Sutta Bunga Teratai Dari Kegaiban Hukum Kesunyataan Yang Menakjubkan
BAB XXII
Bhaisajyarajapurvayogaparivartah
Pada saat itu Sang Bodhisattva Nakshatrarajasamkusumitabhijna menyapa Sang Bhagavan Buddha seraya berkata: "Yang Maha Agung ! Mengapa Sang Bodhisattva Bhaisajyaraja berkelana didalam dunia Saha ini? Yang Maha Agung ! Alangkah banyaknya penderitaan yang harus ditanggung oleh
Sang Bhaisajyaraja ! Akan menjadi sempurnalah kiranya, duhai Yang Maha Agung ! Seandainya Engkau menjelaskannya meskipun hanya sekelumit saja sehingga para dewa, naga, yaksa, gandharva, asura, garuḍa, kinnara, mahoraga, manuṣia, dan yang bukan manusia serta Para Bodhisattva yang telah datang dari negeri-negeri lain, akan bergembira semuanya setelah mendengarnya."
Kemudian Sang Buddha menyapa Sang Bodhisattva Nakshatrarajasamkusumitabhijna : " Dahulu kala, pada ribuan kalpa yang tak terhitung, yang jumlahnya sebanyak pasir-pasir dari Sungai Gangga yang telah berlalu, adalah Seorang Buddha yang bernama Candrasuryavimalaprabhasasrī, Yang Telah Datang, Yang Maha Suci, Yang Telah Mencapai Penerangan Agung, Yang Telah Mencapai Kebebasan Yang Sempurna, Sempurna Pikiran dan Perbuatan, Yang Terbahagia, Maha Tahu Dunia, Pemimpin Tiada Tandingan, Guru Dewa dan manusia, Yang Telah Bangun, Yang Maha Agung.
Sang Buddha Candrasuryavimalaprabhasasrī memiliki 80 koti Bodhisattva Mahasattva Agung dan sekelompok besar Para Sravaka yang jumlahnya seperti pasir-pasir dari 72 sungai gangga. Masa hidup Buddha Candrasuryavimalaprabhasasrī adalah 42 ribu kalpa dan masa hidup dari Para Bodhisattva-Nya juga selama itu. Didalam kawasanNya tidak terdapat seorang wanitapun, neraka, iblis-iblis lapar, hewan, asura, dan kesengsaraan. TanahNya datar seperti telapak tangan manusia dan terbuat dari lapis lazuli, terhiasi dengan pepohonan permata, terselimuti oleh tirai-tirai manikam, digantungi dengan bendera-bendera bebungaan permata, pot-pot kembang dan anglo-anglo bertatah permata terlihat di seluruh pelosok negeri itu. Terdapat juga teras-teras yang terbuat dari 7 benda berharga dengan pepohonan disetiap terasnya dimana pohon itu berjarak satu jangkauan anak panah penuh dari teras tadi. Dibawah pepohonan permata ini duduklah para Bodhisattva dan Sravaka. Diatas masing-masing mimbar ini terdapat seratus koti para dewa yang sedang mengalunkan dendang dan lagu pujian kasurgan untuk memuliakan Sang Buddha Candrasuryavimalaprabhasasrī. Kemudian Sang Buddha Candrasuryavimalaprabhasasrī mengkhotbahkan Hukum Kesunyataan Bunga Teratai kepada Bodhisattva Sarvasattvapriyadarsana dan seluruh para Bodhisattva serta kelompok para Sravaka.
Sang Bodhisattva Kecantikan ini telah menikmati khotbah tentang penderitaan dan didalam Hukum dari Sang Buddha
Candrasuryavimalaprabhasasrī, Ia telah membuat kemajuan dengan penuh semangat dan dengan sepenuh hatinya Ia mengembara kesana kemari untuk mencari Sang Buddha selama 12 ribu tahun penuh, dimana sesudah itu Ia mencapai Tingkat Samadhi Sarvarupasamdarsanah. Setelah mencapai Perenungan ini, hati-Nya menjadi sangat bergembira dan membayangkan demikian : "Hasil Perenungan Ku sampai Tingkat Samadhi Sarvarupasamdarsanah ini semata-mata hanyalah berkat kekuatan yang timbul dari mendengarkan Sutta Bunga Teratai dari Kegaiban Hukum Yang Menakjubkan. Oleh karenaNya, biarlah Aku sekarang memuliakan Sang Buddha Candrasuryavimalaprabhasasrī dan Sutta Bunga Teratai dari Kegaiban Hukum Yang Menakjubkan ini."Tidak lama setelah Ia memasuki Perenungan itu, kemudian dari langit hujan bertaburan Bunga-Bunga Mandarawa, Bunga-Bunga Maha Mandarawa dan 5 macam serbuk kayu cendana yang keras dan hitam yang semuanya ini memenuhi angkasa dan turun seperti segumpal awan. Juga ditaburkan dedupaan dari kayu cendana Urugasara yang 6 karsha dari dedupaan ini berharga satu dunia saha. Semuanya ini Ia lakukan demi untuk memuliakan Sang Buddha Candrasuryavimalaprabhasasrī.
"Sesudah membuat persembahan ini, kemudian Ia bangkit dari Perenungan itu dan berpikir dalam hati-Nya:"Meskipun dengan kekuatan ghaib-Ku
Aku telah memuliakan Sang Buddha, tetapi hal itu tidaklah sebaik membuat persembahan dengan tubuh-Ku sendiri."Kemudian Ia dahar beberapa macam dedupaan, yaitu dedupaan dari kayu cendana, kunduruka, turushka, prikka, kayu gaharu dan damar, serta meminum pula sari minyak Bunga Campaka dan Bunga-Bunga lainnya. Sesudah 1200 tahun penuh, kemudian Ia melumasi Tubuh-Nya dengan salep-salep harum, dan dihadapan Sang Buddha Candrasuryavimalaprabhasasrī Ia mengenakan pakaian kasurgan yang indah serta mandi didalam minyak wangi dan dengan seluruh daya ghaib-Nya, Ia membakar sekujur Tubuh-Nya sendiri. Kilau sinar-Nya menerangi seluruh alam semesta yang jumlahnya seperti pasir-pasir dari 80 koti sungai-sungai Gangga, dan Para Buddha-Nya secara serempak memujiNya seraya berkata:"Bagus,bagus! Putera yang baik! Inilah semangat yang nyata yang disebut Penghormatan Hukum Yang Benar Bagi Sang Tathagata. Segala persembahan yang berupa bebungaan, wewangian, kalung-kalung, dedupaan, serbuk-cendana, salep-salep obat, bendera dan tirai-tirai sutera surga serta kayu cendana Uragasara, semuanya tidak dapat mengimbangi-Nya. Begitu pula persembahan-persembahan yang berupa derma, negeri, kota, istri, dan anak, semua persembahan-persembahan ini tidak dapat menyamai-Nya. Wahai Putera-Ku yang baik! Inilah yang disebut persembahan yang paling agung, persembahan yang Maha luhur dan mulia, karena inilah persembahan Hukum bagi Para Tathagata." Sesudah mengucapkan Pernyataan ini, Semuanya diam kembali.
"Tubuh-Nya menyala terus selama 1200 tahun dan sesudah itu mokshalah Tubuh-Nya."
"Setelah Sang Bodhisattva Sarvasattvapriyadarsana selesai membuat persembahan Hukum yang semacam itu, maka disaat Kemokshaan-Nya, Ia terlahir didalam Kawasan Sang Buddha Candrasuryavimalaprabhasasrī yang secara tiba-tiba Ia terjelma dalam keadaan duduk bersila di kediaman Sang Raja Vimaladatta yang menjadi Ayah-Nya dimana Ia segera berkata dalam Syair:
"Ketahuilah Wahai Raja Agung! Pada saat berada di tempat kediaman lain, dengan segera Aku mencapai tingkat Samadhi Sarvarupasamdarsanah , dan dengan tulus ikhlas melaksanakan Dharma dari semangat yang agung, dengan cara mengorbankan Tubuh yang Aku cintai."
"Setelah mengucapkan Syair ini, kemudian Ia berkata kepada Ayah-Nya:"Sang Buddha Candrasuryavimalaprabhasasrī masih tetap ada seperti dahulu kala. Sesudah membuat penghormatan Utama kepada Sang Buddha, Aku mencapai Dharani dari menafsirkan ucapan-ucapan semua mahluk dan lebih-lebih lagi Aku telah mendengar Sutta Bunga Hukum Kesunyataan ini sebanyak 800 ribu koti nayuta, kankara, bimbara, dan Aksobhya Syair. Wahai Raja Agung! Aku harus kembali sekarang dan memuliakan Sang Buddha Candrasuryavimalaprabhasasrī."
Sesudah mengucapkan ini, kemudian Ia mengambil tempat duduk-Nya diatas menara dari tujuh benda berharga dan membumbung ke angkasa setinggi tujuh pohon tala. Ketika Ia sampai pada Buddha itu, kemudian Ia bersujud di kaki-Nya serta mengatupkan sepuluh jari-Nya dan memuja Buddha itu dalam Syair:
"Raut Wajah yang sangat mengagumkan, cemerlangNya menerangi alam semesta, Dahulu kala Aku memuliakan-Mu, Sekarang Aku kembali lagi untuk memandang-Mu."
"Setelah Sang Bodhisattva Sarvasattvapriyadarsana selesai mengucapkan Syair ini, kemudian berkatalah Ia kepada Buddha itu:"Yang Maha Agung! Yang Dihormati dunia masih tetap berada didalam dunia."
"Kemudian Sang Buddha Candrasuryavimalaprabhasasrī menyapa Sang Bodhisattva Sarvasattvapriyadarsana:"Putera-Ku Yang Baik! Saat Nirvana-Ku telah tiba. Saat kemokshaan-Ku telah datang. Engkau aturlah tempat tidur-Ku. Malam nanti Aku akan memasuki Parinirvana." Kembali Beliau mengutus Sang Bodhisattva Sarvasattvapriyadarsana:"Putera-Ku Yang Baik! Aku percayakan Hukum Buddha kepada-Mu dan Aku serahkan pula kepada-Mu seluruh Bodhisattva-Bodhisattva dan Pengikut-Pengikut Utama-Ku, Hukum Penerangan Agung-Ku dan jutaan dunia-Ku yang terbuat dari 7 benda berharga bersama dengan pepohonan permata dan menara Manikamnya serta seluruh pelayan-pelayan-Ku. Aku percayakan juga kepada-Mu segala peninggalan Relik-Relik apapun yang ada sesudah Kemokshaan-Ku. Biarlah mereka menyebar dan memuliakan-Nya sampai jauh dan biarlah ribuan Stupa didirikan pula." Setelah Sang Buddha Candrasuryavimalaprabhasasrī selesai menitahkan Sang Bodhisattva Sarvasattvapriyadarsana sedemikian itu, kemudian didalam penghujung malam, masuklah Dia kedalam Nirvana.
"Ketika Sang Bodhisattva Sarvasattvapriyadarsana melihat bahwa Sang Buddha itu telah moksha, hati-Nya menjadi sangat berkabung, sangat terharu dan berduka-cita serta menyesalinya. Kemudian Ia menumpuk bahan bakar dari kayu cendana Uragasara dan setelah menghormati Jasad Buddha itu lalu Ia membakar-Nya. Sesudah sang api padam, Ia mengumpulkan abu-abu peninggalan-Nya dan membuat 84 ribu mangkok-mangkok indah serta mendirikan 84 ribu Stupa setinggi 3 lipatan dunia yang dihias dengan menara panji-panji, digantungi dengan bendera dan tirai-tirai serta genta-genta indah. Kemudian Sang Bodhisattva Sarvasattvapriyadarsana membayangkan lagi didalam hati-Nya:"Meskipun Aku telah melakukan Penghormatan seperti ini, namun hatiku belumlah merasa puas. Baiklah Aku tetap memuliakan Peninggalan-Peninggalan-Nya lebih jauh lagi."Kemudian Ia menyapa Para Bodhisattva, Pengikut-Pengikut Utama, begitu pula para dewa dan para naga, para yaksha dan seluruh kelompok seraya berkata:"Kalian perhatikanlah dengan sepenuh hati, karena sekarang ini Aku akan memuliakan peninggalan Sang Buddha Candrasuryavimalaprabhasasrī."Setelah berkata demikian ini, kemudian didepan 84 ribu stupa, Ia membakar tangan-Nya bersama dengan ratusan tanda-tanda-Nya yang indah dan selama 72 ribu tahun, Ia memuliakan-Nya dan mengasuh sekelompok Para Pencahari KeSravakaan yang tak terhitung jumlah-Nya serta meneguhkan iman dari ribuan asamkhyeya orang agar mereka itu mencapai Penerangan Agung dan membuat semuaNya tinggal didalam Perenungan dari Samadhi Sarvarupasamdarsanah.
"Kemudian seluruh Para Bodhisattva, para dewa, manusia, asura dan lain-lainnya, demi melihat Dia tanpa tangan lagi, semuanya sangat berduka, bersedih dan bersusah hati seraya berkata:" Sang Bodhisattva Sarvasattvapriyadarsana ini adalah benar-benar Guru dan Pembimbing Kita, tetapi sekarang Tangan-Nya telah musnah terbakar dan Jasmani-Nya pun telah menjadi rusak pula."Kemudian Sang Bodhisattva Sarvasattvapriyadarsana
berprasetya didalam Persidangan Agung itu:"Setelah mengorbankan kedua belah Tangan-Ku, maka Aku akan benar-benar memperoleh tubuh emas Seorang Buddha. Jika Keyakinan ini benar adanya dan tidak meleset, maka baiklah Kedua Belah Lengan-Ku ini kembali sempurna seperti sediakala." Begitu Ia selesai mengucapkan Prasetya ini, Kedua Belah Lengan-Nya menjadi sempurna kembali dengan sendirinya, dan hal ini membuat semua orang menyadari Keistimewaan dari Kebijaksanaan dan Keluhuran Yang Tiada Cela dari Sang Bodhisattva ini. Pada saat itu juga jutaan dunia bergoncangan dalam 6 cara dan sang langitpun menghujani aneka ragam bebungaan, para dewa serta para manusia semuanya memperoleh apa yang belum pernah mereka dapatkan."