Suatu ketika Salah satu murid utama Hyang Buddha yang bernama Upali bertanya kepada Hyang Buddha Sakyamuni, “Oh Junjungan Dunia! Sebagaimana yang tersurat dalam sutra-sutra terdahulu, bahwa Pembina Ajita kelak akan mencapai Kebuddhaan. Padahal ia terlihat seperti orang awam yang belum memutuskan kemelekatan. Sekalipun Beliau telah melaksanakan pelepasan agung, namun sama sekali tidak bersamadhi dan tidak berusaha memutuskan kilesa batin. Ke dunia manakah kelak Beliau dilahirkan?”
Hyang Buddha menjawab, “Wahai Upali, dengarkan dengan sepenuh hati. Dua belas tahun kemudian, Ajita akan meninggal dunia dan mencapai Surga Tusita... dan kelak terlahir kembali ke dunia...”
Suatu hari di saat memutar roda dharma, Hyang Buddha menjulurkan tangannya, mengusap kepala Pembina Ajita sambil bersabda, “Wahai Maitreya, demikianlah kupesankan kepadamu nanti, di masa lima ratus tahun ke lima, saat lenyapnya Dharma Sejati, Engkau harus melindungi mustika Buddha, Dharma, dan Sangha, jangan sampai lenyap dan terputus!”
Seketika kemilau cahaya Ilahi memenuhi semesta, disusul dengan enam jenis suara gemuruh yang dahsyat. Semua makhluk suci dan deva serentak menghormati Bodhisatva Maitreya dan berkata, “Sang Tathagata (Hyang BuddhaSakyamuni) telah memesankan Dharma kepadamu yang mulia, dengan pengharapan seluruh umat manusia dan dewa mendapatkan berkah kebahagiaan, terimalah pesan itu, Yang Mulia!”
Bodhisatva Maitreya segera berdiri, menghormati Hyang Buddha dan berkata, “Junjungan Dunia, demi keselamatan semua makhluk aku telah menerima penderitaan laksaan kalpa yang tak terhitung. Apalagi kini Tathagata telah menyampaikan pesan Dharma Sejati. Bagaimana mungkin tidak kuterima? Wahai Junjungan Dunia! Kini aku berjanji, pada masa yang akan datang akan kubabarkan Dharma Anuttara Samma Sambodhi yang telah Tathagata capai dalam perjuangan berlaksa-laksa kalpa yang tak terhitung.”
Dalam suatu kesempatan, Hyang Buddhabersabda kepada Yang Arya Ananda, “Bodhisatva Maitreya telah membina diri dengan metode yang praktis, mudah, serta membahagiakan. Beliau berjuang siang dan malam, dalam tiga waktu dengan sepenuh hati mendisiplinkan badan, dengan jubah yang rapi berlutut menghadap ke sepuluh penjuru alam, dan berikrar:
Aku bertobat atas semua kesalahanku, dan berjuang membimbing umat manusia ke dalam Kebenaran. Dengan segala ketulusan aku bersembah sujud kehadapanmu, para Buddha. Dengan ini akan kucapai kesempurnaan Kebuddhaan.”
Demikianlah, metode baktipuja yang kini dijalankan oleh seluruh siswa Maitreya sesungguhnya merupakan metode pembinaan yang telah dilaksanakan oleh Buddha Maitreya di da-lam segenap kelahiran-nya hingga mencapai Kebuddhaan. Metode pembinaan Buddha Maitreya bukanlah perjuangan un-tuk memutuskan niat-niat pikiran dengan bersamadhi, melainkan mengutamakan panggilan kasih untuk membahagiakan dan menyelamatkan dunia dari bencana. Jika panggilan kasih telah bergelora di dalam jiwa, dengan sendirinya jiwa bebas dari kebencian, keserakahan, dan kemelekatan diri.
Sumber:
1. Sutra tentang Bodhisatva Maitreya Mencapai Surga Tusita.
2. Sutra Maha Ratnakuta.
3. Sutra Ikrar Semula Pertanyaan Bodhisatva Maitreya.