nah, kalau begitu, apa yang dilakukan juga berlaku bagi umat awam, dan bukan khusus ditujukan hanya kepada para bhikkhu bukan??
Maksud saya Sang Buddha memang menunjukkan hal tsb kpd para brahmana secara umum (baik yg sejati maupun yg tidak). Kepada brahmana yg sejati, udah jelas; kpd brahmana yg "corrupted" tentunya spy mereka bisa kembali ke praktek yg benar, IMO.
Coba simak dulu baik2 uraian Sang Buddha dlm Brahmajala Sutta tsb dr awal bagian moralitas (culasila, majjhimasila, mahasila), menurut Anda, apakah Sang Buddha memaksudkan hal2 yg telah ditinggalkan-Nya tsb agar dipatuhi oleh umat awam? Toh Sang Buddha menunjuk pd dirinya sendiri yg adalah seorg pertapa, juga seorg brahmana sejati.
Menurut Aganna Sutta, masyarakat India pd masa Sang Buddha dibedakan atas 4 kasta (Brahmana, Ksatria, Vaisya, Sudra), tetapi Sang Buddha menambahkan satu lagi, yaitu kasta pertapa. Dg mengasumsikan bahwa brahmana termasuk perumah tangga, maka semua 4 kasta tsb termasuk umat awam. Jika pun benar bahwa pembahasan moralitas tsb ditujukan utk umat awam, maka tentunya bukan utk semua umat awam, tetapi hanya yg brahmana. Oleh sebab itu Sang Buddha mengatakan, "Sementara beberapa pertapa dan brahmana...."; jika dimaksudkan utk semua umat awam, maka Sang Buddha pastinya akan mengatakan: "Sementara beberapa pertapa, brahmana, ksatria, pedagang, dan pekerja...."
Mudah2an bisa diterima deh. Kalo memang tidak bisa diterima jg, ane menyerah
yang demikian lebih afdol pakai istilah biksu
Secara harfiah, bhikkhu (Pali) = bhikshu (Sanskerta). Krn ada terjemahan ajaran Buddha ke berbagai bahasa (Pali, Sanskerta, Mandarin, Tibet, Jepang, Indonesia, Inggris, dst), tidak tepat mengatakan bhw istilah2 yg menunjuk pada hal yg sama dlm bhs yg berbeda tdk sama makna, kecuali anda ingin mengatakan bhw bhikkhu dr tradisi non-Pali bukan bhikkhu sejati....