lelakinya dengan mengatakan, "Biarlah ini untuk sanak saudaraku! Semoga sanak saudaraku bahagia!"
12 Segera setelah beliau mempersembahkan ini, muncullah makanan-makanan – yang bersih, pilihan, disiapkan dengan balk, dan berbumbu kari dengan berbagai aroma; sesudah itu saudara lelakinya menampakkan dirinya, tampan, kuat dan bahagia, dan berkata,
13 "Melimpah (adalah) makanan ini, tuan, tetapi lihatlah bahwa kami masih telanjang. Tolong kerahkanlah usahamu tuan, sedemikian rupa sehingga kami bisa memperoleh pakaian."
14 Sang thera mengumpulkan sobekan-sobekan kain dari tumpukan sampah. Setelah membuat kain perca itu menjadi jubah, beliau memberikannya kepada Sangha di empat penjuru.
15 Setelah memberikan, sang thera melimpahkannya kepada ibunya, ayahnya, dan saudara lelakinya, dengan mengatakan, "Biarlah ini untuk sanak saudaraku! Semoga sanak saudaraku bahagia!"
16 Segera setelah beliau mempersembahkan ini, muncullah pakaian-pakaian, sedangkan (saudara lelakinya) mengenakan pakaian yang bagus, menampakkan dirinya kepada sang thera dan mengatakan,
17 "Sebagaimana banyaknya pakaian-pakaian yang ada di seluruh kerajaan raja Nanda – masih lebih daripada itu, Yang Mulia, pakaian dan penutup kami,
18 Dari sutra dan wol, linen dan katun. Banyak dan mahal pakaian itu adanya – mereka bahkan menggantung dari langit.
19 Dan kami tinggal mengenakan saja mana pun yang kami suka. Tolong kerahkanlah usahamu, tuan, sedemikian rupa sehingga kami bisa memperoleh rumah."
20 Setelah sang thera membangun gubug dari dedaunan, beliau memberikannya kepada Sangha di empat penjuru. Setelah memberikan, sang thera melimpahkannya kepada ibunya, ayahnya, dan saudara lelakinya dengan mengatakan, "Biarlah ini untuk sanak saudaraku! Semoga sanak saudaraku bahagia!"
21 Segera setelah beliau mempersembahkan ini, muncullah rumah-rumah – tempat tinggal dengan pinakel yang dibagi menjadi bagian-bagian yang sama.
22 "Rumah-rumah seperti milik kami di sini tidak ditemukan di antara manusia; rumah-rumah seperti milik kami di sini bagaikan rumah-rumah yang ditemukan di antara para dewa;
23 Berkilau, mereka bersinar ke seluruh empat penjuru. Tolong kerahkanlah usahamu, tuan, sedemikian rupa sehingga kami bisa memperoleh air."
24 Setelah sang thera mengisi satu pot-air, beliau memberikannya kepada Sangha di empat penjuru. Setelah memberikan, sang thera melimpahkannya kepada ibunya, ayahnya, saudara lelakinya, dengan mengatakan, "Biarlah ini untuk sanak saudaraku! Semoga sanak saudaraku bahagia!"
25 Segera setelah beliau mempersembahkan ini, muncullah air – kolam - kolam teratai yang dalam, bersudut empat, dan diatur dengan indah
26 Dengan air jernih dan tepian yang elok, sejuk dan harum, tertutup teratai dan lili air, airnya penuh dengan serabut ­serabut teratai.
27 Setelah mandi dan minum dari kolam tersebut, mereka muncul di hadapan sang thera dengan mengatakan, "Melimpah (adalah) air (ini), tuan, tetapi kaki kami pecah - ­pecah dan sakit.
28 Berkelana kian kemari kami terpincang-pincang di atas kerikil dan rumput kusa yang berduri. Tolong kerahkanlah usahamu, tuan, sedemikian rupa sehingga kami bisa memperoleh kendaraan."
29 Setelah memperoleh sandal beliau memberikannya kepada Sangha di empat penjuru. Setelah memberikan, sang thera melimpahkannya kepada ibunya, ayahnya, dan saudara lelakinya dengan mengatakan, "Biarlah ini untuk sanak saudaraku! Semoga sanak saudaraku bahagia!"
30 Segera setelah sang thera mempersembahkan ini, para peta itu pun datang dengan kereta, dan mengatakan, "Engkau telah menunjukkan belas kasihan, tuan, lewat makanan dan pakaian ini,
31 Rumah dan pemberian air ini – lewat keduanya ini serta lewat pemberian kendaraan. Kami, tuan, telah datang untuk memberi hormat kepada petapa yang penuh welas asih di dunia."
Sang thera mengajukan persoalan itu ke hadapan Sang Bud­dha. Sang Buddha menganggap hal itu sebagai kebutuhan yang muncul dengan mengatakan, 'Sebagaimana juga di sini, begitu juga di dalam kehidupan persis sebelum ini engkau merupakan peta yang mengalami kesengsaraan yang besar.' Dan, ketika dimohon oleh sang thera, Sang Buddha mengkisahkan Cerita Peta Benang dan mengajarkan Dhamma kepada mereka yang berkumpul di sana. Ketika mendengar hal ini, orang-or­ang itu dipenuhi kegelisahan, dan menjadi cenderung melakukan tindakan-tindakan berjasa – seperti misalnya kebajikan memberikan dana dan sebagainya.
dari cerita diatas,yang ingin saya tanyakan berkaitan dengan topik membakar kertas sembahyang.
Apa yang kita bakar itu memang bisa diterima???cerita diatas malah pake kendaraan...
ada yang bisa bantu jelaskan???